Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya lah, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018.
Penyusunan LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018 ini mengikuti
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018 menggambarkan
pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas/kegiatan Pusat Analisis Determinan
Kesehatan sepanjang Tahun 2018 berdasarkan Rencana Aksi dan Penrjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018. Subtansi laporan mencerminkan hasil
capaian sasaran strategis Pusat Analisis Determinan Kesehatan atas pelaksanaan
program/kegiatan untuk Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Analisis
Determinan Kesehatan Tahun 2018 ini disusun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pelaksana dan penyusun program/kegiatan sebagai bahan evaluasi
program/kegiatan yang telah dilaksanakan maupun sebagai bahan perencanaan serta
penyusunan kegiatan/program untuk masa yang akan datang. Sehingga realisasi
program/kegiatan untuk tahun-tahun berikutnya dapat menjadi lebih baik. Kami juga
berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat maupun informasi bagi
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia serta pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan.
Pretty Multihartina
NIP. 196309271989012001
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
ii
Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia 2018 – 2020; 3) Analisis
Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian Kesehatan Dalam
Mendukung Germas Dan PIS-PK, 4) Analisis Kesiapan Daerah dalam
Implementasi SPM Bidang Kesehatan, 5) Analisis Padat Karya Tunai Desa
(PKTD) pada sektor Kesehatan, 6) Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimpinan
melalui Executive Brain Assessement dalam Implementasi kebijakan Seleksi
Jabatan Pimpinan Tinggi, 7) Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan,
8) Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam Pembangunan
Kesehatan, 9) Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimpinan Melalui EBA Dalam
Implementasi Kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi; 10) Analisis Kebijakan
Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas DI
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP); 11) Jejaring Peningkatan Kebijakan
Pembangunan Kesehatan : (a. Joint External Evaluation; b. Penyusunan Analisis
KLB Difteri; c) Penyusunan Modul Pelatihan Konseling Keterpaparan Konten
Pornografi Terhadap Anak Usia 12-18 Tahun dengan Pendekatan Keluarga bagi
SDM Kesehatan dan Pendidikan di Kabupaten/Kota.
Selain itu, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga telah menghasilkan capaian
kinerja lainnya yang antara lain : 1. Pembinaan Dan Pembekalan Revolusi Mental
Bidang Kesehatan 2. Penguatan Agen Perubahan (Agent Of Change)
Kementerian Kesehatan, 3. Sosialisasi Kesehatan Inteligensia.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur organisasi ............................. 2
C. Struktur Organisasi ............................................................................. 3
D. Sistematika Penulisan ........................................................................ 6
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja .......................................................................... 7
B. Perjanjian Kinerja ............................................................................... 10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja (3 tahun terakhir) ........................................................ 12
1. Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024 ......... 14
2. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia
2018 – 2020 ..................................................................................... 16
3. Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian
Kesehatan Dalam Mendukung Germas Dan PIS-PK ....................... 18
4. Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang
Kesehatan ....................................................................................... 21
5. Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang
Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan
Kesehatan ........................................................................................ 25
6. Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam
Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi ............... 27
7. Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan ........................ 29
8. Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam
Pembangunan Kesehatan ................................................................. 30
iv
9. Analisis Kebijakan Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan
Bagi Penyandang Disabilitas DI Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) ................................................................................ 34
10. Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat
1. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan ............. 35
A. Joint External Evaluation ........................................................... 35
B. Penyusunan Analisis KLB Difteri Dalam Rangka Jejaring
Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan .................... 36
2. Pertermuan Koordinasi Pusat Analisisi Determinan Kesehatan ........ 43
A. Workshop Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas) Di Taman Pengasuhan Anak Dalam Rangka
Menyiapkan Generasi Unggul .................................................... 43
B. Advokasi Kebijakan Katalog Wisata Kesehatan Indonesia 2018
Pusat Analisis Determinan Kesehatan TA 2018 ......................... 45
3. Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Dan Administrator
Kesehatan (Adminkes) ...................................................................... 46
A. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Inpassing Analis Kebijakan 46
B.Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan (Adminkes)
Inpassing Administrator Kesehatan .............................................. 51
B. Analisis Capaian Kinerja 2018 ............................................................... 57
1. Definisi Operasional Indikator 2018 .................................................. 57
2. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2018 .......... 57
C. Sumber Daya ....................................................................................... 58
1. Sumber Daya Manusia ..................................................................... 58
2. Sumber Daya Anggaran ................................................................... 60
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ............................................... 60
4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ........................... 61
D. Realisasi Anggaran .............................................................................. 62
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 65
B. Tindak Lanjut .................................................................................... ... 66
v
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis
determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 860, Pusat Analisis Determinan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis
perilaku, dan kesehatan intelegensia;
2. pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan
kesehatan intelegensia;
3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis,
analisis perilaku, dan kesehatan intelegensia dan;
4. pelaksanaan administrasi Pusat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 1
Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan disampaikan kepada
Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
LAKIP tahun 2018 Pusat Analisis Determinan Kesehatan disusun sebagai
pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama
tahun anggaran 2018 dengan mengacu pada: 1) Peranturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah; 2) Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan 2018; 3) Peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2014, tentang: Sistem
Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP), Peraturan ini juga menginformasikan
mengenai siklus SAKIP; dan 4) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2015 – 2019, dengan demikian, tahun 2018 ini, merupakan awal
dari RENSTRA 5 (lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2015 – 2019.
Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah
dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat bahwa Pusat Analisis Determinan
Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang kuat untuk melaksanakan kinerja
organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output, di samping itu, LAKIP juga
dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang
merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP juga berfungsi
sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun, agar
pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif, efektif
dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan,
maupun koordinasi pelaksanaannya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 2
Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:
a. Penyusunan Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku
Dan Kesehatan Inteligensia;
b. Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif Di Bidang Analisis Politik Kesehatan,
Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia;
c. Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif
Di Bidang Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku
Dan Kesehatan Inteligensia;
d. Koordinasi Pelaksanaan Revolusi Mental Di Bidang Kesehatan.
e. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dan Rumah Tangga Pusat.
f. Pelaksanaan Fungsi Lain Yang Di Berikan Oleh Menteri.
C. Struktur Organisasi
Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki sturktur organisasi, sebagai berikut:
1) Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan;
2) Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:
- Sub Bagian Program dan Anggaran
- Sub Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum
3) Bidang Analisis Lingkungan Strategis, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Analisis Politik Kesehatan
- Sub Bidang Analisis Sosial dan Ekonomi.
4) Bidang Analisis Perilaku dan Kesehatan Inteligensia, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Analisis Perilaku
- Sub Bidang Analisis Kesehatan Inteligensia
5) Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3
STRUKTUR ORGANISASI
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
(periode Januari 2018 – Juni 2018)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4
STRUKTUR ORGANISASI
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
(periode Juli 2018 – Desember 2018)
Gambar 1
Struktur Organisasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 5
D. Sistematika Penulisan
LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018 ini menjelaskan
pencapaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun 2018. Capaian
kinerja tahun 2018 juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
program/kegiatan pada tahun berikutnya Sebagai penjelasannya, akan diberikan
beberapa keterangan tambahan..
Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat
Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018, adalah sebagai berikut:
1) Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)
2) BAB I Pendahuluan, disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.
3) BAB II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja, (visi, misi, tujuan, sasaran, DO indikator Kinerja
Kegiatan
B. Perjanjian Kinerja 2018
2. BAB III Akuntabilitas Kinerja,
A. Capaian Kinerja Organisasi (3 tahun terakhir)
B. Analisis Capaian Kinerja 2018
1. Definisi Operasional Indikator 2018
2. Analisis Keberhasilan / Kegagalan Pencapaian Indikator 2018
a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
b. Permasalahan
c. Pemecah masalah
d. Rencana Tindak Lanjut
B. Sumber daya / Realisasi Anggaran
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Daya Anggaran
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
C. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
3. BAB IV Kesimpulan dan Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
B. Tindak Lanjut
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 6
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari
rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan
keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai
5 (lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan
memperhatikan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan
eksternal (peluang dan tantangan).
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal,
nasional, dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan
integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar
mampu menjawab tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasional,
dan global, serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI
Nomor HK. 03.01/60/I/2010 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2015
– 2019, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan
ke dalam Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut
memuat sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan,
strategi yang digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak
ukur dan target kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas
pencapaian sasaran yang bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen
Perjanjian Kinerja.
Perjanjjian Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target
kinerja tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang
bersangkutan. Perjanjian Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 7
oleh para pejabat di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada
setiap akhir tahunnya akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian
terhadap para pejabatnya. Perjanjian Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam
membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan
berorientasi pada hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan
kesejahteraan rakyat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 8
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
➢ Tujuan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tujuan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan tahun 2015 – 2019 yaitu tersusunnya kebijakan
pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan. Sebagai
salah satu satker di bawah Sekretaris Jenderal, indikator Pusat Analisis
Determinan Kesehatan termasuk dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya kementerian kehatan, yaitu persentase harmonisasi dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Hasil analisis determinan
kesehatan dapat digunakan oleh satker lain baik di lingkungan Sekretaris Jenderal
maupun Eselon I lainnya.
