Anda di halaman 1dari 3

UTS HUKUM ADAT BALI

Nama: Dandy Widhianto Putra


NIM:1904551442
No. Absen: 18
No. WA: 081213401166

TUGAS/UAS
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis persekutuan hukum yang dikenal dalam
Hukum Adat dan berikan satu contoh persekutuan hukum teritorial yang ada
di Bali.
2. Jelaskan pengertian Desa Adat dan Banjar Adat di Bali berdasarkan Perda
Prov. Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali. Sebutkan nama
Desa, Desa Adat, dan Banjar Adat, tempat Anda dan keluarga berdomisili.
3. Apa yang dimaksud dengan sistem kekerabatan dan mengapa penting
memahami sistem kekerabatan bagi mahasiswa Fakultas Hukum?
4. Uraikan dengan singkat tentang: (a) bentuk perkawinan dan cara
melangsungkan perkawinan menurut Hukum Adat Bali.
5. Sebutkan beberapa perundang-undangan yang memberikan landasan hukum
bagi keberadaan masyarakat hukum adat (desa adat dan hukum adat Bali)
dalam NKRI.
6. Apa manfaatnya belajar atau memahami hukum adat Bali?

Jawaban

1. 1) Persekutuan hukum genelogis adalah sebuah kesatuan masyarakat yang teratur


dimana semua anggota keluarga tersebut terikat dengan garis keturunan yang sama
dari satu leluhur baik secara langsung maupun secara tidak langsung karena pertalian
perkawinan atau pertalian adat.

2) Persekutuan hokum territorial adalah kesatuan masyarakat hokum yang teratur dan
tetap pada lokasi atau daerah kediaman tertentu yang masih baik dalam kaitan dengan
duniawi maupun dalam kaitannya dengan rohani / roh-roh leluhur. Jika ada anggota
masyarakat yang merantau hanya untuk waktu sementara, maka masih tetap
merupakan anggota kesatuan territorial itu.

Contohnya persekutuan hokum teritorial yang ada dibali adalah persekutuan desa.
Persekutuan desa adalah segolongan orang yang terikat pada suatu tempat kediaman
yang sama meliputi perkampunganperkampungan yang jauh dari pusat pemerintahan
dimana pejabat-pejabat desa bertempat tinggal.

2. Berdasarkan dari Perda Prov. Bali nomor 4 tahun 2019 tentang desa adat bali. Pasal
1 butir 8 dijelaskan bahwa “Desa Adat adalah kesatuan masyarakat hukum adat di
Bali yang memiliki wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak tradisional, harta
kekayaan sendiri, tradisi, tata krama pergaulan hidup masyarakat secara turun
temurun dalam ikatan tempat suci (kahyangan tiga atau kahyangan desa), tugas dan
kewenangan serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri”. Dan pada
Pasal 1 butir 9 dijelaskan bahwa “Banjar Adat atau Banjar Suka Duka atau sebutan
lain adalah bagian dari Desa Adat”. Tempat saya berdomisili yaitu berada di Desa
Tibubeneng, Desa adat Tibubeneng, dan Banjar Adat Canggu.
Perda ini khusus mengatur untuk daerah bali

3. Hukum adat kekerabatan adalah peraturan hukum adat yang mengatur bagaimana
kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap
orangtua dan sebaliknya kedudukan anak terhadap kerabat dan sebaliknya dan
masalah perwalian anak. Kesimpulan jelasnya hukum adat kekerabatan mengatur
tentang pertalian sanak, berdasarkan pertalian darah (sekuturunan) pertalian
perkawinan dan perkawinan adat. Pentingnya memahami sistem kekerabatan bagi
mahasiswa fakultas hokum adalah untuk tujuan agar mahasiswa dapat memahami
tentang sistem kekerabatan dan dapat mengerti pengaturan hukum terhadap struktur
pertalian keluarga dan kedudukan kerabat dalam sebuah keluarga.

