Anda di halaman 1dari 17

Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No.

1 Juni 2018: 1-16

PENDIDIKAN KEIMANAN SEBAGAI BASIS


KECERDASAN SOSIAL PESERTA DIDIK: TELAAH PSIKOLOGI ISLAMI

Idi Warsah
Program Studi PAI, STAIN Curup, Bengkulu
idiwarsah@gmail.com

ABSTRACT
This article aims to reveal the importance of faith in education as the basis of the Social intelligence
of learners although it can not be measured concretely through quantitative data. This domain is a
benchmark of the success of the educational process in Islam as the goal of Islamic education itself.
This article use literature research, which examines the subject through the literature related to the
focus of the problem that result the conclusion as follows: First, Man created by God was born as a
person who brings potential social intelligence. The multi-dimensional social intelligence that God
bestows on human beings is able to assume his duty as chalif and dedicate himself totally in the
form of faith and piety to Allah; Secondly, the education of faith becomes important and the main
thing is given to learners, by: introducing the name of Allah SWT and His Apostle; gives the
description of who the creator of the universe is through examply stories; introducing the Almighty
of Allah SWT; to be an example for children in both worship and friendship; respect the abilities of
the children; positioning them not as objects but as learning partners; and give a positive
appreciation of all the advantages possessed by learners.

Keywords: Education of Faith, Social Intelligence, Learners

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan mengungkap arti penting keimanan dalam pendidikan sebagai basis kecerdasan
sosial peserta didik meskipun tidak dapat diukur secara konkret melalui data kuantitatif. Ranah
afeksi ini menjadi tolok ukur keberhasilan proses pendidikan dalam Islam sebagaimana tujuan dari
pendidikan Islam itu sendiri. Jenis artikel ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu menelaah pokok
masalah melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus masalah tersebut sehingga
ditemukan simpulan sebagai berikut: Pertama, manusia diciptakan oleh Allah terlahir sebagai
pribadi yang membawa potensi kecerdasan sosial. Multi dimensi kecerdasan sosial yang
dianugerahkan Allah kepada manusia tidak lain bertujuan agar mampu mengemban tugasnya
sebagai khalifah dan mengabadikan dirinya secara total kepada Allah dalam wujud keimanan dan
ketakwaan kepada Allah; Kedua, Pendidikan keimanan menjadi hal yang penting dan utama
diberikan kepada peserta didik, dengan cara: memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasul-Nya;
memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan;
memperkenalkan ke-Maha-Agungan Allah SWT; dapat memberi sekaligus manjadi contoh bagi
anak-anak baik dalam beribadah maupun bermuamalah; menghargai kemampuan yang dimiliki oleh
anak; memposisikan mereka bukan sebagai objek namun sebagai mitra belajar; dan memberikan
apresiasi yang positif atas segala kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik.

Kata Kunci: Pendidikan Keimanan, Kecerdasan Sosial, Peserta Didik

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
2| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

PENDAHULUAN yang dilakukan pendidik melalui bimbingan,


Pendidikan adalah bagian terpenting pengajaran, dan latihan untuk membantu
dalam kehidupan manusia karena pendidikan peserta didik mengalami proses pemanusiaan
dapat menjadi wadah untuk mencerahkan ke arah tercapainya pribadi yang dewasa yaitu
kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan sosok manusia dewasa yang sudah terisi
pelestari tata sosial maupun tata nilai yang penuh bekal ilmu pengetahuan serta memiliki
ada dan berkembang dalam kehidupan integritas moral yang tinggi sehingga dalam
masyarakat sekaligus sebagai agen perubahan perjalanannya nanti akan menjadi manusia
(agent of change). Semua manusia di muka yang selalu siap baik jasmani maupun
bumi ini memerlukan pendidikan karena rohani.”
pendidikan dapat menjadi tonggak kuat untuk Hal di atas tertuang dalam UU RI No.
mengentaskan kemiskinan pengetahuan, 20 tahun 2003 pasal 3 mengenai Pendidikan
menyelesaikan persoalan kebodohan, nasional berfungsi mengembangkan
membantu manusia untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
fikiran seluruh potensi dirinya agar dapat peradaban bangsa yang bermartabat dalam
menyelesaikan segala permasalahan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
kehidupan dengan cara dan hasil yang sebaik- bertujuan untuk berkembangnya potensi
baiknya. peserta didik agar menjadi manusia yang
Menurut Saroni (2010) pendidikan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan,
“dapat membantu manusia menjadi sosok berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
yang memiliki nilai dengan eksistensinya kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang dapat diakui dalam lingkungan yang demokratis serta bertanggung jawab
masyarakat.” Pendapat ini mempertegas (Sudibyo, 2008).
bahwa pendidikan dapat membantu Jika dilihat dari substansi undang-
menjadikan manusia sebagai insan yang undang di atas, secara implisit bahwa salah
bernilai dan ditinggikan derajatnya oleh satu lembaga pendidikan adalah sekolah, ia
Allah, sebagaimana ditegaskan dalam firman merupakan salah satu institusi yang secara
Allah QS. al-Mujadalah (58): 11 yang artinya langsung bertanggung jawab terhadap kinerja
“Niscaya Allah akan meninggikan orang- pendidikan yang berkualitas dan harus mampu
orang yang beriman diantara kamu dan membenahi segala aspek yang menjadi
orang-orang yang berilmu pengetahuan wewenang dalam pelaksanaan manajemen
beberapa derajat ...”. sekolah, diantaranya adalah dengan
Berdasarkan firman Allah di atas melakukan peningkatan proses pembelajaran
jelaslah bahwa Islam menempatkan agar menjadi lebih bermutu sehingga mampu
pendidikan sebagai suatu yang urgen dan menghasilkan output yang diharapkan.
merupakan kewajiban bagi umat manusia Peningkatan proses pembelajaran
dalam rangka memenuhi fitrahnya sebagai dapat dilakukan dengan peningkatan
khalifah di muka bumi, terutama jika kompetensi guru.
dikaitkan dengan kekuatan akal dan fikiran Membahas tentang mengenai kegiatan
yang dimiliki manusia. Dengan kata lain ilmu belajar dan pembelajaran, tentu membutuhkan
pengetahuan (pendidikan) diberikan Allah guru yang profesional dan kompetitif untuk
kepada manusia bertujuan untuk mengurus menciptakan pembelajaran yang bermakna.
bumi agar menjadi lebih baik. Kemampuan guru dalam mengajar yang
Winkel (1997) Pendidikan dipahami mencakup kemampuan memilih pendekatan,
secara luas dan umum sebagai usaha sadar model, metode dan strategi dalam
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|3

pembelajaran sangat menentukan pasif, pemahaman pembelajaran non mindfull


ketercapaian hasil pembelajaran. Fenomena dan membosankan. Jika potensi yang dimiliki
yang terjadi sekarang, dalam praktek peserta didik tidak dapat dikembangkan
pendidikan guru cendrung menekankan pada dengan baik maka kecerdasan yang dimiliki
kemampuan intelektual pesersa didik dan peserta didik juga tidak akan berkembang
cendrung “mengabaikan” aspek-aspek lain. dengan baik. Padahal mereka memiliki
Studi ini tidak bermaksud banyak sekali potensi kecerdasan yang dapat
“menghakimi” pelaksana pendidikan, namun dikembangkan. Oleh karena itu, guru
selain kebijakan pemerintah tentang sistem seharusnya dapat mengembangkan proses
pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran ke arah yang lebih baik dengan
evaluasi akhir secara nasional (UN) sebagai memperhatikan potensi yang dimiliki oleh
penentu keberhasilah suatu proses pendidikan, peserta didik, terutama potensi kecerdasan
guru juga belum mampu mempososikan (inteligence) peserta didik.
dirinya sebagai pendidik dan menilai hasil Berdasarkan pendapat para ahli di
pendidikan secara komprehensif, sehingga atas, artikel ini bertujuan untuk mengkaji
tidak sedikit guru masih sangat kaku dalam potensi kecerdasan yang patut diperhatikan
menterjemahkan bahan ajar yang telah oleh setiap pendidik dalam proses pendidikan
ditetapkan oleh kurikulum pendidikan secara melalui ayat-ayat Alquran sebagai
umum dan mengabaikan perkembangan pertimbangan dalam evaluasi hasil belajar
potensi kecerdasan siswa. melalui pendidikan keimanan.
Terbukti bahwa penelitian Goodlad Artikel ini akan menjelaskan secara
memberikan gambaran dalam ruang kelas teoretis dan konseptual baik melalui telaah
pada umumnya anak-anak mendengarkan ayat-ayat Alquran maupun ilmu Psikologi
penjelasan dan ceramah guru sebanyak sekitar tentang jenis-jenis kecerdasan sehingga
satu perlima dari hari sekolah, hal ini diperoleh kesimpulan bahwa setiap
sebenarnya tidak terlalu buruk tapi sebagian pendidikan harus peka dan memberikan
besar dari pengajaran frontal ini terjadi tanpa perhatian terhadap potensi kecerdasan peserta
adanya interaksi bermakna dengan para murid didik yang tidak dapat dinilai secara
(dalam Amstrong, 2005). kuantitatif meskipun secara teori bahwa
Hal tersebut dapat menyebabkan kecerdasan mempunyai ciri yang dapat dilihat
kecerdasan (inteligence) peserta didik tidak dan dapat diuji.
berkembang dengan baik termasuk di
dalamnya kecerdasan Iman dan spiriual. METODE PENELITIAN
Sejalan dengan pendapat Hasbullah (2011) Dilihat dari sumber datanya, penelitian
bahwa “sistem pembelajaran seperti itu ini termasuk jenis penelitian kepustakaan
beroperasi bagaikan teori cangkir poci dimana (library research), yaitu penelitian yang
guru sebagai poci menuangkan pengetahuan kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan
ke dalam cangkir murid tanpa memperdulikan menelusuri berbagai literatur. Penelitian ini
potensi dasar yang dimiliki oleh peserta menyusun dan mencari data tentang
didik.” penjelasan konsep pendidikan berbasis
Peserta didik hanya menerima keimanan sebagai basis kecerdasan sosial
informasi yang diberikan oleh guru tanpa peserta didik perspektif psikologi pendidikan
dapat mengembangkan potensi yang ada Islam. Tentu kitab tafsir dan hadis sebagai
dalam diri mereka. Sehingga akan sumber data primer, buku-buku/literatur dan
menghasilkan proses pembelajaran yang
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
4| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

karya tulis terkait sebagai sumber data bukan data orisinil dari tangann pertama
sekunder. lapangan.
Di samping sumber tersebut di atas, 4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh
diambil sumber data sekunder dari buku-buku ruang dan waktu. Peneliti berhadapan
literatur atau karya tulis para pakar yang telah dengan informasi statik tetap. Artinya
lebih dulu mengkaji permasalahan tersebut di kapanpun ia datang dan pergi data
atas (jika ditemukan) guna melengkapi data tersebut tidak akan pernah berubah
penelitian ini dan dapat dijadikan bahan karena ia sudah merupakan data “mati”
perbandingan. Sedangkan sifat penelitian ini yang tersimpan dalam rekaman penulis.
adalah penelitian deskriptif analisis.
Muhamad Nazir (1999) dalam hal ini Dalam menganalisa pokok
menyatakan bahwa dalam penelitian permasalahan yang akan dicari jawabannya,
kepustakaan, peneliti bertugas menggali teori- maka penelitian ini menggunakan analisis isi
teori yang telah berkembang dalam bidang (content analysis) (Muhadjir, 2000). Untuk itu
ilmu yang berkepentingan. Studi literatur, langkah-langkah akan ditempuh yang dalam
selain dari mencari sumber data sekunder oleh peneliti adalah sebagai berikut:
yang akan mendukung penelitian, juga Pertama, menghimpun dan
diperlukan untuk mengetahui sampai dimana mengumpulkan data-data yang berkaitan
ilmu yang berhubungan dengan penelitian dengan konsep keimanan. Baik melalui
telah berkembang, sampai dimana terdapat informasi ayat-ayat alquran dengan
kesimpulan dan generalisasi yang telah menggunakan pendekatan tafsir, yaitu kata-
pernah di buat, sehingga situasi yang kata kunci yang terkandung dalam poin-poin
diperlukan dapat diperoleh. gagasan-gagasan psikologi Qur‟āni ditinjau
Selanjutnya Mestika Zed (2008) dengan cara mencari pengertian pokok yang
menjelaskan bahwa penelitian kepustakaan terdapat dalam satu atau beberapa ayat
ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan alqurandan hadīṡ yang berhubungan dengan
dengan metode pengumpulan data pustaka, keimanan.
membaca dan mencatat serta mengelolah Kedua, setelah data yang diperlukan
bahan penelitian. Adapun ciri-ciri utama terkumpul berdasarkan isi yang terkandung
dalam penelitian kepustakan (Library Search) dalam gagasan-gagasan itu, kemudian
adalah sebagai berikut: dilakukan pengelompokkan yang disusun
secara logis berdasarkan tema-tema yang
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks lebih kecil di bawah rubrik fokus penelitian.
atau data angka dan bukan dengan Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
pengetahuan langsung dari lapangan atau makna yang terkandung dalam keseluruhan
saksi mata berupa kejadian, orang atau gagasan alqurandan hadis yang berkenaan
benda lainya. dengan keimanan dan pesan-pesan yang ada
2. Data pustaka bersifat „siap pakai‟, di dalamnya. Dalam menghadapi fenomena
artinya peneliti tidak pergi kemana-mana, yang dianalisa, dapat digunakan metode
kecuali hanya berhadapan langsung berpikir induktif dan komparatif (Qomar,
dnegan bahan sumber yang sudah 2005).
tersedia di perpustakaan. Ketiga, menemukan tema-tema khusus
3. Data pustaka umumnya adalah sumber dalam alqurantentang dimensi keimanan
sekunder, dalam arti bahwa peneliti dengan pendekatan tafsir tematik, selanjutnya
memperoleh bahan dan tangan kedua dan menelaahnya dalam kerangka tema yang ada.
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|5

