Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Masuknya Islam di Thailand


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara
Dosen Pengampu : Sitti Rahmah, Dra., Hj., M.Si

Oleh Kelompok :
Norhapilah (12070522779)
Nur Indah Sari (12070522660) Tiara
Ardhyni (12070522602)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Masuknya Islam di Thailand
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Sitti
Rahmah, Dra., Hj., M.Si pada mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Masuknya Islam di Thailand bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 24 September 2021


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Sejarah Masuknya Islam di Thailand..............................................................................2
2.2 Kehidupan Keberagamaan...............................................................................................3
2.3 Perkembangan Islam di Thailand....................................................................................4
2.4 Problematika Umat Islam di Thailand.............................................................................8
2.5 Bukti Peninggalan Islam di Thailand..............................................................................9
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thailand adalah sebuah Negara di wilayah Asia Tenggara yang berbentuk Monarki
Konstitusi (suatu pemerintahan yang didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui
Raja, Ratu, atau Kaisar sebagai kepala negara). Islam masuk di Thailand diperkirakan sekitar
abad ke-10 atau ke-11 dibawa oleh pedagang Arab dan India. Islam pernah berkuasa di
wilayah Pattani sejak berdirinya Kerajaan Islam Patani abad ke-14. Namun, sejak berada
dalam kekuasaan Kerajaan Siam, hingga sekarang umat Islam menjadi minoritas dan
terdiskriminasi oleh pemerintahan Thailand.

Muslim Thailand sebagian besar tersebar di empat propinsi bagian selatan, yaitu Pattani,
Yala, Narathiwat dan Satun. Mereka kerap memperoleh problem dan kekerasan oleh
pemerintah. Hingga saat ini Muslim Thailand terus berjuang untuk memperoleh hak-haknya.

Ada beberapa pendapat tentang masuknya Islam ke Asia Tenggara. Yang pertama
pendapat orang-orang Eropa dan yang kedua pendapat sejarawan arab dan muslim. Pendapat
sebagaian besar sejarawan Eropa secara mutlak berpegang pada apa yang disebutkan oleh
pengembara Italia Marcopolo bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara adalah pada abad ke
tiga belas masehi di sebelah utara pulau Sumatera dan mereka membatasi pendapat mereka
pada perjalanan Marcopolo ini ke daerah tersebut pada 1292 M.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah masuknya islam di Thailand
2. Kehidupan Keberagamaan
3. Perkembangan Islam di Thailand
4. Problematika Umat Islam di Thailand
5. Bukti peninggalan islam di Thailand

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah masuknya islam di Thailand
2. Untuk mengetahui tentang kehidupan keberagamaan
3. Untuk mengetahui perkembangan islam di Thailand
4. Untuk mengetahui problematika umat islam di Thailand
5. Untuk mengetahui Bukti peninggalan islam di Thailand

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Masuknya Islam di Thailand


Sejarah Islam di Thailand tidak terlepas dari perjalanan sejarah negara Thailand itu
sendiri. Thailand dahulu dikenal dengan nama “Siam”, kemudian berganti menjadi “Thai”.
Asal mula penamaan Thailand, dikaitkan dengan dengan sebuah kerajaan yang berumur
pendek, yakni Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kata akhir dari kerajaan tersebut,
yakni “Thai” yang berarti “bebas”, kemudian menjadi “Thailand” pada 1939. Sejak
berdirinya sampai sekarang, negara ini berbentuk kerajaan. Kepala negaranya adalah Perdana
Menteri yang dilantik oleh sang raja. Dalam sejarah diketahui bahwa Ayutthaya sebagai raja
Sukhothai pada abad XIII sangat mementingkan perdagangan. Jalur perdagangan ini yang
menjadi faktor-faktor dominan mendekatkan Islam kepada Ayutthaya. Saudagar-saudagar
muslim yang dekat dengan raja memiliki pengaruh di Istana, bahkan sebagian di antara
mereka ada yang menjadi menteri.Berdasarkan pada data sejarah ini, maka dapat dipastikan
bahwa Islam mulai masuk di Thailand sejak abad ke-13 melalui jalur perdagangan. Mengenai
siapa orang pertama yang membawa Islam ke sana, penulis menemukan data yang akurat.

