Anda di halaman 1dari 7

Nama : Wa Ode

Rasia Nim :
21822003
Kelas. : PAI A (Sem. 6)
UAS : Sejarah Peradaban Islam

Jawaban
1. Masa sebelum kenabian
Anusia pada masa sebelum kenabian tepatnya pada abad ke-6 dan ke-7 masehi
hidup dalam keadaan kegelapan dan kebodohan setelah tersebarnya paganisme, khurofat,
fanatisme kebangsaan, rasialisme dan kesenjangan antara tingkatan kehidupan manusia
dalam tatanan sosial kemasyarakatan dan politik serta penyimpangan-penyimpangan yang
sangat jauh dari fitrohnya mereka.
Nasab Nabi Muhammad SAW
Nama Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin
Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nazir Bin Ma’ad Bin Adnan.
Nama Ayah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah Abdullah bin
Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdu Manaf. Kakek Nabi, Abdul Muthalib. Abdul
Muthalib memiliki 12 orang anak, enam laki-laki dan enam perempuan. Anak-anak Abdul
Muthalib yang laki-laki adalah Abbas, Abdullah, Hamzah, Abu Thalib, az-Zubair, al-
Harits,
Hajl, al-Muqawwim, Dhirar, dan Abu Lahab (namanya adalah Abdul Uzza). Dari nama-
nama ini, kita ketahui bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki 6
orang paman.

Sedangkan dari Nasab Nabi sampai kepada Adnan adalah sebagai berikut:
Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muththalib (nama aslinya adalah Syaibah) ibn
Hasyim (nama aslinya Amr) ibn Abdul Manaf (nama aslinya al-Mughirah) ibn Qushay
(nama aslinya Zaid) ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr (nama
julukannya Quraisy dan menjadi nama kabilah) ibn Malik ibn Nadhar (nama aslinya Qais)
ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah (nama aslinya Amir) ibn Ilyas ibn Mudhar ibn
Nizar ibn Ma’ad ibn Adnan.
Tabiat Sistem Religi Nabi Muhammad SAW
Terdapat empat sifat ketauladanan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW yang harus
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Siddik (jujur), Amanah (dapat dipercaya),
Tabliq (menyiarkan), dan Fathanah (cerdas). Sifat ini menjadi dasar kepribadian yang
dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW yang menggunakan figur utama dengan segala nilai
kebaikan dan egaliter dalam pergaulan.
Adapun dalam hal agama yakni salah satunya sikap Toleransi yang diwujudkan
dalam sikap berdiri di atas keadilan dan kebaikan tersebut oleh Nabi Muhammad SAW
ditunjukkannya ketika berinteraksi dengan non-muslim yang berdamai dan tidak
melakukan permusuhan. Imam Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Asma binti
Abi Bakar bahwa ibunya yang musyrik pernah datang kepadanya. Lalu dia meminta
fatwa
kepada Rasulullah. Asma bertanya, "Aku datang kepadaku dan dia ingin aku berbuat baik
kepadanya.Apakah aku harus berbuat baik kepadanya?" Rasulullah menjawab, "Ya,
baiklah kepadanya."
Budaya Bangsa Arab
Budaya bangsa Arab sebelum islam dilihat dari aspek kehidupan budaya, bangsa
Arab dikenal dengan sastra yang tinggi. Banyak penyair terkemuka muncul di Arab pra-
Islam, seperti Antarah bin Shaddad, Mura al-Qais, Tarfa bin al-Abd, Zuhair bin Abi
Salma. Para penyair itu juga mempunyai buku-buku yang berbicara tentang aspek
kehidupan budaya pra Arab Islam. Selain itu juga bangsa Arab memiliki koleksi puisi.
Karena Arab memiliki suku yang mencapai lebih dari 20 kelompok, dengan tata bahasa,
bahasa, buku sejarah, sastra, dan banyak lagi.
2. Proses Pengangkatan Khalifah Khulafau Rasyidin
a. Abu Bakar Ashiddiq
Setelah Nabi wafat dan sedang menunggu dimakamkan, kaum muslimin
mengadakan pertemuan di Safiqah (balai kota) Bani Saidah.Mereka membicarakan siapa
sosok yang tepat untung menggantikan Nabi. Kelompok Ansar mengusulkan Sa'ad bun
Ubadah.Kabar itu terdengar para sahabat dan keluarga yang sedang mengurus jenazah
Nabi. Lalu tiga orang sahabat yakni Abu Bakar, Uamr bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin
Jarrah menyusul ke pertemuan.Saat kelompok Ansar bertemu kelompok Muhajirin,
terjadi perdebatan. Masing-masing bersikukuh mengajukan calon pemimpin pengganti
Nabi. Perundingan tak juga mencapai titik temu. Sampai Abu Ubaidah
menyampaikan:"Sahabat-sahabatku dari kalangan Ansar, kalian adalah pihak yang
pertama menolong dan membela agama Islam. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadi
orang pertama yang memecah belah dan merusaknya," ujar Abu Ubaidah.Setelah suasana
tenang, terpilihkan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi. Alasan terpilihnya Abu Bakar
yakni:
1) Sahabat nabi yang paling senior
2) Selalu dekat dengan Rasulullah sehingga tahu cara memimpin umat dan negara
3) Dermawan sehingga kekayaan yang dimilikinya dapat digunakan untuk
perjuangan umat
4) Disegani kamu Quraisy karena tegas
5) Cerdas dan mau bekerja keras
6) Pernah menggantikan Nabi sebagai imam shalat ketika Nabi sakit

