Anda di halaman 1dari 13

Gambaran Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat Kota Surabaya dalam

Memanfaatkan Perpustakaan Kafe (library café)

Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga - Surabaya

Aniatus Sa’diyah (071211631010)

ABSTRAK

Ditengah-tengah perkembangan post modern, perpustakaan mulai banyak


didirikan sebagai suatu ruang yang tidak hanya menyediakan berbagai koleksi
atau buku-buku saja, melainkan perpustakaan terlebih di kota-kota besar banyak
di desain menjadi tempat yang mencerminkan gaya hidup masyarakat, yaitu
perpustakaan kafe (library café), yang salah satunya ada di kota Surabaya. Di kota
Surabaya sudah mulai banyak perpustakaan kafe (library café), seperti di Jl.
Ngagel Jaya, No.89-91 yaitu “Libreria Eatery” yang bersebelahan dengan toko
buku URANUS, dengan hadirnya perpustakaan kafe (library café) tersebut yang
menjadikan daya Tarik masyarakat kota Surabaya, supaya tidak enggan untuk
memanfaatkan perpustakaan kafe (library café) sebagaimana mestinya dan
kiranya dapat mendukung dalam menumbuhkan minat baca masyarakat kota
Surabaya. Fenomena tersebut yang menjadi perhatian peneliti untuk mengetahu
gambaran perilaku masyarakat kota Surabaya dalam memanfaatkan perpustakaan
kafe (library café) sebagai gaya hidup. Peneliti menggunakan beberapa konsep
untuk menggambarkan perilaku pemanfaatan perpustakaan kafe (library café),
dan menggunakan teorinya Chaney untuk mengetahui gaya hidup yang di
kembangkan oleh masyarakat kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif deskriptif, lokasi penelitian ini yaitu di Libreria Eatery. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakat kota Surabaya dalam
memanfaatkan perpustakaan kafe (library café) dengan alasan memanfaatkan
karena tempatnya nyaman sebesar 54,7%, intensitas kunjungan yang cenderung
sering (1-4 kali) dalam satu bulan sebesar 80%, kemudian responden yang datang
ke perpustakaan kafe (library café) cenderung tidak baca sebesar 32,0%
sedangkan bagi pengunjung yang baca,koleksi yang dibaca adalah jenis koleksi
kesenian sebesar 30,7%, dan aktivitas yang di lakukan cenderung menikmati
makanan dan minuman, nongkrong dan diskusi dengan teman, dengan prosentase
sebesar 36%,19% dan 13%. Sedangkan gaya hidup yang di kembangkan adalah
gaya hidup hedonis, dapat di ketahui melalui kegiatan mengisi waktu luang
cenderung nongkrong di café sebesar 53,3%, kemudian industry gaya hidup hal
ini dapat di lihat dari temuan data yang menunjukkan, bahwa masyarakat kota
Surabaya suka membeli baju di Mall dnegan prosentase sebesar 68%, Public
Relations dan Journalism Gaya hidup hal ini dapat di lihat dari temuan data di
lapangan, bahwa sebagian besar masyarakat kota Surabaya tidak mengikuti
fashion sebesar 53%, dan gaya hidup mandiri, hal ini dapat di lihat dari temuan
data yang menunjukkan, bahwa sebagian besar masyarakat kota Surabaya tidak
suka pergi ke salon/klinik kecantikan sebesar 71%.

Kata Kunci : Perilaku Pemanfaatan, perpustakaan kafe (library café), gaya


hidup, masyarakat kota Surabaya.

