Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN DAN KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen pengampu
RAHMAH NINGSIH, S.H.I., MA.Hk

Disusun Oleh : Kelompok 1


Gilang Pratama Yuda – 20160803047
Moh Hifni – 20160803055
Rheivan Rizki Rahmansyah – 20170803021
Dandy Agus Pratanto – 20210803002

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi yang
telah ditentukan. Secara teoritik, terdapat tiga komponen kompetensi kewarganegaraan
meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan
(civic skill), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). Ketiga kompetensi
kewarganegaraan memiliki keterkaitan dengan sasaran pembentukan pribadi warga negara.
Warga negara yang pengetahuan dan sikap kewarganegaraan akan menjadi warga negara
yang percaya diri (civic confidence), warga negara yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang mampu (civic competence),
warga negara yang memiliki sikap dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga
negara yang komitmen (civic commitment), dan pada akhirnya warga negara yang memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang
cerdas dan baik (smart and good citizenship).
BAB II

DASAR TEORI

2. 1 Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran ini muncul pertama kali pada tahun 1957 dengan nama
Kewarganegaraan, yang isinya sebatas tentang hak dan kewajiban warga negara, serta cara-
cara memperoleh kewarganegaraan bagi yang kehilangan status kewarganegaraan. Sebagai
tindak lanjut dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Menteri PP dan K mengeluarkan Surat
Keputusan No.122274/s tanggal 10 Desember 1959 tentang pembentukan panitia penyusunan
buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga negara Indonesia dan hal-
hal yang menginsyafkan warga negara tentang sebab-sebab sejarah dan tujuan Revolusi
Indonesia. Panitia tersebut berhasil menyusun buku Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia
pada tahun 1962 yang menjadi acuan mata pelajaran Civics yang telah muncul pada tahun
1961. Buku tersebut berisi tentang (1) Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (2) Pancasila,
(3) UUD 1945, (4) Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin, (5) Konferensi Asia Afrika, (6) Hak
dan kewajiban warga negara, (7) Manifesto Politik, (8) Lampiran Dekrit Presiden, pidato
Presiden, Declaration of Human Rights dan lain-lain yang dipaketkan dalan Tujuh Bahan
Pokok Indoktrinasi (Tubapi).

Sejak munculnya Orde Baru pada tahun 1966, isi mata pelajaran Civics versi Orde
Lama hampir seluruhnya dibuang, karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
yang sedang berkembang. Pada kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama
Kewargaan Negara, yang isinya di samping Pancasila dan UUD 1945, adalah ketetapan-
ketetapan MPRS 1966, 1967, dan 1968, termasuk GBHN, HAM,serta beberapa materi yang
beraspek sejarah, geografi, dan ekonomi. Sesuai dengan amanat Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1973, mata pelajaran ini berubah nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
pada kurikulum 1975. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4,
maka terjadilah perkembangan yang cukup substantif mengenai materi pelajaran ini, yakni
sangat dominannya materi P-4 dalam PMP. Bahkan dalam penjelasan ringkas tentang PMP
oleh Depdikbud (1982) dinyatakan bahwa hakikat PMP tidak lain adalah pelaksanaan P-4
melalui jalur pendidikan formal. Hal ini tetap berlangsung hingga berlakunya Kurikulum
1984 maupun Kurikulum1994, dimana PMP telah berubah nama menjadi PPKN. Dalam
perkembangannya yang terakhir, materi P-4 secara resmi tidak lagi dipakai dalam Kurikulum
Suplemen 1999, apalagi. Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang P-4 telah dicabut dengan
Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 (Muchson AR:2003).

Pada era reformasi ini Pendidikan Kewarganegaraan juga sedang dalam proses
reformasi ke arah Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru (New Indonesian
Civic Education). Reformasi itu mulai dari aspek yang mendasar, yaitu reorientasi visi dan
misi, revitalisasi fungsi dan peranan, hingga restrukturisasi isi kurikulum dan meteri
pembelajaran. Seiring dengan itu, dalam sistem pendidikan nasional juga sedang
disosialisasikan pembaharuan kurikulum dengan konsep yang disebut Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Competence Based Curriculum) atau disingkat KBK. Penerapan konsep baru ini
tentu saja harus disesuaikan dengan model KBK.

Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru berorientasi pada terbentuknya


masyarakat sipil (sivil society), dengan memberdayakan warga negara melalui proses
pendidikan, agar mampu berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang
demokratis. Print et al (1999:25) mengemukakan, civic education is necessary for the
building and consolidation of a democratic society. Inilah visi Pendidikan Kewarganegaraan
yang perlu dipahami oleh dosen dan guru, siswa dan mahasiswa, serta masyarakat pada
umumnya. Kedudukan warga negara yang ditempatkan pada posisi yang lemah dan pasif,
seperti pada masa-masa yang lalu, harus diubah pada posisi yang kuat dan partisipatif.
Mekanisme penyelenggaraan sistem pemerintahan yang demokratis semestinya tidak bersifat
top down, melainkan lebih bersifat buttom up. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang baik
dan kemampuan mengaktualisasikan demokrasi di kalangan warga negara, ini dapat
dikembangkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Secara klasik tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk


membentuk warga negara yang baik (a good citizen). Akan tetapi pengertian warga negara
yang baik itu pada masa-masa yang lalu lebih diartikan sesuai dengan tafsir penguasa. Pada
masa Orde Lama, warga negara yang baik adalah warga negara yang berjiwa revolosioner,
anti imperialisme, kolonialisme, dan neo kolonialisme. Pada masa Orde Baru ,warga negara
yang baik adalah warga negara yang Pancasilais, manusia pembangunan dan sebagainya.
Sejalan dengan visi Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru, misi mata pelajaran ini
adalah meningkatkan kompetensi siswa/mahasiswa agar mampu menjadi warga negara yang
berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan yang demokratis.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk membentuk warga


negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia
dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan memberikan
kompetensi sbb:

- Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
- Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
- Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Pusat
Kurikulum, 2003:3)

2. 2 Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut “CIVIS” selanjutnya dari kata


“CIVIS” dalam bahasa Inggris timbul kata “CIVIC” yang artinya warga negara atau
kewarganegaraan. Akhirnya dari kata CIVIC lahir kata “CIVICS” yang artinya ilmu
kewarganegaraan atau Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan, menurut kansil
(2002:3).

Kemampuan warga negara untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya sangat tergantung pembekalan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai
budaya bangsa. Nilai-nilai dasar negara akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta
pegangan hidup warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu peserta didik seyogyanya memiliki motivasi bahwa pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan kerpada mereka berkaitan erat dengan penanaman dan
kedudukan serta kepentingan mereka sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat
dan sebagai warganegara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia
mewujudkannya.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara Kesatuan Republik Indonesia
diharapkan mampu memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat, bangsa dan negara secara berkesinambungan dan konsisten cita-cita dan
tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Kompetensi secara singkat diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas yang


berkewenangan untuk menentukan sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab yang harus
dimiliki oleh seseorang agar mampu melaksanakan tugas dalam bidang tertentu. Kompetensi
lulusan pendidikan kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa
tanggung jawab dari seorang warga negara dalam hubungan dengan negara dan memecahkan
berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan
konsepsi Filsafat Pancasila, menerapkan Konstitusi Negara dalam kehidupan sehari-hari serta
Geopolitik Indonesia dan Geostrategi Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil
akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik.
Sikap ini disertai dengan perilaku yang:

a Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai
filsafat hidup bangsa dan negara.
b Berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur serta berdisiplin dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
c Berjiwa nassionalisme yang kuat, mengutamakan persatuan dan kesatuan mengatasi
kelompok dan seseorangan.
d Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara serta sadar akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.
e Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.

Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi memberikan pemahaman filosofis


yang meliputi pokok-pokok bahasan mengenai: Filsafat Pancasila, Identitas Nasional, Negara
dan Konstitusi, Demokrasi Indonesia, Hak Asasi Manusia, Geopolitik dan Geostrategi.
BAB VI

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan di


Perguruan Tinggi merupakan salah satu bentuk pendidikan untuk mengembangkan kultur
demokratis yang mencakup kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan
untuk menahan diri di kalangan mahasiswa. Pendidikan kewarganegaraan diberikan agar
mahasiswa memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban, berdaya
saing, disiplin dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan
nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

Dengan mempelajari pendidikan kewarganegaraan, diharapkan mampu membantu


mahasiswa untuk mengembangkan potensinya untuk menjadi ilmuan yang bukan saja
memiliki ilmu pengetahuan melainkan juga memiliki sikap, keterampilan dan kesadaran
bernegara yang tinggi sehingga akan membawanya menjadi warga negara yang
bertanggungjawab untuk berpartisipasi dan memiliki disiplin yang tinggi demi kemajuan
bangsa dan negaranya.
DAFTAR PUSTAKA

 https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/snpu/article/viewFile/15053/12162
 https://jurnal.stkippgritulungagung.ac.id/index.php/rontal/article/download/1823/882
 https://ojs.unida.ac.id/jtdik/article/view/2635
 https://sitiwahyu65.wordpress.com/ppkn/perkembangan-pendidikan-
kewarganegaraan-di-indonesia/
 https://www.academia.edu/34509450/Buku_Pegangan_Mahasiswa_PKn_2011

Anda mungkin juga menyukai