kemajuan atau prestasi prestasi yang dicapai pada masa Khalifah Abu bakar Ash-Shiddiq
1)Menumpas kelompok-kelompok yang memerangi Islam
Di era Abu Bakar inilah propaganda nabi palsu Musailamah Al-Kazab semakin
menjadi-jadi. Musailamah yang berasal dari Yamamah mendapat dukungan dari Bani
Hanifah hingga ia berhasil mengumpulkan ribuan pengikut.

Dari sinilah, Perang Yamamah yang melibatkan pasukan muslim dan pasukan
Musailamah pecah. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid meski mengakibatkan banyak penghafal Al-Qur'an
wafat.

2) Dimulainya kodifikasi Al-Qur'an

Dampak dari perang yang berlangsung di era kepemimpinan Abu Bakar,


banyak para penghafal Al-Qur'an yang gugur ketika membela agama Allah. Situasi ini
pun diresahkan oleh kaum muslimin yang khawatir bahwa Al-Qur'an akan lenyap
seiring dengan para penghafalnya yang juga semakin berkurang.

Atas inisiatif Umar bin Khatab, Abu Bakar diberi saran agar mulai membukukan
Al-Qur'an. Awalnya memang Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak setuju dengan saran
Umar dengan alasan bahwa Rasulullah saw tidak pernah membukukannya. Akan
tetapi, atas penjelasan Umar, akhirnya pendirian Abu Bakar luluh.

Abu Bakar As-Shidiq kemudian menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pemimpin
untuk mengumpulkan Al-Qur'an. Setelah selesai dikumpulkan, mushaf itu kemudian
diserahkan kepada sang khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq.

Selanjutnya, setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat, mushaf tersebut disimpan


oleh putri Umar bin Khattab yang juga merupakan salah satu istri Rasulullah bernama
Hafsah binti Umar.
3) Memperluas wilayah kekuasaan Islam

Di era khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, penyebaran dakwah Islam semakin


diperluas ke berbagai wilayah. Salah satunya adalah dakwah yang dipimpin oleh
panglima Usamah bin Zaid bin Haritsah ke Suriah.
Sebenarnya, pasukan ini telah dipersiapkan sejak zaman Nabi Muhammad, tetapi
karena beliau meninggal dunia, tertundalah untuk sementara waktu dakwah tersebut
hingga dilanjutkan di era Abu Bakar.