ABSTRACT

Amidst the development post-modern, the library began widely established as a


space that not only provides a variety of collections or books only, but the library
especially in big cities many designed to be a place that reflects the lifestyle of the
community, namely the library café (library café), one of which is in the city of
Surabaya. In the city of Surabaya has begun mushrooming cafes library (library
café), such as on Jl. Ngagel Jaya, No.89-91 exactly next door to the bookstore
URANUS which can be called the "Libreria Eatery", with the presence of cafe
library (library café) Pull the power that makes the people of Surabaya, so do not
be reluctant to use a library cafe (library café) as they should and would be able to
support the growing public interest in reading the city of Surabaya. The
phenomenon is be a concern of researchers to describe the behavior of the people
of Surabaya in utilizing cafe library (library café) as a lifestyle. Researchers used
several concepts to describe the behavior of users of the library café (library café),
and using the theory Chaney to know the lifestyle that was developed by the
people of Surabaya. This research uses descriptive quantitative method, the
location of this research is in Libreria Eatery. The sampling technique in this
research is accidental sampling technique. The results of this study indicate that
the behavior of the people of Surabaya in using cafe library (library café) the
grounds harness for a comfortable place of 54.7%, the intensity of visits are tends
frequently (1-4 times) in a month is 80%, then the respondents came to the library
café (library café) tends not read by 32.0%, whereas for visitors which reading,
are read collections is the kind of art collections by 30.7%, and the activities that
is done are likely to enjoy food and drinks, hanging out and discussions with
friends, with a percentage of 36%, 19% and 13%. Whereas lifestyle that is
developed is a hedonistic lifestyle, can know through to fill spare time activities
tend to hang out in the café at 53.3%, industry lifestyle then it can be seen from
the findings of the data showed that the people of Surabaya likes to buy clothes at
the Mall moved at a percentage of 68%, Public Relations and Journalism lifestyle
this can be seen from the data findings in the field, that most communities don’t
follow fashion Surabaya city by 53%, and independent lifestyle, that case this can
be seen from the data findings show that most of the people of Surabaya don’t like
going to the hairdresser / beauty clinics by 71%.

Keywords: Behavior Utilization, library cafe, lifestyle, community of


Surabaya.

Pendahuluan menghabiskan waktu nongkrongnya


di mall, di café maupun di resto,
Ditengah-tengah
semua itu hanya karena masyarakat
perkembangan masyaraat post
ini merasa nyaman tenang dan penuh
modern, perpustakaan mulai banyak
dengan suasana santai. Inilah ciri –
didirikan sebagai suatu ruang yang
ciri gaya hidup masyarakat kota
tidak hanya menyediakan berbagai
Surabaya yang lebih modern, dimana
macam koleksi ataupun buku-buku
