Anda di halaman 1dari 19

PRINSIP JASA

MAKALAH

Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Syari’ah


Dosen Pengampu : Cepi Juniar Prayoga,M.Ak

Disusun Oleh :

Siti Nurmala : 201802048

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI CIPASUNG
TASIKMALAYA
2020
1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robil’alamiin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas


segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan tugas dari mata kuliah Akuntansi Syari’ah yang membahas tentang
Prinsip Jasa.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu, terutama kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, kritik
dan saran diharapkan dapat diberikan agar berguna untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 04 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Macam-Macam Produk Jasa Bank Syari’ah
1. Al- wakalah (Deputyship).................................................................2
2. Al-Kafalah (Guaranty)......................................................................3
3. Al-Hawalah (Transfer Service)........................................................6
4. Ar-Rahn (Mortgage).........................................................................7
5. Al-Qardh (Soft and Benefolen Loan)...............................................8
B. Ketentuan dan Rukun Produk-produk Jasa Bank Syari’ah
1. Ketentuan dan rukun wakalah..........................................................9
2. Ketentuan dan Rukun Kafalah..........................................................9
3. Ketentuan dan Rukun Hawalah........................................................9
4. Ketentuan dan Rukun Rahn............................................................10
5. Ketentuan dan Rukun Qard............................................................10
C. Manfaat Produk-Produk Jasa Bank Syari’ah......................................11
1. Manfaat al-hawalah........................................................................11
2. Manfaat Rahn..................................................................................11
3. Manfaat Qardh................................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................12


A. Kesimpulan.........................................................................................12
B. Saran....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bank syari’ah merupakan institusi keuangan yang berbasis syariah islam.
Hal ini berarti bahwa secara makro bank syariah adalah institusi keuangan
yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan
memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Di satu sisi bank
syariah adalah lembaga keuangan yang mendorong dan mengajak masyarakat
untuk ikut aktif berinvestasi melalui berbagai produknya, sedangkan disisi
lain, bank syariah aktif untuk melakukan investasi dimasyarakat.
Pembahasan mengenai produk-produk dan jasa-jasa dalam perbankan
syari’ah tidak terlepas dari jenis akad yang digunakan, biasanya melekat pada
nama produk tersebut. Sebagai contoh, tabuga wadiah berarti produk
tabungan yang menggunakan akad wadiah.
Hal ini berarti segala ketentuan mengenai akad wadiah berlaku untuk
produk tabungan ini, serta beberapa contoh produk dan jasa bank syari’ah
lainnya. Utuk pembahasan selanjutnya mengenai produk dan jasa bank
syari’ah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam produk jasa syari’ah?
2. Bagaimana penerapan produk jasa syari’ah?
3. Apa saja ketentuan produk jasa syari’ah?
4. Apa saja manfaat produk jasa syari’ah?
6. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui macam macam produk jasa syari'ah!
2. Untuk Mengetahui penerapan produk jasa syari'ah!
3. Untuk Mengetahui ketentuan jasa syari'ah!
4. Untuk Mengetahui manfaat produk jasa syari'ah!

1
BAB II

PEMBAHASAN

Bank syari’ah selain mempunyai produk penghimpunan dana dan produk


penyaluran dana, ia juga mempunyai produk jasa. Dalam hal ini Bank syari’ah
dapat melakukan beerbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Produk jasa perbankan
syari’ah menggunakan prinsip-prinsip tersebut antara lain: al-wakalah, al hiwalah,
al-qard, al-kafalah, dan al-rahn. Dari prinsip-prinsip ini, perbankan syari’ah
menjalankan berbagai produk usaha.

A. Macam-Macam Produk Jasa Bank Syari’ah


1. Al-wakalah (Deputyship)
Wakalah secra terminology adalah penyerahan, pendelegasian atau
pemberian mandat. Artinya pelimpahan kekuasaan untuk mewakili sesuatu
hal oleh seseorang kepada yang lain.
Pengertian yang sama dengan menggunakan kata al-hifzhu disebut
dalam firman Allah.

‫َحـسْـبُنـَا هللاُ َو نـ ِ ْع َم ْالـ َو ِكـيْـ ُل‬

“Cukuplah alloh sebagai Penolong kami dan Dia sebaik-baik Pemelihara”

Akan tetapi, yang dimaksud sebagai al-wakalah dalam pembahasan bab


ini adalah pelimpahaan kekuasaan seseorang kepada orang lain dalam hal
yang diwakilkan.

Sedangkan dalam perbankan syari’ah, wakalah adalah akad pemberian


kuasa dari muwakil (pemberi kuasa atau nasabah) kepada wakil (pemberi
kuasa/bank) untuk melaksanakan suatu taukil (tugas) atas nama pemberi
kuasa.

a. Landasan syari’ah
Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk
menyelesaikan segala urusannya sendiri karena itu islam
memperbolehkan mumamalah dalam bentuk wakalah. Pada suatu
kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada
orang lain untuk mewakili dirinya.

2
َ‫ض َي هللاُ عَـ ْنه‬
ِ ‫ار َميْـ ُمـوْ ن ِةَ َر‬
ِ ‫ص‬َ ‫أَ َّن النّـَبِى ص م َو َّك َل أَبَا َرا فِ ِع َو َرجُال ً ِمنَ ا ألَ ْْنـ‬

“Sesungguhnya Nabi SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang


laki dari kaum Anshar,lalu kedua orang itu menikahkan Nabi dengan
Maimunah r.a”

b. Praktik dalam perbankan


Wakalah dalam perbankan digunakan dalam pengriman transfer,
penagihan hutang, baik kliring maupun incaso.
c. Rukun dan Syarat al-Wakalah
1. Orang yang mewakilkan
2. Wakil (yang mewakili)
3. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan)
4. Sighat, yaitu lafaz mewakilkan
d. Akhir al-Wakalah
1. Matinya salah seorang dari yang berakad.
2. Bila salah seorang yang berakad gila.
3. Dihentikan pekerjaan yang dimaksud.
4. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil, meskipun
wakil belum mengetahui.
5. Wakil memutuskan sendiri.
6. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan.
e. Aplikasi dalam Perbankan
Sesuai pasal 8, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/34/Kep/Pir tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan
prinsip syari’ah, bahwa aplikasi wakalah dalam perbankan dapat
berbentuk sebagai berikut:
a.Transfer, yaitu memindahkan uang untuk kepentingan sendiri
dan/atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah.
b. Collection (Inkaso), yaitu menerima pembayaran tagihan atau
surat berharga yang diterbitkan dan melakukan penghitungan dengan
antar pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah.
c.Penitipan, yaitu kegiatan penitipan.

2. Al-Kafalah (Guaranty)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian ini kafalah juga berarti mengalihkan
tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang dengan
tanggungjawab orang lain sebagai penjamin. Oleh karena itu kafalah
dalam perbankan adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh kafil

3
(peminjam/bank) kepada makful (penerima jaminan) dan penjamin
bertanggungjawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban yang menjadi
hak penerima jaminan.
a. Jenis Kafalah
1. Kafalah Bin-nafs( ‫)الكفالة با النفس‬

Kafalah bin-nafs merupakan akad memberikan jaminan atas diri


(personalguarant). Sebagai contoh, dalam praktik perbankan untuk
bentuk Kafalah bin-nafs adalah seorang nasabah yang mendapat
pembiayaan dengan jaminan nama baik dan ketokohan seseorang atau
pemuka masyarakat. Walaupun bank ecara fisik tidak memegang
barang apapun, tetapi bank berharap tokoh tersebut dapat
mengusahakan pembayaran ketika nasabah yang dibiayai mengalami
kesulitan.

2. Kafalah bil-mall(‫) الكفالة بالما ل‬


Kafalah bil-mall merupakan jaminan pembayaran barang atau
pelunasan utang.
3. Kafalah bit-taslim(‫)الكفالة با التسليم‬
Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas
barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir. Jenis pemberian
jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk kepentingan
nasabahnya dapam bentuk kerjasama dengan perusahaan penyewa
(leasing-company). Jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa
deposito/ tabungan dan bank dapat membebankan uang jasa (fee)
kepada nasabah itu.
4. Kafalah al-munjazah( ‫)الكفالة المنجزة‬
Kafalah al-munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi
oleh jangka waktu dan untuk kepentingan/tujuan tertentu. Salah satu
bentuk al-kafalah al-munjazah adalah pemberian jaminan dalam
bentuk Performance bonds “jaminan prestasi”, suatu hal yang lazim di
kalangan perbankan dalam hal ini sesuai dengan bentuk akad ini.
5. Kafalah al-muallaqah(‫)الكفالة المعلقة‬
Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-
munjazah baik oleh industry perbankan maupun asuransi.
b. Rukun dan Syarat al-Kafalah
Menurut Mazhab Hanafi, rukun al-kafalah satu yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan menurut para ulama yang lainnya rukun dan syarat al-
kafalah adalah sebagai berikut:

4
1) Dhamin kafil atau za’im, yaitu orang yang menjamin dimana ia
disyaratkan sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan
hartanya (mahjur) dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri.
2) Madmun Lah, yaitu orang yang berpiutang syaratnya ialah bahwa
yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin.madmun lah
disebut juga dengan makful lah, madmun lah diisyaratkan dikenal
oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal
ini dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
3) Madmun ‘anhu atau makful ‘anhu adalah orang yang berutang.
4) Madmun bih atau makful bih adalah utang, barang atau orang.
Diisyaratkan pada makful bih dapat diketahui dan tetap
keadaannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.
5) Lafadz, diisyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin ridak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
c. Pelaksanaan al-Kafalah
Al-Kafalah dapat dilaksanakan dengan tiga bentuk yaitu:
a. Munjaz (tanjiz),
b. Mu’allaq (ta’liq) dan
c. Mu’aqqat (tauqit).
d. Aplikasi dalam perbankan serta manfaatnya
Kafalah dapat digunakan untuk pemberian jasa bank, antara lain
garansi bank seperti jaminan uang muka (advance payment bond) atau
jaminan pembayaran (payment bond), performance bonds (jaminan
prestasi).
Kafalah yang diberikan oleh bank sangat mendukung transaksi
bisnis yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait, karena dapat
memberikan rasa aman dan kondusif bagi kelangsungan bisnis maupun
proyek-proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang
telah disepakati. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kafalah
memberian manfaat bagi :

· Pihak yang dijamin (nasabah), bahwa dengan kafalah yang


diberikan oleh bank, nasabah bisa mendapatkan/mengerjakan proyek
dari pihak ketiga, karena biasanya pemilik proyek menentukan syarat-
syarat tertentu dalam mengerjakan proyek yang mereka miliki.

· Pihak yang terjamin (pemilik proyek), bahwa dengan kafalah


yang diberikan oleh bank, pemilik proyek mendapat jaminan bahwa
proyek yang akan dikerjakan oleh nasabah tadi akan diselesaikan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, karena kafalah merupakan

5
pengambilalihan risiko oleh bank apabila nasabah cidera janji
melaksanakan kewajibannya.

· Pihak yang menjamin (bank), bahwa dengan kafalah yang


diterbitkan oleh bank, maka pihak bank akan memperoleh fee yang
diperhitungkan dari nilai dan risiko yang ditanggung oleh bank atas
kafalah yang diberikan.

3. Al-Hawalah (Transfer Service)


1. Pengertian al-Hawalah
Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menganggungnya. Dalam istilah para
ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari Muhil (orang
yang berutang) menjadi tanggungan Muhal ‘alaih atau orang yang
berkewajiban membayar utang.
2. Landasan Syari’ah

Hawalah dibolehkan berdasarkan Sunnah dan Ijma’.

a. Sunnah
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah saw, bersabda:

‫ظلـْ ٌم فَا ِ َذا أُ ْتـبِ َع أَ َح ُد ُك ْم عَل َى َملِ ِّى فَ ْلـيَتبْـ َ ْع‬ ْ ‫َم‬
َ ‫ط ُل ْالغَـنِ ِّى‬

“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu


kezaliman. Dan, jika salah seorang dari kamu diikutkan (di-
hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya, terimalah hawalah
itu.”

Pada hadist tersebut, Rasulullah memberitahukan kepada orang


yang mengutangkan, jika yang berutang meng-hawalah-kan kepada
orang yang kaya/mampu, hendaklah ia menerima hawalah tersebut
dan hendaknya ia menagih kepada orang yang di-hawalah-kan
(muhal ‘alaihi). Dengan demikian, hanya dapat terpenuhi.

Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah untuk menerima


hawalah dalam hadist tersebut menunjukkan wajib.oleh sebab itu,
wajib bagi orang mengutangkan (Muhal) menerima hawalah.
Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah itu
menunjukkan sunnah. Jadi, sunnah hukumnya menerima hawalah
bagi muhal.

b. Ijma’

6
Ulama sepakat membolehkan hawalah, hawalah dibolehkan
pada utang tidak berbentuk barang/benda karena hawalah adalah
perpindahan utang. Oleh karena itu, harus pada utang atau
kewajiban financial.
3. Aplikasi dalam Perbankan
Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-
hal berikut:
a. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki
pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu
membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga
itu.
b. Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa
membayarkan dulu piutang tersebut.
c. Bill discounting, secara prinsip bill discounting serupa dengan
hawalah, hanya saja dalam bill discounting nasabah harus
membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak didapati dalam
kontrak hawalah.
4. Manfaat al-Hawalah
Seperti diuraikan diatas, akad hawalah dapat memberikan banyak
sekali manfaat dan keuntungan, diantaranya:
a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan
simultan.
b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan.
c. Dapat menjadi salah satu fee-based income/sumber pendapatan
non pembiayaan bagi bank syari’ah.