Keempat, peneliti menggunakan Harvard University telah menunjukkan “ada


analisis komparatif untuk mendialogkan delapan potensi kecerdasan dalam diri
pokok pikiran yang terkandung dalam sumber manusia yang harus dikembangkan dengan
ajaran Islam dengan konsep psikologi baik, kecerdasan tersebut antara lain
pendidikan modern yang bersinggungan kecerdasan linguistik, kecerdasan Matematis
dengan tema-tema tersebut. Konsep tersebut logis, Kecerdasan spasial, kecerdasan
akan diinterpretasikan ke dalam konsep kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan
psikologi pendidikan sehingga dapat antar pribadi, kecerdasan intrapribadi dan
ditemukan konsep orisinil tentang pendidikan kecerdasan Naturalis” (Diane, 2009).
berbasis keimanan terutama berkenaan Teori kecerdasan ini disebut dengan
dengan aspek kecerdasan peserta didik. Multiple Inteligence, setiap manusia memiliki
semua jenis Multiple Inteligence namun
HASIL DAN PEMBAHASAN pengembangan kecerdasannya saja yang
Dalam terminologi qurāni ternyata berbeda pada masing-masing personal.
manusia diciptakan oleh Allah tidak terlahir Menurut Gardner “sangatlah penting
sebagai pribadi yang tidak membawa potensi mengenali dan melatih keragaman semua tipe
kecerdasan sebagaimana konsep barat yang kecerdasan manusia serta semua kombinasi
dikemukan oleh Locke yang dikenal dengan tipe kecerdasan untuk menuju pembelajaran
“Teori Tabula Rasa”. Namun manusia diberi sesuai cara kerja otak sehingga dapat
potensi pendengaran, pengelihatan dan hati menyebabkan pendidik tertarik membantu
sebagaimana firman Allah “Dan Allah siswa belajar dan mengembangkan model
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam pembelajaran (Siti, 2008)
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Melihat betapa pentingnya proses
dia memberi kamu pendengaran, penglihatan pendidikan yang memperhatikan potensi
…” (QS: an-Nahl (16): 78). inteligence peserta didik dan mengembangkan
Bukan hanya ketika manusia turun ke potensi ilahiyah tersebut menuju
bumi melalui rahim sang ibu, ketika Allah penghambaan diri secara total kepada Allah,
akan memberikan ruh kepada jasad manusia, maka sub di bawah ini akan memaparkan
Ia telah memberikan potensi kecerdasan secara normatif tentang pengembangan
keimanan dalam diri setiap individu sehingga kecerdasan multi tersebut melalui konsep
Allah menetapkan ketentuan personal yang pendidikan berbasis kecerdasan, dan studi ini
berkaitan dengan ketentuan baik dan buruk memberikan analisis dialogis terhadap
(lihat QS. Al-„A‟raaf (7): 172 dan QS. al- kebijakan sistem pendidikan dan proses
Sajdah (32): 9). pembelajaran yang menekankan pada aspek
Karena itulah, potensi ilahiyah kognitif dan “cendrung” mengabaikan aspek
merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia afektif dan psikomototik.
dan manusia tidak dapat hidup dengan teratur
dan sejahtera di dunia ini tanpa agama. 1. Potensi Kecerdasan Manusia dalam
Dengan kata lain, fitrah manusia adalah Alquran dan Psikologi
beragama, sehingga ketika manusia mengaku a. Pengertian Inteligensi
tidak beragama berarti ia telah membohongi Inteligensia berasal dari kata
dirinya dan sekaligus telah berbuat zhalim intelegere yang berarti menghubungkan atau
terhadap dirinya. menyatukan satu sama lain. Menurut Stern
Dalam konteks psikologis, penelitian dalam (Djaali, 2009) inteligensi adalah “daya
Gardner (2013) dan rekan-rekannya di menyesuaikan diri dengan keadaan baru
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
6| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

dengan mempergunakan alat-alat berfikir seseorang yang berinteligensi tinggi selalu


menurut tujuannya. berusaha melakukan hal yang terbaik dalam
Stephen J. Gould dalam Alder (2012) bertindak dan mencapai suatu tujuan.
berpendapat bahwa inteligensi adalah Rose dan Nicholl dalam Hidayat
“kemampuan untuk menghadapi masalah (2013) ndefinisikan kecerdasan (intelligence)
dengan sikap yang kreatif.” Donald Stener memiliki makna yang lebih luas, yaitu berupa
(Alder, 2012) menganggap bahwa “inteligensi kemampuan untuk memecahkan masalah atau
merupakan kemampuan untuk menerapkan menciptakan suatu produk yang bernilai
pengetahuan yang sudah ada dalam dalam satu latar belakang budaya atau lebih,
pemecahan masalah-masalah baru sehingga sedangkan IQ hanya merupakan sebuah tes
tingkat inteligensi diukur dengan kecepatan yang mengukur kemampuan individu dengan
memecahkan masalah.” Stephen dan Donald soal-soal linguistik dan logismatematis
beranggapan bahwa inteligensi merupakan disamping beberapa tugas pandang dan ruang.
suatu bentuk kecakapan yang dimiliki oleh Atkinson dalam bukunya Introduction
seseorang untuk menyelesaikan to Psychology yang dikutip Sobur (2003)
permasalahan, semakin cakap menyelesaikan menyatakan bahwa, “tingkat inteligensi yang
masalah maka semakin bagus tingkat dimiliki setiap orang dapat berubah-ubah
inteligensi yang dimiliki oleh orang tersebut. sesuai dengan kondisi lingkungan dan
Thorndike seorang tokoh memiliki perbedaan potensi satu sama lain.”
psikologi Perbedaan tingkatan Inteligensi dan
koneksionisme memberikan pengertian perubahan-perubahan tingkatan inteligensi
“inteligensi sebagai respons yang baik disebabkan oleh beberapa faktor diantara
terhadap stimulus yang diterimanya.” Djaali adalah, faktor pembawaan, faktor minat,
(2009) Semakin baik seseorang menanggapi kondisi lingkungan (nutrisi, kesehatan,
stimulus yang muncul dan memberikan kualitas stimulasi/rangsangan, dan iklim
respon sesuai dengan stimulus yang di terima emosional), faktor pembentukan, faktor
maka dapat diketahui tingkat inteligensi yang kematangan, dan faktor kebebasan. Semua
dimilikinya. Sedangkan menurut Piaget dalam faktor tersebut saling terkait satu dengan lain.
Djaali (2009) inteligensi adalah “sejumlah Jadi untuk menentukan kecerdasan seseorang,
struktur psikologis yang ada pada tingkat tidak dapat hanya berpedoman kepada salah
perkembangan khusus.” Dalam hal ini Pieget satu faktor tersebut.
berpendapat bahwa inteligensi itu telah Dengan demikian bisa saja benar
terdapat di dalam diri setiap individu dan pendapat Alder (2012) yang mengatakan
berkembang sesuai dengan tingkat bahwa inteligensi dapat mempengaruhi
perkembangannya. prestasi akademik seseorang, ciri-ciri
Wechler dalam (Sukardi, 2007) juga inteligensi dapat diuji/dilihat melalui pelajaran
berpendapat bahwa “inteligensi merupakan sekolah.” Dapat difahami bahwa inteligensi
kemampuan bertindak dengan menetapkan berperan penting terhadap pencapaian prestasi
suatu tujuan, untuk berfikir secara rasional belajar di sekolah.
dan untuk berhubungan dengan lingkungan di Beberapa pengertian inteligensi
sekitarnya secara memuaskan.” Lebih lanjut tersebut dapat disimpulkan bahwa inteligensi
Wechsler (Utami, 2005) “prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang sangat di tentukan oleh tingkatan seseorang untuk menyelesaikan masalah yang
inteligensinya.” Artinya, bahwa semakin dihadapi dengan menggunakan kemampuan
tinggi inteligensi seseorang maka semakin yang baik menerima respons terhadap
baik prestasi yang dimilikinya karena
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|7