mereka selalu mengikuti mode –
saja, melainkan perpustakaan terlebih
mode orang barat dan lain
di kota-kota besar, seperti pada kota
sebagainya. Data menunjukkan
Surabaya ini banyak di desain
mengapa lebih memilih medirikan
menjadi tempat yang mencerminkan
perpustakaan mini atau taman bacaan
gaya hidup masyarakat, yaitu
masyarakat di pusat perpbelanjaan,
perpustakaan kafe (library café).
karena 50% remaja sering pergi ke
Nongkrong di cafe atau
mall dan 25% anak-anak serta 25%
restoran siap saji usai bubaran
orang dewasa 2. Dengan kekentalan
sekolah, kuliah atau pulang kerja,
gaya hidup masyarakat kota
belakangan ini merupakan tren gaya
Surabaya tersebut, sehingga
hidup remaja dan eksekutif1. Hal
dibentuklah sebuah perpustakaan
tersebut telah terjadi dikota
kafe (Library café).
Surabaya, dimana masyarakat kota
Beraktivitas di sebuah
Surabaya di tengah - tengah
Librari Cafe pada saat ini merupakan
kesibukan mereka, mereka lebih suka
sebuah gaya hidup yang dianut oleh
1
Illa Kartila, "Nongkrong" di cafe jadi gaya
masyarakat kota, hal ini termasuk
hidup,
http://www.antaranews.com/berita/300726/n
2
ongkrong-di-cafe-jadi-gaya-hidup http://www.KOMPASIANA.com
juga pada masyarakat kota surabaya Perpustakaan kafe (library café)
yang awalnya dianggap sebagai adalah sebuah gedung yang di desain
pilihan bebas individu tetapi sebaik mungkin dengan banyak
kenyataannya justru kebesertaan inovasi didalamnya dengan
tanpa pilihan. Hasil dari penjajakan memadukan antara perpustakaan
awal, yang telah peneliti lakukan, dengan makanan/minuman yang
bahwa aktivitas yang dilakukan oleh tidak di jumpai pada perpustakaan
masyarakat Kota Surabaya pada konvensional. Dimana perpustakaan
Librari Café meliputi makan/minum, kafe (library café) tersebut telah
nongkrong sambil mengakses memberikan kenyamanan bagi
informasi melalui Gadget dengan pengunjung dan bisa di jadikan
fasilitas free Wifi, kemudian diskusi sebuah tempat untuk melepas
dengan teman kerja, ataupun baca kepenatan mereka. Dengan adanya
koleksi dengan menikmati hidangan inovasi tersebut menjadikan gaya
makanan/minuman 3. Hal tersebut tarik masyarakat kota Surabaya
merupakan gaya hidup masyarakat untuk memanfaatkan perpustakaan
kota Surabaya (pelajar/mahasiswa, kafe sebagaimana mestinya untuk
para pekerja ataupun orang biasa). mendukung dalam menumbuhkan
Dengan gaya hidup minat baca masyarakat kota
masyarakat kota Surabaya tersebut Surabaya, serta menarik masyarakat
sehingga banyak didirikan supaya tidak enggan datang ke
perpustakaan kafe (library café), perpustakaan, dan memberikan
seperti yang ada di kota Surabaya. Di tempat bagi masyarakat kota
kota Surabaya sudah mulai banyak Surabaya yang gemar membaca bisa
didirikan perpustakaan kafe (library membaca sambil menikmati
café) seperti pada BAPERSIP Kota makanan dan minuman tanpa harus
Surabaya, Rumah Sakit Darmo (café datang ke perpustakaan. Berangkat
DarmoHeerLijk), perpustakaan BI, dari fenomena tersebut, akhirnya
Gramedia Expo dan pada toko buku peneliti tertarik untuk melakukan
URANUS (libraria eatery). penelitian yang mengkaji tentang

