PEMBELAJARAN IPS
DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013
Yoyo Supriono
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Bandung
Jl. Soekarno HattaNo. 716 Bandung
Email: yoyosupriono@ymail.com
Abstract
The curriculum is pretty basic guidelines in teaching and learning in education. Knowingly or
not that the success or failure of an education, success or failure in achieving educational
goals more or less dependent on the curriculum. Curriculum 2013 to develop learning
experiences that provide opportunities for students to master the competencies required for
the life of the present and the future. If the curriculum is designed well, systematic,
comprehensive, and integral to all development and learning needs of learners to prepare
themselves to face life in the future, then the expected goals would be realized. In reality the
provision of education tend to cognitive, intellectual intelligence priority, and lack of
education of character and personality.
Keywords: Study of Social Sciences (IPS), Learning, In Curriculum 2013.
Abstrak
Kurikulumnya merupakan pedoman dasar dalam mengajar dan belajar dalam pendidikan.
Disadari atau tidak bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu pendidikan, keberhasilan atau
kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan lebih atau kurang bergantung pada kurikulum.
Kurikulum 2013 untuk mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan
bagi siswa untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk kehidupan masa kini dan
masa depan. Jika kurikulum dirancang dengan baik, sistematis, komprehensif, dan integral
untuk semua kebutuhan pengembangan dan pembelajaran peserta didik untuk mempersiapkan
diri menghadapi kehidupan di masa depan, maka tujuan yang diharapkan akan terwujud. Pada
kenyataannya penyediaan pendidikan cenderung kognitif, prioritas kecerdasan intelektual, dan
kurangnya pendidikan karakter dan kepribadian.
Kata Kunci: Studi Ilmu Sosial (IPS), Pembelajaran, Kurikulum 2013.
89
Volume XII Nomor 32 Tatar Pasundan
Januari –April 2018 Jurnal Diklat Keagamaan
90
Tatar Pasundan Volume XII Nomor 32
Jurnal Diklat Keagamaan Januari- April 2018
91
Volume XII Nomor 32 Tatar Pasundan
Januari –April 2018 Jurnal Diklat Keagamaan
substansinya diarahkan oleh tim pengarah cara ini, maka pembelajaran bahasa
dan pengembang kurikulum. Tujuannya Indonesia termasuk kebudayaan, dapat
agar isi dapat dikendalikan dan kualitas dibuat menjadi kontekstual. Sesuatu yang
lebih baik. Selain itu, harga bisa ditekan hilang pada model pembelajaran bahasa
lebih wajar (public awareness). Indonesia saat ini."Dari efek domino itulah
Kedua, penataan Lembaga maka Kurikulum 2013 adalah bagian tidak
Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di terpisahkan untuk menata berbagai aspek
dalam penyiapan dan pengadaan guru. kehidupan berbangsa dan bernegara
Ketiga, penataan terhadap pola melalui sektor pendidikan. Karena itu,
pelatihan guru. Pengalaman pada Kurikulum 2013 sesungguhnya bukan
pelaksanaan pelatihan instruktur nasional, kurikulum program kementerian, tetapi
guru inti, dan guru sasaran untuk kurikulum yang menjadi program
implementasi Kurikulum 2013, misalnya, pemerintah," demikian rilis Kemendikbud.
banyak pendekatan pelatihan yang harus
disesuaikan, baik menyangkut materi IPS dalam Kurikulum 2013
pelatihan maupun model dan pola Dalam kurikulum 2013, mata
pelatihan. Momentum Kurikulum 2013 pelajaran IPS tercantum dalam struktur
adalah hal yang tepat untuk melakukan Kurikulum 2013 untuk SD/MI dan
penataan terhadap pola pelatihan guru SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada
termasuk penjenjangan terhadap karir guru mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran
dan kepangkatannya. Ke depan, sedang yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu
disiapkan konsep yang terintegrasi antara yang secara tradisional dikelompokkan ke
jenjang karier dan kepangkatan dengan dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial.
penilaian profesi guru. Selama ini Manfaat IPS bagi peserta didik dapat
keduanya terpisah. dilihat dalam empat hal yaitu:
Keempat, memperkuat budaya a. Tujuan IPS
sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, Tujuan pendidikan IPS adalah
ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serta “untuk menghasilkan warga negara
penguatan peran guru bimbingan dan yang memiliki pengetahuan dan
konseling (BK). pemahaman tentang masyarakat dan
Kelima, terkait dengan bangsanya, religius, jujur,
memperkuat NKRI. Melalui kegiatan demokratif, kreatif, kritis, analitis,
ekstrakurikuler kepramukaanlah, peserta senang membaca, memiliki
didik diharapkan mendapat porsi tambahan kemampuan belajar, rasa ingin tahu,
pendidikan karakter, baik menyangkut peduli dengan lingkungan sosial dan
nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, fisik, berkontribusi terhadap
toleransi dan lainnya. pengembangan kehidupan sosial dan
Keenam, ini juga masih terkait budaya, serta berkomunikasi serta
dengan hal kelima, memperkuat integrasi produktif.”
pengetahuan-bahasa-budaya. Pada Pengetahuan dan pemahaman
Kurikulum 2013, peran bahasa Indonesia tentang masyarakat adalah
menjadi dominan, yaitu sebagai saluran pengetahuan penting yang
mengantarkan kandungan materi dari memberikan wawasan kepada
semua sumber kompetensi kepada peserta peserta didik mengenai siapa dirinya,
didik, sehingga bahasa berkedudukan masyarakatnya, bangsanya, dan
sebagai penghela mata pelajaran-mata perkembangan kehidupan
pelajaran lain.Kandungan materi mata kebangsaan di masa lalu, masa
pelajaran lain dijadikan sebagai konteks sekarang, dan yang akan datang.
dalam penggunaan jenis teks yang sesuai Sikap religius, jujur, demokratis
dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui adalah sikap yang diperlukan oleh
92
Tatar Pasundan Volume XII Nomor 32
Jurnal Diklat Keagamaan Januari- April 2018
93
Volume XII Nomor 32 Tatar Pasundan
Januari –April 2018 Jurnal Diklat Keagamaan
DAFTAR PUSTAKA
Wicaksono,Arief. (2013). “Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk
mewujudkan generasi emas” Seminar Nasional. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hasan, S.Hamid. (2013) “Informasi Kurikulum 2013” Seminar Nasional Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
http://news.detik.com/read/2013/07/14/162017/2302125/10/?nd772204topnews.
Hasan, S.Hamid. (2013) “IPS dalam Kurikulum 2013” Seminar Nasional Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
94