stimulus yang diberikan dan kemampuan atau pendidikan seseorang maka akan
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan semakin baik tingkat kecerdasannya.
atau belajar dari pengalaman. Inteligensi Sebaliknya, semakin buruk pengalaman atau
terjadi sebagai kemampuan mental yang pendidikannya maka akan semakin buruk pula
sangat umum meliputi kemampuan untuk tingkat kecerdasannya. Untuk mendukung
melakukan pertimbangan, perencanaan, kecerdasan manusia ini, Allah membekali
pemecahan masalah, pemikiran abstrak, manusia dengan potensi dasar berupa ruh
pemahaman gagasan-gagasan yang kompleks, (nyawa), pendengaran, penglihatan, dan hati
belajar dengan cepat dan belajar dari (akal dan nurani) (QS.al-Sajdah (32): 9).
pengalaman.
2) Potensi keimanan (SQ)
b. Potensi Kecerdasan Manusia dalam Hal ini diisyaratkan oleh Alquran
Islam dengan persaksian yang diberikan oleh Allah
Dalam Alquran dijelaskan bahwa kepada jiwa (ruh) yang ada pada setiap calon
Allah membekali manusia dengan dua potensi bayi yang masih dalam kandungan sang ibu
pokok, yakni: sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.
Semua jiwa itu mempersaksikan bahwa Allah
1) Potensi kecerdasan (IQ) sebagai Tuhannya (QS. al-A‟raf (7): 172).
Dalam terminologi psikologi IQ Dua potensi pokok berkembang
diartikan sebagai tinggakatan/ukuruan menjadi berbagai kecerdasan yang dimiliki
kecerdasan. Kecerdasan ini juga sering oleh setiap individu, seperti multiple
disebut inteligensi, yang berarti kemampuan inteligence yang dikembangkan oleh pakar-
kognitif yang memiliki suatu organism untuk pakar psikologi modern seperti, Daniel
mnyesuaikan diri secara efektif pada Goleman dan Howard Gardner. Dalam
lingkungan yang kompleks dan selalu berubah perspektif lain bahkan potensi kecerdasan
dan dipengaruhi oleh factor genetic. Nafis tauhid atau keimanan dapat melahirkan
menjelaskan bahwa IQ merupakan ukuran kecerdasan Ruhaniah, karna kecerdasan
kemampuan yang berperan dalam ruhaniah tidak dapat dipisahkan dari agama.
pemprosesan logikan, bahasa dan matematika Agama membutuhkan spiriualitas agar tidak
(Dalam Adana (2013). kering dan spiritualitas agama sebagai jalan
Alquran mengisyaratkan hal ini perwujudannya (Lusi & Heni, 2011).
dengan menjelaskan proses pengajaran yang Lebih lanjut Tasmara dalam (Lusi &
diberikan oleh Allah kepada Adam, yang Heni, 2011), menjelaskan bahwa kecerdasan
dalam waktu singkat dapat menguasai semua spiritual masih berada pada potensi imajenasi
nama yang ada di surga (QS. al-Baqarah (2): kreatif, sementara kecerdasan ruhaniah
31). memberikan arah yang jelas kemana dan
Hal tersebut mengindikasikan bahwa bagaimana kreasi tersebut diarahkan. Lanjut
Adam, sebagai manusia pertama, memiliki Tasmara bahwa kecerdasan ruhaniah
kecerdasan yang lebih dibandingkan malaikat bertumpu pada ajaran cinta (mahabbah) yang
yang ternyata tidak mampu menyebutkan mendalam kepada Allah Rabbal‟Alamin dan
semua nama yang ada di surga. Potensi ini seluruh ciptaan-Nya. Cinta dimaksud adalah
akan berkembang, dengan maksimal atau keinginan untuk memberi dan tidak memiliki
tidak, sangat tergantung pada pengalaman pamrih untuk memperoleh imbalan, cinta
manusia, terutama dalam menempuh bukan komoditas, tetapi sebuah kepedulian
pendidikannya. Semakin baik pengalaman yang sangag kuat terhadap moral dan
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
8| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

kemanusiaan dengan kata lain kecerdasan ini fungsi yang diperankan oleh SQ mampu
adalah suatu kecerdasan yang berpusat pada membantu individu untuk mencapai
kecintaan terhadap Allah dan seluruh ciptaan- kebermaknaan hidupnya. Dengan kontribusi
Nya dan salah satu kecerdasan ruhaniah SQ, individu akan memperoleh arahan tentang
adalah taqwa. bagaimana ia mensikapi hidupnya serta di
Lebih lanjut Tasmara dalam (Lusi & mana ia harus berpijak pada kebenaran yang
Heni, 2011) mengemukakan bahwa terdapat universal. Dalam menjalani kehidupannya,
delapan aspek kecerdasan ruhaniah: individu dengan SQ yang tinggi tetap merasa
a) Memiliki Visi atau cara pandang hidup; tegar walaupun dalam keadaan yang sulit
b) Merasakan kehadiran Allah; sekalipun. Penderitaan mampu mereka hayati
c) Selalu berzikir dan berdoa; sebagai suatu proses yang mampu memotivasi
d) Memiliki kualitas sabar; dan memberi kontribusi bagi pencapaian
e) Cendrung kepada kebaikan; hidup yang lebih bermakna.
f) Memiliki empati;
g) Berjiwa besar; Dalam beberapa penelitian disebutkan
h) Bahagia melayani. bahwa pengalaman penderitaan (suffering)
sering dikaitkan dengan perkembangan
Sementara menurut pendapat Ceragan spiritual manusia itu sendiri. Disebutkan
dikutip Nugraheni dalam (Lusi & Heni, 2011) dalam kisah Sidarta Gautama, di mana ia
aspek kecerdasan kerohanian mencakup mengalami krisis eksistensi yang berdampak
beberapa hal yaitu: pada penderitan yang panjang ia rasakan.
a) Selalu mempunyai harapan; Demikian juga dengan pengalaman Isra‟
b) Bersedia memaafkan diri dan orang lain; Mi‟raj Rosulullah Muhammad Saw yang
c) Meditasi; terjadi setelah kematian istri dan paman
d) Penolong; beliau, yang pada akhirnya semakin
e) Bersukur: memperkuat eksistensi kerasulan beliau serta
f) Memiliki keterikatan sosial; semakin mendongkrak kematangan dimensi
g) Doa-doa dan ritual. spiritual beliau Subandi dalam (Nida &
Khoirun, 2012). Maka dapat dipahami bahwa
Modal sifat-sifat spiritual yang telah selain SQ yang tinggi akan mampu memberi
dianugerahkan Allah pada hambaNya tidak kekuatan bagi individu untuk tetap tegar
mungkin tersia-siakan begitu saja. dalam kehidupannya, disisi lain hal itu juga
Sebagaimana eksistensi aspek intelektual dan akan berimbas pada semakin mematangkan
emosional yang membentuk kecerdasan dimensi spiritual itu sendiri sehingga tujuan
intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional untuk mencapai hidup lebih bermakna akan
(EQ), dan teraktualisasi dalam sikap dan terealisir.
perilaku yang sangat berperan dalam Eksistensi SQ juga akan menjadi
kehidupan manusia, kecerdasan spiritualpun modal bagi individu untuk mencapai
juga memiliki kebutuhan untuk direalisasikan kebermaknaan hidup saat berkolaborasi
peranya. SQ merupakan aspek yang sangat dengan nilai-nilai yang menjadi sumber
fundamental dalam memenuhi kebutuhan kebermaknaan hidup. Dalam memahami suatu
manusia yang sangat mendasar yakni pekerjaan, eksistensi SQ akan memotivasi
kebermaknaan hidup. individu untuk melewati segala beban kerja
Bila memahami karakteristik dari dengan etos kerja yang tinggi. Semua
peran SQ itu sendiri, tampak bahwa fungsi- pekerjaan dan aktivtas yang diemban tiap
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|9

