INTERKONVERSI GULA-PATI
Oleh :
Golongan Perkebunan/Kelompok 1
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)
2. Dieni Risma Viani (171510801005)
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)
4. Faza Al Rafi (171510801014)
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)
i
BAB 1. PENDAHULUAN
1
patri dibentuk dalam kloroplas dan terjadi pada siang hari, ketika laju fotosintesis
lebih tinggi dari laju respirasi. Perubahan pati menjadi glukoda membutuhkan
enzim yang merubah pati menjadi dekstrin. Enzim tersebut adalah enzim alfa
amilase atau beta amilase yang kemudian menjadi glukosa. Sukrosa adalah
disakarida yang molekulnya terdiri dari d-glukosa d-fruktofurunosa yang nama
lengkapnya adalah alpha glukopiranose dan beta d-fruktofuranose. Pembentukan
sukrosa dimulai dari UTP dengfan glukosa 1 phosfat dengan membentuk UDPG,
senyawa ini dapat bereaksi dengan fruktosa 6 phosfat yang nantinya akan
membentuk sukrosa phosfat. Selanjutnya senyawa tersebut dapat dihidrolisis
menjadi sukrosa dan adam phospat.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan membuktikan terjadinya interkonversi gula pati pada daun
tanaman.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
struktur molekul pati dengan perlakuan fisik tanpa menambah zat kimia yang
menyebabkan perubahan sifat pati tersebut. Sedangkan modifikasi kimia
merupakan struktur molekul pati dengan menambahkan zat kimia sehingga
merubah sifat kimianya (Bertolini, 2010)
Pati dapat dibagi menjadi glukosa dan amilopektin. Dalam amilopektin
ada maltosa dan dekstrin. Maltosa dapat menjadi glukosa dengan menggunakan
bantuan enzim maltase. Konsentrasi maltosa dalam tiap daun berbeda sesuai
keadaan daun. Konsentrasi maltosa yang tinggi akan membuat glukosa yang
banyak,sedangkan maltosa yang rendah atau sedikit akan menghasilkan glukosa
yang relatif sedikit. Konsentrasi maltosa yang rendah dapat berdampak pada
tanaman yaitu regenerasi frekusensi yang rendah namun produksinya akan sedikit
meningkat. Pati untuk dapat menjadi glukosa melalui amilopektin jika larutannya
tidak larut dalam air (Park et.al, 2013) .
Perubuahan pati menjadi glukosa membutuhkan enzim yang dapat
merubah padi menjadi dekstrin, enzim tersebut adalah alfa amilase atau beta
amilase yang kemudian berubah menjadi glukosa. Glukosa merupakan suatu
senyawa monosakarida yang digunakan sebagai tenaga bagi hewan serta manusia
dan salah satu hasil utama fotosintetis. Macam-macam glukosa antara lain sukrosa
dan fruktosa. Sukrosa termasuk senyawa disakarida yaitu senyawa yang paling
sedarhana. Sukrosa biasanya didistribusikan di pabrik (sumber daun) dan di
seluruh sistem vaskular (floem). Sedangkan fruktosa merupakan senyawa
monosakarida yang mempunyai gugus polimer satu (Van Bel, 2003; Angin dkk,
2010).
Glukosa juga merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses
respirasi untuk diubah menjadi energi. Glukosa merupakan guka monosakarida
hasil dari polisakarida atau disakarida yang diperoleh melalui bantuan dari enzim
atau asam. Fungsi dari enzim atau asam tersebut yaitu untuk mempercepat proses
hidrolisis. Asam sulfat dan enzim sakarase merupakan contoh dari enzim atau
asam yang membantu proses pemecahan disakarida seperti sukrosa menjadi
glukosa (Dawn,Allan, & Colleen,2000).
4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
1. Daun jagung yang beretioloasi (Praktikan)
2. Alkohol
3. Larutan glukosa, fruktosa, dan sukrosa
4. Aquades
5. I2KI
5
3. Memotong dalam larutan bagian pangkal daun kemudian mendiamkan selama
15 menit.
