B. PertimbanganAnestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani : an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa). Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran
yang mendasri berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik,
pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup
(resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan
penanggulangan nyeri menahun.
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini
rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi
pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat
beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik
intravena anestesi (TIVA) dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face
mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal
tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief, 2007).
b. Regional Anestesi
Regional anestesi merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan
sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja (Pramono, 2017).
3. Teknik Anestesi
- Regional Anestesi
a) Spinal anestesi
Prosedur dimana obat anestesi disuntikkan kedalam cairan yang berada di
sekeliling spinal cord.
b) Epidural anestesi
Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural, ekstradural).
Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan durameter. Bagian atas
berbatasan dengan foramen magnum di dasar tengkorak dan bagian bawah
dengan selaput sakrokoksigeal. Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di bagian
posterior kedalaman maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal di
ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak di bagian
lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal.
Kualitas blokade sensoris dan motoriknya lebih lemah.
c) Nerve block
d) Sedation anesthesia
3 tingkatan sedation anesthesia : - minimal sedation
- Moderate sedation
- Deep sedation
4. Rumatan Anestesi
Premedikasi diberikan sulfas atropin 0,25 mg IM 30menit sebelum operasi dan dapat
ditambah lagi 0,15 mg IV segera sebelum operasi. Atropin ini dapat mempercepat
nadi bayi, tetapi hal ini tidak sampai membahayakannya. Dapat juga diberikan
scopolamin yang bersifat sedasi, tetapi ada kemungkinan bayaha depresi terhadap
bayi. Kadang-kadang dapat juga diberikan obat-obat penenang. Opiat sebaiknya
jangan diberikan karena mudah melalui plasenta barrier dan menyebabkan depresi
terhadap bayi. Pemberian 3-31 jam sebelum melahirkan biasanya akan memperoleh
bayi yang perlu diresusitasi. Banyak penelitian yang kurang setuju dengan pemberian
obat-obat penenang karena kemungkinan lahirnya “ sleepy infant”
5. Resiko
a) Gangguan kardiovaskuler : Penurunan curah jantung
b) Gangguan respirasi : Pola nafas tidak efektif
c) Gangguan termoregulasi : Hipertermi
d) Resiko infeksi : Luka insisi post operasi
e) Nyeri : Proses kontraksi, terputusnya kontinuitas jaringan kulit
b) PK Disfungsi Thermoregulasi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 30menit
diharapkan suhu tubuh dan kondisi pasien dalam keadaan normal.
2) Kriteria Hasil
(a) Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Pasien tidak mengeluh kedinginan
(c) Pasien merasa nyaman
(d) Pasien tidak menggigil
3) Rencana Intervensi
(a) Observasi TTV
(b) Observasi keadaan umum pasien
(c) Beri selimut hangat
(d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan infus
hangat dan paracetamol
4. Evaluasi
PRE
a) Nyeri akut
S : - pasien mengatakan rasa nyeri berkurang (skala nyeri 3)
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
O : - TTV dalam batas normal : TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR
20x/menit, Suhu 37oC
- Pasien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : tingkatkan kondisi pasien
b) Ansietas
S : - pasien mengatakan tahu dan paham mengenai prosedur tindakan yang
akan dilakukan
- Pasien mengatakan siap dilakukan tindakan
O : - TTV dalam batas normal : TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR
20x/menit, Suhu 37oC
- pasien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien
INTRA
a) Resiko perdarahan
S:-
O : - TTV : TD 100/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,7oC
- perdarahan -/+ 200cc
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
b) Resiko hipotensi
S:-
O : - TTV : TD : 78/55 mmHg, Nadi : 77x/menit, Suhu : 35,7oC, RR :
12x/menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
POST
a) Nyeri post op
S : - pasien mengatakan rasa nyeri berkurang
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
O : - TTV dalam batas normal : TD 100/70, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 37oC
- pasien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : tingkatkan kondisi pasien
b) PK Disfungsi Thermoregulasi
S : - pasien mengatakan tidak kedinginan
O : - TTV dalam batas normal : TD 100/70, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 37oC
- akral hangat
- pasien tidak menggigil
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Resiko anestesi