Anda di halaman 1dari 11

A.

Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Menurut (Mochtar, 2011) sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina
atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and
Siwi Walyani, 2014).
Dari pendapat menurut para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sectio
Caesarea merupakan suatu tindakan persalinan dengan membuat sayatan pada
dinding abdomen dan uterus guna untuk mengeluarkan janin dalam rahim.
2. Etiologi
(Manuaba, 2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
a) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d) Bayi Kembar
Tidak semua bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran
satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

e) Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f) Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
(a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
(b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi kira-kira
0,27-0,5 %.
(c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
Selain itu etiologi menurut Amin & Hardi (2013) Sectio Caesarea ada dua yaitu :
a) Etiologi dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disporporsi sefalo pelvic (disporsi janin/panggul), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, placenta
previa terutama pada primigravida, solutsio placenta tingkat I-II, komplikasi
kehamilan yaitu preeclampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang
disertai dengan penyakit (jantung, DM) , gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri,dsb)
b) Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress atau gawat janin, malpresentasi atau malposisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat, dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan
section caesarea adalah
a) Fetal distress
b) Hislemah/melemah
c) Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d) Bayi besar (BBL>/= 4,2 kg)
e) Plasenta previa
f) Kelainan letak
g) Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
h) Rupture uteri mengancam
i) Hydrocephalus
j) Primi muda atau tua
k) Partus dengan komplikasi
l) Panggul sempit
m)Problem plasenta
4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait
a) Elektroensefalogram ( EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c) Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak
jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
d) Pemindaian positron emission tomography ( PET)
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi
lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.
e) Uji laboratorium
(1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan
serebrovaskuler
(2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan
hematocrit
(3) Panelelektrolit
(4) Skrining toksik dari serum danurin
(5) AGD
(6) Kadar kalsium darah
(7) Kadar natrium darah
(8) Kadar magnesium darah
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Terapi farmakologi :
1) Obat teratogen
2) Asetaminofen
3) Vitamin
4) Asam Folat
b. Penatalaksanaan Operatif
Beberapa tindakan operatif Section Caesarea :
1) Laparotomi
2) Histerotomi
3) Persalinan
4) Resparasi usus

B. PertimbanganAnestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani : an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa). Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran
yang mendasri berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik,
pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup
(resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan
penanggulangan nyeri menahun.
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini
rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi
pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat
beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik
intravena anestesi (TIVA) dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face
mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal
tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief, 2007).
b. Regional Anestesi
Regional anestesi merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan
sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja (Pramono, 2017).

3. Teknik Anestesi
- Regional Anestesi
a) Spinal anestesi
Prosedur dimana obat anestesi disuntikkan kedalam cairan yang berada di
sekeliling spinal cord.
b) Epidural anestesi
Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural, ekstradural).
Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan durameter. Bagian atas
berbatasan dengan foramen magnum di dasar tengkorak dan bagian bawah
dengan selaput sakrokoksigeal. Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di bagian
posterior kedalaman maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal di
ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak di bagian
lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal.
Kualitas blokade sensoris dan motoriknya lebih lemah.
c) Nerve block
d) Sedation anesthesia
3 tingkatan sedation anesthesia : - minimal sedation
- Moderate sedation
- Deep sedation

Pilihan teknik anestesi yang digunakan section caesarea adalah anestesi


regional atau umum bergantung pada indikasi operasi, derajat urgensi, keadaan ibu,
dan keinginan pasien. Secara internasional, Obstetric Anaesthesia Guidelines
merekomendasikan teknik anesthesia spinal ataupun epidural dengan alasan
anestesi regional pada saat operasi sesar adalah risiko terjadinya kegagalan intubasi
endotrakea serta kemungkinan terjadi aspirasi bila dilakukan dengan anesthesia
umum. Beberapa keuntungan anestesi regional ibu akan tetap terbangun,
mengurangi kemungkinan terjadi aspirasi dan menghindari depresi neonates (Flora
Lasmaria, dkk, 2014).

4. Rumatan Anestesi
Premedikasi diberikan sulfas atropin 0,25 mg IM 30menit sebelum operasi dan dapat
ditambah lagi 0,15 mg IV segera sebelum operasi. Atropin ini dapat mempercepat
nadi bayi, tetapi hal ini tidak sampai membahayakannya. Dapat juga diberikan
scopolamin yang bersifat sedasi, tetapi ada kemungkinan bayaha depresi terhadap
bayi. Kadang-kadang dapat juga diberikan obat-obat penenang. Opiat sebaiknya
jangan diberikan karena mudah melalui plasenta barrier dan menyebabkan depresi
terhadap bayi. Pemberian 3-31 jam sebelum melahirkan biasanya akan memperoleh
bayi yang perlu diresusitasi. Banyak penelitian yang kurang setuju dengan pemberian
obat-obat penenang karena kemungkinan lahirnya “ sleepy infant”
5. Resiko
a) Gangguan kardiovaskuler : Penurunan curah jantung
b) Gangguan respirasi : Pola nafas tidak efektif
c) Gangguan termoregulasi : Hipertermi
d) Resiko infeksi : Luka insisi post operasi
e) Nyeri : Proses kontraksi, terputusnya kontinuitas jaringan kulit

C. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Pasien dalam keadaan hamil 9 bulan mengeluh nyeri dibagian rahim
b. Data Objektif
Pasien tampak memegang perutnya yang hamil

