Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)”

OLEH:
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan judul “Penanganan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)”.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan sebagai bahan pertimbangan perbaikan makalah ini.

Makassar,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Limbah B3
II.2 Klasifikasi dan Sumber Limbah B3
II.3 Teknologi Pengolahan Limbah B3
II.4 Akibat yang ditimbulkan Limbah B3 terhadap Manusia
II.5 Metode Penanganan Limbah B3
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Latar Belakang
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga,
perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat
bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi
ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil
dan sepele, karena apabila limbah (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap
sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam
menangani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah B3 tersebut akan
semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi lingkungan
sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan
makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun
dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan
terjadi,namun seperti kata pepatah Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati",
hal tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih
berupaya mencegah dampak dari limbah B3 tersebut. ketimbang menyaksikan
dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi dihadapan kita, dan kita semakin
sulit untuk menanggulanginya. Secara garis besar hal tersebut menjadi salah satu
patokan bagi kita bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab
kita bersama untuk menanggulanginya.khususnya pada masalah limbah (B3)
tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari Limbah B3?
2. Bagaimana klasifikasi dan sumber B3?
3. Apa teknologi pengelolaan Limbah B3?
4. Apa akibat limbah B3 terhadap manusia?
5. Bagaimana metode penanganan Limbah B3?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Limbah B3
2. Mengetahui Klasifikasi dan sumber Limbah B3
3. Mengetahui teknologi pengolahan Limbah B3
4. Mengetahui akibat Limbah B3 terhadap manusia
5. Mengetahui metode penanganan Limbah B3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 pengertian Limbah B3
Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA
(Occupational Safety and Health of the United State Government) adalah bahan
yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan
gangguan pada kesehatan manusia. kerusakan properti dan atau lingkungan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk bahayakan hidup lainnya. Mengingat penting dan
dampaknya Bahan Berbahaya dan Beracun bagi manusia, lingkungan, kesehatan,
dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Mengingat penting dan dampak Bah;an Berbahaya dan Beracun bagi
manusia,lingkungan,kesehatan dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya, pemerintah melakukan pengaturan ketat. Pengaturan pengolah;an
B3 ini meliputi pembuatan, pendistribusian, penyimpanan, penggunaan, hingga
pembuangan Limbah B3.

II.2 Klasifikasi dan Sumber Limbah B3


pengelolaan B3 dan tentunya jenis-jenis dan pengelompokkan (penggolongan)
Bahan Berbahaya dan Beracun. Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan
B3 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam PP ini, B3 diklasifikasikan menjadi:
1. Mudah meledak (explosive)
Adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg)
dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Penanganan: Hindari
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik. Contoh: KCIO3, NH4NO3, Trinitro Toluena
(TNT).
2. Mudah terbakar (flammable)
Adalah limbah yang bila berdekatan dengan api. percikan api, gesekan
atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus - terbakar hebat dengan dalam waktu lama.
Penanganan: Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api.
Contoh: Minyak terpentin. 3. Bersifat reaktif (Almendah, 2014)
3. Bersifat reaktif
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan
perubahantanpa peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau ammonia.
Contoh: Tabung gas mudah meledak/bereaksi pada suhu dan tekanan 25°C
760 mmHg.
4. Beracun (toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
manusia yang menyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Penanganan Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak langsung
dengan kulit.
Contoh: Metanol, Benzena.
5. Menyebabkan infeksi
Yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian
tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena
infeksi. Contoh Jarum suntik bekas untuk menyuntik pasien apabila
digunakan kembali karena akan menularkan penyakit, misalnya penularan
penyakit HIV.
6. Bersifat korosif (corrosive)
Adalah bahan kima yang terkena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain (karat
pada logam). Contoh: HC1, H2SO4, NaOH (2%)
7. Berbahaya (harmful)
Bahan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila terhirup,
tertelan, atau kontak dengan kulit.
Penanganan: Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari kontak langsung
dengan kulit.
Contoh: NaOH, C6H5OH, C12

Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses
utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan
korosi, pelarut kerak, pengemasan, dll.
Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
2. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
3. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
4. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

II.3 Teknologi pengolahan Limbah B3


Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang
paling populer di antaranya ialah chemical
conditioning,solidification/Stabilization, dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
 Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
 Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
 Mendestruksi organisme pathogen
 Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
 Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Concentratiothickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang
umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid
bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal
sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering
selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge,
beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada
tahapan awal ini.
b) Treatment, stabilization, andconditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik
dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui
proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian
secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan
bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika
berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid
dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi
berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan
reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah
lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,
polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

c) De-wateringanddrying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.
Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan
filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,
centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

d) Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa
proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air
oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3
umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga
dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat
didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif)
dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan
sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti
yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi
menjadi enam golongan, yaitu:
1) Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
2) Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
3) Precipitation
4) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia
pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5) Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan padat
6) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah
metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkanKep-
03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan
solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya
memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak
kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun,
insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen
limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu,
insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.

