Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERKONVERSI GULA-PATI

Oleh :
Golongan Perkebunan/Kelompok 1
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)
2. Dieni Risma Viani (171510801005)
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)
4. Faza Al Rafi (171510801014)
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)

LABORATORIUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN-PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman adalah suatu jenis organisme yang dibudidayakan pada suatu
ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika sudah mencapai tahap
pertumbuhan tertentu. Suatu tanaman dapat juga diartikan sebagai mahkluk hidup
yang dapat melakukan banyak kegiatan untuk menunjang keberlangsungan
hidupnya. Kegiatan yang dimaksud adalah seperti bernafas, bergerak, dan
fotosintesis. Proses fotosintesis merupakan proses yang terjadi pada daun yang
mengandung klorofil dan mengubah senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi
bahan organik. Hasil fotosintesis antara lain photosintat. Bentuk senyawa yang
diakumulasi sebagai hasil fotosintesis di daun pada tanaman yaitu senyawa gula
yang berupa glukosa (C6H12O6). Jika dihasilkan dengan jumlah yang banyak atau
lebih maka hasil fotosintesis akan disimpan dalam bentuk pati di dalam jaringan
mesofil. Gula dan pati berhubungan timbal balik yang disebut dengan
interkonversi gula pati.
Interkonversi gula pati merupakan perubahan timbal balik dari bentuk pati
menjadi bentuk gula dan sebaliknya. Dalam daun dapat ditemukan senyawa-
senyawa lain yang mnerupakan transformasi bentuk glukosa. Glukosa dianggap
senagai model yang paling sederhana dari karbohidarat dan merupakan hasil dari
proses fotosintesis, senyawa awal untuk memulai respirasi, dan sumber energi
utama pada tanaman. Glukosa dapat diubah kedalam bentuk fruktosa, sukrosa dan
pati melalui reaksi-reaksi enzimatik. Setiap konsentrasi dari jenis-jenis glukosa
tersebut akan memiliki perbedaan, bergantung pada pemakaian jenis glukosa
tersebut oleh tanaman. Laju interkonversi gula ke pati dikendalikan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor genetik, faktor ini menyebabkan konsentrasi
antara bentuk gula mengalami perbedaan pada setiap tanaman. Contohnya pada
tanaman jagung manis, Konsentrasi fruktosanya lebih besar daripada bentuk
glukosa yang lain.
Glukosa alami adalah D-glukosa yang seringkali ditemukan dalam bentuk
siklik atatu cincin CHO dan satu O yang disebut dengan glukopiranosa. Pada daun

1
patri dibentuk dalam kloroplas dan terjadi pada siang hari, ketika laju fotosintesis
lebih tinggi dari laju respirasi. Perubahan pati menjadi glukoda membutuhkan
enzim yang merubah pati menjadi dekstrin. Enzim tersebut adalah enzim alfa
amilase atau beta amilase yang kemudian menjadi glukosa. Sukrosa adalah
disakarida yang molekulnya terdiri dari d-glukosa d-fruktofurunosa yang nama
lengkapnya adalah alpha glukopiranose dan beta d-fruktofuranose. Pembentukan
sukrosa dimulai dari UTP dengfan glukosa 1 phosfat dengan membentuk UDPG,
senyawa ini dapat bereaksi dengan fruktosa 6 phosfat yang nantinya akan
membentuk sukrosa phosfat. Selanjutnya senyawa tersebut dapat dihidrolisis
menjadi sukrosa dan adam phospat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan membuktikan terjadinya interkonversi gula pati pada daun
tanaman.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Interkonvensi gula pati merupakan perubahan suatu bentuk dari gula


