Laporan Mekflu A - Kelompok 5 Revisi
Laporan Mekflu A - Kelompok 5 Revisi
MEKANIKA FLUIDA
FRIKSI PADA PIPA
DISUSUN OLEH
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR NOTASI..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................2
2.1 Fluida.........................................................................................................2
2.2 Bilangan Reynolds.....................................................................................2
2.3 Energy Balance.........................................................................................3
2.4 Mechanical Energy Balance......................................................................5
2.5 Pressure Drop dan Friction Loss..............................................................6
2.5.1 Pressure Drop dan Friction Loss Untuk Aliran Laminar.................6
2.5.2 Pressure Drop dan Friction Loss Untuk Aliran Turbulen................8
2.5.3 Pressure Drop dan Friction Loss Pada Pipa Enlargement,
Contraction, dan Pipa Fitting...........................................................9
2.6 Head Loss................................................................................................10
2.6.1 Major Losses...................................................................................10
2.6.2 Minor Losses...................................................................................11
BAB III METODE PENGAMBILAN DATA......................................................12
3.1 Diagram Alir............................................................................................12
3.2 Tangkapan Layar Proses Pengerjaan.......................................................14
BAB IV HASIL DATA DAN PEMBAHASAN..................................................21
4.1 Hasil Data................................................................................................21
4.2 Pembahasan.............................................................................................21
4.2.1 Hubungan Antara Nilai D Terhadap Nilai NRe................................22
4.2.2 Hubungan Antara Nilai NRe Terhadap Friction Loss Pada Pipa
Lurus...............................................................................................23
i
4.2.3 Hubungan Antara Nilai NRe Terhadap Friction Loss Pada Pipa
dengan Fitting.................................................................................23
BAB V PENUTUP................................................................................................26
5.1 Kesimpulan..............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN........................................................................................................A-1
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR NOTASI
D Diameter pipa M
τs Shear stress
R Jari-jari pipa m
L Panjang pipa m
v
K Koefisien kerugian -
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Friksi Pada Pipa ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh ukuran diameter pipa terhadap NRe.
2. Mengetahui hubungan antara nilai NRe terhadap friction loss pada
major losses.
3. Mengetahui hubungan antara nilai NRe terhadap friction loss pada
minor losses.
vii
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Cairan, uap, dan gas termasuk ke dalam fluida, yaitu dapat
mengalir dan tidak memiliki bentuk yang tetap. Ada dua jenis fluida, yaitu fluida
incompressible dan fluida compressible. Fluida incompressible adalah fluida yang
tidak mudah dipengaruhi tekanan dan dapat mempertahankan volumenya meski
ada perubahan tekanan. Kebanyakan fluida cair merupakan fluida incompressible.
Fluida compressible adalah fluida yang mudah terpengaruh oleh perubahan
tekanan. Volumenya sangat tergantung pada tekanan, sehingga nilai densitasnya
akan berbeda pada kondisi tekanan yang berbeda. Fluida gas merupakan fluida
compressible.
Saat fluida mengalir pada suatu sistem, aliran fluida dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu laminar dan turbulent. Laminar adalah jenis aliran fluida
berkecepatan rendah, sehingga tidak ada terbentuk pusaran fluida di dalam pipa.