II.4 Akibat yang ditimbulkan Limbah B3 terhadap Manusia


Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal
ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga
tanpa menyadari kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam kesempatan ini
mendapatkan sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup
menarik di dalam mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.
1. Keracunan Air Raksa
Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal
sebagai penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di
kota pesisir Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu
berlangsung tujuh bulan, yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic
membuang air raksa ke dalam perairan ikan di Minamata mengandung merkuri
antara 27-102 ppm berat kering. Berbagai penelitian di Indonesia sudah pula
mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang mengandung merkuri seperti yang
terjadi di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala keracunan secara umum timbul
sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan dan kaki terasa kebal, sulit
menelan, penglihatan kabur, luas penglihatan menciut, ketajaman pendengaran
berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap. Beberapa orang secara konstan merasa
seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas.
Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang semakin parah.
Melalui peristiwa ini, gambaran limbah B-3 begitu berbahayanya seandainya
kita memakan ataupun mengkonsumsi ikan ataupun makanan yang mengandung
merkuri. Walaupun seharusnya merkuri digunakan di dalam Industri plastik dan
industri pertambangan, tetapi seharusnya hal tersebut tidak dibuang ke laut
ataupun ke sungai dikarenakan membahayakan jiwa penduduk sekitar, begitu juga
membahayakan diri kita sendiri seandai suatu saat nanti tanpa sadar anda
memakan ikan yang berasal dari wilayah yang telah tercemari oleh pembuangan
merkuri itu sendiri. Oleh karena itu kesadaran kepada para pihak yang selalu
berurusan dengan Limbah B-3 untuk lebih memperhatikan kepentingan orang
yang lebih banyak daripada mementingkan kepentingan perusahaan yang sedang
anda jalankan sehingga para pihak di dunia industri juga memperhatikan tentang
usaha-usaha untuk melanggengkan bisnis anda di suatu tempat.
2. Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan
Polyvynil Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan
Sypilis dan Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi
Cadmium dalam tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di
dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan
0,3% di dalam pakreas. Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh
darah secara langsung maupun titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya
terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian
dapat terjadi karena gagal jantung, kasus keracunan Cadmium secara epidemis
terjadi di kota Toyama Jepang. Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit
pinggang selama beberapa tahun. Penyakit tersebut kemudian menjadi parah
tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh osteomalacia
(pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian dapat
diakibatkan oleh gagal ginjal.
Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat
membahayakan walaupun cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria
dan penyakt syphilis atau raja singa. Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin
kebanyakan mengutip dari uraian buku yang penulis dapat tetapi setidaknya
dengan adanya uraian tersebut dapat memberikan uraian yang cukup mengenai
akibat dari Limbah B-3 yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan
mahkluk hidup lainnya. Harapan tentang tidak terjadi pencemaran yang selalu
diidam-idamkan masyarakat selama ini dapat tercapai dan bukan hanya untuk
kepentingan uang semata, dimana masyarakat merasa tidak peduli dengan
kesehatan mereka dikarenakan mungkin menurut mereka sudah bisa makan sehari
saja merupakan berkah tak ternilai. Hal itu dikarenakan edukasi yang kurang yang
diberikan oleh pihak yang seharusnya memberikan informasi bahwa dalam
bekerja kesehatan itu penting.

II.5 Metode Penanganan Limbah B3


Cara Penanganan B3 (Suri, 2016) Beberapa metode penanganan limbah
B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Metode Pengolahan secara Kimia, Fisik, dan Biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik. atau
biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umum
dilakukan adalah stabilisasi solidifikasi. Stabilisasi/solidifikasi adalah proses
pengubahan bentuk fisik dan atau sifat kimia dengan menambahkan bahan
pengikat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi
kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang.
Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi
adalah semen, kapur (CaOH₂), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi
(pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah B3.
Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar
gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Proses pengolahan
limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai
limbah B3, fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi
dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses sangat
bermanfaat dalam pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan
lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga
masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan
proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena
menggunakan makhluk hidup. proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a) Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection) Salah satu cara
membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan
yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air
tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan
itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air.
b) Kolam penyimpanan (surface impoundments) Limbah B3 cair dapat
ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3.
Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan
terkonsentrasi dan mengendap di dasar Kelemahan metode ini adalah
memakan lahan karena limbah akan semakin kebocoran tertimbun
dalam kolam, ada kemungkinan lapisan pelindung, dan ikut meng dan
ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari
udara
c) Landfill untuk limbah B3 (secure landfills)
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan
pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill. limbah
B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam
landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3.
Landfill ini harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk
mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini
jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah
B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode
yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi
kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah
akan semakin menumpuk.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai