Gambaran Perilaku Dan Gaya Hidup Masyarakat Kota Surabaya DalamMemanfaatkan Perpustakaan Kafe (Library Café)
Gambaran Perilaku Dan Gaya Hidup Masyarakat Kota Surabaya DalamMemanfaatkan Perpustakaan Kafe (Library Café)
ABSTRAK
ABSTRACT
3
bagaimana perilaku masyarakat kota
Jajakan awal peneliti
Surabaya dalam memanfaatkan bahan-bahan documenter 5. Dengan
perpustakaan kafe (library café) demikian penelitian ini akan
sebagai gaya hidup mereka. menggambarkan fakta-fakta dan
menjelaskan keadaan dari objekm
Metode Penelitian penelitian berdasarkan fakta-fakta
dan menjelaskan keadaan dari objek
Metode yang digunakan
penelitian berdasarkan fakta-fakta
dalam penelitian ini adalah metode
yang ada dan mencoba menganalisis
penelitian deskriptif kuantitatif.
berdasarkan data yang diperoleh.
Menurut Nawawi metode deskriptif
yaitu metode-metode penelitian yang
Hasil dan Pembahasan
memusatkan perhatian pada masalah-
masalah atau fenomena yang bersifat a. Perilaku Masyarakat Kota
aktual pada saat penelitian dilakukan, Surabaya dalam
kemudian menggambarkan fakta- Memanfaatkan Perputakaan
fakta tentang masalah yang diselidiki Kafe (library café).
sebagaimana adanya diiringi dengan
Perilaku pemanfaatan adalah
interprestasi yang rasional dan
suatu tindakan yang dilakukan oleh
akurat 4. Penelitian kuantitatif
seseorang (masyarakat kota
deskriptif digunakan untuk
Surabaya) dalam usahanya untuk
menggambarkan,menjelaskan, atau
memanfaatkan segala sesuatu, baik
meringkaskan berbagai kondisi,
itu berupa benda, tempat belajar,
situasi, fenomena,atau berbagai
barang, kesempatan, pekerjaan dan
variabel penelitian menurut kejadian
sebagainya, yang di latar belakangi
sebagaimana adanyayang dapat
oleh adanya suatu kebutuhan
dipotret, diwawancara, diobservasi,
sehingga timbullah suatu motivasi
serta yang dapatdiungkapkan melalui
atau dorongan untuk memenuhi
5
Bungin, Burhan,2005. Metodologi
Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
4
Nawawi,2003. Metode Penelitian Bidang Ekonomi, dan Kebijakan
Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,
Press Jakarta: Kencana,hal. 48-49
kebutuhan tersebut. Hal ini dapat sikap dan keyakinan sangat
dilihat dari alasan memanfaatkan berpengaruh dalam menentukan
perpustakaan kafe (library café), suatu produk, merek, dan
frekuensi memanfaatkan pelayanan.
perpustakaan kafe (library café),
2. Frekuensi waktu yang di
koleksi yang di baca di perpustakaan
habiskan masyarakat kota
kafe (library café), dan aktifitas yang
Surabaya dalam memanfaatkan
dilakukan di perpustakaan kafe
perpustakaan kafe (library café).
(library café).
Berdasarkan hasil penelitian
1. Alasan masyarakat kota yang di lakukan oleh piere
Surabaya memilih berkunjung Bourdieu dan rekan-rekannya
ke perpustakaan kafe (library (Bourdieu dan Passeron,1990:
café), karena tempatnya nyaman Bourdieu, 1984) mengenai
dengan prosentase 54,7% dan pemahaman seseorang tentang
frekuensi sebanyak 41 lama waktu dan intensitas yang
responden. Data tersebut sesuai di tanamkan untuk menguasai
dengan pendapat Kotler, Philip penggunaan informasi, benda-
(2000) bahwa perilaku individu benda, layanan dalam
di dorong dengan adanya melakukan kegiatan sehari-hari
keyakinan dan sikap, yang mana yang erat kaitannya dengan
keyakinan adalah gambaran konsumsi. Berdasarkan dari hasil
pemikiran yang di anut temuan data di lapangan
seseorang tentang suatu hal. menunjukkan, bahwa
Sedangkan sikap adalah masyarakat kota Surabaya
evaluasi, perasaan, emosional cenderung sering (1-4 kali)
dan kecenderungan tindakan berkunjung ke perpustakaan kafe
yang menguntungkan dan (library café) dengan prosentase
bertahan lama dari seseorang 80,0% dan frekuensi sebanyak
terhadap suatu obyek atau 60 responden, yang jarang (1-2
gagasan. Dalam hubungannya kali) dengan prosentase 13,3%
dengan perilaku konsumen,
dan frekuensi sebanyak 10 bahwa kebutuhan merupakan
responden, yang sangat sering fundamen yang mendasari
(>4 kali) dengan prosentase perilaku individu. Kita tidak
6,7% dan frekuensi sebanyak 5 mungkin memhami perilaku
responden. Kemudian intensitas individu tanpa mengerti
waktu yang di habiskan kebutuhnnya. Kebutuhan
pengunjung/masyarakat kota individu mengandung elemen
Surabaya saat di perpustakaan dorongan biologis, fisiologis,
kafe (library café). Dari hasil psikologis, dan social.
temuan data di lapangan Berdasarkan hasil probing
menunjukan bahwa intensitas dengan responden/pengunjung
waktu yang di habiskan oleh perpustakaan kafe (library café),
pengunjung/masyarakat kota pengunjung yang biasanya
Surabya cenderung 2-3 jam membaca jenis koleksi kesenian
dengan prosentase 38,7% dan di perpustakaan kafe (library
frekuensi sebanyak 29 café) memiliki keterampilan
responden. melukis, selain itu kuliahnya
juga jurusan kesenian, untuk
3. Koeksi yang di baca pengunjung
mengembangkan kessenian yang
saat di perpustakaan kafe
di miliki maka pengunjung perlu
(library café) adalah jenis
membaca buku yang terkait
koleksi yang di baca oleh
dengan kesenian.
pengunjung/masyarakat kota
Surabaya saat di perpustakaan 4. Menurut (Notoatmodjo, 2003),
kafe (library café) cenderung bahwa perilaku manusia adalah
membaca jenis koleksi kesenian semua kegiatan atau aktivitas
dengan prosentase 30,7% dan manusia, baik yang diamati
frekuensi sebanyak 23 langsung, maupun yang tidak
responden. Sesuai dengan dapat diamati oleh pihak luar.
pendapat yang di kemukakan Aktivitas yang di lakukan oleh
oleh (A.A. Anwar, P.M, 2005) pengunjung/masyarakat kota
Surabaya saat di perpustakaan minat, dan opininya. Gaya hidup
kafe (library café) cenderung menggambarkan seluruh pola
menikmati makanan dan seseorang dalam beraksi dan
minuman dengan prosentase berinteraksi di dunia.