4. 1). Perkawinan biasa adalah bentuk perkawinan yang paling umum dan biasa
dilakukan dimana istri mengikuti suami. Dalam perkawinan biasa suami memiliki
status purusa sedangkan istri berstatus sebagai pradana. Bentuk perkawinan ini pihak
keluarga istri melepaskan anaknya tersebut dan memutuskan hubungan hokum dan
selanjutnya masuk ke dalam lingkungan keluarga suami, dengan demikian hubungan
hubungan kekeluargaan antara istri dengan keluarga asalnya sudah tidak ada lagi.

2). Perkawinan nyeburin atau perkawinan nyentana adalah perkawinan yang dimana
suami yang mengikuti istri. Dalam perkawinan ini suami memiliki status pradana
dilepaskan hubungan hokum dengan keluarga asalnya dan masuk ke dalam
lingkungan keluarga istri yang memiliki status purusa. Oleh karena itu keturunan
selanjutnya dalam keluarga kapurusa tetap berlanjut oleh anak yang memiliki status
kapurusa. Anak yang lahir dari perkawinan ini akan berkedudukan hokum dari
keluarga ibunya, sehingga mendapatkan hak dan kewajiban penuh dalam keluarga
tersebut.

3). Perkawinan pada gelahang adalah perkawinan yang dilakukan karena dasar
kekhawatiran dengan warisan yang ditinggalkan oleh orang tua miliknya, harta
warisan tersebut bias berwujud material atau immaterial karena tidak ada penerus dan
tidak ada yang mengurusnya.

Tata cara perkawinan menurut adat bali yaitu adalah Perkawinan memadik
(meminang) dan Perkawinan ngerorod (lari bersama). Sebelum melakukan pernikahan
ada fase penting sebelum melangsungkan pernikahan yaitu adalah magelanan
(pertunangan). Apabila proses magelanan telah berlajan dengan lancer, maka akan di
pilih perkawinan dengan cara memadik (meminang). Namun apabila proses
magalanan tidak berjalan dengan lancar tetapi kedua pasangan masih saling mencintai
dan kedua pihak keluarga tidak merestui maka mereka akan memilih untuk
melakukan perkawinan dengan cara ngerorod (kawin lari).

5.Perundang-undangan yang memberikan landasan hokum bagi keberadaan


masyarakat hokum adat adalah yaitu sebagai berikut:
1. UUD 1945 Pasal 18B ayat (2) dan Pasal 28I ayat (3).
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
4. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
6. UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
7. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
8. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
9. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
10. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Di samping itu pengaturan keberadaan dan
hak-hak masyarakat hukum adat

6. Pengajaran hukum Adat Bali sangat bermanfaat bagi kepentingan teoritis maupun
praktis. Untuk kepentingan teoritis ini adalah yang bersifat akademis dan universiter
karena pada prinsipnya memiliki keterkaitan dengan pengamalan dharma pendidikan
dan penelitian dari tri dharma perguruan tinggi. Dengan mempelajari hokum adat
maka bias dijamin akan adanya perkembangan dan pengembangan ilmu hukum adat
secara terus menerus melalui pengajaran dan penelitian hukum adat, baik yang
dilakukan oleh pengajar maupun oleh mahasiswa. Pelajaran hukum adat Bali di
perguruan tinggi hukum di harapkan juga dapat memberikan manfaat praktis bagi
banyak pihak, dimana pengetahuan dan pemahamannya itu dapat dimanfaatkan untuk
menjelaskan dan memecahkan masalah-masalah konkrit tentang adat yang terjadi
dalam masyarakat.

Tujuan pertama Untuk mengetahuinya, kedua mengerti dan ketiga memahami

Daftar Pustaka:

BAHAN AJAR HUKUM ADAT LANJUTAN, Tahun 2016, Hlm 15-16.


Perda Prov Bali no.4 tahun 2019 tentang Desa Adat Bali.
UUD 1945 Pasal 18B dan Pasal 28I.
Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Hlm 201, Prof. H. Hilman Hadikusuma,S.H.
Peta Perundang-undangan tentang Pengakuan Hak Masyarakat Hukum Adat oleh
Kurnia Warman.
Buku Pengantar Hukum Adat Bali, Halaman 35-36 Penulis: Wayan P. Windia dan
Ketut Sudantra.
Jurnal tentang Sah nya Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali.

Anda mungkin juga menyukai