kepati dan perubahan bentuk dari pati ke gula jadi kebalikannya. Pati akan
terbentuk jika adanya bantuan dari matahari yang akan memproses fotosintesis,
jika tidak adanya bantuan dari sinar matahari atau cahaya matahari, maka pati
tidak akan terbentuk. Yang sudah dijelaskan di atas pereduksi golongan gula, pati
dalam daun memiliki manfaat yang banyak yaitu dapat menjadikan gula pati
sebagai kabrbohidrat bagi makhluk hidup (Syafruddin dkk, 2014).
Tanaman beretiolasi, arti bertetiolasi yaitu untuk mengubah perkembangan
alami dengan mengecualikan matahari atau tidak terkena sinar matahari. Sudah
diketahui bahwa tanaman beretiolasi merupakan tanaman yang ditanam dalam
keadaan gelap dalam jangka waktu tertentu. Tanaman yang di tempatkan di ruang
gelap atau yang beretiolasi dalam jangka waktu yang ditentukan maka akan
mengalami perubahan perubahan pada bagian tanaman, contohya yang amat
terlihat yaitu pada pigmen tumbuhan (Osorio et al, 2013).
Hidrolisa pati adalah proses perubahan molekul pati menjadi bentuk yang
lebih sederhana yaitu menjadi glukosa, maltosa dan dextrin. Proses tersebut
terbagi atas 3 tahapan yaitu gelatinisasi, likufikasi dan sakarifikasi. Selama proses
hidrolisa pati tersebut terdapat enzim yang menjadi katalisator dalam proses
tersebut yaitu enzim amilase. Enzim amilase dapat membantu mempercepat
pemecahan subtrat pati menjadi tiga tahapan pada tahapan hidrolisa pati dengan
cara memecah ikatan glukosida yang terdapat pada polimer pati (Nangin &
Sutrisno, 2015).
Pati adalah suatu bahan yang dihasilkan oleh tumbuhan (hasil fotosintetis)
untuk menyimpan kelebihan glukosa dalam jangka panjang. Pati dibagi menjadi
dua jenis, yaitu pati alami dan pati termodifikasi. Pati termodifikasi merupakan
pati yang sudah mengalami perlakuan secara fisik ataupun kimia yang bertujuan
untuk mengubah salah satu atau lebih sifat fisik atau kimia yang penting dari pati.
Sedangkan pati alami masih sangat terbatas karena sifat fisik dan sifat kimianya
kurang sesuai jika digunakan secara luas. Modifikasi fisik merupakan modifikasi

3
struktur molekul pati dengan perlakuan fisik tanpa menambah zat kimia yang
menyebabkan perubahan sifat pati tersebut. Sedangkan modifikasi kimia
merupakan struktur molekul pati dengan menambahkan zat kimia sehingga
merubah sifat kimianya (Bertolini, 2010)
Pati dapat dibagi menjadi glukosa dan amilopektin. Dalam amilopektin
ada maltosa dan dekstrin. Maltosa dapat menjadi glukosa dengan menggunakan
bantuan enzim maltase. Konsentrasi maltosa dalam tiap daun berbeda sesuai
keadaan daun. Konsentrasi maltosa yang tinggi akan membuat glukosa yang
banyak,sedangkan maltosa yang rendah atau sedikit akan menghasilkan glukosa
yang relatif sedikit. Konsentrasi maltosa yang rendah dapat berdampak pada
tanaman yaitu regenerasi frekusensi yang rendah namun produksinya akan sedikit
meningkat. Pati untuk dapat menjadi glukosa melalui amilopektin jika larutannya
tidak larut dalam air (Park et.al, 2013) .
Perubuahan pati menjadi glukosa membutuhkan enzim yang dapat
merubah padi menjadi dekstrin, enzim tersebut adalah alfa amilase atau beta
amilase yang kemudian berubah menjadi glukosa. Glukosa merupakan suatu
senyawa monosakarida yang digunakan sebagai tenaga bagi hewan serta manusia
dan salah satu hasil utama fotosintetis. Macam-macam glukosa antara lain sukrosa
dan fruktosa. Sukrosa termasuk senyawa disakarida yaitu senyawa yang paling
sedarhana. Sukrosa biasanya didistribusikan di pabrik (sumber daun) dan di
seluruh sistem vaskular (floem). Sedangkan fruktosa merupakan senyawa
monosakarida yang mempunyai gugus polimer satu (Van Bel, 2003; Angin dkk,
2010).
Glukosa juga merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses
respirasi untuk diubah menjadi energi. Glukosa merupakan guka monosakarida
hasil dari polisakarida atau disakarida yang diperoleh melalui bantuan dari enzim
atau asam. Fungsi dari enzim atau asam tersebut yaitu untuk mempercepat proses
hidrolisis. Asam sulfat dan enzim sakarase merupakan contoh dari enzim atau
asam yang membantu proses pemecahan disakarida seperti sukrosa menjadi
glukosa (Dawn,Allan, & Colleen,2000).

