Klasifikasi Kewajiban
Menurut tenggang waktu penyelesaiannya, kewajiban dikelompokkan menjadi :
1) Utang jangka pendek (Pasiva Lancar)
2) Utang jangka panjang
3) Kewajiban lain-lain.
52
d. Untuk utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa;
e. Utang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun seperti
utang pajak
a. Utang dagang
Utang dagang yang terjadi dari transaksi pembelian barang baik untuk
diolah atau di jual lagi. Biasanya utang dagang ini tidak didasarkan pada
suatu dokument perjanjian
b. Utang Wesel
Utang wesel ialah utang yang disertai dokument perjanjian. Karena utang
ini dinyatakan dalam suatu surat maka wesel dapat dijual oleh
pemegangnya. Sekalipun wesel ini dapat dijual oleh pemegangnya,
namun jumlah utang harus dibayar tidak berubah.
c. Utang Deviden
Utang deviden timbul jika pembagian laba diumumkan oleh perseroan.
Biasanya utang deviden segera dibayar setelah pengumuman.
Pembagian laba yang tidak menimbulkan utang. Menurut ketentuan,
pajak telah terutang pada saat pengumuman pembagian laba bukan
pada saat pembayaran. Karena itu, pembayaran deviden wajib
membayar pajak atas deviden kepada negara pada saat yang ditentukan.
Ketentuan pemungutan pajak diatur dalam pasal 23 dan 26 UU No. 7
Tahun 1983 jo. UU No. 10 Tahun 1994.
53
terjadinya biaya. Dalam perpajakan pun biaya ini dapat dikurangkan dari
penghasilan.
e. Utang Pajak
Sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan, pajak terutang baik yang
harus dibayar sendiri maupun yang dipungut atau dipotong dari pihak
ketiga harus disetor ke Kas negara dalam waktu yang ditentukan. Utang
29).
c. Utang Pajak yang wajib yang wajib dipungut atau dipotong dari
e. Utang PBB.
Utang jangka panjang ialah utang yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun buku dan sumber pembayarannya tidak diambil dari aktiva lancar.
Penyajian pos utang jangka panjang dipisahkan dari pos utang jangka
pendek. Pemisahan ini dimaksudkan agar kontrol atas utang-utang
tersebut lebih mudah dilakukan. Utang jangka panjang biasanya dicatat
berdasarkan perjanjian kredit yang memuat :
a. jumlah pinjaman yang disetujui.
b. Tingkat atau suku bunga.
c. Jumlah angsuran dan jatuh temponya
d. Barang jaminan.
e. Sifat dan luasnya ikatan yang ada seperti akumulasi dana untuk
pembayaran kembali pinjaman (Singking Fund), pembatasan atas
modal kerja dan pembagian deviden serta ikatan lainnya.
54
3. Kewajiban Lain-Lain
Utang yang tidak dapat dikelompokkan kedalam utang jangka pendek
atau jangka panjang dimasukan dalam golongan kewajiban lain-lain.
Yang termasuk dalam kategori kewajiban lain-lain antara lain ialah :
a. Pendapatan yang ditangguhkan
b. Uang jaminan yang diterima dari pelanggan
c. Utang kepada direksi atau perusahaan afiliasi.
Pembebasan Utang
Jika suatu perusahaan menerima pembebasan utang, rekening utang ditutup
sebesar pinjaman yang dibebas kan pembayarannya. Kemudian pembebasan
ini diperhitungkan ke rekening rugi-laba sebagai pendapatan lain-lain atau
ditransfer ke dalam rekening modal. Dengan demikian. Kewajiban pembayaran
utang yang dimaksud tidak terlihat
55
lagi dalam neraca, melainkan telah menjadi laba atau berubah menjadi modal.
Peraktek pembebasan utang sering dilakukan oleh perbankan atau lembaga
keuangan lainnya, misalnya dalam rangka restrukturisasimodal perusahaan
denga mengubah sebagian utang bunga atau pokok pinjaman menjadi modal.
56
1. Usaha perseorangan
Rekening modal usaha perseorangan tampak di neracasebagai suatu
rekening tunggal. Dari contoh berikut kita dapat melihat cara penyajian
rekening modal usaha perseorangan pada neraca.
2. Firma
Rekening modal usaha firma terdiri dari beberapa rekening sesuai dengan
jumlah pemiliknya.Penyajian rekening modal firma pada neraca dapat
diberikan dengan contoh berikut. Amat dan Ali sama-sama menanamkan
modalnya pada suatu usaha firma masing-masing sebesar Rp4.000,00 dan
Rp6.000,00. Keuntungan dan kerugian dibagi rata. Pada tahun 1988
diperoleh keuntungan sebesar Rp8.000,00. Pada tahun ini Amat dan Ali
mengambil uang untuk keperluan pribadi masing-masing sebesar
Rp2.000,00 dan Rp4.000,00. Kemudian pada tahun 1989 diperoleh
keuntungan sebesar Rp9.000,00 dan pengambilan uang untuk keperluan
pribadi masing-masing sebesar Rp2.500,00 dan Rp5.000,00. Rekening
modal kedua pemilik di neraca pada akhir 1989 tampak sebagai berikut.
Pengambilan dari firma oleh pemilik dalam bentuk apapun seperti gaji,
bonus, gratifikasi, pemakaian hasil untuk keperluan sendiri dan lain
sebagainya tidak boleh dikurangkan sebagai biaya.