Adapun resiko yang harus diwaspadai dari kontrak hawalah adalah


adanya kecurangan nasabah dengan memberikan invoice palsu atau
wanprestasi untuk memenuhi kewajiban hawalah ke bank.

4. Ar-Rahn (Mortgage)
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacam jaminan utang atau gadai.Dalam perbankan rahn adalah akad
penyerahan barang atau harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank
(murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.

7
5. Al-Qardh (Soft and Benefolen Loan)
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali dengna kata lain meminjamkan tanpa mendapatkan
imbalan. Sedangkan pinjaman qrdh adalah penyedia dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu atau kesepakatan antara peminjam dan
pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat
menerima imbalan namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan
dalam perjanjian.
a. Landasan Syari’ah
Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama’ berdasarkan
Hadits riwayat Ibnu Majah dan ijmak ulama’. Sungguhpun demikian,
Allah SWT mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi
“agama Allah”.
Dalam Al-quran disebutkan: siapakah yang mau meminjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipat gandakan
(balasa) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak. Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita di seru
untuk meminjamkan kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta
dijalan Allah.
b. Karakteristik Qardh
Karakteristik qarhdul hasan
1) Pinjaman tanpa imbalan yakni pinjaman mem pergunakan dana
selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah
yang sama pada akhir periode.
2) Jika mengalami kerugian, bukan kelalaiannya maka mengurangi
jumlah pinjamannya.
3) Pelaporan yaitu laporan sumber dan menggunakan dana qardhul
hasan.
c. Aplikasi dalam perbankan
Akad qardh biasanya diterapkan dalam hal-hal berikut ini :
1) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti
loyalitas dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan
segera untuk masa yang relatif pendek.
2) Sebagai fasilitas nasabah yang membutuhkan dana cepat,
sedangkan ia tidak bisa menarik dananya, misalnya tersimpan
dalam bentuk deposito.
3) Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau
membantu sector social. Guna pemenuhan skema khusus ini telah
dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardh al-hasan.

8
B. Ketentuan dan Rukun Produk-produk Jasa Bank Syari’ah
1. Ketentuan dan rukun wakalah
Rukun wakalah beserta ketentuan-ketentuannya antara lain:
a. Pemberi kuasa (muwakil) dengan ketentuan bahwa:
1) Harus seorang pemilih sah yang bertindak terhadap sesuatu yang ia
wakilkan
2) Orang mukalaf/anak muwayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk
menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.
b. Penerima kuasa (wakil) dengan ketentuan bahwa:
1. Harus cakap hokum
2. Dapat melaksanakan tugas yang di wakilkan kepadanya
3. Wakil adalah orang yang diberi amanat
c. Objek yang dikuasakan (taukil) dengan ketentuan bahwa :
1) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili
2) Tidak bertentangan dengan syari’ah islam
3) Dapat diwakilkan menurut syari’ah islam
d. Ijab qabul (sighat)
Ketentuan wakalah yang harus diikuti berdasarkan fatwa Dewan
Syari’ah Nasional (DSN) :
1) Pernyataan ijab qabul harus dinyatakan oleh pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
2) Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.
2. Ketentuan dan Rukun Kafalah
Rukun Kafalah
a. Pihak penjamin atau Kaafil
b. pihak yang dijamin atau makful
c. Obyek penjaminan atau makful ‘alaih
d. Ijab qobul atau shighat
3. Ketentuan dan Rukun Hawalah
Rukun hawalah
a.Pihak yang memindahkan piutang (muhil)
b. Pihak yang berhutang (muhal)
c.Pihak yang menerima pindahan piutang (muhal ‘alaih)
d. Piutang (muhal bih)
e.Ijab qabul (sighat)

9
Ketentuan hawalah berdasarkan ketentuan fatwa DSN (Dewan Syari’ah
Nasional)

1) Orang-orang yang terlibat dalam hawalah.