4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Fisiologi Tanaman Perkebunan acara 2 yang berjudul
“Interkonversi Gula-Pati” dilaksanakan pada hari Jum’at, 26 Oktober 2018 pukul
14.20-15.10 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Jember
Kampus Bondowoso.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Beaker glass
2. Alat pemanas
3. Tabung reaksi
4. Cawan petri
5. Gelas ukur
6. Gunting
7. Kaca arloji
8. Pipet

3.2.2 Bahan
1. Daun jagung yang beretioloasi (Praktikan)
2. Alkohol
3. Larutan glukosa, fruktosa, dan sukrosa
4. Aquades
5. I2KI

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Memasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing 10 ml larutan sukrosa
0,5 M ; Fruktosa 0,5 M ; glukosa 0,5 M dan aquades.
2. Memasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 2 helai daun jagung yang
beretiolasi.

5
3. Memotong dalam larutan bagian pangkal daun kemudian mendiamkan selama
15 menit.
4. Merebus daun jagung tersebut sampai berwarna pucat.
5. Meniriskan daun-daun tersebut kemudian menguji I2KI.
6. Mengamati dan membandingkan kualitas warna dari daun yang telah kita
rendam dalam larutan sukrosa, fruktosa, glukosa dan aquades.

3.4 Variabel Pengamatan


Variabel yang diamati dalam kegiatan praktikum interkonversi gula-pati
adalah kepekatan gula pati pada daun jagung beretiolasi yang diberi larutan
glukosa, fruktosa, sukrosa dan aquades.

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum interkonversi gula-pati
akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif.

6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Kelompok Perlakuan Kepekatan
1. Glukosa +++
2. Fruktosa +
3. Sukrosa ++
4. Aquades -

Keterangan : +++ = Paling pekat


++ = Sedikit pekat
+ = Kurang pekat
- = Tidak pekat
Berdasarkan data yang diperoleh daun jagung etiolasi yang telah di rebus
menggunakan alkohol dan perendaman pada larutan gula (glukosa, fruktosa,
sukrosa) dapat menghasilkan hasil yang berbeda. Daun jagung tersebut direbus
menggunakan tabung reaksi yang telah berisi alkohol. Perebusan dilakukan
sampai daun jagung berubah warna menjadi putih atau pucat. Daun yang pucat
dapat menandakan bahwa klorofil yang terkandung didalamnya telah larut
bersama dengan alkohol. Hal tersebut dilakukan guna untuk memudahkan proses
identifikasi tingkat kepekatan warna. Setelah berubah warna menjadi pucat, daun
jagung tersebut ditiriskan ke dalam cawan petri yang telah berisi alkohol dan
merendamnya selama 10 menit. Kemudian daun tersebut di angkat menggunakan
pinset ke dalam kaca arloji dan di tetesi larutan I2KI. Proses penetesan larutan
I2KI tersebut dilakukan agar daun yang telah ditetesi memunculkan tingkat
kepekatan warna dan hasil yang didapat pada pengamatan acara kali ini yang telah
dilakukan yaitu, kelompok 1 mengamati rebusan daun jagung menggunakan
glukosa yaitu menghasilkan kepekatan warna tergolong paling pekat. Kelompok 2
menggunakan fruktosa mendapatkan hasil kepekatan warna tergolong kurang
pekat. Kelompok 3 menggunakan sukrosa mendapatkan hasil kepekatan warna
tergolong sedikit pekat. Sedangkan kelompok 4 menguji menggunakan aquades

7
dengan hasil tidak mempunyai kepekatan warna pada rebusan daun jagung atau
tergolong rendah dikarenakan aquades merupakan air murni tanpa kandungan
apapun didalamnya sehingga daunjagung tidak dapat menyerap aquades.