➢ Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, adalah
Menyusun Dokumen Analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan
Analisis Determinan Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 9
➢ Definisi Operasional Kinerja Kegiatan
Tabel 1
Definisi Operasional Indikator
Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Tabel 2
Penjabaran Hasil Kerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan
B. Perjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk
Perjanjian Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perjanjian Kinerja berisi sasaran
strategis, indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 10
Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur,
dalam rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber
daya yang dikelola. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja, antara lain adalah:
1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi
amanah;
3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran
organisasi;
4) Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan
5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Berikut adalah Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018:
Tabel 3
Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 11
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 12
Sekretariat Jenderal sebagai unit utama di atas Pusat Analisis Determinan Kesehatan.
Sasaran Sekretariat Jenderal adalah: “Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas
serta Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan”.
2016
No. Indikator Kinerja
Target Realisasi
(1) (2) (3) (4)
1 Jumlah Kebijakan Yang
Disusun Untuk Peningkatan 9 9
Pembangunan Kesehatan
Tabel 5
Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan
2017 2018
No. Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis kebijakan
yang disusun untuk
peningkatan
pembangunan 9 9 10 10
kesehatan
Jika dilihat pada kedua tabel diatas, terdapat perbedaan Indikator Output Kinerja
antara tahun 2016 dengan tahun setelahnya. Tahun 2016 Pusat Analisis Determinan
Kesehatan menggunakan Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan
Pembangunan Kesehatan kemudian pada tahun berikutnya Pusat Analisis Determinan
Kesehatan merevisi Indikator Output Kinerja menjadi Hasil analisis kebijakan yang
disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan.
Pada tahun 20018, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan target
untuk menghasilkan 10 (sepuluh) analisis kebijakan pembangunan kesehatan
Hasil analisis yang telah dihasilkan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, yaitu:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 13
1. Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007.
Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP,
RPJMN 2020-2024, disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa
Cita) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan
menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan
berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJMN 2020-2024 adalah pedoman untuk
menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga
konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang
Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.
Visi RPJMN 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.
RPJMN memuat prioritas pembangunan nasional, memuat arah dan kebijakan
bidang-bidang pembangunan, dan memuat arah kebijakan pembangunan
kewilayahan. RPJMN menyediakan arah kebijakan, program, kegiatan, indikator,
dan anggaran dasar selama 5 (lima) tahun sehingga RPJMN menjadi pedoman
bagi pemerintah dan masyarakat di dalam penyelenggaraan pembangunan
nasional lima tahun ke depan.
RPJMN menjadi acuan di dalam penyusunan Dokumen perencanaan tingkat pusat
(Renstra, Renja, RKP), Dokumen anggaran tingkat pusat (RKA dan RAPBN),
Dokumen perencanaan tingkat daerah (RPJMD), Secara tidak langsung untuk
dokumen perencanaan tingkat daerah (seperti RKPD, Renja SKPD, dll).
Keberhasilan pembangunan nasional dalam mewujudkan visi TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG ROYONG sebagai arah perubahan yang memberikan
jalan bagi kelahiran Indonesia Hebat. Untuk itu, pelaksanaan pembangunan harus
didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan nasional yang kuat dan
demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3) keberpihakan kepada rakyat;
dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif (5) sistem birokrasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 14
pemerintahan yang kuat, transparan, akuntabel, dan efisien. Selain itu, sektor-
sektor pembangunan lainnya serta penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang
tidak disebutkan secara spesifik tetap dilanjutkan di dalam rangka mencapai visi di
atas.
Pembangunan nasional yang digariskan dalam RPJMN dilaksanakan melalui
upaya seluruh komponen bangsa, akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang
berdaulat dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
bidang kebudayaan.
Mengingat pentingnya background study sebagai langkah awal penyusunan
RPJMN dan juga Renstra K/L maka analisis dan proyeksi pembangunan kesehatan
2020-2024 menjadi prioritas yang harus segera diselesaikan sebelum akhir tahun
2018, karena pada awal tahun 2019 akan segera dilaksanakan penyusunan draft
Teknokratik RPJMN. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menelaah kondisi umum
pembangunan kesehatan 2015-2019, mengidentifikasi isu-isu strategis, isu
determinan pembangunan kesehatan serta rancangan sasaran pokok setiap isu
strategis, merancang arah kebijakan dan strategi percepatan pembangunan
kesehatan tahun 2020 - 2024.
Gambar: 2
Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 15
B. Rekomendasi SDM
• Penyusunan kurikulum sesuai dengan kebutuhan RI 4.0
• Peningkatan kompetensi SDM
C. Rekomendasi Sumber Daya
• Penyediaan pusat big data di dalam negeri (security) (hard)
• Integrasi sistem dan database (soft) menuju one data
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 16
pariwisata, dan 4) melakukan penilaian kontribusi terhadap pencapaian target
kepariwisataan.
Gambar: 3
Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia 2018 – 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 17
5) Menyiapkan SDM Kesehatan yang handal Pengembangan dan penyiapan
SDM kesehatan yang profesional dan terstandar internasional, mempunyai
kemampuan kompetensi lebih bagi para dokter/perawat
6) Melibatkan peran serta swasta jika perlu mendorong investor asing untuk ikut
mendukung pariwisata kesehatan, khususnya dalam penyiapan dan
penetapan RS pemberi layanan medical tourism.
7) Mengusulkan kepada Pemerintah untuk membentuk National Board Wisata
Kesehatan agar bidang yang luas ini dapat segera ditangani dengan
komprehensif dan lebih baik.
8) Kementerian Pariwisata Menyiapkan Travel Pattern termasuk Paket Wisata
Kesehatan serta Promosi ke Luar Negeri melalui Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) dan Generasi Wonderful Indonesia (GenWI).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 18
Jika hal ini berjalan terus maka seberapapun pemerintah mengalokasikan dana
untuk riset dan pengembangan Iptek, maka tidak akan ada manfaatnya bagi
industri dan masyarakat. Manfaat yang ada hanyalah untuk ilmu pengetahuan
seperti penerbitan journal, bahan paparan dan prototipe laboratorium yang akhirnya
hanya tersimpan di ruang-ruang perpustakaan universitas dan lembaga litbang.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) bahwa mewujudkan bangsa
yang berdaya saing merupakan salah satu misi pembangunan nasional. Hal ini
dilakukan melalui pembangunan sumberdaya manusia berkualitas dan berdaya
saing serta peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi
yang berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam mewujudkan hal tersebut, bangsa
Indonesia masih menghadapi kondisi lemahnya: 1) kapasitas dan kompetensi riset,
2) kemampuan pengembangan menuju proses penciptaan berbasis iptek; 3)
jaringan kelembagaan dan peneliti di ranah lokal, regional, dan global; 4)
produktivitas dan relevansi litbang nasional untuk menjawab kebutuhan teknologi
masyarakat; dan 5) pendayagunaan riset dan pengembangan nasional untuk
penciptaan nilai tambah pada sumberdaya alam dan produk inovasi nasional dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi. Peran strategis pemerintah sangat
dibutuhkan untuk mensinergikan berbagai kepentingan dari seluruh stakeholders
baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Inovasi menjadi salah satu di antara 12 pilar yang menentukan daya saing suatu
negara di kancah internasional. Pilar-pilar yang dimaksud meliputi kondisi-kondisi
dari (1) kelembagaan negara bersangkutan, (2) infrastrukturnya, (3) stabilitas
makroekonomi, (4) tingkat kesehatan dan pendidikan dasar, (5) pendidikan tinggi
serta intensitas pelatihan-pelatihan, (6) efisiensi dalam usaha perdagangan, (7)
pasar tenaga kerja, (8) keunggulan pasar keuangan, (9) ketersediaan teknologi,
(10) keterjangkauan pasar, (11) kecanggihan berbisnis, serta (12) kemampuan
inovasi.
Dalam Global Competitiveness Report yang dirilis oleh World Economic Forum
untuk periode tahun 2017-2018, Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 137
negara dengan poin inovasi di peringkat ke-31. Indeks daya saing Indonesia di
kancah global tersebut mengalami peningkatan lima peringkat dari tahun 2016 di
posisi ke-41 menjadi posisi ke-36 pada 2017.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 19
Pemerintah terus mendorong industri dalam negeri untuk memanfaatkan hasil
inovasi yang diciptakan para peneliti. Pembangunan iptek pada RPJMN 2015-2019
diarahkan terutama untuk meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di
pasar international, salah satu prioritasnya yaitu meningkatkan kapasitas inovasi
dan teknologi. Sesuai dengan Program Riset Nasional (PRN) 2017-2019, maka
iptek diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang dapat dihilirisasi sehingga
berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Produk unggulan iptek secara intensif akan dihilirasi terutama pada bidang
pertanian, manufaktur dan farmasi. Inovasi yang terkait Penelitian, Pengembangan
dan Perekayasaan (Litbangyasa) menjadi penggerak tumbuhnya industri nasional.
Untuk itu, dalam rangka mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing dan
maju perlu ditopang dengan strategi hilirisasi riset yang tepat. Melalui hilirisasi
produk kesehatan dan inovasi hasil penelitian diharapkan dapat mendorong
industri, inovasi dan kreasi mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) dan PIS-PK.
Gambar: 4
Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian Kesehatan Dalam Mendukung Germas
Dan PIS-PK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 20
b. Fungsi Sentra HKI dibawah langsung Menteri Kesehatan agar bisa
mengkoordinasikan fungsi Penelitian di Litbangkes, Inovasi Teknologi
Tepat Guna di Balai BesarTeknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit(BBTKLPP), proses perizinan dan fasiltitasi
pendampinganproduk obat/alat kesehatan di Ditjen Farmalkes, Fungsi
Health Technology Assessment (HTA) serta fungsi lainnya di unit terkait.
c. Memperkuat jaringan dengan Inkubator Pergruan Tinggi, LIPI dan
Kemenristekdikti, BPPT, Swasta dalam mendapatkan informasi Inovasi
produk dan penelitian kesehatan.
