Tugas Agama
Tugas Agama
OLEH:
C1E1 19094
KENDARI
2019
A. Pengertian Tauhid
Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tawhid bentuk
masdar (infinitif) dari kata wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu
biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah). Sedangkan pengertian
secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha
illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah).
Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti tidak berbilang. Allah tidak
boleh dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak
layak dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas
mengatakan keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai
berikut:
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha Esa.
Keesaan Allah Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan Zat,
keesaan Sifat, keesaan Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada-Nya.
Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya
bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena,
bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih—betapapun
kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini berarti Dia membutuhkan unsur atau
bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan syarat bagi
wujud-Nya.
Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa Allah
memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat
makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat
tersebut sama. Sebagai contoh, kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi
juga digunakan untuk untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang makhluk.
Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang Allah berbeda dengan
rahmat makhluk-Nya. Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga tidak ada yang
menyamai substansi dan kapasitas tersebut.
Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu
yang berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan
wujudnya, kesemuanya adalah hasil Perbuatan Allah semata.
Sedangkan keesaan dalam beribadah merupakan perwujudan dari ketiga
keesaan di atas.
Katakanlah: ”sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku,
semuanya karena Allah, Pemelihara seluruh alam.” (QS. al An’am/6:162)