4. Merebus daun jagung tersebut sampai berwarna pucat.
5. Meniriskan daun-daun tersebut kemudian menguji I2KI.
6. Mengamati dan membandingkan kualitas warna dari daun yang telah kita
rendam dalam larutan sukrosa, fruktosa, glukosa dan aquades.
6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
7
dengan hasil tidak mempunyai kepekatan warna pada rebusan daun jagung atau
tergolong rendah dikarenakan aquades merupakan air murni tanpa kandungan
apapun didalamnya sehingga daunjagung tidak dapat menyerap aquades.
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada acara kali ini mengenai interkonversasi
gula-pati pada daun jagung etiolasi. Sampel yang digunakan yaitu daun jagung
etiolasi yang terdapat minimal 4 daun. Tanaman jagung etiolasi yang dimaksud
tersebut merupakan tanaman jagung yang telah dihindarkan dari cahaya matahari
saat penanaman hingga beretiolasi dan tidak berfotosintesis yang ditandai dengan
warna daunnya yang berwarna kuning pucat. Daun yang tidak berfotosintesis
dapat dikatakan daun yang tidak mempunyai kandungan pati. Maka dari itu, daun
beretiolasi yang diberi perlakuan masing-masing larutan gula akan terlihat mana
yang aktif menyerap larutan-larutan gula tersebut.
Berdasarkan pada tabel pengamatan tersebut setelah ditetesi larutan I2KI
setiap daun memiliki kepekatan yang berbeda. Kandungan pati paling tinggi pada
daun yang diberi perlakuan larutan glukosa dan kandungan pati yang paling
rendah yaitu pada daun yang diberi perlakuan aquades. Hal tersebut menunjukkan
bahwa laju interkonversi gula pati daun jagung yang diberi pelakuan glukosa
tinggi sedangkan pada perlakuan fruktosa dan aquades tergolong rendah. Hasil
yang di dapat pada praktikum acara kali ini berbeda dengan penelitian Glyad
(2002) yang hasilnya adalah kandungan pati tertinggi atau menghasilkan pati yang
sangat pekat terdapat pada daun yang diberi perlakuan suksorsa. Dimana sukrosa
tersebut tergolong disakarida yang apabila di hidrolisis menghasilkan satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa sehingga ketika pati dihasilkan dengan
perlakuan sukrosa memiliki kepekatan gabungan yaitu kepekatan glukosa dan
kepekatan fruktosa. Sukrosa termasuk zat gula yang paling banyak berada
didalam tumbuhan sehingga tumbuhan yang mengandung lebih banyak sukrosa
maka akan mengandung lebih banyak pati. Dan pada berdasarkan literatur tersebut
glukosa memiliki kepekatan warna yang cukup rendah. Perbedaan hasil yang di
dapat dikarenakan daun jagung beretiolasi saat di rebus dalam alkohol warnanya
8
belum sampai putih (pucat) dan warna daun jagung tersebut masih berwarna
kuning. Maka hal tersebut dapat mengakibatkan terhambatnya atau terganggunya
reaksi pada daun saat ditetesi larutan I2KI.
Glukosa dihasilkan dari fotosintesis dan apabila glukosa memiliki sisa
yang lebih maka sisa tersebut akan dialokasikan untuk interkonversi gula-pati.
Glukosa merupakan suatu gula yang paling banyak diproduksi didalam tubuh
tanaman. Uji coba yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa glukosa memiliki
warna yang paling pekat karena dalam penggunaan daun etiolasi masih terkena
sedikit cahaya sehingga memiliki warna yang paling pekat. Fruktosa merupakan
zat gula yang paling banyak ditemukan dalam tubuh tumbuhan. Fruktosa memiliki
fungsi sebagai sumber energi dalam proses metabolism dalam tumbuhan. Fruktosa
memiliki tingkat kemanisan yang tinggi pada tanaman, oleh karena itu seharusnya
dalam pengamatan kali ini larutan fruktosa memiliki kepekatan warna yang tinggi.