2) Dukungan politik dan kebijakan; regulasi dan pembiayaan dengan cara :
a. Membuat aturan yang jelas terkait hilirisasi inovasi produk dan hasil
penelitian kesehatan.
b. Dukungan pembiayaan mulai dari tahap riset sampai after market dari
pemerintah dan industri (Fasilitasi dengan Ditjen Inovasi Kemenristekdikti,
dan BUMN).
c. Apabila suatu inovasi telah ditetapkan untuk dihilirisasi harus dibarengi
fasilitasi kebijakan untuk mendukung pelaksanaan dan pemanfaatan.
3) Kementerian Kesehatan aktif mendukung pemberian reward hasil inovasi
produk dan penelitian kesehatan khususnya yang mendukung program
pembangunan kesehatan contoh:
a. Penganugrahan inovasi produk kesehatan dan penelitian kesehatan dalam
kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN).
b. Memfasilitasi promosi dan penyampaian hasil inovasi produk dan penelitian
kesehatan dalam side event Rakerkesnas.
c. Memfasilitasi atau memberikan ruang dalam pameran Rakerkesnas.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 21
pemerintah pusat dan belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar
pelayanan minimal.
Terbitnya PP No. 2/2018 tentang Standar Pelayanan Minimal yang dimaknai
sebagai tanggung jawab Provinsi maupun Kabupaten/Kota, memberikan amanah
kepada kementerian penyelenggara urusan pemerintah terkait untuk menyusun
standar teknis pelaksanaan SPM. Peraturan Pemerintah ini maka secata otomatis
menggantikan Permenkes No. 43/ 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan yang terdiri dari 12 layanan. Maka penyusunan ulang standar
teknis menjadi sesuatu yang penting, agar standar dapat dilaksanakan dengan baik
di semua daerah.
Berikut gambaran pemetaan secara nasional tentang jumlah provinsi yang mampu
mencapai target SPM kabupaten/ kota di Indonesia, dimana belum ada satupun
provinsi yang mampu mencapai target SPM Kabupaten Kota:
JUMLAH
PROVINSI
NO INDIKATOR TARGET SPM
MENCAPAI
TARGET
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 22
PP Nomor 2/2018 pasal 20 (1) mengamanatkan apabila kepala daerah tidak
melaksanakan SPM maka dapat dikenakan sanksi administratif, dimana hal ini
dapat berpotensi munculnya gugatan dari kepala daerah kepada Kementerian
Kesehatan selaku penanggung jawab SPM Bidang Kesehatan. Hal inilah yang
menjadi dasar penyesuaian serta penyusunan ulang standar teknis dari Permenkes
No. 43/ 2016 sebagai dasar bagi daerah untuk melaksanakan standar pelayanan
minimal. Penyusunan standar teknis ini mendesak untuk segera dilaksanakan
karena beragamnya kondisi kemampuan sumber daya pemerintah daerah baik dari
sisi pembiayaan, sumber daya manusia maupun dari aspek regulasi atapun
determinan lainnya tersebut maka diperlukan analisis kesiapan daerah khususnya
kabupaten/kota.
Gambar: 5
Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 23
Rekomendasi Teknis
• Usulan penyesuaian definisi operasional dan mekanisme penghitungan
sasaran dan target SPM yang terdapat dalam Permenkes 43/ 2016 tentang:
• Penetapan perhitungan target Jenis Pelayanan Dasar 1: Denominator target
Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan T1 – T10 perlu ditetapkan yaitu
jumlah ibu hamil Trimester 3.
• Dipertimbangkan agar penilaian capaian target 100% menggunakan range
capaian misal 90% - 100% maka dianggap sudah mencapai 100% atau
menggunakan tahapan dalam mencapai 100%.
• Memperkuat sistem informasi untuk memudahkan pelaporan dan analisis data
implementasi dan evaluasi SPM Bidang Kesehatan.
• Memperkuat pelaksanaan PIS PK dan Germas untuk membantu implementasi
SPM.
Rekomendasi Pembiayaan
• Pengarusutamaan pemanfaatan DAK Fisik dan Non fisik untuk membantu
pemenuhan sumber daya pelaksanaan SPM pada tahun 2020.
• Perlunya regulasi yang mengatur akun khusus untuk SPM agar memudahkan
dalam pencantuman anggaran pembiayaan tahun 2019 agar pemda dapat
menghitung besaran proporsional kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan
SPM Bidang Kesehatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 24
5. Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang Kesehatan
Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan Kesehatan
Pada akhir tahun 2017 Presiden telah memerintahkan agar program pemanfaatan
dana desa dan program-program kementerian lain yang dikucurkan ke
daerah/desa dilakukan dengan model padat karya/cash for work, dan swakelola,
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, baik di
desa maupun di daerah dan menyerap tenaga kerja yang sebanyak-banyaknya.
Telah ditentukan 1.000 lokus desa padat karya di 100 kabupaten/kota. Pemilihan
100 kabupaten/kota didasarkan atas kriteria jumlah dan prevalensi balita stunting,
yang dibobot dengan tingkat kemiskinan provinsi (desa-kota) (TNP2K, 2017).
Program padat karya yang akan fokuskan dalam lokus 1.000 desa dapat
menggunakan Dana Desa dan/atau APBDes serta Dana K/L. Dengan 1.000 lokus
desa dibanding jumlah desa saat ini 74.754 desa atau sama dengan 1,34%,
sehingga harus scale-up. Ada dua jenis padat karya yaitu padat karya infrastruktur
dan padat karya produktif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 25
Tujuan :
Merubah paradigma budaya korupsi menjadi budaya anti korupsi dengan
membangun integritas sektor kesehatan, dengan mengidentifikasi
permasalahan kebijakan baik konflik kebijakan maupun kesenjangan kebijakan
yang mengatur pembangunan integritas di sektor kesehatan agar berjalan
efektif dan efisien; serta membahas isu-isu strategis dan faktor-faktor
determinan perilaku yang berkembang dan merumuskan relevansinya terhadap
hambatan dan peluang keberhasian pembangunan integritas di sektor
kesehatan. Selain itu, kegiatan analisis ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan kebijakan dalam solusi efektif dan efisien pembangunan intetgritas
baik secara individual maupun kolektif dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019.
Sasaran :
• Semua individu di Sektor Kesehatan Pusat dan Daerah yang diharapkan
mampu menjadi agen perubahan (AoC) serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan pembangunan kesehatan di unit kerjanya.
• Pihak pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan unit kerja atau dapat menciptakan iklim kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti pejabat eselon IV, eselon III, eselon II dan Eselon I, dan
widyyaiswara.
• Pihak pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan,
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain lain.
Gambar: 6
Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian
Pembangunan Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 26
Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :
1) Penetapan lokus padat karya tunai Desa tersebut perlu dipayungi dengan
regulasi yang memadai sebagai rujukan mandatory acting dan atau
pengalokasian anggarannya.
2) Menetapkan Time Schedule Pelaksanaan PKTD Bidang Kesehatan.
3) Sosialisasi Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pembinaan Pelaksanaan STBM
serta pengumpulan status proposal Kelompok Kerja Masyarakat (KKM) segera
dilaksanakan
4) SosialisasiPetunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita serta Penandatanganan
Perjanjian Kerjasama antara Direktur Gizi Masyarakat dengan 16 Ketua TP-
PKK Kabupaten secara simultan dilaksanakan.
5) Menetapkan Mekanisme Evaluasi PKTD Bidang Kesehatan yakni evaluasi
penyaluran anggaran hingga ke Desa dan evaluasi perekonomian Desa.
6) Menyusun potensi perluasan kegiatan PKTD Bidang Kesehatan tahun 2019.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 27
potensi otaknya. Sehingga setiap pegawai dan pejabat dapat teridentifikasi
keunikan modalitas belajar, dominasi otak dan model berpikirnya.
Dengan demikian analisis pemanfaatan hasil profil Executive Brain Assessment
(EBA) dapat menjadi solusi dalam pelaksanaan manajemen ASN yang saat ini
belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi jabatan
dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki individu khususnya kapasitas
potensi otak. Hasil pemeriksaan Executive Brain Assessment merupakan
gambaran potensi otak yang mendasari kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
dan kepemimpinan seseorang dalam aktifitasnya di organisasi.
Bagaimana hasil pemeriksaan EBA menjadi salah satu instrumen pendukung
dalam Seleksi Terbuka. Oleh karena itu kebutuhan ini menjadi dasar untuk
dlakukannya analisis kebijakan secara komprehensif untuk menganalisis
sejauhmana EBA dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan individu dalam
memahami persoalan, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Sehingga hasil tes ini dapat dimanfaatkan untuk memperlihatkan fungsi-fungsi
kemampuan otak yang berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan serta
pemecahan masalah pengambilan keputusan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan analisis ini adalah merekomendasikan usulan kebijakan pemetaan profil
otak SDM dalam identifikasi kualitas dan kapasitas SDM kepemimpinan, menyusun
kebutuhan kebijakan dalam Mendapatkan SDM yang tepat sesuai kebutuhan
potensi otak pada pekerjaan, mengidentifikasi kesenjangan dan kebutuhan
kebijakan dalam memperoleh ketepatan profil otak SDM yang dibutuhkan
jabatan/pekerjaan dan tujuan lainnya adalah memperoleh gambaran ideal profil
otak SDM dari setiap Jabatan Pimpinan Tinggi.
Manfaat dari analaisis ini adalah menjadi input kebijakan dalam program
pengadaan dan pengembangan SDM di Pemerintahan, dapat menjadi panduan
pada uji kepatuhan dan kelayakan dalam seleksi dan promosi ASN di Kementerian
/ Lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, dan sekaligus dapat menjadi
panduan pada uji kepatutan dan kelayakan dalam seleksi dan promosi karier
jabatan pimpinan serta menjadi dasar pertimbangan pengembangan diri sesuai
dengan bidang kepemimpinan yang dibutuhkan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 28
Gambar: 7
Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan
Pimpinan Tinggi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 29
Manusia). Indikator IPM seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup
sangat terkait dengan pendanaan sektor kesehatan, anggaran yang di korup akan
berimbas penurunan angka harapan hidup serta menaikan angka kematian bayi.
Dampak korupsi lebih jauh adalah naik dan tingginya harga obat-obatan dan
rendahnya kualitas alat kesehatan pada rumah sakit dan puskesmas serta sarana
kesehatan lainya.
Gambar: 8
Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 30
kesehatan warga masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai instansi bagi
pembangunan Sumber Daya Manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Masih adanya perbedaan persepsi, sasaran dan langkah capaian prioritas yang
dimiliki lembaga-lembaga pemerintah merupakan kebutuhan untuk dilakukannya
koordinasi yang efektif dan integrasi strategis antar program maupun antar sektor
terkait. Sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta waktu perencanaan
yang terkesan singkat atau tergesa-gesamengakibatkan program tidak berjalan
dengan baik. Kurang tersedianya data dan informasi yang memadai, sesuai
kebutuhan dan tepat waktu memicu penundaan program strategis yang perlu
dijalankan dan ditangani dengan segera. Belum adanya mekanisme yang dapat
menjamin keselarasan dan keterpaduan antara rencana dan anggaran
kementerian kesehatan dengan rencana dan anggaran kementerian/lembaga
terkait serta pemerintah daerah baik pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi,
termasuk pemanfaatan hasil evaluasi atau kajian untuk input dalam proses
penyusunan perencanaan. Kolaborasi antar profesi kesehatan masih belum
optimal karena masih belum adanya undang-undang yang mengatur batasan dari
setiap jenjang pendidikan. (co/ perawat dan dokter).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 31
Hal ini mendorong adanya tuntutan aktualisasi nilai-nilai gotong royong dalam
pembangunan kesehatan berdasarkan Instruksi Presiden nomor 21 tahun 2016
tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental yang ditindaklanjuti menjadi
Kepmenkes nomor 580 tentang Rencana Aksi Revolusi Mental Bidang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu sektor yang akan mempengaruhi
pencapaian pemanfaatan bonus demografi. Terciptanya pembangunan kesehatan
di masyarakat tidak dapat berdiri sendiri. Hal tersebut tidak akan tercapai tanpa
keterlibatan semua komponen bangsa. Perlunya peningkatan kerja bersama atau
koordinasi pada segenap pihak baik lintas program maupun lintas sektor, dan juga
keterlibatan masyarakat dalam menciptakan paradigma hidup sehat.
Gambar: 9
Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam Pembangunan Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 32
9. Analisis Kebijakan Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan Bagi
Penyandang Disabilitas DI Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang bangkit pertumbuhan
ekonominya dengan masyarakat kelas menengah keatas terus berjuang untuk bisa
mencapai sebuah pembangunan yang merata. Akan tetapi sayangnya, hak dan
kesempatan bagi mereka yang terpinggirkan termasuk penyandang disabilitas,
masih kurang mendapat perhatian serta masih ada diskriminasi terhadap para
penyandang disabilitas di Indonesia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 33
2. Melaksanakan sinkronisasi, koordinasi, dan integrasi dengan Lintas Program,
Lintas Sektor dan Pemerintah Daerah untuk pelayanan kesehatan disabilitas di
puskesmas sesuai kebijakan Disabilitas.
3. Meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan primer (Puskesmas)
kepada penyandang disabilitas.
4. Pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga dilakukan melalui
kunjungan rumah untuk menjaring data, kondisi kesehatan sekaligus
melakukan intervensi dan tindak lanjut kondisi penyandang disabilitas
5. Meningkatkan kapasitas melalui pelatihan terhadap tenaga kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (Puskesmas), menitikberatkan
pada deteksi dini, dan konseling kesehatan dasar sebagai prioritas utama,
penanganan dan pengobatan tepat guna bagi penyandang disabilitas
6. Mendukung dan mendorong percepatan kebijakan desentralisasi dalam
ratifikasi Konvensi Hak hak Penyandang Disabilitas dan penerbitan regulasi
yang memberikan perlindungan kepada hak penyandang cacat dengan
mempertimbangkan keunikan nilai sosial budaya daerah setempat
7. Pemenuhan sistem jaminan kesehatan nasional (JKN), Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS), Jaminan Kesehatan Khusus (Jamkesus terpadu) dan
Mandiri bagi penyandang disabilitas
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya
peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya
penyembuhan dan pemulihan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 34
Indektifikasi tersebut diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam
menetapkan arah dan langkah kebijakan yang tepat dalam rangka memaksimalkan
peran pemerintah dalam upaya memercepat keberhasilan pembangunan
kesehatan.
Gambar: 11
Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 35
Khusus pada bidang National Legislation, Policy, and Financing, rekomendasi
aksinya adalah:
a. Mempertimbangkan keputusan bersama lintas kementerian koordinasi
untuk memformalkan koordinasi antara focal point dan mencakup semua
pemangku kepentingan IHR yang terkait.
b. Melakukan analisis kebijakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
kebutuhan akan kebijakan baru; meninjau kebijakan yang ada untuk
melihat kesenjangan/gap dan potensi konflik; menyelaraskan dan
mengembangkan strategi untuk implementasi kebijakan di seluruh
kementrian/lembaga/institusi terkait.
c. Bekerja dengan kementrian dan pemangku kepentingan utama, menyusun
dan mengimplementasikan rencana advokasi untuk berbagai peraturan
perundang-undangan menyangkut ketahanan kesehatan global sesuai
dengan IHR (2005).
d. Mendokumentasikan dan mempublikasikan pengaturan administratif dan
kebijakan dari berbagai sektor, untuk mendorong kolaborasi lintas sektoral.
Saat ini sedang disusun milestone dan National Action Plan untuk bidang
National Legislation, Policy, and Financing. Khusus untuk indikator financing,
sedang dikembangkan Health Security Financing Assessment Tool (HSFAT)
sebagai salah satu tools yang dapat digunakan untuk melengkapi penilaian
JEE bekerja sama dengan World Bank. Tujuan dari implementasi Health
Security Financing Assessment Tool adalah mengembangkan sistem
pembiayaan nasional yang dapat berfungsi untuk kesiapsiagaan nasional
dengan memperkuat sistem pembiayaan dalam mendukung keamanan
kesehatan nasional, sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik terutama
jika terjadi kedaruratan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 36
pemerintah telah mencatat terjadi 954 kasus difteri, tersebar di 170
kabupaten/kota di 30 provinsi. Jumlah korban meninggal tahun 2017 mencapai
44 kasus. Pada tahun 2018, sampai dengan tanggal 31 Maret 2018, tercatat
398 kasus difteri dengan jumlah kematian 6 orang (CFR 1,5%), dan
terdistribusi di 123 kabupaten/kota di 23 provinsi. Data WHO tentang difteri
menunjukkan bahwa jumlah kasus di Indonesia telah berfluktuasi sejak 1980-
an. Populasi penduduk di Indonesia yang menderita penyakit difteri disebut
memang paling banyak jika dibandingkan negara yang pernah terjangkit
wabah yang sama.
Wabah difteri yang terjadi di Indonesia ini telah memicu kekhawatiran
di kalangan masyarakat dan pemerintah. Infeksi bakteri Corynebacterium
diphteriae, yang menyerang saluran pernafasan bagian atas, selaput lendir
atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva, menyebabkan gejala demam
tinggi, sakit tenggorokan, susah menelan, dan kesulitan bernapas. Toksin
bakteri tersebut dapat menyebabkan paralisis otot dan miokarditis yang
bahkan fatal dapat mengakibatkan kematian. Penyakit menular ini telah
menyebar dengan cepat tidak hanya ke daerah dengan fasilitas pelayanan
kesehatan yang terbatas namun juga telah terjadi di beberapa kota besar,
dimana akses, mutu dan kualitas layanan kesehatannya dianggap lebih baik.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan kasus difteri?
Bagaimana penyebarannya sampai ke kota-kota besar di Indonesia?