2. Masalah Kesehatan Anestesi


Pre anestesi
a) Nyeri akut
b) Ansietas
Intra anestesi
a) Resiko perdarahan
b) Resiko hipotensi
Post anestesi
a) Nyeri post op
b) PK Disfungsi Thermoregulasi
3. Rencana Intervensi
a. Masalah Kesehatan Anestesi 1
PRE ANESTESI
a) Nyeri akut
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 30
menit diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang
2) Kriteria Hasil
(a) Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi: 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Nyeri yang dirasakan pasien berkurang ( 1 – 3 nyeri ringan )
(c) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
(d) Ekspresi wajah pasien tenang dan tidak meringis
3) Rencana Intervensi
(a) Kaji TTV pasien
(b) Kaji derajat, lokasi, durasi,frekuensi, karakteristik nyeri (PQRST)
(c) Ajarkan teknik distraksi relaksasi
(d) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
b) Ansietas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 30 menit
diharapkan rasa cemas yang dirasakan pasien berkurang.
2) Kriteria Hasil
(a) Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Pasien mengatakan tahu dan paham mengenai prosedur yang akan
dilakukan
(c) Pasien tampak tenang
3) Rencana Intervensi
(a) Kaji TTV pasien
(b) Kaji tingkat dan penyebab cemas
(c) Edukasi prosedur yang akan dilakukan
(d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sedasi

b. Masalah Kesehatan Anestesi 2


INTRA ANESTESI
a) Resiko perdarahan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 20menit
diharapkan resiko perdarahan dapat diminimalkan
2) Kriteria Hasil
(a) Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Tidak terjadi perdarahan >20%
3) Rencana Intervensi
(a) Monitor TTV
(b) Monitor perdarahan pada daerah perdarahan
(c) Siapkan transfuse
(d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan kristaloid (Nacl
0,9%)
b) Resiko hipotensi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 20menit
diharapkan hipotensi dapat diatasi
2) Kriteria Hasil
(a) TTV dalam batas normal :
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Tidak adanya tanda-tanda sianosis
3) Rencana Intervensi
(a) Monitor TTV
(b) Monitor adanya tanda-tanda sianosis
(c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat ephedrine

c. Masalah Kesehatan Anestesi 3


POST ANESTESI
a) Nyeri post op
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 30
menit diharapkan nyeri pasien berkurang.
2) Kriteria Hasil
(a) Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi: 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Nyeri yang dirasakan pasien berkurang
(c) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
(d) Ekspresi wajah pasien tenang dan tidak meringis
3) Rencana Intervensi
(a) Observasi TTV
(b) Kaji derajat, lokasi, durasi,frekuensi, karakteristik nyeri (PQRST)
(c) Ajarkan teknik distraksi relaksasi
(d) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik

b) PK Disfungsi Thermoregulasi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan anestesi selama 30menit
diharapkan suhu tubuh dan kondisi pasien dalam keadaan normal.
2) Kriteria Hasil
(a) Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 100 – 120 / 70 – 80 mmhg
Nadi : 60 – 100 x/menit
Suhu : 36,5-37°C
RR : 16 – 20 x/menit
(b) Pasien tidak mengeluh kedinginan
(c) Pasien merasa nyaman
(d) Pasien tidak menggigil
3) Rencana Intervensi
(a) Observasi TTV
(b) Observasi keadaan umum pasien
(c) Beri selimut hangat
(d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan infus
hangat dan paracetamol
4. Evaluasi
PRE
a) Nyeri akut
S : - pasien mengatakan rasa nyeri berkurang (skala nyeri 3)
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
O : - TTV dalam batas normal : TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR
20x/menit, Suhu 37oC
- Pasien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : tingkatkan kondisi pasien
b) Ansietas
S : - pasien mengatakan tahu dan paham mengenai prosedur tindakan yang
akan dilakukan
- Pasien mengatakan siap dilakukan tindakan
O : - TTV dalam batas normal : TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR
20x/menit, Suhu 37oC
- pasien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

INTRA
a) Resiko perdarahan
S:-
O : - TTV : TD 100/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,7oC
- perdarahan -/+ 200cc
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
b) Resiko hipotensi
S:-
O : - TTV : TD : 78/55 mmHg, Nadi : 77x/menit, Suhu : 35,7oC, RR :
12x/menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

POST
a) Nyeri post op
S : - pasien mengatakan rasa nyeri berkurang
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
O : - TTV dalam batas normal : TD 100/70, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 37oC
- pasien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : tingkatkan kondisi pasien
b) PK Disfungsi Thermoregulasi
S : - pasien mengatakan tidak kedinginan
O : - TTV dalam batas normal : TD 100/70, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 37oC
- akral hangat
- pasien tidak menggigil
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

D. Web of caution (WOC)


Persalinan tidak normal

 CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)


 PEB (Pre-Eklamsi Berat)
 KPD (Ketuban Pecah Dini)
Etiologi
 Bayi Kembar
 Faktor Hambatan Jalan Lahir
 Kelainan Letak Janin

Tindakan (Sectio Caesarea)

Tindakan anestesi (Regional Anestesi)

Resiko anestesi

Gg. Kardiovaskuler Gg. Respirasi Gg. Thermoregulasi Resiko Infeksi Nyeri


DAFTAR PUSTAKA

EM. Putri. (2019). Secti Caesarea: Repository Poltekkes Yogyakarta


dr. Gde Mangku,& dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi (2018). Ilmu Anestesia dan
Reanimasi.
Dahlia. (2014). Asuhan Keperawatan Pada SC. Dikutip dari
http://repository.ump.ac.id/1962/3/DAHLIA%20BAB%20II.pdf. Tanggal 4 Mei
2021

Hanifa,A.2017.Tinjauan Teori Anestesi. Dikutip dari


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/415/5/Chapter2.pdf. Tanggal 4 Mei 2021

Uknown.2016.Laporan Pendahuluan SC. Dikutip dari


http://www.academia.edu/download/53825184/LAPORAN_PENDAHULUAN_SC
.docx. Tanggal 4 mei 2021

Anda mungkin juga menyukai