individu dengan bermodal SQ akan berjumlah 7 sekarang sudah dikembangkan


berdampak pada sikap yang positif dalam menjadi 8 jenis Inteligence, dengan
memaknai semua pekerjaannya. Bekerja bagi menambahkan kecerdasan natural pada bagian
mereka merupakan sarana untuk ke delapan. Multiple Inteligence menunjukan
merealisasikan eksistensi mereka sebagai bahwa manusia memiliki kemajemukan
khalifah dan abdillah (hamba Allah) sehingga Inteligensi, tidak hanya terpaku pada satu
muatan pekerjaan yang mereka jalani adalah jenis inteligensi saja dan pada hakikatnya
bernilai positif dan produktif. manusia memiliki ciri khas inteligensinya
sendiri.
c. Multiple Inteligence dalam perspektif
psikologi 2. Cara guru Guru Melatih Kecerdasan
Multiple Inteligence merupakan teori Anak
kecerdasan yang di pelopori oleh Gardner Ada beberapa langkah-langkah yang
dalam bukunya Frame of Mind tahun 1983. dapat dilakukan oleh guru untuk melatih
Campbell (2002) menampilkan Theory of kecerdasan anak, diantaranya adalah:
Multiple Inteligence untuk memperkuat
perspektif tentang kognisi manusia. Teori a. Mengidentifikasi Inteligensi Primer
Multiple Inteligence merupakan salah satu Setiap peserta didik
perkembangan paling penting dan paling Untuk menjajaki inteligensi primer
menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini. siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara,
Teori Multiple Inteligence memperkenalkan diantaranya adalah dengan observasi perilaku
bahwa manusia di dunia ini memiliki siswa baik di kelas atau di luar kelas,
kecerdasan yang beraneka ragam dengan ciri melakukan studi dokumentasi terhadap data-
khas tertentu. Pada awalnya Multiple data siswa dan dapat juga dengan cara
Inteligence berjumlah 7 jenis kecerdasan, memberikan tes atau angket kepada siswanya.
yang terdiri dari: Observasi dilakukan untuk melihat apa yang
dilakukan siswa pada saat belajar dengan
1) Kecerdasan Linguistik (berkaitan dengan mengetahuinya dapat diketahui gaya belajar
bahasa) setiap siswa.
2) Kecerdasan Logis Matematis (berkaitan Studi dokumentasi dapat dilakukan
dengan nalar, logika dan matematika) untuk mengetahui latar belakang atau riwayat
3) Kecerdasan spasial (berkaitan dengan pribadi setiap siswa serta hasil karya siswa.
ruang dan gambar) Selanjutnya adalah dengan memberikan tes
4) Kecerdasan musikal (berkaita dengan atau pertanyaan-pertanyaan secara tertulis.
musik, irama dan suara) Pertanyaan-pertanyaan ini dibaca dan diisi
5) Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan sendiri oleh siswa kemudian guru
dengan badan dan gerak tubuh) mengolahnya. Dengan ketiga cara tersebut,
6) Kecerdasan interpersonal (berhubungan guru dapat melihat inteligensi mana yang
dengan antar pribadi dan sosial) paling menonjol pada masing-masing siswa.
7) Kecerdasan intrapersonal (berkaitan
dengan hal-hal yang sangat mempribadi). b. Menyusun Rencana Pembelajaran /
(Sarlito, 2009) Satuan Pelajaran / Silabus yang dapat
Mengembangkan Beberapa
Seiring dengan perkembangan zaman, Inteligensi
Multiple Inteligence yang awalnya hanya
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
10| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

Rencana pembelajaran, satuan c. Melaksanakan Pembelajaran yang


pembelajaran dan silabus sangat berperan dapat Mengembangkan kecerdasan
penting dalam mengembangkan beberapa Peserta Didik
inteligensi, seperti: Kegiatan yang dilakukan guru melalui
cara ini, diantaranya adalah:
1) Mengorganisasikan isi atau materi 1) Menerapkan rencana pelajaran yang telah
pelajaran sedemikian rupa sehingga dirancang untuk mengembangkan
menjadi menarik dan dapat merangsang beberapa inteligensi
indera semaksimal mungkin. 2) Menerapkan keterampilan dasar mengajar
2) Memilih strategi pembelajaran yang yang dapat mengembangkan berbagai
dapat mengembangkan seluruh potensi inteligensi anak didik (Udin & dkk,
inteligensi. Pemilihan strategi 2007).
pembelajaran tersebut merupakan suatu
upaya untuk mengoptimalkan multiple 3. Implementasi pendidikan keimanan
inteligence yang dimiliki suatu sebagai basis kecerdasan Sosial
kurikulum. Pada pelaksanaannya Iman adalah kepercayaan yang
pemilihan strategi pembelajaran haruslah terhujam ke dalam hati dengan penuh
yang dapat memacu inteligensi yang keyakinan, tak ada perasaan syak (ragu-ragu)
menonjol pada diri siswa seoptimal serta mempengaruhi orientasi kehidupan,
mungkin, dan berupaya mempertahankan sikap dan aktivitas keseharian. (2000) Al
inteligensi lainnya pada standar minimal Ghazali dalam Zainudin (1991) mengatakan
yang dituntut oleh sekolah. iman adalah megucapkan dengan lidah,
3) Merancang dan membuat tugas atau mengakui benarnya dengan hati dan
penilaian yang dapat menggaliseluruh mengamalkan dengan anggota badan.
potensi inteligensi. Pendidikan keimanan termasuk aspek
4) Sumber materi berupa: poster atau grafik pendidikan yang patut mendapat perhatian
dari fotosintetis, sebuah variasi pita yang pertama dan utama dari orang tua.
musik, atau CD dan alatnya, persediaan memberikan pendidikan ini pada anak
cat air, buku tes ilmu pengetahuan. merupakan sebuah keharusan yang tidak
5) Memilih model pembelajaran yang sesuai boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan
dengan perkembangan multiple pilar yang mendasari keislaman seseorang.
inteligensi. Seperti model Cooperatif Pembentukan iman harus diberikan
learning untuk mengembangkan pada anak sejak kecil, sejalan dengan
kecerdasan interpersonal, model HFR pertumbuhan kepribadiannya. Nilai-nilai
(History, Fance card and realistik) untuk keimanan harus mulai diperkenalkan pada
mengembangkan kecerdasan logis anak dengan cara :
matematis, model concept mapping untuk a. Memperkenalkan nama Allah SWT dan
mengoptimalkan kecerdasan visual- Rasul-Nya.
spasial, model pembelajaran alam sekitar b. Memberikan gambaran tentang siapa
dan interaksi sosial. Mengembangkan pencipta alam raya ini melalui kisah-
kecerdasan intrapersonal serta model kisah teladan.
pembelajaran lainnya disesuaikan dengan c. Memperkenalkan ke-Maha-Agungan
kriteria kecerdasan peserta didik. (Udin & Allah SWT (Halim, 2001).
dkk, 2007)