Pola aliran laminar pelan dan teratur. Turbulen adalah jenis aliran fluida dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Dengan pola alirannya yang tidak teratur timbul
pusaran fluida di dalam pipa. Untuk penentuan jenis aliran fluida dapat
menggunakan nilai bilangan Reynolds fluida. (Geankoplis, 1993)
viii
yang berbeda. Pada aliran fluida jenis laminar, nilai bilangan Reynolds-nya adalah
N ℜ<2100 dan pada aliran fluida jenis turbulent, nilai bilangan Reynolds-nya
adalah N ℜ< 4000. Fluida dengan nilai bilangan Reynolds yang berada diantara
2100 dan 4000 disebut dengan aliran transisi. Untuk menentukan bilangan
Reynolds dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
Dνρ
N ℜ= .................................................(2.1)
μ
Keterangan:
NRe : Bilangan Reynolds
ρ : Masa jenis fluida (kg/m 3 ¿
v : kecepatan rata-rata fluida yang mengalir (m/s)
D : Diameter pipa (m)
μ : Viskositas fluida (kg/m.s)
(Wright, 2006)
Ada tiga bentuk energi yang dapat tersedia pada sistem maupun di sekitar
sistem, yaitu:
1. Energi Potensial
ix
Energi potensial adalah energi yang ada karena letak pada medan gravitasi
yang memiliki jarak tertentu dari bidang reference. Energi ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
E P=mgz ..................................................(2.3)
Keterangan:
Ep : Energi potensial (J)
m : Massa yang ditinjau (kg)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
z : Jarak sistem dari bidang reference (m)
2. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang ada karena kecepatan pada proses yang
sedang diamati. Kecepatan ini ditimbulkan dari adanya pergerakan transisional
maupun rotasi fluida di dalam sistem. Energi kinetik dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1
Ek = m v 2 .................................................(2.4)
2
Keterangan:
Ek : Energi kinetik (J)
m : Massa yang ditinjau (kg)
v : Kecepatan fluida dalam sistem (m/s)
3. Energi Internal
Energi internal adalah energi lain yang ada di dalam proses yang sedang
diamati selain energi potensial dan energi kinetik, seperti adanya gerakan rotasi
maupun getaran atau vibrasi antar ikatan kimia.
Berdasarkan jenis-jenis energi ini, dapat ditulis persamaan untuk jumlah
energi, yaitu:
E=U + Ek + E p ..............................................(2.5)
Keterangan:
E : Jumlah energi (J)
U : Energi internal (J)
Ek : Energi kinetik (J)
x
Ep : Energi potensial (J)
xi
Ws : Shaft work (J/kg)
(Geankoplis, 1993)
xii
Keterangan:
v x av : Kecepatan rata-rata fluida pada sumbu x (m/s)
P1 : Tekanan fluida pada area pengukuran 1 (Pa)
P2 : Tekanan fluida pada area pengukuran 2 (Pa)
D : Diameter pipa (m)
μ : Viskositas fluida (Pa.s)
L : Panjang pipa (m)
xiii
Untuk mendapatkan persamaan yang menentukan nilai fanning friction
factor atau faktor friksi pada fluida incompressible dengan aliran laminar, dapat
digabungkan persamaan pressure drop dari persamaan 2.8 dan persamaan
pressure drop dari persamaan 2.10 sehingga didapatkan:
16
f= ..................................................(2.13)
Nℜ
(Geankoplis, 1993)
xiv
Gamba
r 2.1 Moody Chart
ε
dibutuhkan nilai bilangan Reynolds ( N ℜ) dan nilai kekasaran relatif ( ), dimana
D
ε adalah parameter kekasaran pipa dan D adalah diameter dalam dari pipa yang
digunakan. (Welty, 2008)
2.5.3 Pressure Drop dan Friction Loss Pada Pipa Enlargement, Contraction,
dan Pipa Fitting
Pipa enlargement adalah keadaan dimana luas permukaan suatu pipa
membesar secara tiba-tiba pada jalur alir fluida. Adanya enlargement ini dapat
menyebabkan bertambahnya nilai friction loss dan juga dapat terbentuknya
pusaran pada fluida yang ada di titik pembesaran luas pipa. Persamaan friction
loss pada pipa enlargement dapat dituliskan sebagai berikut:
( v22 −v 21 ) A 2 v2 v2
h ex= =(1− 1 ) 1 =K ex 1 .........................(2.16)
2α A2 2 α 2α
Keterangan:
h ex : Friction loss pada pipa sudden enlargement (J/kg)
xv
v12 : Kecepatan awal fluida pada area yang lebih kecil (m/s)
v 22 : Kecepatan downstream(m/s)
A1 : Luas permukaan pipa sebelum pembesaran (m2)
A2 : Luas permukaan pipa setelah pembesaran (m2)
K ex : Koefisien expansion-loss
xvi
pada dinding wadah atau pipa, sedangkan minor head loss adalah turunnya nilai
tekanan fluida akibat pembesaran pipa, pengecilan pipa, pembelokan pipa, adanya
sambungan pipa, katup, dan hal khusus lain. Dinamakan mayor dan minor karena
pengaruhnya terhadap nilai head loss total, dimana gesekan fluida dengan dinding
nilainya akan jauh lebih besar daripada nilai head loss yang termasuk di minor
head loss.