Pada perinsipnya bentuk usaha perseroan komanditer dan kongsi sama
dengan bentuk usaha firma. Dalam bahasa Inggris ketiga bentuk usaha
tersebut disebut partnership.
3. Perseroan Terbatas
Modal pada bentuk usaha perseroan terbatas (PT) dicatat di rekening modal
disetor atau disebut juga modal saham. Laba neto dan pembagian laba
dibukukan direkening laba yang ditahan. Rekening modal yang di neraca PT.
Ketentuan peratura perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (UU
NO. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas), pendirian perseroan
terbatas dan permodalannya adalah sebagai berikut :
a. Modal dasar terdiri dari seluruh nilai nominal saham dan dapat
dikeluarkan atas nama atau atas petunjuk.
57
b. Modal dasar perseroan paling sedikit Rp20.000.000,00 tetapi untuk
bidang usaha tertentu dapat dengan jumlah yang berbeda.
c. Pada saat pendirian perseroan, paling sedikit 25% dari modal dasar
harus ditempatkan dan harus telah disetor 50% dari nominal setiap
saham yang dikeluarkan.
Penambahan modal selalu dicatat dalam bagian kredit dari rekening modal
disetor dan laba yang ditahan terletak di sisi kredit neraca. Jika terjadi kerugian
maka laba yang ditahan akan berkurang sebanyak jumlah kerugian yang terjadi.
Kerugian ini akan mengurangi saldo laba yang ditahan. Saldo defisit rekening
laba yang ditahan akhirnya akan mengurangi modal perusahaan.
58
b. Secara bersama-sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya
memiliki penyertaan modal sebesar 50% atau lebih dari jumlah saham
yang disetor.
Cara penyajian laporan laba yang ditahan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Undang-undang perpajakan sama sekali tidak menyampaikan laporan
laba yang ditahan. Biasanya laporan keuangan yang diaudit akuntan publik
disertai laporan tersebut. Adapun bentuk-bentuk laporan laba yang ditahan
dapat disusun dengan laporan tersendiri atau digabungkan dengan laporan
perhitungan rugi-laba.
I. Penyajian Modal dalam Neraca Fiskal
Komponen modal yang disajikan dalam neraca fiskal dan komersial
mempunyai sedikit perbedaan. Hal ini disebabkan adanya ketentuan khusus
dalam perpajakan sehingga akibat akhirnya terlihat di neraca bagian modal.
Komponen modal dalam neraca fiskal adalah :
1) modal saham
2) tambahan modal disetor
3) selisih penilaian kembali aktiva tetap
4) laba yang ditahan
5) beda waktu
Kecuali pos beda waktu, pos-pos lain sama dalam akuntansi dan perpajakan.
Modal saham dan tambahan modal disetor bukan objek pajak penghasilan.
Selisih penilaian kembali harta tetap merupakan selisih antara jumlah penilaian
kembali harta tetap berdasarkan suatu peraturan pemerintah dengan nilai buku.
Beda waktu merupakan jumlah beda waktu pengakuan pendapatan dan biaya
antara perhitungan rugi-laba komersial dan dengan perhitungan rugi-laba fiskal.
Hanya pos ini yang berbeda dalam neraca fiskal dan komersial.
J. Penarikan Kembali Saham
Dengan berbagai alasan perusahaan dapat membeli (memperoleh)
kembali saham yang telah dikeluarkan. Saham yang ditarik kembali
disebut dalam bahasa asing sebagai treasury stock. Alasan penarikan
saham kembali antara lain untuk mempengaruhi harga sama di bursa
efek, membelinya untuk di berikan kemudian kepada karyawan atau
direksi, dan lain sebagainya. Saham yang ditarik kembali
59
dari peredaran bukan berarti penarikan untuk dibatalkan.secara hukum
saham tersebut dapat sewaktu-waktu dijual atau diedarkan kembali.
Sebab itu, saham itu tidak digolongkan ke dalam pos modal ditempatkan
(unissued stock).
Apabila ada selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan
kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham,
termasuk agio, selisih tersebut merupakan pembagian dividen yang
dikenakan Pajak Penghasilan.
Selisih Rp2.500,00 menurut perpajakan merupakan pembagian laba
kepada pemegang saham penjual. Karena itu, selisih ini adalah objek
Pajak Penghasilan yang harus dipotong oleh perusahaan pada saat
penarikan kembali saham.
Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan
metode nilai perolehan (cost method) atau metode nilai nominal (part or
stated value method). Kedua jenis metode ini dapat dipakai dalam
akuntansi dan perpajakan.
1. Metode Nilai Perolehan
Saham yang diperoleh kembali dan akan dikeluarkan lagi di kemudian
hari dicatat sebesar harga perolehan kembali. Penarikan kembali
saham harus disajikan sebagai pengurangan jumlah modal.
2. Metode Nilai Nominal
Saham yang diperoleh kembali dicatatsebesar nilai nominal saham
yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang modal
sahamdalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah
yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dikurangkan
dari pos “Laba ditahan”. Sebaliknya, bila jumlah yang dibayarkan lebih
kecil, selisihnya merupakan unsur penambah modal dan dibukukan
sebagai “tambahan Modal Perolehan Kembali Saham”.
60
.
61