36% dan frekuensi sebanyak 43
1. Penampilan masyarakat kota
responden, kemudian nongkrong
Surabaya
dengan prosentase 19% dan
frekuensi sebanyak 39 Gaya hidup dapat di ekspresikan
responden, dan diskusi dengan melalui penampilan seseorang,
teman dengan prosentase 13%, penampilan seseorang dapat di
dan frekuensi sebanyak 10 identivikasi melalui bagaimana cara
responden, sementara mempercantik diri, dan cara
pengunjung yang kegiatannya berpakaian. Sesungguhnya
baca koleksi yang ada di penampilan diri itu mengalami
perpustakaan kafe (library café) estetisisasi, “estetisisasi kehidupan
dengan prosentase 12% dan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri
frekuensi sebanyak 9 responden. (body/self) pun justru mengalami
estetisisasi tubuh. Tubuh atau diri
b. Gaya hidup yang di
dan kehidupan sehari-hari pun
Kembangkan Masyarakat
menjadi sebuah proyek, benih
Kota Surabaya
penyemaian gaya hidup. “kamu
Gaya hidup menurut Chaney, bergaya maka kamu ada” adalah
David (2004), dalam bukunya yang ungkapan yang kemungkinan cocok
berjudul “Life Style” Sebuah untuk melukiskan kegandrungan
Pengantar Komprehensif, gaya hidup manusia modern akan gaya. Itulah
adalah suatu pola atau tindakan yang sebabnya industry gaya hidup untuk
membedakan antara satu orang sebagian besar adalah industry
dengan orang lain. Sedangkan penampilan, Chaney, (dalam Idi
menurut Kotler (2002), gaya hidup Subandi, 1997). Sebagaiman gaya
adalah pola hidup di dunia yang hidup masyarakat kota Surabaya
dapat di ekspresikan dalam aktivitas, dapat di ekspreikan melalui
penampilan. Bagaimana cara kemandirian tersebut. Stelah itu di
masyarakat kota Surabaya lihat dari penampilan (cara
mempercantik dirinya dapat di berpakaian/fashion). Chaney, (dalam
ketahui dari apakah masyarakat kota Idi Subandy,1997) Pemikiran
Surabaya sukaa pergi kesalon/klinik mutakhir dalam dunia promosi
kecantikan. Berdasarkan temuan data sampai pada kesimpulan bahwa
di lapangan menunjukkan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti
masyaraat kota surabya cenderung (celebrity based-culture), para
tidak suka pergi ke salon/klinik selebriti membantu dalam
kecantikan dengan prosentase 71% pembentukan identitas dari para
dan frekuensi sebnyak 53 reponden. konsumen kontemporer. Dalam
Hal tersebut dapat dikatakan sebagai budaya konsumen, identitas menjadi
gaya hidup mandiri, sesuai dengan suatu sandaran “aksesori fashion”.
apa yang telah di kemukakan oleh Wajah generasi baru yang dikenal
chaney, (1997), bahwa kemandirian sebagai anak-anak E-Generation,
adalah mampu hidup tanpa menjadi seperti sekarang ini
bergantung mutlak kepada sesuatu dianggap terbentuk melalui identitas
yang lain, untuk itu di perlukan yang diilhami selebriti (celebrity-
kemampuan untuk mengenali inspired identity)-cara mereka
kelebihan dan kekurangan diri berselancar di dunia maya (Internet),
sendiri, serta strategi dengan cara mereka gonta-ganti busana
kelebihan dan kekurangan tersebut untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa
untuk mencapai tujuan. Dengan gaya selebriti dan citra mereka digunakan
hidup mandiri, budaya momen demi momen untuk
konsumerisme tidak lagi membantu konsumen dalam parade
memenjarakan manusia. Manusia identitas. Berdasarkan temuan data di
akan bebas dan merdeka untuk lapangan menunjukkan bahwa
menentukan pilihannya secara masyarakat kota Surabaya tidak
bertanggung jawab, serta mengikuti fashion dengan prosentase
menimbulkan inovasi-inovasi yang 53% dan frekuensi sebanyak 40
kreatif untuk menunjang responden, ini berarti masyarakat
kota Surabaya memiliki gaya hidup juga memiliki aktivitas lain selain
mandiri, sedangkan masyarakat kota bekerja dan belajar, yaitu kuliner dan
Surabaya yang mengikuti fashion refreshing dengan prosentase 13%
dengan prosentasi 47% dan frekuensi dan frekuensi sebanyak 10
sebanyak 35 responden ini tergolong responden.
“Public Relations dan Journalisme
3. Minat masyarakat kota Surabaya
Gaya Hidup” sebagaimana yang di
terhadap lingkungan
ungkapkan oleh Chaney,(dalam Idi
Subandi,1997). Selanjutnya gaya hidup melalui
minat. Menurut Kotler,(2002) minat
2. Aktivitas sehari-hari
berarti tindakan seseorang mengenai
PT.Prenhalindo : Jakarta
Aditama
http://www.KOMPASIANA.com