Tidak berhenti di situ saja, umat Islam di bawah kepemimpinan Abu Bakar Ash-
Shiddiq juga merambah ke kekaisaran Persia dan Byzantium. Melalui Perang Yarmuk
yang cukup sulit, pasukan Islam akhirnya berhasil menaklukan Byzantium dan juga
menjadi awal runtuhnya kekaisaran itu.

b. Umar Bin Khattab


Khalifah Umar bin Khattab ditunjuk menjadi khalifah melalui wasiat yang
diberikan oleh khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq, sebelum ia wafat. Abu Bakar
wafat pada 8 Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijriyah.Akhirnya, semua sepakat bahwa
Ummar ibn Khattab akan menjadi khalifah selanjutnya.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab islam mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Dibawah kepemimpinannya islam berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya mulai dari Mesopotamia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, Armenia,
serta sebagian wilayah Persia. Penakhlukan wilayah-wilayah tersebut selalu diikuti
persebaran agama islam. Seringkali kaum islam dalam perang penakhlukan wilayah-
wilayah tersebut mengalami ketidak seimbangan angkatan perang. Misalnya
pada pertempuran Yarmuk (636 M) pasukan muslim dengan jumlah pasukan 20 ribu
orang berhasil menang melawan pasukan Romawi yang berjumlah 70 ribu orang.

c. Utsman Bin Affan

Sebelum meninggal, Umar ibn Al-Khaththab memanggil tiga calon yang akan
menggantikannya sebagai khalifah, mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Khalifah Umar bertemu dengan ketiganya secara bergantian,
dan berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat untuk
menghindari segala kemungkinan konflik yang akan terjadi.
Umar ibn Al-Khaththab sebelumnya telah membentuk sebuah dewan formatur yang
bertugas memilih khalifah penggantinya dari 3 calon yang sudah ditentukan olehnya.
Dewan formatur itu berjumlah 6 orang, yaitu Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd
Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Selain itu ada
Abdullah bin Umar yang dijadikan sebagai anggota, tetapi tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan Khalifah yang telah ditentukan oleh Umar ibn Al-Khaththab
berbeda dengan sebelumnya, yaitu mereka yang berhak menjadi khalifah adalah yang
mendapat suara terbanyak dari anggota formatur. Kemudian apabila ada calon yang
mendapatkan suara sama, maka Abdullah bin Umar yang berhak menentukan khalifah
selanjutnya. Apabila keputusan Abdullah bin Umar tidak diterima, maka calon yang
dipilih oleh Abd Ar-Rahman bin Auf yang berhak menjadi khalifah. Jika masih ada yang
menentang keputusan tersebut, maka hendaklah penentang tersebut dibunuh.
Setelah Khalifah Umar wafat, Abd Ar-Rahman bin Auf meminta pendapat kepada
anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon yang akan diangkat sebagai
khalifah. Hasilnya terdapat dua kandidat khalifah, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib. Kemudian ketika dilakukan sidang penentuan khalifah, terdapat dua calon
yang sama kuat, dan secara mengejutkan ternyata Utsman memilih Ali sebagai calon
khalifah, begitu pula Ali yang memilih Utsman sebagai calon khalifah pilihannya. Di
samping itu, Zubair dan Sa’ad bin Abi Waqqash yang memiliki hak suara memilih
Utsman bin Affan sebagai khalifah. Sementara Thalhah dan Zubair tidak dapat memilih
calon khalifah karena sedang tidak berada di Madinah.
Abd Ar-Rahman bin Auf selanjutnya memilih untuk bermusyawarah dengan
masyarakat dan beberapa tokoh di luar anggota formatur. Ia mendapati dua suara yang
memilih calon berbeda, yaitu kubu Bani Hasyim mendukung Ali bin Abi Thalib, dan
kubu Bani Ummayah yang mendukung Utsman bin Affan.
Karena masih dilanda kebingungan, Abd Ar-Rahman bin Auf memanggil Ali dan
Utsman secara terpisah. Ia menanyakan kepada keduanya, seandainya mereka dipilih
sebagai khalifah, sanggupkah keduanya melaksanakan tugasnya berdasarkan Al-Quran,
Sunah Rasul, dan kebijaksanaan khalifah sebelumnya. Ali menjawab bahwa dirinya
berharap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan kemampuannya. Sedangkan Utsman
menjawab “Ya! Saya sanggup”.
Berdasarkan jawaban keduanya, Abd Ar-Rahman bin Auf menyatakan bahwa
Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga. Ketika diangkat sebagai khalifah usia Utsman
telah menginjak 70 tahun. Masa pemerintahan Utsman bin Affan menjadi yang paling
lama dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu 12 tahun.
Selama awal pemerintahannya sebagai khalifah, Utsman bin Affan menunjukan
berbagai prestasi yang hebat untuk perkembangan Islam.Perluasan pemerintahan Islam
ketika masa Khalifah Utsman telah mencapai Asia dan Afrika, seperti wilayah Herat,
Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah. Selain itu juga daerah Armenia, Tunisia, Cyprus,
Rhodes, dan beberapa wilayah sisa kekuasaan bangsa Persia, telah berada di bawah
kekuasaan umat Islam. Khalifah Utsman pun berhasil membangun sebuah bendungan
besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke seluruh bagian kota.
Pemerintahannya pun dapat membangun infrastruktur, seperti jalan, jembatan, masjid, dan
lain sebagainya dengan sangat baik.

d. Ali Bin Abi Thalib

Setelah Usman wafat, keadaan semakin kacau. Kaum muslimin mendesak agar Ali
dibaiat sebagai khalifah.Dalam suasana kacau, Ali pun dibaiat. Peristiwa itu berlangsung
pada 25 Zulhijah 35 H di Masjid Madinah.

Beberapa prestasi yang pernah di capai oleh khalifah ali bin abi thalib di antaranya ialah

 Melengkapi tanda baca pada huruf hijaiyah sehingga tidak terjadi kesalahan pada
pembacaan al quran dan hadist
 Memperbaiki keuangan Negara yang mana pada waktu pemerintahan usman bin
affan terjadi pemberian fasilitas Negara pada beberapa kerabatnya
 Mengganti orang – orang yang kurang bagus di pemerintahan

3. Sistem pemerintahan yang digunakan dinasti Bani Umayyah adalah sistem pemerintahan
monarki heridetis (kerajaan turun temurun).
Adapun aliran yang berkembang pada masa dinasti bani Umayyah ialah aliran
khawarij. Yang dimana Orang-orang Khawarij terkenal memiliki kepribadian yang kaku,
keras kepala, dan hanya menginginkan manusia berada dalam dua golongan, yaitu kafir
dan mukmin. Mereka yang memiliki pandangan sama dengan orang-orang Khawarij,
maka akan dianggap sebagai orang mukmin, sedangkan mereka yang bertolak belakang
dengan pandangan kaum Khawarij akan dianggap sebagai orang yang kafir.

4. Faktor-faktor mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan Islam sangat berkembang


pesat pada masa Dinasti Abbasiyah.
 Pemahaman Umat Islam yang utuh pada Al-Qur'an dan Hadist
 Dibentuknya lemba pendidikan seperti lembaga penerjemahan buku, perpustakan, dan
sarana pendidikan lainnya.
 Para Khalifah memiliki perhatian yang tinggi terhadap pentingnya ilmu pengetahuan

khalifah yang paling terkenal dengan kepeduliannya terhadap ilmu pengetahuan pada masa
daulah Bani Abbasiyah adalah Abdullah Al-Makmun.

Khalifah Abudllah al-makmun dikenal sebagai Khalifah pembeharu ilmu pengetahuan,


pada masa pemerintahannya ia menyediakan dana yang besar untuk melakukan gerakan
penerjemahan karya-karya kuno terutama karya Yunani, dan Syiriah ke dalam bahasa bahasa
Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, filsafat, dll.

Al-Makmun mengembangkan perpustakaan Bait al-hikmah yang didirikan ayahnya


menjadi pusat ilmu pengetahuan. Lembaga ini kemudian berhasil melahirkan sederet
ilmuwan muslim yang melegenda. selanjutnya membangun majelis munadzarah, sebagai
pusat kajian keagamaan.

5. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di
daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn
Nushair. Di zaman al- Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke
daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.
Spanyol diduduki Islam pada masa khalifah al-Walid, yang merupakan salah satu dari
khalifah Bani Umayyah pada tahun 711 M. Dalam proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga
pahlawan Islam yang berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah
Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.

1) Tharif bin Malik. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi
selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500
orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan
yang tidak sedikit jumlahnya.
2) Thariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar
yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Khalifah al- Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan
Thariq bin Ziyad. Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal
Thariq). Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti
Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu).
3) Musa bin Nushair. Beliau merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran
dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dan akhirnya beliau berdua memenangkan
daerah Spanyol.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam,
baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah
kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di
Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.
Pengaruh ilmu
pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan
gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.

Anda mungkin juga menyukai