Kerajaan Thai yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris, atau dalam
bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai", sama dengan versi Inggrisnya, berarti
"Negeri Thai"), adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan
Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di
barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai"
berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga dapat merujuk kepada suku Thai,
sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan di kalangan warga negara Thai terutama
kaum minoritas Tionghoa.

Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar 80


persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen
dari total penduduk, khususnya di Pattani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat
mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani,
Yala, Narathiwat, Satun dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 (Kantor Statistik
Nasional, Thailand, 2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi: Pattani,
Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan sedangkan
di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha. Sementara mayoritas
penduduk yang berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala
dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3
%, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk, Thailand, 2000).

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada yang
mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari Arab. Ada

2
pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.
Jika melihat peta Thailand, akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim
berada persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal ini bisa dilihat dari
fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah
daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah
Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai. Lebih dari
itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam
dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori arab). Entah daerah mana yang lebih
dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam sudah
menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara),
serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand).

Pada tahun 1613, d’Eredia memperkirakan bahwa Patani masuk Islam sebelumMalaka
yang secara tradisional dikenal sebagai “darussalaam (tempat damai) pertama” dikawasan itu
(mills 1930:49). Dalam penelitiannya mengenai kedatangan Islam di Indonesia G.W.J Drewes
menemukan bahwa di Trengganu, yang merupakan salah satu tetangga Patani, agama baru itu
sudah dianut secara mapan menjelang 1386 atau 1387. Pada puncak kekuasaan patani awal
abad ke 17 diletakkan dasar-dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Ini
dimungkinkan oleh hubungan yang semakin intensif antara negeri Arab yang merupakan
pusat Islam dan Asia Tenggara yang ketika itu pusat perdagangannya.Masa kejayaan yang
sudah lampau itu dilambangkan oleh kaum bangsawan dan hubungan kekerabatan mereka
dengan keluarga Melayu dan oleh citra Patani sebagai “tempat kelahiran Islam” dikawasan
itu. Lembaga keagamaan di Patani dan daerah sekitarnya berfungsi sebagai penghubung
antara golongan elit dengan rakyat. Kaum ulama berfungsi sebagai kekuatan yang
mengabsahkan kekuasaan yang berlaku dan dukungan mereka sifatnya menentukan bagi
pemelihara daan pengguna kekuasaan politik.

Pada tahun 2004 bertepatan pada bulan April, pada masa kepekimpinan Thaksin
Shinawarta, insiden berdarah telah terjadi sehingga mengakibatkan 30 pemuda muslim tewas
di masjid Kru Se. peristiwa keji terjadi yang kedua kalinya pada bulan oktober 2004 yang
mengakibatkan 175 tahanan pejuang Muslim Takbai meninggal dunia, akibat dijejalkan
militer Thailand dalam sebuah truk dengan kondisi tangan di belakang.

Pada perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga Mei 2007. Periode ini sangat
urgen tidak hanya karena banyaknya korban dalam kurun waktu ini, setidaknya 2000 korban
meninggal. Sehingga di penghujung tahun 2008, Thailand ingin memiliki Perdana Menteri
baru yang diharapkan dapat membawa angin perubahan. Dengan rezim barunya harus
berjuang keras mencari alternative dalam menangani masalah konflik Thailand Selatan.

2.2 Kehidupan Keberagamaan


Ummat Islam di Thailand tidak seberuntung seperti Ummat Islam di Malaysia yang
mana hampir semua sarana da’wah seperti masjid-masjid disediakan oleh pemerintah
Malaysia. Demikian pula dengan Imam, Khotib, Bilal, dan pengurus-pengurus masjid digaji
3
langsung oleh pemerintah. Sarana media seperti TV maupun radio di Malaysia diberikan
waktu tiap malam untuk da’wah Islam. Kawasan Thailand bagian selatan yang merupakan
basis masyarakat melayu-muslim adalah daerah konflik agama dan persengketaan wilayah
dengan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Konflik Thailand selatan terjadi
sejak diserahkannya wilayah utara Melayu oleh pemerintah colonial Inggris kepada kerajaan
Siam. Saat itu dibuatlah Traktat Anglo-Siam yang menabut hak-hak dan martabat Muslim
Pattani. Akibatnya, muncul aksi-aksi perlawanan dan ditanggap pemerintah pusat sebagai
separatisme, hingga diberlakukan darurat militer di wilayah tersebut.