2) Pernyataanijab dan qabul harus dinyatakan oleh pihak untuk
menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan akad.
3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
menggunakan cara-cara komununikasi yang modern.
4) Hawalah harus dilakukan dengan persetujuan muhil, muhal/muhtal,
dan muhal ‘alaih.
5) Apabila transaksi hawalah telah dilakukan, pihak-pihak yang terlibat
hanyalah muhtal muhal ‘alaih dan hak penagihan mulai berpindah
kepada muhal ‘alaih.
4. Ketentuan dan Rukun Rahn
Rukun Ar-Rahn
a.Yang menggadaikan (raahin)
b. Penerima gadai (murtahin)
c.Harta yang digadaikan (marhun)
d. Hutang (marhun bih)
e.Ijab qabul (sighat)

Ketentuan rahn yang menurut ketentuan DSN:

a.Murtahin mempunyai hak untuk menahan marhum sampai semua hutang


raahin dilunasi.
b. Marhum dan manfaatnya tetap menjadi milik raahin.
c.Pemeliharaan dan penyimpanan marhum pada dasarnya menjadi
kewajiban raahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sdangkan
biaya pemeliharaan serta penyimpananya tetap menjadi kewajiban
raahin.
d. Besar pemeliharaan dan penyimpanan marhum tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
e.Penjualan marhum.
5. Ketentuan dan Rukun Qard
Rukun Qardh
a.Peminjam/muqtaridh
b. Pemberi pinjaman/muqridh
c.Dana/qardh
d. Ijab qabul/ sighat

Ketentuan Qard:

10
a. Ketentuan umum
1) Al-qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang
memerlukan.
2) Nasabah qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama.
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4) Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana diperlukan.
5) Nasabah qardh dapat memberikan tambahan dengna sukarela selama
tidak diperjanjikan dalam akad.
b. Ketentuan lain, yaitu :
1) Dana qardh dapat bersumber dari bagian modal LKS
2) Dana qardh dapat bersumber dari keuntungan LKS yang disisihkan
3) Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya
kepada LKS.

C. Manfaat Produk-Produk Jasa Bank Syari’ah


1. Manfaat al-hawalah
a.memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan
simultan.
b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan.
c.Dapat menjadi salah satu fee-based income sumber pendapatan non
pembiayaan bagi bank syari’ah.
2. Manfaat Rahn
a.Manjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan
fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.
b. Memberikan keamanan bagi semua penabung atau pemegang
deposito
c.Akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dan membutuhkan
dana.
3. Manfaat Qardh
a.Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapatkan talangan jangka pendek.
b. Al-Qardhul hasan juga merupakan salah satu cirri pembeda antara
bank syari’ah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi
social.
c.Adanya misi social akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan
loyalitas masyarakat terhadap bank syari’ah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Macam-macam Produk Jasa Bank Syari’ah
a.Al-wakalah (Deputyship)
b. Al-Kafalah (Guaranty)
c.Al-Hawalah
d. Ar-Rahn
e.Al-Qardh
2. Rukun –rukun produk jasa bank syari’ah
a. Rukun ar-rahn
1) Yang menggadaikan (raahin)
2) Penerima gadai (murtahin)
3) Harta yang digadaikan (marhun)
4) Hutang (marhun bih)
5) Ijab qabul (sighat)
b. Rukun Ar-Rahn
1) Yang menggadaikan (raahin)
2) Penerima gadai (murtahin)
3) Harta yang digadaikan (marhun)
4) Hutang (marhun bih)
5) Ijab qabul (sighat)

B. Saran

Demikianlah makalah kami susun, jika terdapat kesalahan dalam makalah


kami, kami meminta maaf. Dan kami akan selalu menunggu kritik dan saran dari
pembaca guna perbaikan makalah kami selanjutnya, atas kritik dan saran pembaca
kami mengucapkan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Supriyadi, Perbankan Syari’ah, STAIN Kudus, 2011.

Ahmad Supriyadi, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, STAIN Kudus, 2008.

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah :dari teori paktik, Gema Insani Press:
Jakarta, 2001.

Syafi’I Antonio,Muhammad., Bank Syari’ah, cet. 1, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Suhendi, Hendi., Fiqh Mu’amalah, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002.

Ridwan, Akad-akad pada Perbankan Syari’ah di Indonesia, cet. 1, Banda Aceh,


Yayasan PeNA, 2010.

13
14

Anda mungkin juga menyukai