2.6.1 Major Losses
Faktor gesekan keseimbangan energi dapat diekspresikan dengan
persamaan:
P1 V 12 P2 V 22
( +α 1 + g z 1)−( +α 2 + g z 2)=h ¿ .....................(2.19)
ρ 2 ρ 2
Persamaan diatas dapat digunakan untuk mengevaluasi major head losses. Untuk
aliran yang berkembang sepenuhnya melalui pipa konstan, hlm=0, dan
V 12 V 2
α1 =α 2 2 , persamaan 2.19 dapat direduksi menjadi:
2 2
P 1−P2
=g ( z 2−z 1)+h1 .....................................(2.20)
ρ
Jika pipa horizontal, maka z 2=z 1 dan persamaanya menjadi:
P 1−P2 ΔP
= =h1 .........................................(2.21)
ρ ρ
Dengan demikian major head losses dapat dinyatakan sebagai kehilangan
tekanan untuk aliran yang berkembang sepenuhnya melalui pipa horizontal
dengan luas konstan. Karena head losses mewakili energi yang diubah oleh efek
gesekan dari energi mekanis ke energi termal, head losses untuk aliran yang
berkembang sepenuhnya dalam area konstan hanya bergantung pada detail aliran
melalui saluran. Head losses tidak tergantung pada orientasi pipa.
2.6.2 Minor Losses
Aliran dalam sistem perpipaan diperlukan untuk melewati berbagi alat
kelengkapan, tikungan, atau perubahan mendadak di area pipa. Head losses
ditemui sebagai akibat dari pemisahan aliran. Energi akan hilang dengan
pencampuran zona terpisah dan mengalami kerugian kecil yang biasa disebut
dengan minor losses jika sistem perpipaan terdiri atas pipa dengan area konstan
xvii
yang panjang. Bergantung pada perangkatnya, minor losses dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
V2
hlm=K ............................................... (2.22)
2
Dimana koefisien kerugian (K) harus ditentukan secara eksperimental untuk setiap
situasi atau persamaannya menjadi:
Le V 2
hlm=f .............................................(2.23)
D 2
Dimana Le adalah panjang pipa lurus. Untuk aliran yang melalui tekukan dan
fitting pipa memiliki koefisien (K) yang bervariasi dengan ukuran pipa (diameter)
hampir sama dengan faktor gesekan (f), untuk aliran yang melalui pipa lurus.
(Robert, 1985)
xviii
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
Mulai
Air
xix
A
Selesai
xx
3.2 Tangkapan Layar Proses Pengerjaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Dilakukan simulasi praktikum Friksi Pada Pipa. Alat-alat pada simulasi ini
adalah pipa dengan beberapa diameter yang berbeda, manometer, tangki
penampung, dan stopwatch.
xxi
3. Valve pipa dengan diameter yang dipilih dibuka, sedangkan valve untuk
pipa lainnya tetap tertutup.