Di beberapa kota pelabuhan, Islam bukanlah agama bagi komunitas perkampungan


melainkan agama para individu yang mobil yang menyatu dalam jaringan asosiasi
internasional. Dari Singapura pembaharuan Islam menyebar ke seluruh Asia Tenggara
melalui perdagangan, haji, dan melalui gerakan pelajar, guru dan sufi. Sudah pada tempatnya
dunia Islam segera meyampaikan appeal kepada pemerintah supaya menyelamatkan Ummat
Islam dan memberikan persamaan hak di segala bidang kepada mereka, termasuk hak-hak
untuk beribadah dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, hak yang sama dengan hak-hak yang
dmiliki penduduk yang beragama Budha.

2.3 Perkembangan Islam di Thailand


a. Pendidikan
Pendidikan yang digalakkan oleh pemerintah Kerajaan Thailand tergolong bersifat
diskriminatif terhadap Islam. Pada tahun 1923 M, beberapa Madrasah Islam yang dianggap
ekstrim ditutup, dalam sekolah-sekolah Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan
pendidikan etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran Budha. Kementerian pendidikan
memutar balik sejarah, dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang
pemerintahan shah di Siam dan menjatuhkan raja. Dampak yang menonjol dari
perkembangan yang berorientasi ke dalam hal ini. Misalnya, pada tahun 1966, sekitar 60%
anak-anak di Pattani tidak dapat berbicara bahasa nasional. Hal itu berkaitan dengan
banyaknya orang tua Muslim yang lebih senang mengirimkan anak-anaknya ke sekolah
agama.

Strategi yang perlu dibangun masyarakat muslim di Thailand Selatan pada saat ini
adalah memajukan pendidikan, mendukung pembangunan nasional, dan menjaga stabilitas
lokal. Namun, sampai saat ini pun masyarakat muslim Pattani Thailand menghadapi
diskriminasi komplek dan teror yang berlarut-larut. Sehingga kehidupan sosial maupun
politik menjadi sangat terbatas. Akhirnya pemerintah Thailand juga belum mampu memberi
pendidikan merata terhadap kaum muslim. Tekanan berbasis keamanan selalu mengancam
mereka. Kesenjangan ini menurunkan nasionalisme masyarakat di luar mayoritas ThaiBudha.

b. Kehidupan Muslim Thailand Sebagai Minoritas


Negara Gajah Putih, tercatat minoritas kaum Muslim yang berjumlah sekitar 5% atau
1,5 juta jiwa dari penduduk Thailand, Mayoritas Muslim tinggal di wilayah selatan khususnya

4
Pattani, Yala, dan marathiwat. Mereka kerap terdiskriminasi dalam segala sektor kehidupan.
Pada saat ini mayoritas penduduk Thailand yang beragama Budha sekitar 80%. Daerah-dareh
tersebut awalnya merupakan bagian dari sebuah kerajaan Melayu Islam Pattani Darusalam.
Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesultanan-
kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang terbesar adalah Patani.
Thailand sebelumnya bernama Siam yang kemudian pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti
dengan Muangthai.

Derita yang dialami masyarakat muslim di Thailand Selatan yang sebagai minoritas
ini adalah akibat dari pembatasan ruang gerak mereka untuk memperoleh hak-haknya dalam
bidang ekonomi, politik, dan keagamaan. Juga karena problematika klasik yang telah
berlangsung lama yang menyalahi keyakinan dan nilai-nilai keislamannya. Minoritas ini
menuntut pemisahan diri dan kemerdekaan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi model upaya perdamaian dan
rekonsiliasi di Thailand Selatan.

Dalam tatanan sosial, muslimin Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak
untuk didengar. Yaitu Kheik atau khaek yang berarti orang luar, yang secara harfiah berarti
pendatang atau orang yang datang menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah ini juga selama
berabad-abad sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang berkulit hitam dari daerah
Melayu dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam menolak sebutan ini dan menyatakan
bahwa kedatangan mereka (khususnya di kawasan Thailand Selatan), jauh lebih awal
daripada kedatangan orang-orang Budha Thailand.

