Anda di halaman 1dari 10

VII.

KEWAJIBAN DAN MODAL

Kewajiban ialah pengorbanan ekonomi yang wajib dilakukan dimasa


yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa.
Kewajiban timbul disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa
sebelumnya, misalnya karena transaksi pembelian barang jasa, atau menerima
pinjaman uang.
Utang dicatat sebesar nilai yang akan dibayarkan pada jumlah temponya. Nilai
jatuh tempo ialah pengorbanan ekonomis dalam bentuk uang yang wajib
dilakukan untuk menyelesaikan utang tersebut.
Semua kewajiban yang diketahui harus dicatat tanpa harus
memperhatikan apakah jumlahnya dapat ditentukan secara cepat atau tidak.
Bila kewajiban telah ada namun jumlahnya belum diketahui dengan pasti mak
jumlahnya dapat ditaksir. Jika ternyata jumlahnya sulit ditaksir maka sifat
kewajiban tersebut akan dijelaskan pada catatan dalam laporan keuangan.
Menurut prinsip perpajakan, utang hanya dapat dicatat karena transaksi
atau karena ada keputusan pengadilan yang mewajibkan timbulnya utang.
Prinsip perpajakan sama sekali tidak menganut paham yang dipakai dalam
akuntansi mengenai utang yang belum jelas statusnya.

Klasifikasi Kewajiban
Menurut tenggang waktu penyelesaiannya, kewajiban dikelompokkan menjadi :
1) Utang jangka pendek (Pasiva Lancar)
2) Utang jangka panjang
3) Kewajiban lain-lain.

1. Utang jangka pendek


Utang jangka pendek atau pasiva lancar ialah utang yang akan dilunasi
dalam waktu satu tahun buku. Kewajiban lancar mencakup, antara lain :
a. Utang usaha, yaitu utang yang timbul karena perolehan persediaan atau
penerimaan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan;
b. Uang muka penjualan;
c. Biaya yang masih harus dibayarkan untuk bunga, upah, pajak, sewa, dan
lain-lain

52
d. Untuk utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa;
e. Utang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun seperti
utang pajak

Biasanya utang jangka pendek dilunasi dari sumber-sumber aktiva lancar


lainnya. Utang jangka pendek dilakukan sesuai dengan nilai nominalnya

a. Utang dagang
Utang dagang yang terjadi dari transaksi pembelian barang baik untuk
diolah atau di jual lagi. Biasanya utang dagang ini tidak didasarkan pada
suatu dokument perjanjian

b. Utang Wesel
Utang wesel ialah utang yang disertai dokument perjanjian. Karena utang
ini dinyatakan dalam suatu surat maka wesel dapat dijual oleh
pemegangnya. Sekalipun wesel ini dapat dijual oleh pemegangnya,
namun jumlah utang harus dibayar tidak berubah.

c. Utang Deviden
Utang deviden timbul jika pembagian laba diumumkan oleh perseroan.
Biasanya utang deviden segera dibayar setelah pengumuman.
Pembagian laba yang tidak menimbulkan utang. Menurut ketentuan,
pajak telah terutang pada saat pengumuman pembagian laba bukan
pada saat pembayaran. Karena itu, pembayaran deviden wajib
membayar pajak atas deviden kepada negara pada saat yang ditentukan.
Ketentuan pemungutan pajak diatur dalam pasal 23 dan 26 UU No. 7
Tahun 1983 jo. UU No. 10 Tahun 1994.

d. Biaya yang akan dibayar


Ada beberapa jenis biaya yang telah terjadi, namun pembayarannya
akan dilakukan dikemudian hari. Contoh utang biaya adalah gaji tenaga
kerja dan bunga pinjaman. Biasanya utang biaya diketahui pada saat
penutupan buku. Utang biaya dapat dicatat sebagai biaya pada peride

53
terjadinya biaya. Dalam perpajakan pun biaya ini dapat dikurangkan dari
penghasilan.

e. Utang Pajak
Sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan, pajak terutang baik yang

harus dibayar sendiri maupun yang dipungut atau dipotong dari pihak

ketiga harus disetor ke Kas negara dalam waktu yang ditentukan. Utang

pajak yang dimaksud dapat mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Utang pajak penghasilan yang dibayar sendiri (PPh Pasal 25 dan

29).

b. Utang Pajak Penghasilan yang dipungut atau dipotong dari pihak

ketiga (PPh Pasal 21,22, dan 23).

c. Utang Pajak yang wajib yang wajib dipungut atau dipotong dari

pihak ketiga (PPh Pasal 21,22,23,dan 26).

d. Utang PPN dan PPnBM.

e. Utang PBB.