3
bagaimana perilaku masyarakat kota
Jajakan awal peneliti
Surabaya dalam memanfaatkan bahan-bahan documenter 5. Dengan
perpustakaan kafe (library café) demikian penelitian ini akan
sebagai gaya hidup mereka. menggambarkan fakta-fakta dan
menjelaskan keadaan dari objekm
Metode Penelitian penelitian berdasarkan fakta-fakta
dan menjelaskan keadaan dari objek
Metode yang digunakan
penelitian berdasarkan fakta-fakta
dalam penelitian ini adalah metode
yang ada dan mencoba menganalisis
penelitian deskriptif kuantitatif.
berdasarkan data yang diperoleh.
Menurut Nawawi metode deskriptif
yaitu metode-metode penelitian yang
Hasil dan Pembahasan
memusatkan perhatian pada masalah-
masalah atau fenomena yang bersifat a. Perilaku Masyarakat Kota
aktual pada saat penelitian dilakukan, Surabaya dalam
kemudian menggambarkan fakta- Memanfaatkan Perputakaan
fakta tentang masalah yang diselidiki Kafe (library café).
sebagaimana adanya diiringi dengan
Perilaku pemanfaatan adalah
interprestasi yang rasional dan
suatu tindakan yang dilakukan oleh
akurat 4. Penelitian kuantitatif
seseorang (masyarakat kota
deskriptif digunakan untuk
Surabaya) dalam usahanya untuk
menggambarkan,menjelaskan, atau
memanfaatkan segala sesuatu, baik
meringkaskan berbagai kondisi,
itu berupa benda, tempat belajar,
situasi, fenomena,atau berbagai
barang, kesempatan, pekerjaan dan
variabel penelitian menurut kejadian
sebagainya, yang di latar belakangi
sebagaimana adanyayang dapat
oleh adanya suatu kebutuhan
dipotret, diwawancara, diobservasi,
sehingga timbullah suatu motivasi
serta yang dapatdiungkapkan melalui
atau dorongan untuk memenuhi