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antar kerajaan Thai dengan masyarakat
melayu-muslim tampak membaik. Putra mahkota kerajaan sering berkunjung ke
provinsiprovinsi yang berbatasan dengan Malaysia itu. Pembangunan jalan dan gedung-
gedung sekolah menandai adanya perhatian yang serius dari pihak kerajaan. Dan yang tak
kalah pentingnya bagi melayu muslim adalah bahwa sejak tahu 1990-an mereka mulai
mendapat kebebasan dalam menjalankan syari’at islam. Namun keinginan untuk
memberlakukan hokum islam diwilayah mereka itu tetap terus mereka perjuangkan.

Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan
Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam).
Pattani berasal dari kata al-Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat
itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat
dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar al-Qur’an dan kitab -kitab Islam
berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa
sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.

Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari
Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu

5
kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp
Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim
bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai saran ibadah, sebuah masjid
yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand.
Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum H. Saleh, seorang warga Indonesia yang
bekerja di Bangkok.

Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim
Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia
suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian, anak cucu para pendiri masjid ini
berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya Masjid
Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian dari lima puluhan masjid lain
yang tersebar di seluruh penjuru Bangkok.

c. Lembaga-Lembaga Islam di Thailand

Meskipun penduduk muslimnya minoritas tetapi di Thailand memiliki lembaga atau


kelompok yang kuat dan aktif. Empat kelompok gerakan Islam yang kuat dan aktif : pertama,
golongan tradisional yang sangat berpengaruh di selatan. Kedua, golongan ortodoks yang
menerbitkan majalah Rabbitah. Ketiga, golongan modernis yang menerbitkan jurnal al-Jihad.
Keempat, golongan Chularajamontri 66 yang disponsori oleh pemerintah. Terdapat beberapa
kelompok gerakan. Adapun kelompok-kelompok yang beragam dari organisasi separatis
mengaku beroperasi dipropinsi -propinsi melayu, Muangthai selatan. Kelompok tertua adalah
Barisan Nasional Pembebas Patani (BNPP) yang didirikan oleh seorang aristrokat Melayu.
Barisan ini adalah kelompok Islam konservatif dan dipercaya punya hubungan yang dekat
dengan Partai Islam se Malaysia (PAS) yang berkuasa di Negara tetangga Kelantan.

Secara ideologis bertentangan dengan BNPP, Barisan Revolusi Nasional (BRN) yang
didirikan oleh seorang guru agama, punya suatu sikap yang didasarkan pada ajaran kiri.
Karena diduga beraliansi dengan Partai Komunis Malaysia (CPM), BRN Nampak kurang
menerima dukungan dari rakyaat. Kelompok sabilillah ( jalan Allah) adalah kelompok
berbasis kota yang muncul selama demonstrasi besar yang dilakukan Patani di akhir tahun
1975 dan awal 1976.

Kelompok yang paling sedikit dikenal adalah Desember Hitam 1902 yang identitasnya
diambil dari peristiwa sejarah penytuan Patani Raya kedalam kerajaaan Thai. Kelompok yang
paling terkenal adalah Patani United Liberation Organization (PULO) didirikan seorang
aristocrat dan memiliki tujuan menyatukan semua faksi-faksi politik yang aktif melawan
imperialisme Thai nampak ditujukan pada semua masyarakat melayu.

d. Integrasi Untuk Konsolidai

6
Penyatuan secara politik daerah Muslim ke dalam Thailand adalah hasil akhir
perjuangan. Di permulaan seperempat akhir abad ke enam belas orang spanyol bertempur di
Perang moro selam tiga ratus tahun sebelum kesultanan islam di Mindanao dan sulu enggan
mengakui kedaulatan orang spanyol. Dan di dua decade pertama abdini, orang Amerika
dengan spanyol mengharuskan untuk membantu beberapa biaya untuk kampanye militer
untuk memenangkan muslim Pilipina. Kekuatan spanyol dan amerika digunakan dalam
penaklukan Muslim yang diawali oleh Kristen Pilipina dan pada tahun 1920 pemerintah
efektif didaerah Muslim filipinization kebijaksanaan mencari pemerintah sendiri bangsa
persemakmuran (1935) dan akhirnya republic (1946). Orang Siam berusaha untuk
menaklukan bangsa Melayu bagian utara penezuela di akhir abad ke 13 masa pemerintah raja
Ramakhamhaeng sukhothai tapi itu tidak sampai abad ke 19, setelah banyak pertumpahan
darah dan tipu daya. Thailan (yang kemudian disebut dengan siam) menjadi orang yang
berdaulat didaerah itu. Dengan kebaikan Anglo-Siamese tahun 1904 dan 1909, dia diharuskan
untuk menyerahkan hak kekuasaan Raja di empat Negara Melayu yang mana kemudian
bergabung ke dalam Inggris Melayu, tapi diberikan secara diam-diam pengakuan Otoritasnya
atas tetritorial dan perbatasan Melayu bagian Utara.