Sedangkan sukrosa merupakan monomer yang terbentuk dari glukosa dan
sukrosa. Senyawa sukrosa diproduksi oleh tumbuhan sebagai nutrisi bagi
tumbuhan. Dalam pengamatan tersebut sukrosa memiliki warna larutan sedikit
pekat karena sukrosa hanya sedikit berperan dalam interkonversi gula-pati.
Maka faktor kesalahan dalam praktikum juga mampu menghasilkan hasil
yang berbeda dengan kenyataannya dimana sukrosa akan menghasilkan pati yang
sangat pekat. Pada praktikum kali ini, bahwasanya daun yang diuji dengan
menggunakan glukosa masih terdapat warna hijau sehingga meskipun telah
dietiolasi namun masih cenderung terdapat aktivitas fotosintesis didalamnya
sehingga pati yang dihasilkan juga semakin pekat. Alasan mengapa hal itu terjadi
yaitu adalah karena pembentukan pati dapat terjadi ketika laju fotosintesis lebih
besar daripada laju respirasi sehingga perilaku glukosa pada praktikum kali ini
menghasilkan warna yang sangat pekat.
9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasar pada hasil praktikum acara Interkonversi Gula-Pati dapat
disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hasil yang berbeda pada masing-masing perlakuan tersebut. Pada
perlakuan glukosa yaitu menghasilkan kepekatan warna tergolong paling
pekat. Pada larutan fruktosa mendapatkan hasil kepekatan warna tergolong
kurang pekat. Larutan sukrosa mendapatkan hasil kepekatan warna
tergolong sedikit pekat. Sedangkan pada aquades dengan hasil tidak
mempunyai kepekatan warna pada rebusan daun jagung atau tergolong
rendah.
2. Apabila menunjukkan hasil kepekatan warna yang tinggi atau sangat pekat
maka dapat dikatakan bahwa daun jagung tersebut mengandung pati yang
sangat tinggi serta laju interkonversi yang terjadi juga sangat cepat.
Sedangkan apabila menunjukkan hasil kepekatan warna yang rendah maka
kandungan pati yang terdapat pada daun jagung yang telah direndam
aquades rendah serta laju interkorvensi gula pati daun jagung pun juga
lambat.
3. Data yang dihasilkan pada praktikum kali ini berbeda dengan literatur
yang kami dapat. Seharusnya perlakuan yang paling pekat terdapat pada
larutan sukrosa, tetapi pada hasil praktikum kami kepekatan warna yang
sangat pekat terdapat pada perlakuan larutan glukosa. hal tersebut dapat
disebabkan bahwa pada proses etiolasi tidak terjadi secara sempurna,
karena daun jagung etiolasi tersebut masih melakukan proses fotosintesis
dan daun tersebut terdapat kandungan pati didalamnya.
5.2 Saran
Pada praktikum acara Interkonversi Gula-Pati tidak ada hambatan sama sekali,
hanya saja alat yang digunakan masih terbatas sehingga pada penggunaan alat dan
bahan yang digunakan secara bergantian akan mempengaruhi pada waktu
10
berjalannya praktikum. Dan terdapat pula kendala pada tanaman jagung etiolasi
pada masing-masing kelompok lakukan. Seharusnya dalam waktu penanaman
jagung etiolasi dilakukan selama 1 minggu sebelum praktikum supaya daun pada
tanaman jagung dapat tumbuh dan dapat digunakan untuk pengamatan praktikum
acara kali ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Osorio, S., Vallarino, J. G., Szecowka, M., Ufaz, S., Tzin, V., Angelovici, R., …
Fernie, A. R. (2013). Alteration of the Interconversion of Pyruvate and
Malate in the Plastid or Cytosol of Ripening Tomato Fruit Invokes Diverse
Consequences on Sugar But Similar Effects on Cellular Organic Acid,
Metabolism, and Transitory Starch Accumulation. Plant Physiology, 161(2),
628–643. https://doi.org/10.1104/pp.112.211094.