Gambar 3.4 Membuka Valve Pipa dengan Diameter yang Telah Dipilih
4. Valve pada inlet utama dibuka agar fluida dapat mengalir ke pipa dengan
diameter 50 mm.
xxii
5. Dibuka valve pada pipa 50 mm.
xxiii
Gambar 3.8 Knot Manometer pada Posisi Air-Vent
7. Diubah knot manometer ke posisi baca saat aliran steady state telah
tercapai di dalam pipa 50 mm.
xxiv
8. Dibuka valve keluar pada tangki penampung dan biarkan fluida mengalir
di dalam pipa terus-menerus (kontinyu).
xxv
10. Valve keluaran tangki penampung ditutup. Kemudian dihitung berapa
waktu yang dibutuhkan fluida untuk bertambah tinggi 10 cm pada tangki.
xxvi
11. Dilakukan perhitungan Qact , v, dan f pada simulasi. Dihitung juga nilai
friction loss pada pipa lurus dan pipa dengan fitting.
12. Percobaan untuk pipa dengan diameter 50 mm ini dilakukan sebanyak tiga
kali. Kemudian diulangi langkah 2 sampai 11 untuk pipa dengan ukuran 20 mm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali.
xxvii
BAB IV
HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
Q v Ff
Jenis Pipa NRe F
(m3/s) (m/s) (J/kg)
Turbulent
Q v hlm
Jenis Pipa NRe Klm
(m3/s) (m/s) (J/kg)
2 2 1 5
4.2 Pembahasan
Dalam mencari nilai friksi pada pipa, dibutuhkan nilai diameter pipa,
kecepatan fluida, faktor friksi, dan bilangan Reynolds. Selain itu, perlu diketahui
juga apakah pipa memiliki fitting atau tidak. Setelah dilakukan percobaan
xxviii
sebanyak tiga kali pada pipa dengan diameter 50 mm dan percobaan sebanyak tiga
kali pada pipa dengan diameter 20 mm, didapatkan hasil perhitungan praktikum
pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Dari data-data yang telah didapatkan, dibuat
hubungan antara variabel dengan data yang telah didapatkan.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Nilai NRe dengan Nilai Diameter
Dari grafik pada Gambar 4.1, terlihat bahwa pada diameter yang konstan,
nilai bilangan Reynolds-nya tetap bertambah. Sehingga, untuk hubungan diameter
dengan bilangan Reynolds yang sebenarnya dapat dilihat pada persamaan 2.1,
dimana diameter dan bilangan Reynolds berbanding lurus. Karena berbanding
lurus, maka dapat dikatakan bahwa jika diameter bertambah, bilangan Reynolds
juga meningkat. Dapat terlihat pada percobaan 1 dengan diameter 50 mm
memiliki bilangan Reynolds yang lebih besar daripada bilangan Reynolds pada
percobaan 2 dengan diameter 20 mm.
xxix
4.2.2 Hubungan Antara Nilai NRe Terhadap Friction Loss Pada Pipa Lurus
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 2.1 dan persamaan 2.1,
dapat dibentuk grafik hubungan antara bilangan Reynolds dengan friction loss
pipa lurus seperti berikut:
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Nilai N ℜ dengan Nilai Friction Loss
Pipa Lurus
Dari grafik pada Gambar 4.2, dapat terlihat bahwa dengan bertambahnya nilai
bilangan Reynolds, nilai friction loss pada pipa lurus juga bertambah. Dapat
dilihat pada nilai bilangan Reynolds percobaan 1 yang lebih besar daripada nilai
bilangan Reynolds pada percobaan 2 memiliki nilai friction loss yang lebih besar
juga. Hubungan ini dapat dibuktikan dengan persamaan 2.1 dan 2.12 dimana
persamaan-persamaan tersebut menunjukkan bahwa baik bilangan Reynolds
maupun friction loss pada pipa lurus dipengaruhi oleh kecepatan fluida. Keduanya
berbanding lurus dengan kecepatan fluida. Jika persamaan-persamaan tersebut
digabungkan, akan terlihat juga bahwa diameter akan sebanding dengan nilai
friction loss pipa lurus, sehingga dengan meningkatnya diameter, nilai bilangan
Reynolds dan nilai friction loss-nya juga bertambah.
4.2.3 Hubungan Antara Nilai NRe Terhadap Friction Loss Pada Pipa dengan
Fitting
Pada praktikum ini, ada dua jenis fitting yang ditinjau, yaitu contraction
atau pengecilan diameter pipa dan enlargement atau pembesaran diameter pipa.
xxx
Hubungan antara bilangan Reynolds dengan friction loss pada pipa dengan fitting
dapat dibentuk grafik sebagai berikut:
1.5
0.5
0
54000 56000 58000 60000 62000 64000 66000 68000
Ff enlargement Ff contraction
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Nilai N ℜ dengan Nilai Friction Loss
Pipa dengan Fitting
4.2.3.1 Hubungan Antara Nilai NRe Terhadap Friction Loss Pada Pipa dengan
Contraction
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 untuk bilangan
Reynolds dan pipa dengan contraction dengan menggunakan persamaan 2.1 dan
persamaan 2.17, dapat dibentuk grafik hubungan antar parameter tersebut seperti
pada Gambar 4.3. Pipa contraction adalah pipa yang diameternya berubah dari
besar ke kecil. Perbedaan diameter dari besar ke kecil tentunya akan berpengaruh
terhadap kecepatan volumetrik fluida di dalam pipa, dimana semakin besar
diameter pipa maka kecepatan volumetrik fluida yang melalui pipa semakin kecil,
sehingga akan mempengaruhi besarnya bilangan Reynolds yang diperoleh.
Perbedaan ukuran diameter pipa juga akan menimbulkan perbedaan friction loss
di dalam pipa.
Dari grafik pada Gambar 4.3, dapat terlihat bahwa semakin besar bilangan
Reynolds maka friction loss akan semakin kecil. Jika dilihat pada persamaan 2.17,
terlihat bahwa luas permukaan pipa sebelum contraction berbanding terbalik
dengan nilai friction loss-nya. Diameter pipa sebelum contraction percobaan satu
xxxi
lebih besar daripada diameter pipa sebelum contraction pada percobaan dua, yang
menunjukkan bahwa luas permukaannya juga akan lebih besar. Selain itu,
diameter dan bilangan Reynolds berbanding lurus. Oleh karena itu, dapat dibentuk
hubungan bahwa dengan bertambahnya diameter, bilangan Reynolds juga
bertambah dan nilai friction loss pipa contraction akan berkurang.
4.2.3.2 Hubungan Antara Nilai NRe Terhadap Friction Loss Pada Pipa dengan
Enlargement
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 untuk bilangan
Reynolds dan pipa dengan contraction dengan menggunakan persamaan 2.1 dan
2.16, dapat dibentuk grafik hubungan antar parameter tersebut seperti pada
Gambar 4.3. Pipa enlargement adalah pipa yang diameternya berubah dari kecil
ke besar. Perbedaan diameter dari kecil ke besar akan berpengaruh terhadap
kecepatan volumetrik fluida di dalam pipa, sehingga akan mempengaruhi bilangan
Reynolds yang diperoleh. Perubahan ukuran diameter pipa juga akan
menimbulkan perbedaan friction loss di dalam pipa.
Dari grafik pada Gambar 4.3, dapat terlihat bahwa semakin besar bilangan
Reynolds maka friction loss akan semakin kecil. Jika dilihat dari persamaan 2.18,
terlihat bahwa luas permukaan pipa sebelum enlargement berbanding terbalik
dengan koefisien enlargement-loss, dimana koefisien ini berbanding lurus dengan
nilai friction loss-nya. Diameter pipa sebelum enlargement percobaan satu lebih
besar daripada diameter pipa sebelum enlargement pada percobaan dua, yang
menunjukkan bahwa luas permukaannya juga akan lebih besar. Selain itu,
diameter dan bilangan Reynolds berbanding lurus. Oleh karena itu, dapat dibentuk
hubungan bahwa dengan bertambahnya diameter, bilangan Reynolds juga
bertambah dan nilai friction loss pipa enlargement akan berkurang.
xxxii
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum Friksi Pada Pipa ini
adalah sebagai berikut:
1. Didapatkan pengaruh ukuran diameter pipa terhadap bilangan Reynolds,
yaitu jika diameter pipa bertambah, bilangan Reynolds juga meningkat.
2. Didapatkan hubungan antara nilai bilangan Reynolds terhadap friction loss
pada major losses, yaitu dengan bertambahnya nilai bilangan Reynolds,
nilai friction loss pada pipa lurus juga bertambah.
3. Didapatkan hubungan antara nilai bilangan Reynolds terhadap friction loss
pada minor losses, yaitu dengan bertambahnya nilai bilangan Reynolds,
nilai friction loss pada pipa dengan fitting berkurang.
xxxiii
DAFTAR PUSTAKA
Fox, Robert W., Alan T. McDonald. 1985. Introduction to Fluid Mechanics. New
York: John Wiley & Sons.
Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Process and Unit Operation (third ed.).
New Jersey: Prentice-Hall.
Welty, James R., Charles E. Wicks, dan Robert E. Wilson, Gregory Rorrer. 2008.
Fundamentals of Momentum, Heat, and Mass Transfer (fifth ed.). Oregon:
John Wiley & Sons.
Wright, Paul H. 2006. Pengantar Engineering (edisi ketiga) Terjemahan oleh
Harinaldi Simarmata, Lemeda. Jakarta: Erlangga.
xxxiv
LAMPIRAN
Diameter of pipe 50 mm
Initial Reading 55 cm 55 cm 55 cm
Final Reading 65 cm 65 cm 65 cm
Area of collecting tank (A) 3500 cm2 3500 cm2 3500 cm2
Rise (h) 10 cm 10 cm 10 cm
Average f 0.5
Diameter of pipe 20 mm
A-1
Right Limb Reading (RL) 31.5 cm 30.5 cm 30 cm
Initial Reading 55 cm 55 cm 55 cm
Final Reading 65 cm 65 cm 65 cm
Area of collecting tank (A) 3500 cm2 3500 cm2 3500 cm2
Rise (h) 10 cm 10 cm 10 cm
Average f 0.03
A-2
A-2 Persamaan dan Sitasi
Dv ρ
N ℜ= (Wright, 2006)
μ
2 f Δ L v2
Ff= (Geankoplis, 1993)
D
A 1 2 v 21 v 21
h ex=(1− ) =K ex (Geankoplis, 1993)
A2 2 α 2α
A2 v 22 v 22
h c =0.55(1− ) =hc (Geankoplis, 1993)
A1 2 α 2α
A-3
A-4 Tabel Data Hasil Perhitungan
Setelah perhitungan pada trial 1 selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan
pengulangan sebanyak dua kali pada praktikum dan perhitungan dilakukan dengan
cara yang sama tetapi dengan beberapa data yang berbeda. Kemudian dilakukan
percobaan untuk diameter pipa yang berbeda dengan tiga kali pengulangan.
Sehingga diperoleh hasil perhitungan seperti pada tabel.
Tabel Hasil Perhitungan Pipa Diameter 50 mm
A×h
Qact ( ) 1944.4444 cm3/s 2333.333 cm3/s 1944.4444 cm3/s
t
Qact
v( d2 ) 99.0799 cm/s 118.8959 cm/s 99.0799 cm/s
π×
4
2 gd H
f( × ) 0.4197 0.32 0.4197
v2 L
A×h
Qact ( ) 760.8695 cm3/s 693.0693 cm3/s 630.6306 cm3/s
t
Qact
v( d2 ) 242.3151 cm/s 220.7227 cm/s 200.8377 cm/s
π×
4
2 gd H
f( × ) 0.0267 0.0254 0.0266
v2 l
A-4
A-5 Tangkapan Layar
A-5
A-6
A-7
A-8
A-9
A-10
A-11
A-12
A-13
A-14
A-15
A-16