2. Utang Jangka Panjang

Utang jangka panjang ialah utang yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun buku dan sumber pembayarannya tidak diambil dari aktiva lancar.
Penyajian pos utang jangka panjang dipisahkan dari pos utang jangka
pendek. Pemisahan ini dimaksudkan agar kontrol atas utang-utang
tersebut lebih mudah dilakukan. Utang jangka panjang biasanya dicatat
berdasarkan perjanjian kredit yang memuat :
a. jumlah pinjaman yang disetujui.
b. Tingkat atau suku bunga.
c. Jumlah angsuran dan jatuh temponya
d. Barang jaminan.
e. Sifat dan luasnya ikatan yang ada seperti akumulasi dana untuk
pembayaran kembali pinjaman (Singking Fund), pembatasan atas
modal kerja dan pembagian deviden serta ikatan lainnya.

54
3. Kewajiban Lain-Lain
Utang yang tidak dapat dikelompokkan kedalam utang jangka pendek
atau jangka panjang dimasukan dalam golongan kewajiban lain-lain.
Yang termasuk dalam kategori kewajiban lain-lain antara lain ialah :
a. Pendapatan yang ditangguhkan
b. Uang jaminan yang diterima dari pelanggan
c. Utang kepada direksi atau perusahaan afiliasi.

Utang dalam Mata Uang Asing


Seperti telah diuraikan sebelumnya utang dan piutang dalam mata uang
asing harus dibukukan kedalam mata uang rupiah. Berdasarkan ketentuan
fiskalutang dalam mata uang asing dapat dibukukan dengan
menggunakandengan menggunakan salah satu nilai tukar yaitu:
1. nilai tukar tetap.
2. Nilai tukar yang berlaku pada akhir tahun pajak berdasarkan
pengumuman Bank Indonesia.
Apabila utang dalam dalam mata uang asing dibukukan ke dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan nilai tukar tetap, selisih nilai tukar hanya dapat
dihitung ke dalam rugi-laba pada saat pelunasan utang. Karena itu, besarnya
saldo utang dalam matauang rupiah pada akhir tahun tetap sama meski nilai
tukar telah berubah.
Apabila utang dalm mata uang asing dibukan nilai tukar yang berlaku pada
akhir tahun pajak berdasarkan pengumuman Bank Indonesia Maka penghasilan
yang diperoleh atau kerugian yang diderita karena selisih nilai tukar tersebut
dibukukan pada akhir tahun pajak yang bersangkutan.

Pembebasan Utang
Jika suatu perusahaan menerima pembebasan utang, rekening utang ditutup
sebesar pinjaman yang dibebas kan pembayarannya. Kemudian pembebasan
ini diperhitungkan ke rekening rugi-laba sebagai pendapatan lain-lain atau
ditransfer ke dalam rekening modal. Dengan demikian. Kewajiban pembayaran
utang yang dimaksud tidak terlihat

55
lagi dalam neraca, melainkan telah menjadi laba atau berubah menjadi modal.
Peraktek pembebasan utang sering dilakukan oleh perbankan atau lembaga
keuangan lainnya, misalnya dalam rangka restrukturisasimodal perusahaan
denga mengubah sebagian utang bunga atau pokok pinjaman menjadi modal.

Utang Bunga Pinjaman


Bunga pinjaman baik yang dibayar maupun belum dibayar pada saat jatu
tempo adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan. Bunga yang
diterima atau diperoleh adalah penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan.
Menurut perpajakan, pembayar bunga wajib memotong pajak penghasilan
dengan tirif 15% dari bunga yang terutang untuk WP dalam negeri. Apabila
penerima penghasilan bunga adalah WP luar negri, dikenakan tarip pajak
sebesar 20% dan bersifat final. Dengan kata lain, WP luar negri tidak perlu
memasukkan surat pemberitahuan tahunan.dengan demikian, WP tidak
melakukan kredit pajak seperti yang dapat dilakukan olah WP dalam negri.
Pajak atas bunga yang ditarik si pemberi penghasilan bunga merupakan pajak
pendahuluan.
Penyajian Kewajiban Dalam Neraca
Kewajiban disajikan dalam sisi kredit neraca berdasarkan urut -urutan
jatuh temponya yaitu dari tanggal yang terdekat sampai dengan yang paling
lama.
Modal
Modal adalah sejumlah harta yang menjadi hak pemilik suatu usaha.
Rekening modal terdiri dari modal disetor dan laba yang ditahan. Modal disetor
adalah sejumlah harta yang ditanamkan oleh pemilik kedalam perusahaan.
Laba yang ditahan adalah akumulasi laba termasuk laba tahun berjalan setelah
dikurangi dengan labayang dibagikan (deviden). Bentuk usaha dapat
digolongkan kedalam tiga bentuk yaitu usaha perseorangan, firma dan
perseroan terbatas digolongkan ke dalam Wajib Pajak badan. Tetapi pengenaan
pajak penghasilan atas pembagian laba dari kedua bentuk usaha tersebut
berbeda.