Bagaimana efektifitas imunisasi difteri yang selama ini dilakukan? Apakah ada
masalah kebijakan yang melatarbelakangi terjadinya KLB ini? Pertanyaan-
pertanyaan ini memerlukan analisis yang tepat dari berbagai evidence yang
ada, baik analisis secara ilmiah maupun analisis dari sudut pandang
kebijakan, sehingga pemerintah dan masyarakat dapat mengambil tindakan
yang tepat. Dengan begitu kompleksnya faktor-faktor yang berkontribusi
dalam suatu penyebaran penyakit menular, apalagi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi ini, maka dapat dipastikan karena adanya berbagai
faktor penyebab.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan analisis KLB difteri dan
rekomendasi untuk mengatasi dan mengendalikan KLB difteri yang terjadi
berdasarkan evidence-based. Sedangkan tujuannya adalah menyusun policy
brief atau bahan masukan berupa analisis, diskusi, kesimpulan dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 37
rekomendasi mengenai KLB difteri sebagai dokumen analisis strategis
determinan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
Rapat Persiapan, Forum Dialog, Assessmen Lapangan dan Finalisasi. Rapat
persiapan dilaksankan untuk mengumpulkan isu-isu, fakta serta data terkait
analisis KLB difteri yang terjadi saat ini, serta analisis awal mengenai situasi
KLB difteri yang terjadi pada akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018. Forum
Dialog dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dari peserta lintas program
dan lintas sektor, akademisi, profesional, dan konsultan ahli mengenai analisis
KLB difteri yang terjadi, serta undangan dari Provinsi yang memiliki jumlah
kasus difteri tinggi, untuk mendapatkan informasi gambaran umum, penyebab
terjadinya kasus, upaya yang dilakukan, dan analisis potensi maupun
hambatan penanggulangan KLB difteri. Assessment Lapangan dimaksudkan
untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut mengenai analisis KLB difteri
yang terjadi, untuk mendapatkan data yang bersifat bottom to top agar lebih
komprehensif serta mengidentifikasi hambatan dan tantangan yang terjadi di
lapangan. Finalisasi dilaksanakan untuk penyempurnaan draft policy brief
Analisis KLB Difteri berupa rekomendasi untuk mengatasi dan mengendalikan
KLB difteri yang terjadi berdasarkan evidence-based.
Kesimpulan
1. Kasus difteri terbanyak terjadi pada golongan usia 5-9 tahun, yang
merupakan usia anak prasekolah dan sekolah dasar. Berdasarkan
data cakupan imunisasi anak sekolah kelas 1, cakupannya telah
mencapai di atas 90% dan telah mencapai target yang ingin dicapai
Kementerian Kesehatan dalam Renstra Kemenkes 2015-2017. Hal ini
menunjukkan rendahnya kualitas vaksin yang masuk ke dalam tubuh
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KLB.
2. Vaksinasi pada kasus penderita yang terdiagnosis difteri tidak pernah
mencapai 100%, hanya sekitar 50-60%.
3. Data besaran masalah penyakit difteri yang ada di Profil Kesehatan
Indonesia hanya mencantumkan jumlah kasus, kelompok umur, dan
status imunisasi difteri, bisa menimbulkan potensi misleading
interpretasi mengenai besaran masalah penyakit difteri.
4. Berdasarkan Renstra Kemenkes 2010-2014, seharusnya target UCI
tahun 2014 telah mencapai 100%, namun rata-rata UCI di Indonesia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 38
selama tahun 2010-2014 hanya 77,25%. UCI merupakan pencapaian
cakupan atas imunisasi secara lengkap pada pada bayi (0-11 bulan),
ibu hamil, wanita usia subur (WUS), dan anak sekolah tingkat dasar.
5. Efektifitas pelaksanaan imunisasi dalam penanggulangan KLB PD3I,
dipengaruhi oleh: a) cakupan imunisasi lengkap yang tinggi, sehingga
bisa menimbulkan herd immunity, dan b) terjaganya kualitas vaksin
melalui manajemen pengelolaan cold-chain vaksin.
6. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2011-2014, persentase
ketersediaan ADS terhadap kebutuhan ADS. Perlu adanya
perencanaan kebutuhan obat berdasarkan perhitungan trend jumlah
kasus difteri tahun-tahun sebelumnya, sehingga ketersediaan ADS
dapat diperkirakan dengan baik untuk dapat dipergunakan pada tahun
berjalan.
7. Ketika terjadi KLB, yang perlu dilakukan adalah: 1) menekan kematian
kasus (short term), terdiri dari deteksi dini dan rujukan, serta
manajemen kasus (merujuk penderita sedini mungkin, mengobati
kasus sebaik mungkin, memberikan ADS sedini mungkin, mencegah
komplikasi, tatalaksana komplikasi, menyediakan ADS dan antibiotika);
2) menekan transmisi dan kasus baru (short term), terdiri dari
penyelidikan epidemiologi dan ORI di daerah terjadi kasus, pemberian
profilakasis/obat pada kontak erat kasus dan menunjuk pengawas
minum obat (PMO); serta 3) mencegah KLB (long term), terdiri dari
meningkatkan dan meratakan cakupan imunisasi, serta meniadakan
kantong kosong imunisasi.
Rekomendasi:
1. Aspek Regulasi
a. Perlunya penguatan regulasi di daerah terkait upaya pengendalian
dan pencegahan difteri.
b. Perlunya peraturan atau regulasi turunan terkait standar teknis dan
tatalaksana implementasi SPM mengenai penanggulangan KLB
yang merupakan kewenangan Provinsi.
c. Perlunya untuk memasukkan konten KLB dan imunisasi dalam
revisi Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM bidang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 39
kesehatan. Serta perlunya inisiasi perbaikan UU Wabah dan inisiasi
penyusunan UU KLB.
d. Perlu adanya regulasi tentang definisi penetapan KLB apakah
berdasarkan wilayah Provinsi/kabupaten/kota, sehingga penetapan
pelaksanaan ORI akan dapat disesuaikan dengan penetapan
daerah KLB.
e. Perlu adanya regulasi tentang penetapan masa berakhir KLB.
Selain itu perlu diatur mengenai mekanisme, syarat dan kriteria
pencabutan status KLB.
f. Perlunya menetapkan indikator, target, dan capaian indikator
RPJMN dan Renstra, RAP, RAK 2015-2019 program pengendalian
dan pencegahan PD3I.
g. Perlunya revisi pedoman pelaksanaan ORI yang menyatakan
bahwa pelaksanaan ORI menggunakan buffer stock. Hal ini
menyebabkan pelaksanaan ORI tidak optimal karena hanya
disesuaikan dengan stock yang ada.
h. Perlunya regulasi terkait penetapan risk communication policy,
penyusunan pedoman atau petunjuk teknis mengenai risk
communication, termasuk dalam menentukan besaran risiko (risk
index) berdasarkan risk assessment (penilaian risiko).
2. Aspek Teknis
a. Perlunya penguatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat terutama dalam KIE mengenai program PHBS, dan
promosi pentingnya imunisasi.
b. Perlunya penguatan penyelidikan epidemiologi dan surveilans
difteri, tata laksana penderita (deteksi, pengobatan, isolasi),
menangani kesenjangan imunisasi di bawah 18 tahun, pencapaian
cakupan imunisasi rutin hingga 100%, serta pemberian penyuluhan
atau KIE, dalam upaya penanggulangan KLB difteri.
c. Perlunya peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan .
d. Perlunya penguatan sistem dan mekanisme diagnosis kasus,
melalui pemeriksaan kultur maupun molekuler.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 40
e. Perlunya melakukan upaya menutup kesenjangan imunitas
(immunity gap) pada sasaran usia 1-19 tahun.
f. Perlunya percepatan proses penyediaan kebutuhan logistik dalam
pelaksanaan imunisasi rutin dan pelaksanaan ORI.
g. Perlunya meningkatkan cakupan imunisasi tidak hanya imunisasi
dasar tetapi imunisasi lanjutan dan BIAS untuk anak sekolah.
h. Perlunya perbaikan sistem dan jejaring untuk mendekatkan layanan
ke masyarakat.
i. Perlunya sosialisasi dan peningkatan kapasitas petugas imunisasi.
j. Selain pelaksanaan ORI untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit, perlu adanya pemberian profilaksis yang compliance-nya
tinggi untuk kontak erat kasus.
k. Perlunya penelitian dan pengembangan dalam hal penilaian
penggunaan profilaksis apakah sudah terjadi resistensi obat dan
apakah efektif menekan penularan penyakit.
l. Perlunya inisiasi untuk penyusunan road map penanggulangan
difteri, seperti program eliminasi difteri.
m. Perlunya penguatan komunikasi dan kerja sama antar lembaga
pemerintah dan non pemerintah (tokoh agama, masyarakat,
komunitas, media dan publik figur).
n. Perlunya layanan informasi dan pengaduan masyarakat terkait KLB
difteri.
3. Aspek Pembiayaan
a. Perlunya pedoman atau petunjuk teknis terkait pencegahan,
pengendalian dan tata laksana penyakit difteri, khususnya
perencanaan pembiayaannya.
b. Perlunya inisiasi untuk memasukkan penanggulangan KLB dalam
petunjuk teknis DAK, alokasi anggaran DAK provinsi bisa
memperkuat pencapaian SPM provinsi.
c. Perlunya mempertimbangkan komponen pembiayaan meliputi
prevent, detect, dan respond (prinsip-prinsip dalam IHR) yang harus
dipenuhi dalam perencanaan anggaran.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 41
4. Aspek Sumber Daya
a. Perlu adanya penelitian mengenai penilaian atau evaluasi
kompetensi petugas atau SDM kesehatan dalam melakukan
pemberian imunisasi.
b. Perlunya peningkatan kapasitas petugas atau SDM kesehatan
dalam penegakan diagnosis kasus.
c. Perlunya penguatan kepemimpinan program pencegahan dan
pengendalian penyakit, dan menjamin keberlangsungannya, dimana
SDM yang sudah dilatih terkait diagnostik atau penatalaksanaan
penyakit, tidak dipindahtugaskan.
d. Perlunya pemenuhan tenaga kesehatan berupa program Nusantara
Sehat (NS) dan Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS), secara
berkelanjutan.
5. Aspek Manajerial
a. Perlunya perbaikan visualisasi data mengenai laporan difteri pada
Profil Kesehatan Indonesia, yang mencakup adanya informasi atau
data tambahan mengenai population at risk, attack rate, dan
cakupan imunisasi, agar analisis dan interpretasi besaran masalah
penyakit difteri berdasarkan evidence based menjadi lebih tepat.
b. Perlunya penguatan manajemen dalam melakukan epidemiological
preparedness, untuk daerah yang berbatasan atau dekat dengan
daerah endemis atau KLB.
c. Perlunya penguatan manajemen dalam penggunaan atau
pemanfaatan data yang ada dalam memprediksi potensi KLB.
d. Perlunya penguatan manajemen dalam penyebarluasan informasi
atau komunikasi publik mengenai imunisasi.
e. Perlunya penguatan manajemen sistem dan mekanisme koordinasi
data dan laporan, baik faskes primer dan faskes rujukan.
f. Perlunya peningkatan sinergisme lintas program dan lintas sektor,
pelibatan sektor swasta, dan pelibatan masyarakat.
g. Perlunya penguatan jejaring kerjasama pemerintah, swasta,
perguruan tinggi, lembaga profesi dan masyarakat, untuk
penatalaksanaan kasus, kontak dan karier.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 42
h. Perlunya pelibatan lintas sektor, tokoh pemuka agama, tokoh
masyarakat mengenai kampanye positif imunisasi.
i. Perlunya peningkatan surveilans, strategi pelaksanaan Drop Out
Follow Up (DOFU) imunisasi, yaitu melengkapi imunisasi bagi
sasaran yang belum lengkap status imunisasi dasarnya, dan
sweeping imunisasi yaitu melakukan imunisasi dengan mendatangi
dan memobilisasi sasaran yang belum pernah mendapatkan
imunisasi dasar.
j. Perlunya penguatan manajemen sistem monitoring evaluasi
terpadu.
k. Perlunya penguatan manajemen ketersediaan dan keterjangkauan
vaksin.
l. Perlunya penguatan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 43
kecerdasan (kecerdasan majemuk), dilakukan pada periode awal
perkembangan struktur dan fungsi otak bayi dan anak sebagai dasar
pembentukan kepribadian manusia secara utuh dalam upaya pembentukan
kecerdasan dan kematangan karakter anak.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI mengembangkan
TPA sebagai sarana pemenuhan kebutuhan bayi dan anak usia dini akan
kesehatan, gizi, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan bagi keluarga
pegawai Kementerian Kesehatan RI yang diinisiasi oleh DWP kementerian
Kesehatan RI. Yang menjadi permasalahan utama dalam penyelenggaraan,
SDM TPA (pengasuh) harus dapat memberikan pengasuhan mencakup
stimulasi, perawatan, perlindungan dan kesejahteraan disesuaikan dengan
tumbuh kembang usia anak, sehingga anak mendapat stimulasi secara baik
dan optimal dalam tumbuh kembang sementara orangtua ( ibu) bekerja
dengan tenang. Sebagai tindaklanjut di tahun 2018, Pusat Analisis
Determinan Kesehatan mengadakan workshop bagi pengasuh TPA dengan
tema “Stimulasi Anak TPA melalui permainan edukasi dan Pijat Bayi untuk
mengoptimalkan kecerdasan”
Dalam workshop ini menghasilkan suatu rekomendasi, sebagai berikut :
1) SDM :
a. Diperlukan Perlu SDM berkompeten dalam bekerja di TPA sehingga
pelaksanaan pola asih, asuh dan asah dapat berjalan dengan baik.
b. Berkomitmen rasio pengasuh TPA dan jumlah anak asuh harus sesuai
standar (permendikbud nomor 146 tahun 2014).
c. Perlunya pelatihan SDM TPA (kepala sekolah, pengelola, dan
pengasuh) secara berkelanjutan.
d. Pola karir yang jelas bagi tenaga kepala sekolah dan pengasuh
maupun tenaga administrasi
2) Regulasi :
a. Perlu kejelasan legalisasi perizinan Taman Pengasuh Anak di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
b. Regulasi Peraturan pemerintah yang berlaku bagi TPA terutama terkait
SK penugasa pengelolaan TPA.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 44
c. Perlu ada komitmen/kontrak secara tertulis bagi tenaga TPA (kepala
sekolah dan pengasuh) agar turn over tenaga TPA tidak sering terjadi.
3) Managerial :
a. Perlu peningkatan dalam sarana dan prasarana yang mendukung
tumbuh kembang anak dengan multitalenta/kecerdasan majemuk (MI).
b. Khusus untuk TPA di Rumah sakit, lokasi TPA harus terpisah dengan
gedung rumah sakit
c. Perlu ada syarat wajib terkait pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi
SDM TPA sejak penerimaan dan pemeriksaan kesehatan berkala
minimal setiap 6 bulan sekali
d. Meningkatkan jejaring antar lintas program kesehatan dan lintas
sektoral misalnya dalam program imunisasi dan perlombaan TPA antar
instansi.
e. Monitoring dan evaluasi dengan laporan setiap bulan ke pihak
pembina TPA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 45
Menteri Kesehatan dan Menteri Parwisata telah menandatangani Nota
Kesepahaman (MoU) untuk memberikan landasan hukum dalam
pengembangan sumber daya pariwisata kesehatan sebagai upaya bersama
untuk mendukung destinasi wisata prioritas serta mengembangkan pariwisata
kesehatan yang bermutu dan paripurna.
Wujud dari salah satu tujuan MoU tersebut Kementerian Kesehatan
melaksanakan kegiatan penyusunan Katalog Wisata Kesehatan sebagai
landasan awal dalam pengembangan Kebijakan Pariwisata Kesehatan dimasa
yang akan datang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 46
1. Menerima usulan dari satker yang berasal dari unit utama
Tahapan ini PADK berkirim surat kepada Eselon II di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk mengirimkan usulan nama-nama yang akan
mengikuti inpassing analis kebijakan
2. Mengumpulkan berkas seleksi administrasi yang berasal dari satker
Tahapan selanjutnya adalah satker melengkapi berkas kepegawaian yang
dipersyaratkan oleh LAN sebagai syarat untuk mengikuti seleksi
administrasi inpassing analis kebijakan.
3. Menyerahkan berkas tersebut kepada Lembaga Administrasi Negara
sebagai unit pembina Analis Kebijakan untuk dilakukan seleksi administasi
inpassing. Berkas yang sudah dikirimkan ke LAN berjumlah 164 orang.
Dengan rincian:
3 Biro Umum 7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 47
DAFTAR USULAN INPASSING JABFUNG ANALIS KEBIJAKAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Jumlah 164
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 48
Pemanggilan pertama pada tanggal 24-25 April 2018:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 49
Berikut adalah Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Uji Kompetensi Inpassing
Analis Kebijakan:
JUMLAH TIDAK
NO SATUAN KERJA BATAL LULUS
USULAN LULUS
1 Balai Besar Penelitian dan 1 - 0 1
Pengembangan Vektor dan
Resorvoir Penyakit Salatiga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 50
JUMLAH TIDAK
NO SATUAN KERJA BATAL LULUS
USULAN LULUS
20 Sekretariat Direktorat Jenderal 2 - 2 -
Pelayanan Kesehatan
1 2 3
Penetapan Seleksi Uji Kompetensi
Kebutuhan/ Administrasi Inpassing
Formasi
• Add your text in here • Add your text in here • Add your text in here
• Add your text in here • Add your text in here • Add your text in here
• Add your text in here • Add your text in here • Add your text in here
Penerbitan
Pengangkatan
Sertifikat lulus UK
5 4
LOGO
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 51
1. Menerima surat usulan dari satker di unit utama kantor pusat kemenkes,
dinas kesehatan propinsi, kota dan kabupaten terkait dengan usulan formasi
yang diusulkan untuk dilakukan inpassing. Usulan inpassing tersebut
kemudian divalidasi dan diverifikasi oleh PADK berdasarkan peta jabatan
dan perhitungan pedoman formasi sesuai dengan Permenkes no.43 tahun
2017.
2. Sesuai dengan Permenkes no 42 tahun 2017 ttg tata cara inpassing
jabfungkes, unit pembina mengeluarkan surat rekomendasi teknis inpassing
sebagai dasar untuk melanjutkan tahap berikutnya yaitu seleksi administrasi
dan uji kompetensi.
Jumlah surat rekomendasi teknis yang sudah dikeluarkan oleh PADK
adalah:
NO Satker/ instansi Jumlah
1. Dinas Kehatan Provinsi/ Kota/ Kabupaten 24
2. Satker Eselon II berada di unit utama 59
2 Direktorat Pelayanan 18 6 1 25 18 6 0 24
Kesehatan Tradisional
3 Direktorat Pelayanan 30 24 12 66 30 10 0 40
Kesehatan Rujukan
6 Direktorat Kesehatan 1 2 0 3 1 2 0 3
Kerja dan Olahraga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 52
DATA USULAN INPASSING JABFUNG ADMINKES (KANTOR PUSAT)
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
7 Direktorat Tata Kelola 5 0 0 5 5 0 0 5
Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
8 Direktorat Pelayanan 8 11 4 ] 8 6 0 14
Kesehatan Primer
9 Pusat Pembiayaan dan 5 0 0 5 0 0 0 0
Jaminan Kesehatan
10 Direktorat Kesehatan 11 9 5 25 11 9 0 20
Keluarga
13 Direktorat pengawasan 10 0 0 10 10 0 0 10
Alat Kesehatan dan
PKRT
14 Pusat Peningkatan Mutu 10 1 0 11 10 1 0 11
SDM Kesehatan
15 Sekretariat Konsil 6 1 0 7 6 1 0 7
Kedokteran Indonesia
Surat Rekomendasi Teknis yang sudah dikeluarkan oleh Pusat Analisis Determinan
Kesehatan untuk daerah:
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
1 Dinas Kesehatan 31 39 27 97 8 10 7 25
Provinsi Riau
4 Dinas Kesehatan 14 4 0 18 14 4 0 18
Provinsi Jawa Barat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 53
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
5 Dinas Kesehatan 23 19 4 46 23 19 4 46
Provinsi Jawa Tengah
10 Dinas Kesehatan 2 1 0 3 2 1 0 3
Kabupaten Brebes
11 Dinas Kesehatan 5 6 0 11 5 6 0 11
Sulawesi Tenggara
12 Dinas Kesehatan 5 4 0 9 5 4 0 9
Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung
13 Dinas Kesehatan 7 0 0 7 7 0 0 7
Provinsi Kepulauan
Riau
14 Dinas Kesehatan Kota 15 0 0 15 15 0 0 15
Bekasi tahap 1
15 Dinas Kesehatan 2 3 0 5 2 3 0 5
Kepulauan Bangka
Belitung
17 Dinas Kesehatan 1 0 0 1 1 0 0 1
Provinsi Yogyakarta
19 Dinas Kesehatan 1 0 0 1 1 0 0 1
Kabupaten Banyuwangi
20 Dinas Kesehatan 1 2 0 3 1 2 0 3
Kabupaten Pati
22 Dinas Kesehatan 1 5 0 6 1 5 0 6
Kabupaten Semarang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 54
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
26 Dinas Kesehatan 4 7 0 11 4 7 0 11
Kabupaten Majalengka
27 Dinas Kesehatan 3 2 0 5 3 2 0 5
Kabupaten Madiun
31 Badan Kepegawaian 0 1 0 1 0 1 0 1
Daerah Provinsi Bali
32 Dinas Kesehatan, 1 0 0 1 1 0 0 1
Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga Berencana
Kabupaten Belitung
Timur
33 RSUD Muntilan 1 0 0 1 1 0 0 1
Kabupaten Magelang
34 Sekretaris Daerah 1 1 0 2 1 1 0 2
Provinsi Kalimantan
Barat
35 Dinas Kesehatan Kota 10 0 0 10 10 0 0 10
Bekasi tahap 2
36 Badan Kepegawaian 0 3 0 3 0 3 0 3
dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Kabupaten Sampang
37 Dinas Kesehatan Kab. 10 5 1 16 10 5 1 16
Banyumas
38 Puskesmas/UPT Dinas 15 5 2 22 15 5 2 22
Kesehatan Kab.
Banyumas
39 Dinas Kesehatan Prov. 4 19 4 27 4 19 4 27
Jawa Timur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 55
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
43 Badan Kepegawaian, 0 2 0 2 0 2 0 2
Pendididkan dan
Pelatihan Pemerintah
Kota Bontang
44 Badan Kepegawaian 1 0 0 1 1 0 0 1
dan Pengembangan
SDM Kabupaten
Belitung
45 Dinas Kesehatan 0 5 0 5 0 5 0 5
Provinsi Sumatera
Selatan
46 Dinas Kesehatan 19 4 0 23 19 4 0 23
Kabupaten Wajo
48 Dinas Kesehatan 7 0 0 7 7 0 0 7
Kabupaten Karawang
49 Dinas Kesehatan 7 0 0 7 7 0 0 7
Kabupaten Magelang
50 Dinas Kesehatan 0 2 0 2 0 2 0 2
Kabupaten Cirebon
52 Walikota Pangkal 2 1 0 3 2 1 0 3
Pinang Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung
53 Dinas Kesehatan 2 5 1 8 2 5 1 8
Kabupaten
Temanggung
54 Dinas Kesehatan 3 0 0 3 3 0 0 3
Kabupaten Bintan
55 Dinas Kesehatan 1 0 0 1 1 0 0 1
Kabupaten Belitung
56 RSUD Ungaran 0 1 0 1 0 1 0 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 56
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
58 Dinas Kesehatan 2 5 0 7 2 5 0 7
Kabupaten Kuningan
Dinas Kesehatan 0 8 0 8 0 8 0 8
Kabupaten Kuningan
UPTD Puskesmas
59 Dinas Kesehatan. 1 0 0 1 1 0 0 1
Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga Berencana
Kabupaten Belitung
Timur
TOTAL 310 263 69 642 285 233 41 559
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 57
maksimal karena gagal lelang, revisi anggaran yang menyesuaikan
dengan situasi yang ada
b. Permasalahan
- Ketidaksesuaian antara jadwal dengan RPK/RPD
- Kurang dukungan Lintas Sektor/Program
c. Pemecahan Masalah
- Fokus dalam mengerjakan output
- Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung pelaksanaan
penyerapan anggaran
- Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang sesuai
dengan ouput dan kegiatan PADK. Kerjasama antar lintas
program/sektor yang mendukung pelaksanaan penyerapan anggaran
- Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran
d. Rencana Tindak Lanjut
- Menyesuaikan jadwal dengan RPK/RPD
C. Sumber Daya
Pusat Analisis Determinan Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya dalam
mencapai kinerjanya. Sumber daya tersebut, antara lain adalah Sumber Daya
Manusia, Anggaran, dan Sarana Prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
Pegawai Pusat Analisis Determinan Kesehatan sampai dengan tanggal 31
Desember 2018 berjumlah 43 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1) Menurut Jabatan
Jumlah pegawai berdasarkan jabatan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Grafik 1
Jumlah Pegawai Menurut Jabatan
Tahun 2018
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 58
Berdasarkan jabatannya, di Pusat Analisis Determinan Kesehatan, paling
banyak diisi oleh staf/jabatan fungsional yang non angka kredit.
2) Menurut Golongan:
Jumlah pegawai berdasarkan golongan, dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Grafik 2
Jumlah Pegawai Menurut Golongan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 59
peningkatan kualitas SDM tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan. Di samping itu, kuantitas SDM perlu ditambah mengingat
beban kerja di Pusat Analisis Determinan Kesehatan semakin berat.
2. Sumber Daya Anggaran
Pada tahun 2018 DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp.
19.387.692.000,- yang bersumber dari APBN.
Tabel 6
Sumber daya anggaran (dalam ribuan)
Anggaran
No. Indikator Kinerja
2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis kebijakan
yang disusun untuk
27.758.578 12.168.738 19.387.692 18.027.044
peningkatan
pembangunan kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 60
4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebagai satuan kerja dibawah
Sekretariat Jenderal dituntut untuk terus meningkatkan kinerja terutama
kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam meningkatkan hasil
analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan
akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan. Sehingga sangat diperlukan analisis untuk
pemenuhan dan penggunaan sumber daya. Pemenuhan dan penggunaan
sumber daya tentu sangat berkaitan erat dengan Sumber Dana (Anggaran).
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan penunjang kinerja Pusat Analisis
Determinan Kesehatan melakukan beberapa analisis dan efisiensi dalam
pemenuhan dan penggunaan sumber daya maupun sumber dana. Untuk
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya manusia, secara umum
Pusat Analisis Determinan Kesehatan langsung memberi tanggungjawab
kinerja kepada bagian yang berhubungan dengan target kinerjanya dan setiap
pegawai melaksanakan kinerja sesuai tupoksi masing-masing, dimana setiap
harinya Pegawai di Pusat Analisis Determinan Kesehatan membuat Laporan
Kinerja. Sedangkan untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber dana
(Anggaran), Pusat Analisis Determinan Kesehatan melaksanakan setiap
kinerja dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan dan alokasi anggaran
dengan prinsip efektif dan efesien. Prinsip efektif terlihat dari pencapaian
target kinerja (output dan outcome) yang hampir tercapai keseluruhan. Prinsip
efesien terlihat dari adanya penghematan anggaran atas setiap kinerja yang
dilakukan tanpa mengurangi output atau outcome yang dihasilkan.
Penggunaan Sumber Dana tidak terlepas dari pemenuhan sumber dana.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan terus berinovasi untuk pemenuhan
sumber dana. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan dengan realisasinya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 61
B. Realisasi Anggaran
Tabel 8
Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan
[5831.002]
RS Vertikal yang - - 1.636.373.000 1.501.137.963 2.066.560.000 1.677.379.738
melaksanakan Revolusi
Mental Bidang Kesehatan
[5831.951]
Layanan Internal 3.239.700.000 1.980.172.300 2.400.071.000 2.333.338.450 4.513.832.000 2.823.271.565
(Overhead) [Bulan
Layanan]
[5831.994]
Layanan Perkantoran 1.941.042.000 1.742.471.444 1.528.942.000 1.502.123.806 1.858.640.000 1.609.730.299
[Bulan Layanan]
TOTAL 27.758.578.000 23.363.585.946 12.168.738.000 11.641.128.159 19.387.692.000 15.326.200.307
TAHUN 2016
Kode & Nama (Kegiatan
No Kinerja
dan Output Kegiatan)
Vol Alokasi Anggaran Anggaran Fisik Total
Realisasi Kinerja Realisasi Kinerja
5831
1
Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
5831.040
Analisis Kebijakan 9 22.577.836.000 19.640.942.202 86,99% 9 9 100
Pembangunan Kesehatan
5831.041
Dukungan Layanan
1 3.239.700.000 1.980.172.300 61,12% 1 1 100
Manajemen (Bulan
Layanan)
5831.994 1 1.742.471.444 89,77% 1 1 100
Layanan Perkantoran 1.941.042.000
Total 27.758.578.000 23.363.585.946 84,17%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 62
TAHUN 2017
Kode & Nama (Kegiatan dan
No Kinerja
Output Kegiatan)
Vol Alokasi Anggaran Anggaran Fisik Total
Realisasi Kinerja Realisasi Kinerja
5831
1
Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
5831.001
Analisis Kebijakan 9 6.603.352.000 6.304.527.940 95% 9 9 100
Pembangunan Kesehatan
5831.002
RS Vertikal yang
10 1.636.373.000 1.501.137.963 92% 10 10 100
melaksanakan Revolusi
Mental Bidang Kesehatan
5831.951
Dukungan Layanan 1 2.400.071.000 2.333.338.450 97% 1 1 100
Manajemen (Bulan Layanan)
5831.994 1 1.528.942.000 1.502.123.806 98% 1 1 100
Layanan Perkantoran
Total 12.168.738.000 11.641.128.159 96%
TAHUN 2018
Kode & Nama (Kegiatan dan
No
Output Kegiatan) Anggaran Fisik Kinerja Total
Vol Alokasi Anggaran
Realisasi Kinerja Realisasi Kinerja
5831
1
Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
5831.002
RS Vertikal yang
10 2.066.560.000 1.677.379.738 81% 10 10 100
melaksanakan Revolusi
Mental Bidang Kesehatan
5831.951
Dukungan Layanan 1 4.513.832.000 2.832.271.565 63% 1 1 100
Manajemen (Bulan Layanan)
5831.994 1 1.858.640.000 1.609.730.299 87% 1 1 100
Layanan Perkantoran
Total 19.387.692.000 15.326.200.307 79%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 63
Sandingan Realisasi Anggaran dengan Alokasi Anggaran
- Tidak terealisasi belanja modal terkait renovasi gedung dan bangunan
dikarenakan gagal lelang pengadaan di tahun 2018 (dukungan manajemen).
- Harga penyelengaraan paket meeting dapat ditekan
- Ketidakhadiran peserta sesuai undangan dalam acara paket meeting, menambah
sisa mati yang terjadi pada akhir tahun anggaran sehingga tidak dapat
dioptimalisasi menjadi kegiatan lain.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 64
BAB IV
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. KESIMPULAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018,
merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada
Sekretaris Jenderal Kementerian KesehatanRI dan seluruh pemangku kepentingan
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu tahun 2018.
Laporan ini juga menjadi sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja
secara berkelanjutan.
Indikator kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan terdiri dari 1 (satu)
indikator. Pada tahun 2018, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, dapat mencapai
indikator kinerjanya tersebut, mendekati target yang telah ditetapkan (terealisasi
sebesar 80,0%).Pada tahun 2018, DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp.
19.387.692.000,- yang bersumber dari APBN.
Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan Kesehatan
dengan capaian target keuangan sebesar 85% dengan output kinerja, rata-rata 100
%; 2) RS Vertikal yang melaksanakan Revolusi Mental Bidang Kesehatan dengan
capaian output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran sebesar 81%; 3)
Layanan Internal (Overhead) dengan capaian output sebesar 100% dengan
menggunakan anggaran sebesar 65%; 4) Layanan Perkantoran dengan capaian
output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran sebesar 87%. Meskipun
serapan anggaran tidak mencapai 100%, namun semua kegiatan dapat dilaksanakan
dengan baik. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain penjadwalan kegiatan tidak tepat
waktu sesuai perencanaan. Keterbatasan waktu narasumber serta perbedaan
paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu permasalahan dalam kegiatan
penyusunan dokumen analisis.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pusat Analisis Determinan Kesehatan
telah merealisasikan program dan kegiatan tahun 2018. Keberhasilan yang telah
dicapai tahun 2018 ini, diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan
di tahun berikutnya dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien, sedangkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 65
segala kekurangan yang menghambat tercapainya target dan kegiatan diharapkan
dapat diatasi sehingga tidak berdampak pada kinerja tahun-tahun mendatang.
B. TINDAK LANJUT
Pusat Analisis Determinan Kesehatan berusaha melakukan perbaikan dalam
penyerapan anggaran. Beberapa poin penting untuk tindak lanjut ditahun anggaran
2019 antara lain sebagai berikut :
5. Percepatan SK Pengelola Keuangan
6. Menetapkan program/kegiatan prioritas semester 1
7. Percepatan penyusunan RPK/RPD bagian dan bidang
8. Menginventarisir pengadaan barang dan jasa baik itu belanja modal maupun
belanja barang (untuk paket meeting) dengan menetapkan penanggung
jawab untuk lokasi dan tanggal pelaksanaan
9. Mempercepat proses administrasi data dukung untuk buka blokir
10. Mempercepat proses administrasi data dukung untuk Dana Hibah
11. Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung pelaksanaan
penyerapan anggaran
12. Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang sesuai dengan
ouput dan kegiatan PADK
13. Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran sesuai
ketentuan yang berlaku.
Demikian rencana tindak lanjut Pusat Analisis Determinan Kesehatan agar tidak
terjadi ketimpangan dalam penyerapan anggaran di tahun mendatang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 66
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN
TAHUN 2018
Formulir PPS
UNIT KERJA : PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
PERSENTASE
RENCANA
PENCAPAIAN
TINGKAT
SASARAN INDIKATOR SASARAN SATUAN REALISASI RENCANA KET
CAPAIAN
TINGKAT
(TARGET)
CAPAIAN
1 2 3 4 5 6 7
Masukan :
Dana Rupiah 2.313.950.000
A Analisis Lingkungan Strategis
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 2.269.900.000
B Analisis Perilaku dan Kesehatan Intelegensia
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
Masukan :
Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Dana Rupiah 897.710.000
K
Kesehatan Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
Masukan :
Pengembangan Knowledge Management System Dana Rupiah 195.000.000
L
PADK (Simontok) Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
2 MELAKSANAKAN FORUM KOORDINASI ANALISIS 5.272.100.000
DETERMINAN KESEHATAN
Masukan :
Pertemuan Koordinasi Pusat Analisis Determinan Dana Rupiah 2.815.640.000
A
Kesehatan Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 1.001.000.000
B Sosialisasi Kesehatan Inteligensia Ke Masyarakat
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Pengembangan Jabatan Fungsional Admintistror Dana Rupiah 1.400.860.000
C
Kesehatan Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 54.600.000
D Evaluasi Pembinaan Wilayah Setjen
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
RUMAH SAKIT VERTIKAL YANG MELAKSANAKAN 2.066.560.000
REVOLUSI MENTAL BIDANG KESEHATAN
Rapat Persiapan
Penyusunan GTP3
Sosek Bid. Kesehatan
1 2018 (dalam
kantor)
Rapat Persiapan
Penyusunan
POLKES Analisis Difteri
(dalam kantor)
Prilaku
Kesintel
Penyusunan Penyusu Capacity Building
Profil Analisis nan Penyusunan Lakip (Lagoi, Kawah Ijen,
PE LAKIP (ROREN) Profil (Rapat diJam Kerja) Banyuwangi, Belitung)
dan Laporan
dan
Tahunan (RDK)
Monitoring Pengembangan Jabfung (fullday) Monev
dan Pelaporan Jabfung
KKU Admink
Jabfung (RDK)
es
Forum
Koordinasi Forum Koordinasi
Sosek
Perhitungan
kebutuhan
Penyusunan Naskah Akademis dan Monitoring dan
calon Seleksi Administrasi
KKU Kearsipan (RD K)
Inpassing Jabfung
Butir Kegiatan Administrator Pelaporan
peserta
Kesehatan Jabfung (RDK)
Inpassing
Jabfung
Persiapan
Penyusunan Rapat Persiapan
GTP3 Pornografi - Jejaring (FD Analisis Analisis Inovasi
Sosek Dalam Kota) Pariwisata Kesehatan (dalam
Kesehatan kantor, pagi)
Forum Koordinasi dalam rangka Forum Dialog Penyusunan Analisis
(dalam kantor) Forum Dialog Penyusunan Analisis SPM
Penyusunan Bahan Policy Committee Pariwisata Kesehatan
(FB dalam kota)
Rakerkesnas 2018 (Fullday dalam Kota) Penyusunan (FB dalam kota)
Finalisasi Persiapan Rapat Finalisasi
Workshop Advoksi
Penyusunan Penyusunan Penyusunan
POLKES Binwil
Analisis KLB
2 (Fullday)
Analisis KLB Analisis SPM
Rakerkesnas
R A K E R K E S N A S 2018 (Perjadin Luar Kota, Difteri (RDK) (RDK) Difteri (RDK)
3 Tangerang Selatan)
(RDK)