Sebagian Thailand Tenggara sudah lama di eksploitasi untuk timah, meskipun Muslim
pedesaan kebanyakan petani dan pelaut. Di abad dua puluh, daerah ini menghasilkan karet
dan kelapa. Sebagian untuk tujuan pengembangan perkebunan dan hasil bumi dan sebagian
untuk memperkenalkan pencampuran etnik ke dalam predominan Melayu Tenggara,
pemerintah Thailan mensponsori, sejak perang duani ke II, transmigrasi ribuan non Muslim
Thailand takut pada suatu hari nanti mereka akan dipisah-pisahkan di tanah mereka sendiri
oleh non Muslim dan itu adalah rencana nyata pemerintah. Motive orang Thailand pada
integrasi culcutal minoritas orang mereka termasuk Muslim agak kompleks. Sebenarnya
motif utama adalah keinginan alami untuk menempa kesatuan bangsa untuk melawan
kekuatan sentrifugal kedaerahan dan kesukuan. Sebagian tambahan ada ketidak jelasan misi
sivilisatris pada sebagian mayoritas Kristen dan Budha dengan non Kristen d an non Budha di
Negara ini. Tidaka ada pertanyaan orang minoritas, kecuali, Cina, biasanya di pandang oleh
orang mayoritas sebagai orang yang terbelakang dan tidak maju. Muslim menemukan
implikasi kebijaksanaan integrasi dan program menyakitkan hati.

Di Thailand muslim sebagai minoritas mendemontrasikan diri mereka bertekad dan


secara terorganisir untuk menantang. Karena itu tekanan besar dilakukan pada mereka.
Tekanan ini dilakukan jauh lebih terkendali di Pilipina dari pada di Thailand, Pilipina adalah
Negara demokrasi sekuler yang menjalankan prinsip pemisahan gereja dan Negara serta
kebebasan beragama. Jadi, pemerintah merespon komplen tetang aspek integrasi yang
ditimbulkan oleh umat muslim yang didasarkan oleh agama. Komisi integrasi nasional berdiri
tahun 1957, adalah agensi pemerintah yang bertanggung jawab pada penerimaan dan
penafsiran semua komplen. Kegiatan integrasi pemerintah.

2.4 Problematika Umat Islam di Thailand


Problematika umat Islam di Thailand, tidak terlepas dari problematika yang dihadapi
kaum muslim Melayu di bagian Selatan. Mereka diharuskan memakai pakaian bukan Melayu