56
1. Usaha perseorangan
Rekening modal usaha perseorangan tampak di neracasebagai suatu
rekening tunggal. Dari contoh berikut kita dapat melihat cara penyajian
rekening modal usaha perseorangan pada neraca.

2. Firma
Rekening modal usaha firma terdiri dari beberapa rekening sesuai dengan
jumlah pemiliknya.Penyajian rekening modal firma pada neraca dapat
diberikan dengan contoh berikut. Amat dan Ali sama-sama menanamkan
modalnya pada suatu usaha firma masing-masing sebesar Rp4.000,00 dan
Rp6.000,00. Keuntungan dan kerugian dibagi rata. Pada tahun 1988
diperoleh keuntungan sebesar Rp8.000,00. Pada tahun ini Amat dan Ali
mengambil uang untuk keperluan pribadi masing-masing sebesar
Rp2.000,00 dan Rp4.000,00. Kemudian pada tahun 1989 diperoleh
keuntungan sebesar Rp9.000,00 dan pengambilan uang untuk keperluan
pribadi masing-masing sebesar Rp2.500,00 dan Rp5.000,00. Rekening
modal kedua pemilik di neraca pada akhir 1989 tampak sebagai berikut.
Pengambilan dari firma oleh pemilik dalam bentuk apapun seperti gaji,
bonus, gratifikasi, pemakaian hasil untuk keperluan sendiri dan lain
sebagainya tidak boleh dikurangkan sebagai biaya.
Pada perinsipnya bentuk usaha perseroan komanditer dan kongsi sama
dengan bentuk usaha firma. Dalam bahasa Inggris ketiga bentuk usaha
tersebut disebut partnership.

3. Perseroan Terbatas
Modal pada bentuk usaha perseroan terbatas (PT) dicatat di rekening modal
disetor atau disebut juga modal saham. Laba neto dan pembagian laba
dibukukan direkening laba yang ditahan. Rekening modal yang di neraca PT.
Ketentuan peratura perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (UU
NO. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas), pendirian perseroan
terbatas dan permodalannya adalah sebagai berikut :
a. Modal dasar terdiri dari seluruh nilai nominal saham dan dapat
dikeluarkan atas nama atau atas petunjuk.

57
b. Modal dasar perseroan paling sedikit Rp20.000.000,00 tetapi untuk
bidang usaha tertentu dapat dengan jumlah yang berbeda.
c. Pada saat pendirian perseroan, paling sedikit 25% dari modal dasar
harus ditempatkan dan harus telah disetor 50% dari nominal setiap
saham yang dikeluarkan.
Penambahan modal selalu dicatat dalam bagian kredit dari rekening modal
disetor dan laba yang ditahan terletak di sisi kredit neraca. Jika terjadi kerugian
maka laba yang ditahan akan berkurang sebanyak jumlah kerugian yang terjadi.
Kerugian ini akan mengurangi saldo laba yang ditahan. Saldo defisit rekening
laba yang ditahan akhirnya akan mengurangi modal perusahaan.

Laba yang Ditahan


Telah dijelaskan dengan singkat arti laba yang ditahan yaitu akumulasi
laba yang ditahan termasuk laba tahun berjalan setelah dikurangi laba yang
dibagi serta koreksi-koreksi rugi laba periode tahun lalu. Dalam sistem akuntansi
pos laba yang ditahan harus terpisah dari pos modal saham. Biasanya laba
yang ditahan disediakan untuk dibagikan sebagai dividen. Namun, jika dianggap
perlu laba yang ditahan dapat dicadangkan untuk keperluan yang lain seperti
untuk ekspansi perusahaan. Dengan demikian, sebagian laba yang ditahan
tidak akan didistribusikan kepada yang berhak.Laba yang ditahan adalah laba
yang dikumpul setelah pajak sehingga menurut akuntansi komersial laba ini
tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya
diperhitungkan pada perhitungan rugi-laba tahun berjalan. Dengan perkataan
lain, pembayaran yang bersumber dari laba yang ditahan tidak
diperkenankannsebagai biaya untuk tahun-tahun buku selanjutnya. Misalnya,
pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, dan tantiem kepada pegawai serta
pengurus atau pegawai yang diambil dari laba yang ditahan tidak boleh
diperhitungkan sebagai biaya.
Dalam pasal 18 ayat (2) UU No. 10 tahun 1994 diatur bahwa Menteri
Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak
dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain
badan usaha yang menjual di bursa efek, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. besarnya penyertaan modal Wajib pajak dalam negeri tersebut
sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham yang disetor.

