PKN Kelompok 1
PKN Kelompok 1
Dosen pengampu
RAHMAH NINGSIH, S.H.I., MA.Hk
PENDAHULUAN
Materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi yang
telah ditentukan. Secara teoritik, terdapat tiga komponen kompetensi kewarganegaraan
meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan
(civic skill), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). Ketiga kompetensi
kewarganegaraan memiliki keterkaitan dengan sasaran pembentukan pribadi warga negara.
Warga negara yang pengetahuan dan sikap kewarganegaraan akan menjadi warga negara
yang percaya diri (civic confidence), warga negara yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang mampu (civic competence),
warga negara yang memiliki sikap dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga
negara yang komitmen (civic commitment), dan pada akhirnya warga negara yang memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang
cerdas dan baik (smart and good citizenship).
BAB II
DASAR TEORI
Mata pelajaran ini muncul pertama kali pada tahun 1957 dengan nama
Kewarganegaraan, yang isinya sebatas tentang hak dan kewajiban warga negara, serta cara-
cara memperoleh kewarganegaraan bagi yang kehilangan status kewarganegaraan. Sebagai
tindak lanjut dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Menteri PP dan K mengeluarkan Surat
Keputusan No.122274/s tanggal 10 Desember 1959 tentang pembentukan panitia penyusunan
buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga negara Indonesia dan hal-
hal yang menginsyafkan warga negara tentang sebab-sebab sejarah dan tujuan Revolusi
Indonesia. Panitia tersebut berhasil menyusun buku Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia
pada tahun 1962 yang menjadi acuan mata pelajaran Civics yang telah muncul pada tahun
1961. Buku tersebut berisi tentang (1) Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (2) Pancasila,
(3) UUD 1945, (4) Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin, (5) Konferensi Asia Afrika, (6) Hak
dan kewajiban warga negara, (7) Manifesto Politik, (8) Lampiran Dekrit Presiden, pidato
Presiden, Declaration of Human Rights dan lain-lain yang dipaketkan dalan Tujuh Bahan
Pokok Indoktrinasi (Tubapi).
Sejak munculnya Orde Baru pada tahun 1966, isi mata pelajaran Civics versi Orde
Lama hampir seluruhnya dibuang, karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
yang sedang berkembang. Pada kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama
Kewargaan Negara, yang isinya di samping Pancasila dan UUD 1945, adalah ketetapan-
ketetapan MPRS 1966, 1967, dan 1968, termasuk GBHN, HAM,serta beberapa materi yang
beraspek sejarah, geografi, dan ekonomi. Sesuai dengan amanat Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1973, mata pelajaran ini berubah nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
pada kurikulum 1975. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4,
maka terjadilah perkembangan yang cukup substantif mengenai materi pelajaran ini, yakni
sangat dominannya materi P-4 dalam PMP. Bahkan dalam penjelasan ringkas tentang PMP
oleh Depdikbud (1982) dinyatakan bahwa hakikat PMP tidak lain adalah pelaksanaan P-4
melalui jalur pendidikan formal. Hal ini tetap berlangsung hingga berlakunya Kurikulum
1984 maupun Kurikulum1994, dimana PMP telah berubah nama menjadi PPKN. Dalam
perkembangannya yang terakhir, materi P-4 secara resmi tidak lagi dipakai dalam Kurikulum
Suplemen 1999, apalagi. Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang P-4 telah dicabut dengan
Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 (Muchson AR:2003).
Pada era reformasi ini Pendidikan Kewarganegaraan juga sedang dalam proses
reformasi ke arah Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru (New Indonesian
Civic Education). Reformasi itu mulai dari aspek yang mendasar, yaitu reorientasi visi dan
misi, revitalisasi fungsi dan peranan, hingga restrukturisasi isi kurikulum dan meteri
pembelajaran. Seiring dengan itu, dalam sistem pendidikan nasional juga sedang
disosialisasikan pembaharuan kurikulum dengan konsep yang disebut Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Competence Based Curriculum) atau disingkat KBK. Penerapan konsep baru ini
tentu saja harus disesuaikan dengan model KBK.
- Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
- Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
- Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Pusat
Kurikulum, 2003:3)
Kemampuan warga negara untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya sangat tergantung pembekalan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai
budaya bangsa. Nilai-nilai dasar negara akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta
pegangan hidup warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu peserta didik seyogyanya memiliki motivasi bahwa pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan kerpada mereka berkaitan erat dengan penanaman dan
kedudukan serta kepentingan mereka sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat
dan sebagai warganegara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia
mewujudkannya.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara Kesatuan Republik Indonesia
diharapkan mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat, bangsa dan negara secara berkesinambungan dan konsisten cita-cita dan
tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.
a Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai
filsafat hidup bangsa dan negara.
b Berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur serta berdisiplin dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
c Berjiwa nassionalisme yang kuat, mengutamakan persatuan dan kesatuan mengatasi
kelompok dan seseorangan.
d Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara serta sadar akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.
e Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.
KESIMPULAN
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/snpu/article/viewFile/15053/12162
https://jurnal.stkippgritulungagung.ac.id/index.php/rontal/article/download/1823/882
https://ojs.unida.ac.id/jtdik/article/view/2635
https://sitiwahyu65.wordpress.com/ppkn/perkembangan-pendidikan-
kewarganegaraan-di-indonesia/
https://www.academia.edu/34509450/Buku_Pegangan_Mahasiswa_PKn_2011