7
dan mengadopsi nama-nama Thai bila mereka ingin memasuki sekolah -sekolah pemerintah
atau mencari pekerjaan dalam dinas pemerintahan. Bahasa Melayu dilarang diajarkan
disekolah -sekolah negeri atau digunakan dalam percakapan dengan para pejabat pemerintah.
Di Thailand, kaum minoritas muslim dipandang dengan sikap negatif sebagai orang Khaek.
Secara harfiah dalam bahasa Thai, kata ini berarti “tamu”. Istilah ini juga digunakan untuk
menyebut tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna, dan dalam konotasi ini dikenakan
kepada orang-orang muslim dari Thailand Selatan, sebagai orang Melayu. Secara resmi
mereka disebut “orang-orang Thai”. Penyebutan “Muslim Thai” bagi “Muslim Melayu”
merupakan upaya yang disengaja untuk mengaburkan jati diri mereka sebagai orang-orang
yang sama sekali berbeda dari orang-orang Thai lainnya.18 Dengan demikian, istilah
ThaiIslam atau Thai-Muslim atau Khaek digunakan secara resmi untuk menyebut mereka.
Pada beberapa kalangan, kaum muslim disebut Khaek, adalah sebuah julukan yang
berkonotasi penghinaan bagi umat Islam. Akibat dari itu semua, maka pada gilirannya
masyarakat muslim Melayu selalu mengadakan perlawanan dengan pihak pemerintah
(kerajaan). Konsekuensinya adalah, mereka melahirkan sejumlah organisasi seperti Pattani
United Liberation Organization (PULO) dan Barisan Nasional Pembebasan Pattani
(BNPP).19 Organisasi ini, berusaha keras memperjuangkan wilayah Thailand selatan untuk
mendapat otonomi.
Strategi pemerintah dalam mengantisipasinya adalah dengan memberikan keleluasaan
kepada umat Islam untuk menjalankan ajaran agama, serta mengajak masyarakat muslim
Melayu berperan dalam pembangunan Thailand. Pemerintah juga menyediakan dana untuk
kegiatan keagamaan. Kaum muslim diperbolehkan melaksanakan dakwah, membentuk
organisasi, dan mengelolah penerbitan literatur keagamaan yang sekarang sedang tumbuh,
meskipun kaum muslim sendiri tidak bebas dari perpecahan. Ada empat kelompok yang
mengklaim dirinya sebagai pihak yang mewakili kepentingan masyarakat muslim, yaitu
Chularatmontri,20 sebuah kelompok yang didukung negara; kelompok ortodoks yang
menerbitkan al-Rabītah; dan kelompok muslim Melayu Tradisional di daerah selatan yang
menentang Chularatmontri, namun menolak disebut sebagai rival al-Jihād al-Rabītah
Satu hal lagi yang bersifat menyepelekan umat Islam ialah adanya integrasi
administrasi yang dirancang untuk memasukkan daerah-daerah muslim ke dalam sistem
politik nasional yang berpusat di Bangkok. Karena orang-orang muslim tidak berpengalaman
dengan sistem-sistem ini, dianggap perlu menempatkan mereka di bawah pejabat pemerintah
Kristen dan Budhis Thailand.23 Bisa dibayangkan, umat Islam yang dari segi populasi lebih
mayoritas ketimbang penganut Kristiani yang lebih minoritas, justru kaum mayoritas
(muslim) tersebut di bawah pemerintah kaum minoritas (kristiani).
Lebih lanjut, ketika umat Islam Thailand selatan mengadakan ger-akan anti
“keganasan pemerintah”, maka Thaksin (Perdana Menteri Thailand) telah menguatkan
undang-undang ketentaraan di Selatan Thai, dan telah menyediakan beribu tentara dan polisi
untuk mencetuskan ketakutan di kalangan rakyat. Lalu, Thaksin merasa semakin yakin
dengan sokongan Amerika Serikat terhadap tindakannya mel-

ancarkan kampanye “anti-pengganas” yang melibatkan pembunuhan di luar


peruntukan undang-undang dan mencabuli hak asasi manusia. Juga Amerika telah membantu
Thailand dengan cara memberi latihan dan bantaun teknikal kepada pihak keselamatan
Thailand. Sebagai hadiah kepada Thaksin untuk memerangi keganasan, Presiden Bush telah
menyurat kepada APEC bahwa Thailand adalah rekanan NATO yang utama yang