4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada acara kali ini mengenai interkonversasi
gula-pati pada daun jagung etiolasi. Sampel yang digunakan yaitu daun jagung
etiolasi yang terdapat minimal 4 daun. Tanaman jagung etiolasi yang dimaksud
tersebut merupakan tanaman jagung yang telah dihindarkan dari cahaya matahari
saat penanaman hingga beretiolasi dan tidak berfotosintesis yang ditandai dengan
warna daunnya yang berwarna kuning pucat. Daun yang tidak berfotosintesis
dapat dikatakan daun yang tidak mempunyai kandungan pati. Maka dari itu, daun
beretiolasi yang diberi perlakuan masing-masing larutan gula akan terlihat mana
yang aktif menyerap larutan-larutan gula tersebut.
Berdasarkan pada tabel pengamatan tersebut setelah ditetesi larutan I2KI
setiap daun memiliki kepekatan yang berbeda. Kandungan pati paling tinggi pada
daun yang diberi perlakuan larutan glukosa dan kandungan pati yang paling
rendah yaitu pada daun yang diberi perlakuan aquades. Hal tersebut menunjukkan
bahwa laju interkonversi gula pati daun jagung yang diberi pelakuan glukosa
tinggi sedangkan pada perlakuan fruktosa dan aquades tergolong rendah. Hasil
yang di dapat pada praktikum acara kali ini berbeda dengan penelitian Glyad
(2002) yang hasilnya adalah kandungan pati tertinggi atau menghasilkan pati yang
sangat pekat terdapat pada daun yang diberi perlakuan suksorsa. Dimana sukrosa
tersebut tergolong disakarida yang apabila di hidrolisis menghasilkan satu
molekul glukosa dan satu molekul fruktosa sehingga ketika pati dihasilkan dengan
perlakuan sukrosa memiliki kepekatan gabungan yaitu kepekatan glukosa dan
kepekatan fruktosa. Sukrosa termasuk zat gula yang paling banyak berada
didalam tumbuhan sehingga tumbuhan yang mengandung lebih banyak sukrosa
maka akan mengandung lebih banyak pati. Dan pada berdasarkan literatur tersebut
glukosa memiliki kepekatan warna yang cukup rendah. Perbedaan hasil yang di
dapat dikarenakan daun jagung beretiolasi saat di rebus dalam alkohol warnanya

8
belum sampai putih (pucat) dan warna daun jagung tersebut masih berwarna
kuning. Maka hal tersebut dapat mengakibatkan terhambatnya atau terganggunya
reaksi pada daun saat ditetesi larutan I2KI.
Glukosa dihasilkan dari fotosintesis dan apabila glukosa memiliki sisa
yang lebih maka sisa tersebut akan dialokasikan untuk interkonversi gula-pati.
Glukosa merupakan suatu gula yang paling banyak diproduksi didalam tubuh
tanaman. Uji coba yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa glukosa memiliki
warna yang paling pekat karena dalam penggunaan daun etiolasi masih terkena
sedikit cahaya sehingga memiliki warna yang paling pekat. Fruktosa merupakan
zat gula yang paling banyak ditemukan dalam tubuh tumbuhan. Fruktosa memiliki
fungsi sebagai sumber energi dalam proses metabolism dalam tumbuhan. Fruktosa
memiliki tingkat kemanisan yang tinggi pada tanaman, oleh karena itu seharusnya
dalam pengamatan kali ini larutan fruktosa memiliki kepekatan warna yang tinggi.
Sedangkan sukrosa merupakan monomer yang terbentuk dari glukosa dan
sukrosa. Senyawa sukrosa diproduksi oleh tumbuhan sebagai nutrisi bagi
tumbuhan. Dalam pengamatan tersebut sukrosa memiliki warna larutan sedikit
pekat karena sukrosa hanya sedikit berperan dalam interkonversi gula-pati.
Maka faktor kesalahan dalam praktikum juga mampu menghasilkan hasil
yang berbeda dengan kenyataannya dimana sukrosa akan menghasilkan pati yang
sangat pekat. Pada praktikum kali ini, bahwasanya daun yang diuji dengan
menggunakan glukosa masih terdapat warna hijau sehingga meskipun telah
dietiolasi namun masih cenderung terdapat aktivitas fotosintesis didalamnya
sehingga pati yang dihasilkan juga semakin pekat. Alasan mengapa hal itu terjadi
yaitu adalah karena pembentukan pati dapat terjadi ketika laju fotosintesis lebih
besar daripada laju respirasi sehingga perilaku glukosa pada praktikum kali ini
menghasilkan warna yang sangat pekat.

9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasar pada hasil praktikum acara Interkonversi Gula-Pati dapat
disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hasil yang berbeda pada masing-masing perlakuan tersebut. Pada
perlakuan glukosa yaitu menghasilkan kepekatan warna tergolong paling
pekat. Pada larutan fruktosa mendapatkan hasil kepekatan warna tergolong
kurang pekat. Larutan sukrosa mendapatkan hasil kepekatan warna
tergolong sedikit pekat. Sedangkan pada aquades dengan hasil tidak
mempunyai kepekatan warna pada rebusan daun jagung atau tergolong
rendah.
2. Apabila menunjukkan hasil kepekatan warna yang tinggi atau sangat pekat
maka dapat dikatakan bahwa daun jagung tersebut mengandung pati yang
sangat tinggi serta laju interkonversi yang terjadi juga sangat cepat.
Sedangkan apabila menunjukkan hasil kepekatan warna yang rendah maka
kandungan pati yang terdapat pada daun jagung yang telah direndam
aquades rendah serta laju interkorvensi gula pati daun jagung pun juga
lambat.
3. Data yang dihasilkan pada praktikum kali ini berbeda dengan literatur
yang kami dapat. Seharusnya perlakuan yang paling pekat terdapat pada
larutan sukrosa, tetapi pada hasil praktikum kami kepekatan warna yang
sangat pekat terdapat pada perlakuan larutan glukosa. hal tersebut dapat
disebabkan bahwa pada proses etiolasi tidak terjadi secara sempurna,
karena daun jagung etiolasi tersebut masih melakukan proses fotosintesis
dan daun tersebut terdapat kandungan pati didalamnya.

5.2 Saran
Pada praktikum acara Interkonversi Gula-Pati tidak ada hambatan sama sekali,
hanya saja alat yang digunakan masih terbatas sehingga pada penggunaan alat dan
bahan yang digunakan secara bergantian akan mempengaruhi pada waktu

10
berjalannya praktikum. Dan terdapat pula kendala pada tanaman jagung etiolasi
pada masing-masing kelompok lakukan. Seharusnya dalam waktu penanaman
jagung etiolasi dilakukan selama 1 minggu sebelum praktikum supaya daun pada
tanaman jagung dapat tumbuh dan dapat digunakan untuk pengamatan praktikum
acara kali ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Geiger, D. (2011). Plant sucrose transporters from a biophysical point of view.


Molecular Plant, 4(3), 395–406. https://doi.org/10.1093/mp/ssr029.

Glyad, V. M. 2002. Determination of Monosaccharides, Disaccharides, and


Oligosaccharides in Same Plant Sample by High-Performance Liquid
Chromatography. Russian Journal of Plant Physiology, 49(2) : 277-302.

Marks,D.B., Marks,A.B., Smith.C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Buku


Kedokteran.

Martina, A., Natamihardja, J., & Witono, J. R. (2015). SUBSTITUSI PATI


DALAM PEMBUATAN BAKSO DENGAN PATI SINGKONG
TERMODIFIKASI ( SECARA FOSFORILASI ), 9–17.

Nangin, D., & Sutrisno, A. (2015). ENZIM AMILASE PEMECAH PATI


MENTAH DARI MIKROBA : KAJIAN PUSTAKA Raw Starch Degrading
Amylase Enzyme from Microbes : A Review. Jurnal Pangan Dan
Agroindustri, 3(3), 1032–1039.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.66.054422.

Osorio, S., Vallarino, J. G., Szecowka, M., Ufaz, S., Tzin, V., Angelovici, R., …
Fernie, A. R. (2013). Alteration of the Interconversion of Pyruvate and
Malate in the Plastid or Cytosol of Ripening Tomato Fruit Invokes Diverse
Consequences on Sugar But Similar Effects on Cellular Organic Acid,
Metabolism, and Transitory Starch Accumulation. Plant Physiology, 161(2),
628–643. https://doi.org/10.1104/pp.112.211094.

Park, S. G., Ubaidillah, M., & Kim, K.-M. (2013). Effect of Maltose
Concentration on Plant Regeneration of Anther Culture with Different
Genotypes in Rice (<i>Oryza sativa </i>L.).
American Journal of Plant Sciences, 04(11), 2265–2270.
https://doi.org/10.4236/ajps.2013.411279.

Syafruddin, S., Suwarti, S., Pangan, M. A.-T., & 2014, undefined. (n.d.).
Penyaringan cepat dan toleransi tanaman jagung terhadap intensitas cahaya
rendah. Ejurnal.litbang.pertanian.go.id. Retrieved from
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jpptp/article/view/2759.