5
Bungin, Burhan,2005. Metodologi
Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
4
Nawawi,2003. Metode Penelitian Bidang Ekonomi, dan Kebijakan
Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,
Press Jakarta: Kencana,hal. 48-49
kebutuhan tersebut. Hal ini dapat sikap dan keyakinan sangat
dilihat dari alasan memanfaatkan berpengaruh dalam menentukan
perpustakaan kafe (library café), suatu produk, merek, dan
frekuensi memanfaatkan pelayanan.
perpustakaan kafe (library café),
2. Frekuensi waktu yang di
koleksi yang di baca di perpustakaan
habiskan masyarakat kota
kafe (library café), dan aktifitas yang
Surabaya dalam memanfaatkan
dilakukan di perpustakaan kafe
perpustakaan kafe (library café).
(library café).
Berdasarkan hasil penelitian
1. Alasan masyarakat kota yang di lakukan oleh piere
Surabaya memilih berkunjung Bourdieu dan rekan-rekannya
ke perpustakaan kafe (library (Bourdieu dan Passeron,1990:
café), karena tempatnya nyaman Bourdieu, 1984) mengenai
dengan prosentase 54,7% dan pemahaman seseorang tentang
frekuensi sebanyak 41 lama waktu dan intensitas yang
responden. Data tersebut sesuai di tanamkan untuk menguasai
dengan pendapat Kotler, Philip penggunaan informasi, benda-
(2000) bahwa perilaku individu benda, layanan dalam
di dorong dengan adanya melakukan kegiatan sehari-hari
keyakinan dan sikap, yang mana yang erat kaitannya dengan
keyakinan adalah gambaran konsumsi. Berdasarkan dari hasil
pemikiran yang di anut temuan data di lapangan
seseorang tentang suatu hal. menunjukkan, bahwa
Sedangkan sikap adalah masyarakat kota Surabaya
evaluasi, perasaan, emosional cenderung sering (1-4 kali)
dan kecenderungan tindakan berkunjung ke perpustakaan kafe
yang menguntungkan dan (library café) dengan prosentase
bertahan lama dari seseorang 80,0% dan frekuensi sebanyak
terhadap suatu obyek atau 60 responden, yang jarang (1-2
gagasan. Dalam hubungannya kali) dengan prosentase 13,3%
dengan perilaku konsumen,
dan frekuensi sebanyak 10 bahwa kebutuhan merupakan
responden, yang sangat sering fundamen yang mendasari
(>4 kali) dengan prosentase perilaku individu. Kita tidak
6,7% dan frekuensi sebanyak 5 mungkin memhami perilaku
responden. Kemudian intensitas individu tanpa mengerti
waktu yang di habiskan kebutuhnnya. Kebutuhan
pengunjung/masyarakat kota individu mengandung elemen
Surabaya saat di perpustakaan dorongan biologis, fisiologis,
kafe (library café). Dari hasil psikologis, dan social.
temuan data di lapangan Berdasarkan hasil probing
menunjukan bahwa intensitas dengan responden/pengunjung
waktu yang di habiskan oleh perpustakaan kafe (library café),
pengunjung/masyarakat kota pengunjung yang biasanya
Surabya cenderung 2-3 jam membaca jenis koleksi kesenian
dengan prosentase 38,7% dan di perpustakaan kafe (library
frekuensi sebanyak 29 café) memiliki keterampilan
responden. melukis, selain itu kuliahnya
juga jurusan kesenian, untuk
3. Koeksi yang di baca pengunjung
mengembangkan kessenian yang
saat di perpustakaan kafe
di miliki maka pengunjung perlu
(library café) adalah jenis
membaca buku yang terkait
koleksi yang di baca oleh
dengan kesenian.
pengunjung/masyarakat kota
Surabaya saat di perpustakaan 4. Menurut (Notoatmodjo, 2003),
kafe (library café) cenderung bahwa perilaku manusia adalah
membaca jenis koleksi kesenian semua kegiatan atau aktivitas
dengan prosentase 30,7% dan manusia, baik yang diamati
frekuensi sebanyak 23 langsung, maupun yang tidak
responden. Sesuai dengan dapat diamati oleh pihak luar.
pendapat yang di kemukakan Aktivitas yang di lakukan oleh
oleh (A.A. Anwar, P.M, 2005) pengunjung/masyarakat kota
Surabaya saat di perpustakaan minat, dan opininya. Gaya hidup
kafe (library café) cenderung menggambarkan seluruh pola
menikmati makanan dan seseorang dalam beraksi dan
minuman dengan prosentase berinteraksi di dunia.
36% dan frekuensi sebanyak 43
1. Penampilan masyarakat kota
responden, kemudian nongkrong
Surabaya
dengan prosentase 19% dan
frekuensi sebanyak 39 Gaya hidup dapat di ekspresikan