58
b. Secara bersama-sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya
memiliki penyertaan modal sebesar 50% atau lebih dari jumlah saham
yang disetor.
Cara penyajian laporan laba yang ditahan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Undang-undang perpajakan sama sekali tidak menyampaikan laporan
laba yang ditahan. Biasanya laporan keuangan yang diaudit akuntan publik
disertai laporan tersebut. Adapun bentuk-bentuk laporan laba yang ditahan
dapat disusun dengan laporan tersendiri atau digabungkan dengan laporan
perhitungan rugi-laba.
I. Penyajian Modal dalam Neraca Fiskal
Komponen modal yang disajikan dalam neraca fiskal dan komersial
mempunyai sedikit perbedaan. Hal ini disebabkan adanya ketentuan khusus
dalam perpajakan sehingga akibat akhirnya terlihat di neraca bagian modal.
Komponen modal dalam neraca fiskal adalah :
1) modal saham
2) tambahan modal disetor
3) selisih penilaian kembali aktiva tetap
4) laba yang ditahan
5) beda waktu

Kecuali pos beda waktu, pos-pos lain sama dalam akuntansi dan perpajakan.
Modal saham dan tambahan modal disetor bukan objek pajak penghasilan.
Selisih penilaian kembali harta tetap merupakan selisih antara jumlah penilaian
kembali harta tetap berdasarkan suatu peraturan pemerintah dengan nilai buku.
Beda waktu merupakan jumlah beda waktu pengakuan pendapatan dan biaya
antara perhitungan rugi-laba komersial dan dengan perhitungan rugi-laba fiskal.
Hanya pos ini yang berbeda dalam neraca fiskal dan komersial.
J. Penarikan Kembali Saham
Dengan berbagai alasan perusahaan dapat membeli (memperoleh)
kembali saham yang telah dikeluarkan. Saham yang ditarik kembali
disebut dalam bahasa asing sebagai treasury stock. Alasan penarikan
saham kembali antara lain untuk mempengaruhi harga sama di bursa
efek, membelinya untuk di berikan kemudian kepada karyawan atau
direksi, dan lain sebagainya. Saham yang ditarik kembali

59
dari peredaran bukan berarti penarikan untuk dibatalkan.secara hukum
saham tersebut dapat sewaktu-waktu dijual atau diedarkan kembali.
Sebab itu, saham itu tidak digolongkan ke dalam pos modal ditempatkan
(unissued stock).
Apabila ada selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan
kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham,
termasuk agio, selisih tersebut merupakan pembagian dividen yang
dikenakan Pajak Penghasilan.
Selisih Rp2.500,00 menurut perpajakan merupakan pembagian laba
kepada pemegang saham penjual. Karena itu, selisih ini adalah objek
Pajak Penghasilan yang harus dipotong oleh perusahaan pada saat
penarikan kembali saham.
Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan
metode nilai perolehan (cost method) atau metode nilai nominal (part or
stated value method). Kedua jenis metode ini dapat dipakai dalam
akuntansi dan perpajakan.
1. Metode Nilai Perolehan
Saham yang diperoleh kembali dan akan dikeluarkan lagi di kemudian
hari dicatat sebesar harga perolehan kembali. Penarikan kembali
saham harus disajikan sebagai pengurangan jumlah modal.
2. Metode Nilai Nominal
Saham yang diperoleh kembali dicatatsebesar nilai nominal saham
yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang modal
sahamdalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah
yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dikurangkan
dari pos “Laba ditahan”. Sebaliknya, bila jumlah yang dibayarkan lebih
kecil, selisihnya merupakan unsur penambah modal dan dibukukan
sebagai “tambahan Modal Perolehan Kembali Saham”.

60
.

61

Anda mungkin juga menyukai