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|11

Rasulullah SAW. adalah orang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk
menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah) mengalami dan mempercayai adanya Tuhan.
bagi umatnya, baik sebagai pemimpin Oleh karena itu penanaman keimanan pada
maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh
umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai dilupakan bagi orang tua sebagai pendidik
keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola (QS. al-Rūm (30): 30).
dasar pembinaan iman (Aqidah) yang harus Dengan fitrah manusia yang telah
diberikan pada anak, yaitu membacakan ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana
kalimat tauhid pada anak, menanamkan dalam ayat diatas maka orang tua mempunyai
kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, kewajiban untuk memelihara fitrah dan
mengajarkan Alquran dan menanamkan nilai- mengembangkannya. Hal ini telah ditegaskan
nilai perjuangan dan pengorbanan (Hafizh, dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai
1997). berikut :
Orang tua memiliki tanggung jawab ‫ويلع هللا َلص يبنال الق الق ونع هللا يضر ةريرى يبأ نع ونارصني ًأ‬
mengajarkan Alquran pada anak-anaknya ‫ونادٌيي هاٌبأف ةرطفال َلع ذلٌي دٌلٌم لك ملسً )ملس ًم ٍراخبال هاًر( وناسجمي‬
sejak kecil. Pengajaran Alquran mempunyai ‫ ًأ‬Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Nabi saw
pengaruh yang besar dalam menanamkan bersabda: “Setiap anak terlahir dalam
iman (aqidah) yang kuat bagi anak. Pada saat kondisi fitrah, kedua orang tuanyalah yang
pelajaran Alquran berlangsung secara menjadikannya seorang yahudi, nasrani, atau
bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu majusi. (HR al-Bukhari dan Muslim, Juz IV,
keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka tt: 2047)
dan Alquran adalah firman-firman-Nya yang
diturunkan pada Nabi Muhammad SAW. Melihat ayat dan hadis diatas dapat
Berkata Al Hafidz As-Suyuthi, diambil suatu pengertian bahwa anak
“pengajaran Alquran pada anak merupakan dilahirkan dalam keadaan fitrah dan
dasar pendidikan Islam terutama yang harus perkembangan selanjutnya tergantung pada
diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada orang tua dan pendidiknya, maka orang tua
fitrahnya selaku manusia suci tanpa dosa, wajib mengarahkan anaknya agar sesuai
merupakan lahan yang paling terbuka untuk dengan fitrahnya.
mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam Nilai pendidikan keimanan termasuk
dalam Alquran , sebelum hawa nafsu yang aspek-aspek pendidikan yang patut
ada dalam diri anak mulai mempengaruhinya mendapatkan perhatian pertama dan utama
(Hafizh, 1997). dari orang tua dan pendidik. Memberikan
Iman (aqidah) yang kuat dan tertanam pendidikan ini kepada anak merupakan
dalam jiwa seseorang merupakan hal yang sebuah keharusan yang tidak boleh
penting dalam perkembangan pendidikan ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh
anak. Salah satu yang bisa menguatkan kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar
aqidah adalah anak memiliki nilai yang mendasari keislaman seseorang yang
pengorbanan dalam dirinya demi membela secara otomatis akan berimplikasi pada
aqidah yang diyakini kebenarannya. Semakin kecerdasan sosial anak.
kuat nilai pengorbanannnya akan semakin Nilai-nilai keimanan yang diberikan
kokoh aqidah yang ia miliki (Hafizh, 1997). sejak anak masih kecil, dapat
Nilai pendidikan keimanan pada anak mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana
merupakan landasan pokok bagi kehidupan ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang
yang sesuai fitrahnya, karena manusia
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
12| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana al-Nasd'T4918, 4919, 4920, AbuDawud


dikisahkan dalam al Qurān tentang Luqmanul 4057, Ibn Mdjah 56, Ahmad ibn Hanbal
Hakim adalah orang yang diangkat Allah 8570, 8993, 9333, 9371, 10108)
sebagai contoh orang tua dalam mendidik b) Iman dan Filantropi (Derma): Abu Bakr
anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan ibnAbtSyaibahtelahmenceritakan
dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang kepada kam, Ibn IdrTs telah
perlu mencontoh Luqman dalam mendidik menceritakan kepada kami, Su 'bah telah
anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi memberitahu kami (tahwil) Abu Kuraib
anak-anaknya. perbuatan yang baik akan telah menceritakan kepada kami, Ibn
ditiru oleh anak-anaknya begitu juga Idrts telah menceritakan kepada kami,
sebaliknya. Syu 'bah telah memberitahu kami dari
Selain dari itu banyak sekali pesan Abu 'Imran al-Jauni, dari 'Abd Allah ibn
Rasul melalui hadisnya mengenai gambaran al-Sdmit, dari Abu Zarr, katanya, bahwa
sikap muslim yang telah kuat imannya dan sahabatku, Rasulullah Saw. berwasiat
cerdas dalam aktivitas sosial seperti kepadaku, "Bila kamu memasak kuah
bagaimana ia memperlakukan tetangganya, daging (makanan yang berkuah), maka
tamunya, selalu menjaga lisannya dari perbanyaklah airnya. Lalu lihatlah
perkataan tidak bermanfaat, murah senyum, tetanggamu dan berilah sebagiannya
menjaga kebersihan, mencintai saudara dengan kebajikan. (HR. Muslim No.
sesama muslim seperti mencintai diri sendiri 4759).
dan lain sebagainya. Hal tersebut sebaiknya c) Etika Bertamu dan Menjamu Tamu:
diajarkan kepada anak baik di rumah, sekolah, Barangsiapa beriman kepada Allah dan
masjid maupun di lingkungan masyarakat hari akhir, maka hendaklah memuliakan
sedini mungking agar ketika mereka terlah tetangganya. Barangsiapa beriman
dewasa impelemetasi dari kecerdasan berbasis kepada Allah dan hari akhir, maka
keimanan tersebut menjadi kepribadian Islami hendaklah menghormati tamunya.yaitu
dalam bentuk perilaku yang baik sesusai Ja’izah-nya (yang diperkenankan). "
dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul. Syuraih bertanya, "Apa yang dimaksud
Beberapa hadis tersebut antara lain adalah dengan ja'izah-ny a itu wahai
sebagaimana dipaparkan oleh M. Yusuf Rasulullah? " Beliaupun menjawab,
(2008): "Maksudnya adalah sehari semalam.
B"rtemu (paling lama) adalah tiga hari,
a) Kualitas dan kuantitas Iman: Zuhair ibn dan selama lebih dari itu maka
Harb telah menceritakan kepada kami, dinamakan sedekah kepada tamu
JarTr telah menceritakan kepada kami, tersebut. Dan barangsiapa beriman
dari Suhail, dari 'Abd Allah ibn Dinar, kepada Allah dan hari akhir, maka
dari AbuSdlih, dari Abu Hurairah, hendaklah berbicara yang baik atau
katanya, Rasulullah Saw. bersabda, diam. (HR. Al-Bukhdri5560, Muslim 69,
"Iman itu ada 73 lebih atau 63 lebih 3253, al-Tirmizi 1890, 1891, Abu Ddwud
bagian. Yang paling utama adalah 3256, Ibn Mdjah 3662, Ah}mad ibn
ucapan "la ilah ilia Allah " dan yang Hfanbal 15775, 25906, 25908, Malik
paling rendah adalaii menyingkirkan 1454, al-Ddrimi 1949.
bahaya dari jalan. Rasa malujuga d) Kualitas Iman: Amr bin Khdlid telah
merupakan bagian dari iman. (HR. menceritakan kepada kami, katanya, al-
Muslim 51, al-BukhdriS, al-Tirmizi 2539, Lais telah menceritakan kepada kami,
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|13