responden, dan diskusi dengan melalui penampilan seseorang,
teman dengan prosentase 13%, penampilan seseorang dapat di
dan frekuensi sebanyak 10 identivikasi melalui bagaimana cara
responden, sementara mempercantik diri, dan cara
pengunjung yang kegiatannya berpakaian. Sesungguhnya
baca koleksi yang ada di penampilan diri itu mengalami
perpustakaan kafe (library café) estetisisasi, “estetisisasi kehidupan
dengan prosentase 12% dan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri
frekuensi sebanyak 9 responden. (body/self) pun justru mengalami
estetisisasi tubuh. Tubuh atau diri
b. Gaya hidup yang di
dan kehidupan sehari-hari pun
Kembangkan Masyarakat
menjadi sebuah proyek, benih
Kota Surabaya
penyemaian gaya hidup. “kamu
Gaya hidup menurut Chaney, bergaya maka kamu ada” adalah
David (2004), dalam bukunya yang ungkapan yang kemungkinan cocok
berjudul “Life Style” Sebuah untuk melukiskan kegandrungan
Pengantar Komprehensif, gaya hidup manusia modern akan gaya. Itulah
adalah suatu pola atau tindakan yang sebabnya industry gaya hidup untuk
membedakan antara satu orang sebagian besar adalah industry
dengan orang lain. Sedangkan penampilan, Chaney, (dalam Idi
menurut Kotler (2002), gaya hidup Subandi, 1997). Sebagaiman gaya
adalah pola hidup di dunia yang hidup masyarakat kota Surabaya
dapat di ekspresikan dalam aktivitas, dapat di ekspreikan melalui
penampilan. Bagaimana cara kemandirian tersebut. Stelah itu di
masyarakat kota Surabaya lihat dari penampilan (cara
mempercantik dirinya dapat di berpakaian/fashion). Chaney, (dalam
ketahui dari apakah masyarakat kota Idi Subandy,1997) Pemikiran
Surabaya sukaa pergi kesalon/klinik mutakhir dalam dunia promosi
kecantikan. Berdasarkan temuan data sampai pada kesimpulan bahwa
di lapangan menunjukkan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti
masyaraat kota surabya cenderung (celebrity based-culture), para
tidak suka pergi ke salon/klinik selebriti membantu dalam
kecantikan dengan prosentase 71% pembentukan identitas dari para
dan frekuensi sebnyak 53 reponden. konsumen kontemporer. Dalam
Hal tersebut dapat dikatakan sebagai budaya konsumen, identitas menjadi
gaya hidup mandiri, sesuai dengan suatu sandaran “aksesori fashion”.
apa yang telah di kemukakan oleh Wajah generasi baru yang dikenal
chaney, (1997), bahwa kemandirian sebagai anak-anak E-Generation,
adalah mampu hidup tanpa menjadi seperti sekarang ini
bergantung mutlak kepada sesuatu dianggap terbentuk melalui identitas
yang lain, untuk itu di perlukan yang diilhami selebriti (celebrity-
kemampuan untuk mengenali inspired identity)-cara mereka
kelebihan dan kekurangan diri berselancar di dunia maya (Internet),
sendiri, serta strategi dengan cara mereka gonta-ganti busana
kelebihan dan kekurangan tersebut untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa
untuk mencapai tujuan. Dengan gaya selebriti dan citra mereka digunakan
hidup mandiri, budaya momen demi momen untuk
konsumerisme tidak lagi membantu konsumen dalam parade
memenjarakan manusia. Manusia identitas. Berdasarkan temuan data di
akan bebas dan merdeka untuk lapangan menunjukkan bahwa
menentukan pilihannya secara masyarakat kota Surabaya tidak
bertanggung jawab, serta mengikuti fashion dengan prosentase
menimbulkan inovasi-inovasi yang 53% dan frekuensi sebanyak 40
kreatif untuk menunjang responden, ini berarti masyarakat
kota Surabaya memiliki gaya hidup juga memiliki aktivitas lain selain
mandiri, sedangkan masyarakat kota bekerja dan belajar, yaitu kuliner dan
Surabaya yang mengikuti fashion refreshing dengan prosentase 13%
dengan prosentasi 47% dan frekuensi dan frekuensi sebanyak 10
sebanyak 35 responden ini tergolong responden.
“Public Relations dan Journalisme
3. Minat masyarakat kota Surabaya
Gaya Hidup” sebagaimana yang di
terhadap lingkungan
ungkapkan oleh Chaney,(dalam Idi
Subandi,1997). Selanjutnya gaya hidup melalui
minat. Menurut Kotler,(2002) minat
2. Aktivitas sehari-hari
berarti tindakan seseorang mengenai