8
membenarkan Amerika Serikat menyalurkan perbagai senjata canggih kepada Thailand dan
memberikan Thailand keutamaan untuk mendapatkan bekalan senjata pertahanan.25 Dengan
berlindung di bawah slogan memerangi kekerasan (kelompok separatis Islam), pihak
pemerintah Thailand menangkap dan menculik orang Islam dan membunuh mereka.
Pada bulan April 2004 sebanyak 107 orang Islam Thailand di wilayah selatan
terbunuh secara kejam. 32 orang di antaranya yang berlindung di Masjid Kerisik Thailand
juga terbunuh secara kejam dan sewenangwenang. Keganasan di kawasan selatan Thailand
yang mempunyai penduduk mayoriti Islam adalah hasil dari tindakan kerajaan Thaksin.
Tindakan Thaksin (Perdana Menteri Thailand) ini sepenuhnya merasa didukung oleh
Amerika.26 Selanjutnya, pada Maret tahun 2004, Somchai Neelahphajit, seorang aktivitas
hak asasi manusia yang terkenal, mewakili 9 (sembilan) orang Islam yang dituduh sebagai
pengganas telah ditahan, disiksa, dan kemungkinan dibunuh oleh polisi Thailand.27 Kejadian
yang hampir sama, pada bulan Oktober 2004, terjadi peristiwa yang menjatuhkan dua korban
tewas dan 21 luka-luka. Insiden ini terjadi sehari setelah terbunuhnya 84 orang muslim di
provinsi Thailand selatan. Akibat dari insiden ini, berbagai kalangan termasuk Indonesia
melalui juru bicara Deplu Marty Natalegawa menyatakan keprihatinannya dan mengharapkan
peristiwa di Thailand selatan segera diselesaikan. Di sisi lain, juru bicara Fraksi PKSdi DPR
RI Suripto menyatakan kecamannya atas peristiwa tersebut. berdasarkan data yang diperoleh
pihaknya, korban muslim yang tewas di Thailand sejak memasuki tahun 2004 mencapai 416
orang. “Walaupun data dan informasi yang kami dapatkan tentang peledakan belum akurat,
tetapi berdasarkan modusnya saya kira pelaku ingin mendiskreditkan umat Islam.

2.5 Bukti Peninggalan Islam di Thailand

Sebagai bukti bahwa ada sejarah masuknya islam di Thaland adalah dengan ditemukan nya
bukti-bukti peninggalan islam. Adapun bukti-bukti masuknya islam di tanah Thailand adalah:

1. Batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang
yang bertepatan pada tahun 1028 M.
2. Masjid Jawa yang didirikan oleh komunitas warga muslim suku Jawa Indonesia yang
bekerja di Thailand.
3. Kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai
Propinsi Bangkok), yang merupakan bangunan yang dibangun oleh pekerja muslim
dari Malaysia dan Indonesia yang masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19.
4. Kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi yang sampai saat ini masih diajarkan di
beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
5. Lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di
Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah.
6. Ditemukan bahwa terdapat nama-nama ulama sufi terkenal sebagai penyebar Islam,
diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, beliau adalah
seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad s.a.w).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam mulai masuk ke Thailand sejak abad ke-13 melalui jalur perdagangan. Sejak
datangnya Islam di Thailand, umat muslim tidak hanya berperan sebagai pengontrol jalur
perdagangan yang melintasi semenanjung, namun juga mereka mampu memainkan peran
siginifikan dalam bidang administratif di seluruh kerajaan Thailand pada masa awalnya.
Berikutnya, Islam mampu menguasai Thailand bagian selatan, terutama di provinsi Pattani,

10
karena jumlah muslim di daerah ini mencapai angka 80%. Tetapi, jumlah muslim di wilayah
Thailand secara keseluruhan masih merupakan penduduk yang minoritas.
Dewasa ini, kaum minoritas muslim Thailand menghadapi berbagai problematika. Sejak
memasuki tahun 2004, umat muslim di Thailand telah mencapai jumlah ratusan orang yang
meninggal, akibat intimidasi dan penyerangan yang dilakukan oleh tentara Thailand. Hal ini
terjadi karena perdana Menteri Thailand, Thaksin, mendapat sokongan Amerika Serikat
dalam upaya menekan umat Islam Thailand.

3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan
lebih fokus dalam menjelaskan tentang akalah ini dengan sumber – sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahan makalah
yang telah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Sanurdi, S. (2018). Islam di Thailand. Tasamuh: Jurnal Studi Islam, 10 (2), 379 – 390.
Mania. (2019). Perkembangan Sosial Islam di Thailand.Al-Ma’Arief: Jurnal Pendidikan
Sosial dan Budaya.
https://amperapatani1992.blogspot.com/2018/02/sejarah -dan-perkembangan-
islamdi.html?m=1 https://www.amazon.com/Umat-Islam-Patani-Sejarah-
politik/dp/9838160091 https://www.geografi.org/2017/02/geografi -thailand.html?m=1

11
12

Anda mungkin juga menyukai