dari Yazid, dariAbu al-Khair, dari 'Abd dari al-Lais dan Iain-lain, dari Yazld ibn
Allah ibn 'Amr bahwasanya seorang laki- Abi Tabib, dari 'Abd al-Rahman ibn
laki bertanya kepada Nabi Saw., "Islam Syimamah, bahwasanya iapernah
yang bagaimana yang paling baik? " mendengar 'Uqbah ibn 'Amir berbicara
Rasulullah menjawab, "Engkau memberi di atas mimbar, "Sesungguhnya
makan dan mengucapkan salam, baik Rasulullah Saw. bersabda, 'Seorang
kepada orang yang kamu kenal maupun mukmin adalah saudara bagi mukmin
tidak". (HR. Al-Bukhdn 11, Muslim 56, lainnya. Maka tidak halal bagi seorang
al-Tirmizi 1778, al-Nasd'i 4914, Abu mukmin membeli barangyang sudah
Ddwud 4520, Ibn Majah 3244, 3684, dibeli saudaranya dan tidak halal juga
Ahmad ibn Hanbal 6293, 6552, al- baginya meminang (seorangperempuan)
Ddrimil991). yang sudah dipinang saudaranya sampai
e) Iman dan Hubungan Sosial: 'Abd Allah ia meninggalkannya'. (al-Bukhari 9,
ibn Muhammad telah menceritakan Muslim 57, Nasa'i 4910, Abu
kepada kami Hisyam telah menceritakan Dawud2122, Ahmad6199, 6225, 6464,
kepada kami Ma 'mar telah 6502, 6515, 6521, 6541, 6618, 6659,
memberitahukan kami dari al- Zuhri dari 6687, 6721, 6789, ad-Darimi 2600).
Abu Salamah dari Abu Hurairah dari h) Iman dan Etika Lingkungan: Muhammad
Nabi Saw. bersabda, "Barangsiapa ibn Basyar telah menceritakan kepada
beriman kepada Allah dan hari akhir, kami, Abu 'Amir al-'Aqdi telah
maka hendaklah menghormati tamunya. menceritakan kepada kami, Khdlid ibn
Dan barangsiapa beriman kepada Allah Ilyas telah menceritakan kepada kami,
dan hari akhir hendaklah menyambung dari Sdlih ibn Abi Hassan, katanya, 'Aku
kasih-sayang (silaturahim), dan telah mendengar Sa'id ibn al-Musayyib
barangsiapa beriman kepada Allah dan berkata, 'Sesungguhnya Allah itu baik, la
hari akhir hendaklah berkata yang baik menyukai kebaikan; Allah itu bersih, la
atau diam. " (HR. Al-Bukhdri, No. 5673). menyukai kebersihan; Allah itu mulia, la
f) Konsistcnsi Iman dan Etika Bertetangga: menyukai kemuliaan; Allah itu
Zaid ibn al-Hubdb telah menceritakan dermawan, la menyukai kedermawanan.
kepada kami, katanya, 'Ali ibn Mas'adah Maka bersihkanlah — Aku (Sdlih ibn Abi
al-Bahili telah memberitahukan saya, Hassan) mengiranya (Ibn al-Musayyib)
katanya, Qatddah telah menceritakan berkata — halaman-halaman rumahmu,
kepada kami, dari Anas ibn Malik, dan janganlah kamu menyerupai orang-
katanya, Rasulullah Saw. bersabda, orang Yahudi yang tidak memperhatikan
"Iman seorang hamba tidak dikatakan kebersihan dan kesucian. Lalu aku
lurus sehingga hatinya lurus dan hatinya menyebutkan bahwa kata-kata itu
tidak dikatakan lurus sehingga lisannya berasal dari Muhdjir ibn Mismar (bukan
juga lurus, Seseorang tidak akan masuk dari Ibn al-Musayyib). Kata Muhdjir,
surga karena tetangganya tidak merasa 'Amir ibn Sa 'd ibn Abi Waqqas telah
aman dari kejahatan-kejahatan yang menceritakannya kepadaku, dari
dilakukannya" .(HR. Ahmad ibn Hanbal ayahnya, dari Nabi Saw. seperti (ucapan
12575). Ibn al-Musayyab) di atas
g) Iman dan Hubungan Personal: Abu al- kecualikata-kata"bersihkanlah
Tdhir telah menceritakan kepadaku, 'Abd halaman-halaman rumahmu. (HR.
Allah ibn Wahb telah memberitahu kami, Muslim 2536, Ibn Mdjah 2237, Ahmad
ibn Hanbal 16689, al-Darimi 2437)
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
14| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