Gaya hidup menurut apa yang penting orang

Kotler,(2002) dapat di ekspresikan pertimbangkan pada lingkungan.

melalui aktivitas sehari – hari yang di Minat dapat di identivikasi melalui

kenali dengan bagaimana seseorang aktiviats apa yang di lakukan

menghabiskan waktunya. masyarakat kota Surabaya untuk

Sebagaimana dapat di identifikasi mengisi waktuluangnya, dimana

melalui aktivitas sehari-hari aktivitas itu di lakukan, dan alasan

masyarakat kota Surabaya dan memilih tempat tersebut. Hal

frekuensi waktu yang di habiskan tersebut dapat di buktikan oleh

oleh masyarakat kota Surabaya peneliti dari hasil data lapangan

dalam aktivitas sehari-hari. menunjukkan, bahwa kegiatan yang

Berdasarkan temuan data di lapangan di lakukan masyarakat kota Surabaya

menunjukkan bahwa aktivitas sehari untuk mengisi waktu luang mereka

– hari responden adalah bekerja cenderung nongkrong dengan

dengan prosentase 51% dan prosentase 53,3% dan frekuensi

frekuensi sebanyak 38 responden, sebanyak 40 responden, dan

selain itu aktivitas sehari-harinya membaca bahan bacaan dengan

adalah belajar dengan prosentase prosentase 17,3% dan frekuensi

36%, dan frekuensi sebanyak 27 sebanyak 13 responden, yang

responden, selain itu juga responden kegiatan mengisi waktu luangnya


nonton TV dengan prosentase 16,0% di sekitarnya. Hal ini dapat di ketahui
dan frekuensi 12 responden, dan dari hal yang dilakukan sebelum
responden yang kegiatan mengisi mengambil keputusan dan alasan
waktu luangnya nyalon dengan memilih tindakan tersebut. Tindakan
prosentase 13,3% dan frekuensi yang di lakukan masyarakat kota
sebanyak 10 responden. Data Surabaya sebelum mengambil
tersebut termasuk gaya hidup keputusan cenderung melakukan
hedonis, sesuai dengan pendapat diskusi dengan teman/rekan/keluarga
Chaney, (dalam Idi Subandi,1997) dengan prosentase 83% dan
yang menyatakan, bahwa gaya hidup frekuensi sebanyak 62 responden.
hedonis adalah suatu pola hidup yang Dengan alasan karena ingin
aktivitasnya untuk mencari mendapatkan informasi lebih dengan
kesenangan, seperti lebih banyak prosentase 58% dan frekuensi
menghabiskan waktu di luar rumah, sebanyak 43 responden, alasan
lebih banyak bermain, suka pada lainnya pihak lain lebih mengetahui
keramaian kota, ingin selalu menjadi dengan prosentase 21% dan
pust perhatian. Hal tersebut dapat di frekuensi sebanyak 16 responden.
buktikan dari hasil data lapangan,
Kesimpulan
dimana masyarakat kota Surabaya
senang nongkrong di café dengan Berdasarkan hasil temuan
prosentase 58,7% dan frekuensi data yang di peroleh peneliti selama
sebanyak 44 responden. turun lapangan dan melakukan
probing dengan
4. Opini masyarakat kota Surabaya
responden/pengunjung perpustakaan
tentang dunia sekitar
kafe (library café), peneliti dapat
Selanjutnya gaya hidup di tinjau menarik kesimpulan bahwa perilaku
dari opini, sebagai mana yang telah masyarakat kota Surabaya dalam
di kemukakan oleh Kotler, (2002) memanfaatkan perpustakaan kafe
bahwa opini merupakan tindakan (library café) dapat digambarkan
seseorang tentang bagaimana orang berdasarkan alasan memanfaatkan
memikirkan dirinya sendiri dan dunia perpustakaan kafe (library café),
frekuensi memanfaatkan perpustakaan kafe (library café)
perpustakaan kafe (library café), adalah nongkrong, menikmati
koleksi yang di baca di perpustakaan makanan dan minuman, serta
kafe (library café), dan aktivitas sebagian kecil membaca bahan
yang di lakukan di perpustakaan kafe bacaan yang telah di sediakan di
(library café). Dimana alasan perpustakaan kafe (library café).
masyarakat kota Surabaya Kemudian bahan bacaan yang
memanfaatkan perpustakaan kafe biasanya di baca saat di perpustakaan
(library café) karena tempatnya kafe (library café) adalah bahan
nyaman, dan tertarik dengan desain bacaan jenis kesenian. Sedangkan
gedung yang cukup menarik. gaya hidup yang di kembangkan oleh
Kemudian frekuensi memanfaatkan masyarakat kota Surabaya dalam
perpustakaan kafe (library café), memanfaatkan perpustakaan kafe
bahwa sebagian besar masyarakat (library café) terdapat empat bentuk
kota Surabaya sering datang ke gaya hidup, yaitu gaya hidup
perpustakaan kafe (library café), dan mandiri, publick relation and
sebagian besar aktivitas yang di journalism gaya hidup, industry gaya
lakukan pengunjung saat di hidup dan gaya hidup hedonis.
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan,2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,


dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana,hal.
48-49

Chaney, David, 2004. Life Style, Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta :


Jalasutra

Chaney, David. 1996 “Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif” (karya

terjemahan). Yogyakarta : Jalasutra

Illa Kartila, "Nongkrong" di cafe jadi gaya hidup,


http://www.antaranews.com/berita/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gaya-
hidup

Jajakan awal peneliti

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran :edisi Millenium, jilid 1.

PT.Prenhalindo : Jakarta

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2002. Perilaku Konsumen, Bandung : Revika

Aditama

Nawawi,2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press

Setiawan, 2002. Laporan Penelitian Motivasi dan Perilaku Mahasiswa FISIP


dalam Menggunakan Internet : Studi Antar Mahasiswa HI dan Mahasiswa
Komunikasi FISIP UNAIR.

Wilson, T,D, 2002. Human InformatioanBehaviour, Special Issue On Information


science research, Volume 3 No.2

http://www.KOMPASIANA.com

Anda mungkin juga menyukai