Park, S. G., Ubaidillah, M., & Kim, K.-M. (2013). Effect of Maltose
Concentration on Plant Regeneration of Anther Culture with Different
Genotypes in Rice (<i>Oryza sativa </i>L.).
American Journal of Plant Sciences, 04(11), 2265–2270.
https://doi.org/10.4236/ajps.2013.411279.
Syafruddin, S., Suwarti, S., Pangan, M. A.-T., & 2014, undefined. (n.d.).
Penyaringan cepat dan toleransi tanaman jagung terhadap intensitas cahaya
rendah. Ejurnal.litbang.pertanian.go.id. Retrieved from
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jpptp/article/view/2759.
12
LAMPIRAN
13
2. Dieni Risma Viani (171510801005)
14
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)
15
4. Faza Al Rafi (171510801014)
16
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)
17
2. ACC Data Praktikum Acara “Interkonversi Gula-Pati”
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)
18
2. Dieni Risma Viani (171510801005)
19
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)
20
4. Faza Al Rafi (171510801014)
21
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)
22
3. Dokumentasi Praktikum Acara “Interkonversi Gula-Pati”
23
Gambar 3. Memasukkan potongan daun jagung ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi alkohol.
Gambar 4. Merebus daun jagung pada tabung reaksi ke dalam gelas beaker
sampai berwarna pucat
24
Gambar 5. Mengambil daun jagung yang telah direus menggunakan pinset
Gambar 6. Meletakkan rebusan daun jagung yang sudah pucat ke dalam cawan
petri yang telah berisi glukosa. Merendam selama 10 menit
25
Gambar 7. Meniriskan dan meletakkan daun pada cawan petri
Gambar 8. Meneteskan larutan I2KI pada cawan petri yang terdapat rebusan
daun jagung tersebut.
26
Gambar 9. Meratakan larutan tersebut pada rebusan daun jagung, kemudian
mengamati kepekatan warna pada daun tersebut.
27
4. Literatur
28
Marks,D.B., Marks,A.B., Smith.C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Buku
Kedokteran.
29
Nangin, D., & Sutrisno, A. (2015). ENZIM AMILASE PEMECAH PATI
MENTAH DARI MIKROBA : KAJIAN PUSTAKA Raw Starch Degrading
Amylase Enzyme from Microbes : A Review. Jurnal Pangan Dan
Agroindustri, 3(3), 1032–1039.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.66.054422.
Osorio, S., Vallarino, J. G., Szecowka, M., Ufaz, S., Tzin, V., Angelovici, R., …
Fernie, A. R. (2013). Alteration of the Interconversion of Pyruvate and
Malate in the Plastid or Cytosol of Ripening Tomato Fruit Invokes Diverse
Consequences on Sugar But Similar Effects on Cellular Organic Acid,
Metabolism, and Transitory Starch Accumulation. Plant Physiology, 161(2),
628–643. https://doi.org/10.1104/pp.112.211094.
30
Park, S. G., Ubaidillah, M., & Kim, K.-M. (2013). Effect of Maltose
Concentration on Plant Regeneration of Anther Culture with Different
Genotypes in Rice (<i>Oryza sativa </i>L.).
American Journal of Plant Sciences, 04(11), 2265–2270.
https://doi.org/10.4236/ajps.2013.411279.
Syafruddin, S., Suwarti, S., Pangan, M. A.-T., & 2014, undefined. (n.d.).
Penyaringan cepat dan toleransi tanaman jagung terhadap intensitas cahaya
rendah. Ejurnal.litbang.pertanian.go.id. Retrieved from
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jpptp/article/view/2759.
31