i) Iman dan Rasa Malu: 'Abd Allah ibn Anas ibn Malik, katanya, Rasulullah
Yusuf telah menceritakan kepada kami, Saw. tidak berkhutbah kepada kami
katanya, Malik ibn Anas telah kecuali beliau bersabda, "Tidak beriman
mengabarkan pada kami, dari Ibn bagi siapa yang tidak melaksanakan
Syihab, dari Sdlim ibn 'Abd Allah, dari amanah dan tidak beragama bagi siapa
ayahnya bahwasanya Rasulullah Saw. yang tidak menepatijanji. " (HR. Ahmad
melintas di depan seorang laki-laki dari Ibn Hanbal 11935,12108,12722,13145.
golongan Ansar yang sedang menasehati m) Iman dan Perbuatan Sia-sia: Hujain Abu
saudaranya tentang rasa malu. Lalu 'Umar telah menceritakan kepada kami
Rasulullah Saw. bersabda "Tinggalkan dan 'Abd al- 'Aziz telah menceritakan
dia! Sesungguhnya malu adalah kepada kami, dari Mansur ibn Unain,
sebagian dari iman. (HR. Al-Bukhdn 23, dari Makhul, dari Abu Hurairah,
Muslim 52, al-Tirmizi 2540, al-Nasd'T katanya, Rasulullah Saw. telah bersabda,
4947, Abu Dawud 4162, Ahmad ibn "Seorang hamba tidak beriman secara
Hanbal 4326, 4936, 6057, Malik 1407). total sehingga ia meninggalkan
j) Iman dan Iri Hati(dengki): 'Usman ibn kebohongan ketika bercanda danjuga
Sdlih al-Bagdadi telah menceritakan meninggalkan perdebatan walaupun ia
kepada kami, Abu 'Amir ('Abdal-Malik benar. (HR. Ahmad ibn Hanbal 8276,
ibn 'Amr) telah menceritakan kepada 8411).
kami, Sulaimdn ibn Bilal telah n) Iman dan Perbuatan Munafiq: Sulaimdn
menceritakan kepada kami, dari Ibrahim Abual-Rabi' telah menceritakan kepada
ibn Abl Asid dari kakeknya dariAbu kami, katanya, Isma'il ibn Ja'far telah
Hurairah bahwasanya Nabi Saw. menceritakan kepada kami, katanya,
bersabda, "Jauhilah rasa dengki karena Nafi' ibn Malik ibn Abi 'Amir (Abu
sesungguhnya dengki itu menghilangkan Suhail) telah menceritakan kepada kami,
kebaikan seperti api memakan kayu dari ayahnya, Dari Abu Hurairah, dari
bakar. (HR. Al-Bukhdri 46) Nabi Saw bersabda, "Tanda orang
k) Iman dan Kejujuran: Hasan ibn Musd munafik itu ada tiga: jika berbicara, ia
telah menceritakan kepada kami, Ibn berdusta; jika berjanji, ia mengingkari;
Lahi'ah telah menceritakan kepada kami, dan jika diberi kepercayaan (amanah), ia
Abu al-Aswad telah menceritakan kepada berkhianal.(HR. Al-Bukhdri 32, Muslim
kami, dari 'Abd Allah ibn Raft', dari Abu 89, 90, al-rirmizI2555, al-Nasd'i4935,
Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw. Ahmad ibn Hanbal 8331, 8793, 10504).
bersabda, "Iman dan kekufuran tidak
akan berkumpul dalam hati seseorang; Oleh karena itu, pendidikan keimanan,
kebenaran dan kebohongan tidak akan harus dijadikan sebagai basis utama dalam
berkumpul bersamasama; dan khianat menilai keberhasilan pendidikan dan salah
dan amanah tidak akan berkumpul satu pokok dari pendidikan kesalehan anak.
bersama-sama. "(HR. Ahmad ibn Hanbal Dengannya, dapat diharapkan bahwa kelak ia
8238). akan tumbuh dewasa menjadi insan yang
l) Iman dan Hubungannya dengan Amanah beriman kepada Allah SWT., melaksanakan
dan Janji: Bahz telah menceritakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
kepada kami, Abu Hilal telah larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati
menceritakan kepada kami, Qatddah bisa membentengi dirinya dari berbuat dan
telah menceritakan kepada kami, dari berkebiasaan buruk.
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Idi Warsah Pendidikan Keimanan Sebagai Basis…|15

SIMPULAN Diane, R. (2009). Pengajaran Matematika


Manusia diciptakan oleh Allah terlahir Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta:
sebagai pribadi yang membawa potensi Indeks.
kecerdasan sosial. Multi dimensi kecerdasan Djaali. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta:
sosial yang dianugerahkan Allah kepada Bumi Aksara.
manusia mengangkat derajat manusia lebih Gardner, H. (2013). Kecerdasan Mayemuk:
mulia dan sempurna dibandingkan dengan Teori dan Praktis. (A. Sindoro, Trans.)
makhluk yang lain tidak lain bertujuan agar Jakarta: Interaksara.
manusia mampu mengemban tugasnya Hafizh, M. N. (1997). Mendidik Anak
sebagai khalifah dan mengabdikan dirinya Bersama Rasulullah SAW . Bandung:
secara total kepada Allah dalam wujud Al Bayan.
keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Pendidikan keimanan menjadi hal Halim, M. N. (2001). Anak Shaleh Dambaan
yang penting dan utama diberikan kepada Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
peserta didik. Orang tua dan guru dapat Hasbullah. (2011). Dasar-Dasar Ilmu
mengupayakannya dengan cara: Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
memperkenalkan nama Allah SWT dan Persada.
Rasul-Nya; memberikan gambaran tentang
siapa pencipta alam raya ini melalui kisah- Hidayat, A. (2013). Efektivitas Program
kisah teladan; memperkenalkan ke-Maha- Mentoring Halaqah dalam
Agungan Allah SWT; dapat memberi Meningkatkan Kecerdasan Moral
sekaligus manjadi contoh bagi anak-anak Siswa. Jurnal Etika dan Pekerti , 1.
dalam beribadah maupun bermuamalah; Lusi, N., & Heni, M. (2011). Peran
menghargai kemampuan yang dimiliki oleh Kecerdasan Ruhaniah terhadap
anak; memposisikan mereka bukan sebagai kecenderungan munculnya Post Power
objek namun sebagai mitra belajar; dan Syndrome pada Anggota TNI AU. (U.
memberikan apresiasi yang positif dan M. Press, Ed.) Asosiasi Psikologi
mendidik atas segala kelebihan dan presrasi Islami .
yang mereka raih. Muhadjir, N. (2000). Metode Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
DAFTAR PUSTAKA Muhammad, Y. (2008). Nilai-Nilai Sosial-
Adana, I. C. (2013). Kecerdasan Intelektual, Humanistik dalam Teks Hadis.
Kecardasan Emosional, Kecerdasan Penelitian Agama , XVII (3).
Spiritual, dan Kesehatan Fisik untuk Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta:
Memprediksi Prestasi Belajar Ghalia Indonesia.
Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Nida, & Khoirun, L. F. (2012). Peran
Akuntansi , XVII (03). Kecerdasan Spritual dalam Pencapaian
Alder, H. (2012). Boost Your Inteligence. Kebermaknaan Hidup. Konseling
Jakarta: Erlangga. Relig (Jurnal Bimbingan dan
Amstrong, T. (2005). Setiap Anak Cerdas. Konseling Islam) , 3 (1).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Qomar, M. (2005). Epistemologi Pendidikan
Campbell, L. (2002). Metode Terbaru Islam: Dari Metode Rasional hingga
Melesatkan Kecerdasan. Depok: Metode Kritis. Jakarta: Erlangga.
Inisiasi Press. Sarlito, S. (2009). Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
16| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 4 No. 1 Juni 2018

Saroni, M. (2010). Orang Miskin Harus


Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Siti, R. (2008). Teori Kecerdasan Majemuk
Howard Gardner dan
Pengembangannya pada Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam untuk Anak Usia Sekolah Dasar.
Pendidikan Agama Islam , V (1).
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
Sudibyo. (2008). UU RI No. 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas dan Peraturan
Pemerintah No. 47 tahun 2008
Tentang Wajib Belajar. Bandung:
Citra Umbara.
Sukardi, D. K. (2007). Analisis Tes Psikologi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Udin, S. W., & dkk. (2007). Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Utami, M. (2005). Mengembangkan Bakat
dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia.
Winkel, W. (1997). Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Zainudin, e. (1991). Seluk Beluk Pendidikan
dari AL Ghazali. Jakarta: Bina Askara.
Zed, M. (2008). Metodologi Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468

Anda mungkin juga menyukai