12
LAMPIRAN

1. Flowchart praktikum acara “Interkonversi Gula-Pati”


1. Nurohmad Ladoni (171510801001)

13
2. Dieni Risma Viani (171510801005)

14
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)

15
4. Faza Al Rafi (171510801014)

16
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)

17
2. ACC Data Praktikum Acara “Interkonversi Gula-Pati”
1. Nurochmad Ladoni (171510801001)

18
2. Dieni Risma Viani (171510801005)

19
3. Adisti Nurul Arifiani (171510801009)

20
4. Faza Al Rafi (171510801014)

21
5. Rieski Ega Perdana (171510801018)

22
3. Dokumentasi Praktikum Acara “Interkonversi Gula-Pati”

Gambar 1. Memotong 1 helai daun menjadi 2 bagian ke dalam air

Gambar 2. Mengisi larutan alkohol ke dalam tabung reaksi

23
Gambar 3. Memasukkan potongan daun jagung ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi alkohol.

Gambar 4. Merebus daun jagung pada tabung reaksi ke dalam gelas beaker
sampai berwarna pucat

24
Gambar 5. Mengambil daun jagung yang telah direus menggunakan pinset

Gambar 6. Meletakkan rebusan daun jagung yang sudah pucat ke dalam cawan
petri yang telah berisi glukosa. Merendam selama 10 menit

25
Gambar 7. Meniriskan dan meletakkan daun pada cawan petri

Gambar 8. Meneteskan larutan I2KI pada cawan petri yang terdapat rebusan
daun jagung tersebut.

26
Gambar 9. Meratakan larutan tersebut pada rebusan daun jagung, kemudian
mengamati kepekatan warna pada daun tersebut.

Gambar 10. Membandingkan kepekatan warna pada masing-masing kelompok.

27
4. Literatur

Geiger, D. (2011). Plant sucrose transporters from a biophysical point of view.


Molecular Plant, 4(3), 395–406. https://doi.org/10.1093/mp/ssr029.

Glyad, V. M. 2002. Determination of Monosaccharides, Disaccharides, and


Oligosaccharides in Same Plant Sample by High-Performance Liquid
Chromatography. Russian Journal of Plant Physiology, 49(2) : 277-302.

28
Marks,D.B., Marks,A.B., Smith.C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Buku
Kedokteran.

Martina, A., Natamihardja, J., & Witono, J. R. (2015). SUBSTITUSI PATI


DALAM PEMBUATAN BAKSO DENGAN PATI SINGKONG
TERMODIFIKASI ( SECARA FOSFORILASI ), 9–17.

29
Nangin, D., & Sutrisno, A. (2015). ENZIM AMILASE PEMECAH PATI
MENTAH DARI MIKROBA : KAJIAN PUSTAKA Raw Starch Degrading
Amylase Enzyme from Microbes : A Review. Jurnal Pangan Dan
Agroindustri, 3(3), 1032–1039.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.66.054422.

Osorio, S., Vallarino, J. G., Szecowka, M., Ufaz, S., Tzin, V., Angelovici, R., …
Fernie, A. R. (2013). Alteration of the Interconversion of Pyruvate and
Malate in the Plastid or Cytosol of Ripening Tomato Fruit Invokes Diverse
Consequences on Sugar But Similar Effects on Cellular Organic Acid,
Metabolism, and Transitory Starch Accumulation. Plant Physiology, 161(2),
628–643. https://doi.org/10.1104/pp.112.211094.

30
Park, S. G., Ubaidillah, M., & Kim, K.-M. (2013). Effect of Maltose
Concentration on Plant Regeneration of Anther Culture with Different
Genotypes in Rice (<i>Oryza sativa </i>L.).
American Journal of Plant Sciences, 04(11), 2265–2270.
https://doi.org/10.4236/ajps.2013.411279.

Syafruddin, S., Suwarti, S., Pangan, M. A.-T., & 2014, undefined. (n.d.).
Penyaringan cepat dan toleransi tanaman jagung terhadap intensitas cahaya
rendah. Ejurnal.litbang.pertanian.go.id. Retrieved from
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jpptp/article/view/2759.

31

Anda mungkin juga menyukai