Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pencak silat merupakan suatu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia yang
berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Pencak silat ini
memiliki unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi
daya yang turun temurun sehingga belum ada naskah atau himpunan mengenai
sejarah bela diri ini yang dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber
bagi pengembangan yang lebih teratur. Perkembangan pencak silat sendiri dibagi
menjadi beberapa masa[1].
Pada masa sebelum penjajahan Belanda para ahli bela diri dan pendekar mendapat
tempat yang tinggi dimasyarakat karena pada masa ini banyaknya terdapat
kerajaan-kerajaan yang memiliki prajurit-prajurit yang mampu menjaga kerajaan.
Hingga adanya penyebaran agama Islam yang datang ke Indonesia dan ilmu bela
diri pun dipupuk bersama dengan ajaran kerohanian tersebut. Sehingga basis-basis
agama islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Untuk masa penjajahan
Belanda sendiri terdapat perintah yang melarang adanya pelatihan pencak silat
maupun bela diri nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan
pejajahan. Sehingga pada masa ini pencak silat kehilangan pijakan. Tetapi tetap
masih ada kelompok-kelompok kecil melakukan latihan pencak silat secara
sembunyi-sembunyi. Pada masa pendudukan Jepang berbanding terbalik dengan
politik Belanda dimana Jepang membolehkan untuk berlatih pencak silat tetapi
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dengan mengobarkan semangat pertahanan
menghadapi sekutu. Sedangkan pada masa kemerdakaan pencak silat yang telah
diajarkan secara turun temurun melalui pembentukan Budi Utomo yang mencari
unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional
melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18
Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketua oleh Mr. Wongsonegoro.
IPSI mengajukan rogram kepada Pemerintah untuk memasukkan pelajaran pencak
silat di sekolah-sekolah[1].
Silat memiliki pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada
kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama.
Pencak silat juga mendukung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan hasil budaya manusia
Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian)
danintegritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya
untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa[1].
Di Sumatera Barat senidri pencak silat dikembangkan melalui kesenian daerah
seperti Tari Randai yang memiliki gerakan Silek Harimau Minangkabau, kesenian
ini sering ditampilkan dalam acara pernikahan atau acara-acara adat
lainnya.pencak silat memiliki peran penting dalam meningkatkan sikap mental
dan kualitas diri generasi muda[2].
Saat ini silat merupakan olahraga yang dipertandingkan baik dalam kejuaraan
daerah, nasional, maupun internasional. Untuk mengikuti pertandingan tersebut
pelatih harus melakukan persiapan pada atletnya baik dari segi fisik maupun
teknik. Di dalam latihan, belum ada sarana yang dapat menentukan berapa
kekuatan tendangan khususnya dalam pelatihan silat sehingga tidak ada tolok ukur
dari latihan yang telah dilakukan oleh seorang pesilat dalam melatih tendangan.
Untuk pengukuran kekuatan tendangan pesilat biasanya hanya dapat dirasakan
ketika pesilat menendang target.

Pada penelitian sebelumnya[3] dirancang sebuah alat tes kecepatan dan power
tendangan beladiri dengan menggunakan sensor square FSR untuk mendeteksi
tendangan seorang atlet, ketika tendangan dilakukan ke target yang berupa samsak
berbentuk bola dan digantung dengan sebuah tonggak yang dapat diatur
ketinggiannya sesuai dengan atlet yang akan melakukan latihan, sehingga ketika
tendangan dilakukan mikrokontroler dapat memproses data yang diterima sensor
tersebut dengan keluaran berbentuk grafik, tetapi alat ini sulit untuk dibawa
kemana-mana karena memiliki desain alat yang besar dan ketinggian alat tersebut
harus diatur secara manual sesuai dengan tinggi atletnya, alat ini digunakan untuk
beladiri dalam skala umum, sehingga ketika digunakan untuk teknik-teknik
tertentu dalam salah satu beladiri seperti silat, alat ini tidak efektif untuk
digunakan.
Oleh karena itu peneliti merancang suatu alat untuk mendeteksi kekuatan
tendangan yang dilakukan oleh seorang pesilat dengan memanfaatkan patching
box yang nantinya akan dilengkapi dengan sensor Piezoelectrik, sehingga ketika
sensor diberi tekanan melalui tendangan pesilat data yang terbaca akan dikirim ke
mikrokontroler untuk diproses kemudian dapat ditampilkan ke LCD dan disimpan
kedalam database yang datanya dapat disimpan di PC agar pesilat mengetahui
berapa kekuatan yang dihasilkan dari tendangan yang dilepaskan, dan pelatih
dapat melihat perkembangan dari pesilat. Berdasarkan hal yang diuraikan diatas
maka penulis akan mengangkat topik penelitian dengan judul “Perancangan Alat
Ukur Kekuatan Tendangan Berbasis Mikrokontroler Untuk Monitoring
Perkembangan Latihan Pesilat”.

1.2. Rumusan masalah


Berikut adalah rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sensor dapat membaca tekanan dari tendangan pesilat.
2. Bagaimana mikrokontroler dapat memproses data yang diterima dari
sensor Piezoelectric.
3. Bagaimana sistem dapat menyimpan hasil dari tekanan tendangan pesilat
dan menampilkannya ke LCD.

1.3. Batasan masalah


Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Pada penelitian ini digunakan patching box sebagai target tendangan.
2. Sistem melakukan pembacaan dan penyimpanan nilai kekuatan tendangan
dari tekanan yang diberikan pada patching box.
3. Tendangan yang digunakan yaitu tendangan lurus, tendangan T dan
tendangan sabit.
4. Hasil dari tendangan yang dikeluarkan akan ditampilkan pada LCD dan
disimpan dalam database.
1.4. Tujuan penelitian
1. Sensor dapat membaca tekanan dari tendangan pesilat.
2. Mikrokontroler dapat memproses data yang diterima dari sensor
Piezoelectric.
3. Sistem dapat menyimpan hasil dari tekanan tendangan dan
menampilkannya ke LCD.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Mengembangkan sarana latihan agar pesilat lebih giat melakukan latihan.
2. Pelatih dapat mengetahui tingkatan atau perkembangan siswa atau
atletnya.

1.6. Sistematika Penulisan


Tulisan ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, adapun bab-bab tersebut sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, bab ini berisi teori-teori yang mendukung penyelesaian
tugas akhir, yang diambil dari berbagai sumber terkait dengan pembuatan
penelitian ini.

Bab III Metodologi Penelitian, bab ini berisi metodologi penelitian yang
menunjukkan langkah-langkah dari proses pengerjaan tugas akhir dan juga
penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.

Bab IV Implementasi dan Pengujian, berisi tentang hasil dari sistem yang
dibuat, dan keluaran dari pengujian alat.

Bab V Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
dan saran untuk pengembangan maupun penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai