Anda di halaman 1dari 89

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya lah, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018.
Penyusunan LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018 ini mengikuti
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018 menggambarkan
pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas/kegiatan Pusat Analisis Determinan
Kesehatan sepanjang Tahun 2018 berdasarkan Rencana Aksi dan Penrjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018. Subtansi laporan mencerminkan hasil
capaian sasaran strategis Pusat Analisis Determinan Kesehatan atas pelaksanaan
program/kegiatan untuk Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Analisis
Determinan Kesehatan Tahun 2018 ini disusun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pelaksana dan penyusun program/kegiatan sebagai bahan evaluasi
program/kegiatan yang telah dilaksanakan maupun sebagai bahan perencanaan serta
penyusunan kegiatan/program untuk masa yang akan datang. Sehingga realisasi
program/kegiatan untuk tahun-tahun berikutnya dapat menjadi lebih baik. Kami juga
berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat maupun informasi bagi
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia serta pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan.

Jakarta, Januari 2019


Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan

Pretty Multihartina
NIP. 196309271989012001

i
IKHTISAR EKSEKUTIF

Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis


Determinan Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018 adalah


penyusunan dokumen analisis lingkungan strategis dan penyusunan dokumen
analisis perilaku dan kesehatan inteligensia. Di mana output tersebut telah
terealisasi sebesar 100%. Kegiatan-kegiatan tersebut mendapatkan dukungan
anggaran dalam DIPA sebesar Rp Rp. 19.387.692.000,- yang bersumber dari
APBN, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 15.508.800.307,- atau 80% dari
anggaran yang dialokasikan.

Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:


1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan
Kesehatan dengan menggunakan anggaran sebesar 85% dengan output
kinerja, rata-rata 100 %;
2. RS Vertikal yang melaksanakan Revolusi Mental Bidang Kesehatan dengan
capaian output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran sebesar 81%;
3. Layanan Internal (Overhead) dengan capaian output sebesar 100% dengan
menggunakan anggaran sebesar 65%;
4. Layanan Perkantoran dengan capaian output sebesar 100% dengan
menggunakan anggaran sebesar 87%. Meskipun serapan anggaran tidak
mencapai 100%, namun semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Walaupun demikian, ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain penjadwalan kegiatan tidak
tepat waktu sesuai perencanaan. Keterbatasan waktu narasumber serta
perbedaan paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu
permasalahan dalam kegiatan penyusunan dokumen analisis.

Selama tahun 2018 Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menyelesaikan 1)


Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024, 2) Analisis

ii
Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia 2018 – 2020; 3) Analisis
Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian Kesehatan Dalam
Mendukung Germas Dan PIS-PK, 4) Analisis Kesiapan Daerah dalam
Implementasi SPM Bidang Kesehatan, 5) Analisis Padat Karya Tunai Desa
(PKTD) pada sektor Kesehatan, 6) Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimpinan
melalui Executive Brain Assessement dalam Implementasi kebijakan Seleksi
Jabatan Pimpinan Tinggi, 7) Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan,
8) Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam Pembangunan
Kesehatan, 9) Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimpinan Melalui EBA Dalam
Implementasi Kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi; 10) Analisis Kebijakan
Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas DI
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP); 11) Jejaring Peningkatan Kebijakan
Pembangunan Kesehatan : (a. Joint External Evaluation; b. Penyusunan Analisis
KLB Difteri; c) Penyusunan Modul Pelatihan Konseling Keterpaparan Konten
Pornografi Terhadap Anak Usia 12-18 Tahun dengan Pendekatan Keluarga bagi
SDM Kesehatan dan Pendidikan di Kabupaten/Kota.
Selain itu, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga telah menghasilkan capaian
kinerja lainnya yang antara lain : 1. Pembinaan Dan Pembekalan Revolusi Mental
Bidang Kesehatan 2. Penguatan Agen Perubahan (Agent Of Change)
Kementerian Kesehatan, 3. Sosialisasi Kesehatan Inteligensia.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur organisasi ............................. 2
C. Struktur Organisasi ............................................................................. 3
D. Sistematika Penulisan ........................................................................ 6
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja .......................................................................... 7
B. Perjanjian Kinerja ............................................................................... 10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja (3 tahun terakhir) ........................................................ 12
1. Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024 ......... 14
2. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia
2018 – 2020 ..................................................................................... 16
3. Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian
Kesehatan Dalam Mendukung Germas Dan PIS-PK ....................... 18
4. Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang
Kesehatan ....................................................................................... 21
5. Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang
Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan
Kesehatan ........................................................................................ 25
6. Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam
Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi ............... 27
7. Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan ........................ 29
8. Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam
Pembangunan Kesehatan ................................................................. 30

iv
9. Analisis Kebijakan Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan
Bagi Penyandang Disabilitas DI Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) ................................................................................ 34
10. Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat
1. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan ............. 35
A. Joint External Evaluation ........................................................... 35
B. Penyusunan Analisis KLB Difteri Dalam Rangka Jejaring
Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan .................... 36
2. Pertermuan Koordinasi Pusat Analisisi Determinan Kesehatan ........ 43
A. Workshop Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas) Di Taman Pengasuhan Anak Dalam Rangka
Menyiapkan Generasi Unggul .................................................... 43
B. Advokasi Kebijakan Katalog Wisata Kesehatan Indonesia 2018
Pusat Analisis Determinan Kesehatan TA 2018 ......................... 45
3. Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Dan Administrator
Kesehatan (Adminkes) ...................................................................... 46
A. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Inpassing Analis Kebijakan 46
B.Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan (Adminkes)
Inpassing Administrator Kesehatan .............................................. 51
B. Analisis Capaian Kinerja 2018 ............................................................... 57
1. Definisi Operasional Indikator 2018 .................................................. 57
2. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2018 .......... 57
C. Sumber Daya ....................................................................................... 58
1. Sumber Daya Manusia ..................................................................... 58
2. Sumber Daya Anggaran ................................................................... 60
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ............................................... 60
4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ........................... 61
D. Realisasi Anggaran .............................................................................. 62
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 65
B. Tindak Lanjut .................................................................................... ... 66

v
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)

Lampiran 2 Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)

Lampiran 3 Formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Lampiran 4 Perjanjian Kinerja

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Definisi Operasional Indikator ........................................................... 10


Tabel 2 Penjabaran Hasil Kerja ...................................................................... 10
Tabel 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2018 .......................................................... 11
Tabel 4 Capaian Kinerja 2016 ....................................................................... 13
Tabel 5 Capaian Kinerja 2017 dan 2018 ....................................................... 13
Tabel 6 Sumber daya anggaran .................................................................... 60
Tabel 7 Sumber daya sarana dan prasarana Tahun 2018 ............................. 60
Tabel 8 Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan Tahun 2018 ...... 62

vii
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Jumlah Pegawai Menurut Golongan ................................................. 59


Grafik 2 Komposisi SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 59

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Struktur Organisasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan ............ 5


Gambar 2 Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024 ...... 15
Gambar 3 Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia
2018 – 2020 ................................................................................... 17
Gambar4 Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian
Kesehatan Dalam Mendukung Germas Dan PIS-PK ...................... 20
Gambar 5 Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang
Kesehatan ...................................................................................... 23
Gambar 6 Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang
Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan
Kesehatan ...................................................................................... 26
Gambar 7 Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam
Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi ............. 29
Gambar 8 Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan ...................... 30
Gambar 9 Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam
Pembangunan Kesehatan ............................................................... 32
Gambar 10 Analisis Kebijakan Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan
Bagi Penyandang Disabilitas DI Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) .............................................................................. 33
Gambar 11 Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan
Bermartabat ................................................................................... 35

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis
determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 860, Pusat Analisis Determinan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis
perilaku, dan kesehatan intelegensia;
2. pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan
kesehatan intelegensia;
3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis,
analisis perilaku, dan kesehatan intelegensia dan;
4. pelaksanaan administrasi Pusat.

Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah


dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Pemerintahan
yang baik dan efektif, menuntut kesetaraan, integritas, profesionalisme, serta etos
kerja dan moral yang tinggi. Setiap instansi pemerintah, sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan, wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya, serta kewenangan pengelolaan sumber daya, berdasarkan
suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.
Pertanggungjawaban yang dimaksud, berupa laporan yang menggambarkan Kinerja
Instansi Pemerintah yang bersangkutan, yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada atasan masing-masing, Lembaga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 1
Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan disampaikan kepada
Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
LAKIP tahun 2018 Pusat Analisis Determinan Kesehatan disusun sebagai
pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama
tahun anggaran 2018 dengan mengacu pada: 1) Peranturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah; 2) Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan 2018; 3) Peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2014, tentang: Sistem
Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP), Peraturan ini juga menginformasikan
mengenai siklus SAKIP; dan 4) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2015 – 2019, dengan demikian, tahun 2018 ini, merupakan awal
dari RENSTRA 5 (lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2015 – 2019.
Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah
dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat bahwa Pusat Analisis Determinan
Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang kuat untuk melaksanakan kinerja
organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output, di samping itu, LAKIP juga
dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang
merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP juga berfungsi
sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun, agar
pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif, efektif
dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan,
maupun koordinasi pelaksanaannya.

B. Tugas Pokok dan Fungsi, serta Struktur Organisasi


Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan teknis, pelaksanaan dan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis determinan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 2
Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:
a. Penyusunan Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku
Dan Kesehatan Inteligensia;
b. Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif Di Bidang Analisis Politik Kesehatan,
Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia;
c. Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif
Di Bidang Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku
Dan Kesehatan Inteligensia;
d. Koordinasi Pelaksanaan Revolusi Mental Di Bidang Kesehatan.
e. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dan Rumah Tangga Pusat.
f. Pelaksanaan Fungsi Lain Yang Di Berikan Oleh Menteri.

C. Struktur Organisasi
Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki sturktur organisasi, sebagai berikut:
1) Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan;
2) Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:
- Sub Bagian Program dan Anggaran
- Sub Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum
3) Bidang Analisis Lingkungan Strategis, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Analisis Politik Kesehatan
- Sub Bidang Analisis Sosial dan Ekonomi.
4) Bidang Analisis Perilaku dan Kesehatan Inteligensia, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Analisis Perilaku
- Sub Bidang Analisis Kesehatan Inteligensia
5) Kelompok Jabatan Fungsional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3
STRUKTUR ORGANISASI
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
(periode Januari 2018 – Juni 2018)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4
STRUKTUR ORGANISASI
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
(periode Juli 2018 – Desember 2018)

Gambar 1
Struktur Organisasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 5
D. Sistematika Penulisan
LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018 ini menjelaskan
pencapaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun 2018. Capaian
kinerja tahun 2018 juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
program/kegiatan pada tahun berikutnya Sebagai penjelasannya, akan diberikan
beberapa keterangan tambahan..
Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat
Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018, adalah sebagai berikut:
1) Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)
2) BAB I Pendahuluan, disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.
3) BAB II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja, (visi, misi, tujuan, sasaran, DO indikator Kinerja
Kegiatan
B. Perjanjian Kinerja 2018
2. BAB III Akuntabilitas Kinerja,
A. Capaian Kinerja Organisasi (3 tahun terakhir)
B. Analisis Capaian Kinerja 2018
1. Definisi Operasional Indikator 2018
2. Analisis Keberhasilan / Kegagalan Pencapaian Indikator 2018
a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
b. Permasalahan
c. Pemecah masalah
d. Rencana Tindak Lanjut
B. Sumber daya / Realisasi Anggaran
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Daya Anggaran
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
C. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
3. BAB IV Kesimpulan dan Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
B. Tindak Lanjut

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 6
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari
rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan
keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai
5 (lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan
memperhatikan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan
eksternal (peluang dan tantangan).
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal,
nasional, dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan
integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar
mampu menjawab tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasional,
dan global, serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI
Nomor HK. 03.01/60/I/2010 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2015
– 2019, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan
ke dalam Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut
memuat sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan,
strategi yang digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak
ukur dan target kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas
pencapaian sasaran yang bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen
Perjanjian Kinerja.
Perjanjjian Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target
kinerja tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang
bersangkutan. Perjanjian Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 7
oleh para pejabat di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada
setiap akhir tahunnya akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian
terhadap para pejabatnya. Perjanjian Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam
membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan
berorientasi pada hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan
kesejahteraan rakyat.

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pusat Analisis Determinan Kesehatan


➢ Visi, Misi
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mendukung visi
dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”, dengan 7
misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya kemanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan mayarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Pusat Analisis Determinan Kesehatan 53 Agenda prioritas ada 9 (NAWA CITA),


yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 8
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

➢ Tujuan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tujuan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan tahun 2015 – 2019 yaitu tersusunnya kebijakan
pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan. Sebagai
salah satu satker di bawah Sekretaris Jenderal, indikator Pusat Analisis
Determinan Kesehatan termasuk dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya kementerian kehatan, yaitu persentase harmonisasi dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Hasil analisis determinan
kesehatan dapat digunakan oleh satker lain baik di lingkungan Sekretaris Jenderal
maupun Eselon I lainnya.

➢ Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, adalah
Menyusun Dokumen Analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan
Analisis Determinan Kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 9
➢ Definisi Operasional Kinerja Kegiatan

Tabel 1
Definisi Operasional Indikator
Pusat Analisis Determinan Kesehatan

DEFINISI DATA TARGET


NO INDIKATOR
OPERASIONAL DUKUNG 2015 2016 2018 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Hasil analisis Hasil analisis kebijakan Hasil Analisis - 9 9 10 10
kebijakan yang terdiri dari analisis Kebijakan yang
disusun untuk politik kesehatan, sosial dihasilkan
ekonomi, perilaku dan
peningkatan
kesehatan inteligensia
pembangunan
kesehatan

Tabel 2
Penjabaran Hasil Kerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan

NO KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT


1 2 3 4 5 6 7
1. Peningkatan Sumberdaya Produk akhir yang Dokumen Hasil Manfaat yang Hasil Analsis yang
Analisis yang digunakan dihasilkan PADK Analisis yang dapat diperoleh pada dapat
Determinan dalam adalah berupa dimanfaatkan dalam tahun 2018 meningkatkan atau
menghasilkan
Kesehatan hasil Analisis tahun berjalan (2018) untuk LS/LP, memperbaiki
output berupa
hasil analisis Determinan bagi LS/LP, Pimpinan, kebijakan
determinan Kesehatan , Pimpinan, Pusat dan Pusat dan strategis,
kesehatan dokumen hasil Daerah, Organisasi Daerah, manajerial, teknis
adalah : analisis Kebijakan Profesi, LSM. Organisasi
Anggaran DIPA Pembangunan Profesi, LSM.
Satuan Kerja Kesehatan, buku
PADK dan
pedoman, buku
dilaksanakan
oleh seluruh profil
staf PADK dan
jejaringnya

B. Perjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk
Perjanjian Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perjanjian Kinerja berisi sasaran
strategis, indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 10
Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur,
dalam rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber
daya yang dikelola. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja, antara lain adalah:
1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi
amanah;
3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran
organisasi;
4) Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan
5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Berikut adalah Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2018:
Tabel 3
Perjanjian Kinerja Tahun 2018

No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target


(1) (2) (3) (4)
1 Kebijakan pembangunan Hasil analisis kebijakan yang 10
kesehatan berdasarkan analisis disusun untuk peningkatan
determinan kesehatan pembangunan kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 11
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja (3 tahun terakahir)


Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian
kinerjanya, digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan dan program yang telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis.
Pengukuran Kinerja adalah kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat
kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan
indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran Kinerja ini diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh
Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam kurun waktu Januari – Desember 2018.
Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan
rencana tingkat pencapaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh
gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan
Pengukuran Kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator,
sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang
akan datang, agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna. Hasil analisis pembangunan kesehatan dari sejumlah
dokumen analisis kebijakan pembangunan yang disusun.
Manfaat Pengukuran Kinerja antara lain, yaitu untuk memberikan gambaran
kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan Misi Organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
RENSTRA/Perjanjian Kinerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019, di mana Sekretariat Jenderal
Kesehatan sebagai unit utama yang membawahi Pusat Analisis Determinan
Kesehatan. Dalam melaksanakan program kinerjanya, Pusat Analisis Determinan
Kesehatan memiliki sasaran program. Sasaran tersebut merupakan hasil yang akan
dicapai secara nyata oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam rumusan yang
lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai
sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator yang mengacu pada indikator-indikator

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 12
Sekretariat Jenderal sebagai unit utama di atas Pusat Analisis Determinan Kesehatan.
Sasaran Sekretariat Jenderal adalah: “Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas
serta Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan”.

Berikut capaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3 tahun terakhir :


Tabel 4
Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

2016
No. Indikator Kinerja
Target Realisasi
(1) (2) (3) (4)
1 Jumlah Kebijakan Yang
Disusun Untuk Peningkatan 9 9
Pembangunan Kesehatan

Tabel 5
Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan
2017 2018
No. Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis kebijakan
yang disusun untuk
peningkatan
pembangunan 9 9 10 10
kesehatan

Jika dilihat pada kedua tabel diatas, terdapat perbedaan Indikator Output Kinerja
antara tahun 2016 dengan tahun setelahnya. Tahun 2016 Pusat Analisis Determinan
Kesehatan menggunakan Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan
Pembangunan Kesehatan kemudian pada tahun berikutnya Pusat Analisis Determinan
Kesehatan merevisi Indikator Output Kinerja menjadi Hasil analisis kebijakan yang
disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan.
Pada tahun 20018, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan target
untuk menghasilkan 10 (sepuluh) analisis kebijakan pembangunan kesehatan
Hasil analisis yang telah dihasilkan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, yaitu:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 13
1. Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007.
Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP,
RPJMN 2020-2024, disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa
Cita) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan
menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan
berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJMN 2020-2024 adalah pedoman untuk
menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga
konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang
Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.
Visi RPJMN 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.
RPJMN memuat prioritas pembangunan nasional, memuat arah dan kebijakan
bidang-bidang pembangunan, dan memuat arah kebijakan pembangunan
kewilayahan. RPJMN menyediakan arah kebijakan, program, kegiatan, indikator,
dan anggaran dasar selama 5 (lima) tahun sehingga RPJMN menjadi pedoman
bagi pemerintah dan masyarakat di dalam penyelenggaraan pembangunan
nasional lima tahun ke depan.
RPJMN menjadi acuan di dalam penyusunan Dokumen perencanaan tingkat pusat
(Renstra, Renja, RKP), Dokumen anggaran tingkat pusat (RKA dan RAPBN),
Dokumen perencanaan tingkat daerah (RPJMD), Secara tidak langsung untuk
dokumen perencanaan tingkat daerah (seperti RKPD, Renja SKPD, dll).
Keberhasilan pembangunan nasional dalam mewujudkan visi TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG ROYONG sebagai arah perubahan yang memberikan
jalan bagi kelahiran Indonesia Hebat. Untuk itu, pelaksanaan pembangunan harus
didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan nasional yang kuat dan
demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3) keberpihakan kepada rakyat;
dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif (5) sistem birokrasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 14
pemerintahan yang kuat, transparan, akuntabel, dan efisien. Selain itu, sektor-
sektor pembangunan lainnya serta penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang
tidak disebutkan secara spesifik tetap dilanjutkan di dalam rangka mencapai visi di
atas.
Pembangunan nasional yang digariskan dalam RPJMN dilaksanakan melalui
upaya seluruh komponen bangsa, akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang
berdaulat dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
bidang kebudayaan.
Mengingat pentingnya background study sebagai langkah awal penyusunan
RPJMN dan juga Renstra K/L maka analisis dan proyeksi pembangunan kesehatan
2020-2024 menjadi prioritas yang harus segera diselesaikan sebelum akhir tahun
2018, karena pada awal tahun 2019 akan segera dilaksanakan penyusunan draft
Teknokratik RPJMN. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menelaah kondisi umum
pembangunan kesehatan 2015-2019, mengidentifikasi isu-isu strategis, isu
determinan pembangunan kesehatan serta rancangan sasaran pokok setiap isu
strategis, merancang arah kebijakan dan strategi percepatan pembangunan
kesehatan tahun 2020 - 2024.
Gambar: 2
Analisis Dan Proyeksi Pembangunan Kesehatan 2020 – 2024

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


A. Rekomendasi Kebijakan Dan Regulasi
• Kebutuhan Regulasi Inovasi
• Perlindungan user/pasien
• Dampak penggunaan IT
• Pembinaan pengawasaan kesehatan di daerah
• Mendorong inovasi
• Perencaanan menggunakan big data

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 15
B. Rekomendasi SDM
• Penyusunan kurikulum sesuai dengan kebutuhan RI 4.0
• Peningkatan kompetensi SDM
C. Rekomendasi Sumber Daya
• Penyediaan pusat big data di dalam negeri (security) (hard)
• Integrasi sistem dan database (soft) menuju one data

2. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia 2018 – 2020


Pengembangan Pariwisata Kesehatan Indonesia tidak terlepas dari peran serta
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah
bertanggung jawab atas empat fungsi utama yaitu persiapan, perencanaan
(planning), pelaksanaan (implementation), pengendalian (controling).
Untuk pengembangan pariwisata kesehatan, pemerintah telah membuat peta jalan
(road map) yang memetakan kegiatan pokok dari 4 fungsi utama dalam kurun
waktu 3 tahun, yang persiapannya dimulai pada tahun 2017 dengan penyiapan
dokumen untuk pemenuhan Fasilitas Layanan Kesehatan di 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas, membuat MoU dan Perjanjian Kerjasama antara Kemenkes
dengan Kemenpar.
Pada periode 2017-2018 telah dilakukan kegiatan perencanaan, yaitu 1) menyusun
dan menetapkan konsep dan Roadmap Health Tourism, 2) membangun kesadaran
kolektif seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, 3) menyusun basis
data destinasi pariwisata kesehatan berbasis teknologi informasi, 4) menetapkan
produk pariwisata kesehatan dengan tema tertentu, 5) pengembangan investasi
pariwisata, dan 6) pengembangan jejaring internasional.
Dalam rangka pengembangan pariwisata kesehatan pemerintah pada tahun 2018
dan 2019 akan melaksanakan kegiatan 1) melakukan koordinasi dan sinkronisasi
Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Kesehatan Indonesia sesuai
dengan Konsep dan Roadmap Health Tourism, 2) melakukan kolaborasi lintas
sektor pelaksana program pembangunan pariwisata kesehatan, 3) melaksanakan
prioritas program pembangunan. Pemerintah juga akan melaksanakan
pengendalian terhadap 1) implementasi rencana pengembangan dan pengelolaan
pariwisata kesehatan, 2) pengawasan dalam penyelenggaraan kepariwisataan, 3)
melakukan penilaian kepuasan wisatawan, kepuasan masyarakat, kepuasan usaha

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 16
pariwisata, dan 4) melakukan penilaian kontribusi terhadap pencapaian target
kepariwisataan.
Gambar: 3
Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia 2018 – 2020

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Mendorong implementasi/ pelaksanaan pemenuhan dukungan sarana dan
prasarana serta sumber daya kesehatan lainnya pada 10 destinasi wisata
prioritas, sesuai dengan hasil kesepakatan dalam pertemuan koordinasi
bersama Kementerian Pariwisata dengan unit terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
2) Merumuskan ulang konsep Pariwisata Kesehatan yang lebih luas dan
komprehensif (medical tourism, wellness tourism, sport tourism dan wisata
ilmiah kesehatan) dengan potensi pengembangan health tourism sesuai
karakteristik Indonesia, yang akan tertuang dalam Roadmap
Penyelenggaraan Pariwisata Kesehatan.
3) Merumuskan strategi peningkatan rangking TTCI (The Travel and Tourism
Competitiveness Index) pilar Health and Hygiene.untuk Indonesia.
4) Menyiapkan dan menyempurnakan regulasi :
a. regulasi keimigrasian, Bebas Visa Kunjungan (BVK), aturan ambulans
untuk penjemputan pasien di bandara dan transportasi, sistem
pembayaran dan asuransi,
b. regulasi khusus yang dapat menjamin wisman, wisnus, dan tenaga medis
dan non medis yang bekerja di daerah-daerah wisata lainnya di Indonesia.
c. tax insentif untuk pelaksanaan wisata kesehatan.
d. Mereviu Kebijakan Penyelenggaraan SPA (pendirian, penguatan
pembinaan dan pengawasan).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 17
5) Menyiapkan SDM Kesehatan yang handal Pengembangan dan penyiapan
SDM kesehatan yang profesional dan terstandar internasional, mempunyai
kemampuan kompetensi lebih bagi para dokter/perawat
6) Melibatkan peran serta swasta jika perlu mendorong investor asing untuk ikut
mendukung pariwisata kesehatan, khususnya dalam penyiapan dan
penetapan RS pemberi layanan medical tourism.
7) Mengusulkan kepada Pemerintah untuk membentuk National Board Wisata
Kesehatan agar bidang yang luas ini dapat segera ditangani dengan
komprehensif dan lebih baik.
8) Kementerian Pariwisata Menyiapkan Travel Pattern termasuk Paket Wisata
Kesehatan serta Promosi ke Luar Negeri melalui Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) dan Generasi Wonderful Indonesia (GenWI).

3. Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian Kesehatan


Dalam Mendukung Germas Dan PIS-PK
Hilirisasi intinya adalah mengantar hasil riset universitas atau lembaga litbang
masuk ke sektor Industri. Kenapa demikian?, karena pemerintah mengetahui telah
banyak dilakukan kegiatan riset di berbagai bidang dan sektor, tetapi kenyataannya
hasil riset itu sebagian berhenti di laci meja universitas dan lembaga litbang. Tidak
sedikit hasil riset melahirkan produk prototipe, tetapi sedikit sekali hasil riset yang
bisa diantarkan hingga skala industri dan masyarakat.
Industri dan inovasi adalah hal yang saling membutuhkan agar daya saing terus
meningkat. Pemanfaatan inovasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
sehingga semakin meningkatkan daya saing di tingkat regional dan global. Industri
tanpa inovasi tak akan bisa bersaing, terutama di kancah global. Inovasi bergerak
sangat dinamis dan cepat, namun saat ini banyak produk inovasi yang tak terserap
oleh industri. Antara industri dan peneliti masing-masing berjalan sendiri sendiri.
Pengguna industri sangat sulit mendapatkan informasi terkait hasil penelitian
inovasi. Demikian juga para peneliti kesulitan untuk menyalurkan dan mendapatkan
informasi ke industri. Banyak riset tetapi proses hiliriasi hasil riset di Indonesia
masih minim. Dari 22 persen yang mampu sampai ke pasar, sekitar 60 persen
biasanya gagal secara ekonomi. Selanjutnya dari 40 persen yang berhasil secara
ekonomi, hanya 8 persen yang berhasil, diimplementasi dan dirasakan oleh
masyarakat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 18
Jika hal ini berjalan terus maka seberapapun pemerintah mengalokasikan dana
untuk riset dan pengembangan Iptek, maka tidak akan ada manfaatnya bagi
industri dan masyarakat. Manfaat yang ada hanyalah untuk ilmu pengetahuan
seperti penerbitan journal, bahan paparan dan prototipe laboratorium yang akhirnya
hanya tersimpan di ruang-ruang perpustakaan universitas dan lembaga litbang.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) bahwa mewujudkan bangsa
yang berdaya saing merupakan salah satu misi pembangunan nasional. Hal ini
dilakukan melalui pembangunan sumberdaya manusia berkualitas dan berdaya
saing serta peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi
yang berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam mewujudkan hal tersebut, bangsa
Indonesia masih menghadapi kondisi lemahnya: 1) kapasitas dan kompetensi riset,
2) kemampuan pengembangan menuju proses penciptaan berbasis iptek; 3)
jaringan kelembagaan dan peneliti di ranah lokal, regional, dan global; 4)
produktivitas dan relevansi litbang nasional untuk menjawab kebutuhan teknologi
masyarakat; dan 5) pendayagunaan riset dan pengembangan nasional untuk
penciptaan nilai tambah pada sumberdaya alam dan produk inovasi nasional dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi. Peran strategis pemerintah sangat
dibutuhkan untuk mensinergikan berbagai kepentingan dari seluruh stakeholders
baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Inovasi menjadi salah satu di antara 12 pilar yang menentukan daya saing suatu
negara di kancah internasional. Pilar-pilar yang dimaksud meliputi kondisi-kondisi
dari (1) kelembagaan negara bersangkutan, (2) infrastrukturnya, (3) stabilitas
makroekonomi, (4) tingkat kesehatan dan pendidikan dasar, (5) pendidikan tinggi
serta intensitas pelatihan-pelatihan, (6) efisiensi dalam usaha perdagangan, (7)
pasar tenaga kerja, (8) keunggulan pasar keuangan, (9) ketersediaan teknologi,
(10) keterjangkauan pasar, (11) kecanggihan berbisnis, serta (12) kemampuan
inovasi.
Dalam Global Competitiveness Report yang dirilis oleh World Economic Forum
untuk periode tahun 2017-2018, Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 137
negara dengan poin inovasi di peringkat ke-31. Indeks daya saing Indonesia di
kancah global tersebut mengalami peningkatan lima peringkat dari tahun 2016 di
posisi ke-41 menjadi posisi ke-36 pada 2017.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 19
Pemerintah terus mendorong industri dalam negeri untuk memanfaatkan hasil
inovasi yang diciptakan para peneliti. Pembangunan iptek pada RPJMN 2015-2019
diarahkan terutama untuk meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di
pasar international, salah satu prioritasnya yaitu meningkatkan kapasitas inovasi
dan teknologi. Sesuai dengan Program Riset Nasional (PRN) 2017-2019, maka
iptek diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang dapat dihilirisasi sehingga
berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Produk unggulan iptek secara intensif akan dihilirasi terutama pada bidang
pertanian, manufaktur dan farmasi. Inovasi yang terkait Penelitian, Pengembangan
dan Perekayasaan (Litbangyasa) menjadi penggerak tumbuhnya industri nasional.
Untuk itu, dalam rangka mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing dan
maju perlu ditopang dengan strategi hilirisasi riset yang tepat. Melalui hilirisasi
produk kesehatan dan inovasi hasil penelitian diharapkan dapat mendorong
industri, inovasi dan kreasi mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) dan PIS-PK.
Gambar: 4
Analisis Kebijakan Hilirisasi Inovasi Produk Dan Hasil Penelitian Kesehatan Dalam Mendukung Germas
Dan PIS-PK

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Membangun Inter Professional Collaboration lintas kementerian/kembaga:
ABGCM dalam hilirisasi produk dan inovasi hasil penelitian mendukung
GERMAS dan PIS-PK dengan cara:
a. Merevitalisasi fungsi Sentra Hak Kekayaan Intelektual(Sentra HKI)Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan(Balitbangkes) dalam rangka
memperkuat fungsi idenfikasi, pembinaan (pendampingan proposal
pendanaan, uji lab uji pasar, dll), pengurusan paten sampai pada
memfasilitasi antara inovator dan industri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 20
b. Fungsi Sentra HKI dibawah langsung Menteri Kesehatan agar bisa
mengkoordinasikan fungsi Penelitian di Litbangkes, Inovasi Teknologi
Tepat Guna di Balai BesarTeknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit(BBTKLPP), proses perizinan dan fasiltitasi
pendampinganproduk obat/alat kesehatan di Ditjen Farmalkes, Fungsi
Health Technology Assessment (HTA) serta fungsi lainnya di unit terkait.
c. Memperkuat jaringan dengan Inkubator Pergruan Tinggi, LIPI dan
Kemenristekdikti, BPPT, Swasta dalam mendapatkan informasi Inovasi
produk dan penelitian kesehatan.
2) Dukungan politik dan kebijakan; regulasi dan pembiayaan dengan cara :
a. Membuat aturan yang jelas terkait hilirisasi inovasi produk dan hasil
penelitian kesehatan.
b. Dukungan pembiayaan mulai dari tahap riset sampai after market dari
pemerintah dan industri (Fasilitasi dengan Ditjen Inovasi Kemenristekdikti,
dan BUMN).
c. Apabila suatu inovasi telah ditetapkan untuk dihilirisasi harus dibarengi
fasilitasi kebijakan untuk mendukung pelaksanaan dan pemanfaatan.
3) Kementerian Kesehatan aktif mendukung pemberian reward hasil inovasi
produk dan penelitian kesehatan khususnya yang mendukung program
pembangunan kesehatan contoh:
a. Penganugrahan inovasi produk kesehatan dan penelitian kesehatan dalam
kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN).
b. Memfasilitasi promosi dan penyampaian hasil inovasi produk dan penelitian
kesehatan dalam side event Rakerkesnas.
c. Memfasilitasi atau memberikan ruang dalam pameran Rakerkesnas.

4. Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang Kesehatan


Pada era desentralisasi urusan kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintahan wajib yang kewenangannya dibagi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota. Kesehatan termasuk salah satu dari
enam Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Undang-undang juga menyatakan pemerintahan daerah harus memprioritaskan
pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
dengan berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 21
pemerintah pusat dan belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar
pelayanan minimal.
Terbitnya PP No. 2/2018 tentang Standar Pelayanan Minimal yang dimaknai
sebagai tanggung jawab Provinsi maupun Kabupaten/Kota, memberikan amanah
kepada kementerian penyelenggara urusan pemerintah terkait untuk menyusun
standar teknis pelaksanaan SPM. Peraturan Pemerintah ini maka secata otomatis
menggantikan Permenkes No. 43/ 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan yang terdiri dari 12 layanan. Maka penyusunan ulang standar
teknis menjadi sesuatu yang penting, agar standar dapat dilaksanakan dengan baik
di semua daerah.
Berikut gambaran pemetaan secara nasional tentang jumlah provinsi yang mampu
mencapai target SPM kabupaten/ kota di Indonesia, dimana belum ada satupun
provinsi yang mampu mencapai target SPM Kabupaten Kota:
JUMLAH
PROVINSI
NO INDIKATOR TARGET SPM
MENCAPAI
TARGET

1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 100% 1

2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 100% 2

3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 100% 0

4 Pelayanan Kesehatan Balita 100% 0

5 Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar 100% 1

6 Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif 100% 0

7 Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut 100% 0

8 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 100% 0

9 Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) 100% 1

10 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) 100% 4


Berat

11 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB) 100% 2

12 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV 100% 1

Sumber: Pusat Data dan Informasi 2018

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 22
PP Nomor 2/2018 pasal 20 (1) mengamanatkan apabila kepala daerah tidak
melaksanakan SPM maka dapat dikenakan sanksi administratif, dimana hal ini
dapat berpotensi munculnya gugatan dari kepala daerah kepada Kementerian
Kesehatan selaku penanggung jawab SPM Bidang Kesehatan. Hal inilah yang
menjadi dasar penyesuaian serta penyusunan ulang standar teknis dari Permenkes
No. 43/ 2016 sebagai dasar bagi daerah untuk melaksanakan standar pelayanan
minimal. Penyusunan standar teknis ini mendesak untuk segera dilaksanakan
karena beragamnya kondisi kemampuan sumber daya pemerintah daerah baik dari
sisi pembiayaan, sumber daya manusia maupun dari aspek regulasi atapun
determinan lainnya tersebut maka diperlukan analisis kesiapan daerah khususnya
kabupaten/kota.
Gambar: 5
Analisis Kesiapan Daerah dalam Implementasi SPM Bidang Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


Rekomendasi Kebijakan Dan Regulasi
• Perlu ada regulasi yang mendukung pelaksanaan SPM secara terpadu yang
harus masuk dalam APBD Provinsi, kabupaten, kota.
• Perlu adanya harmonisasi dengan beberapa regulasi seperti RPP
Pembiayaan Kesehatan, Juknis DAK Fisik Non Fisik T.A 2020, Revisi
Permenkes 75/2014 tentang Puskesmas, Revisi Permenkes 56 /2014 tentang
RS, Revisi PP 18/2016 ttg Perangkat Daerah.
• Sebaiknya dicantumkan tahapan pelaksanakan, karena ditingkat daerah mind
set belum berubah.
• Diperlukan dukungan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara
pencapaian target jenis pelayanan SPM Bidang Kesehatan dengan target
pencapaian Indikator PIS PK.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 23
Rekomendasi Teknis
• Usulan penyesuaian definisi operasional dan mekanisme penghitungan
sasaran dan target SPM yang terdapat dalam Permenkes 43/ 2016 tentang:
• Penetapan perhitungan target Jenis Pelayanan Dasar 1: Denominator target
Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan T1 – T10 perlu ditetapkan yaitu
jumlah ibu hamil Trimester 3.
• Dipertimbangkan agar penilaian capaian target 100% menggunakan range
capaian misal 90% - 100% maka dianggap sudah mencapai 100% atau
menggunakan tahapan dalam mencapai 100%.
• Memperkuat sistem informasi untuk memudahkan pelaporan dan analisis data
implementasi dan evaluasi SPM Bidang Kesehatan.
• Memperkuat pelaksanaan PIS PK dan Germas untuk membantu implementasi
SPM.

Rekomendasi Sumber Daya


• Mempercepat akreditasi puskesmas dan FKTP lain diluar puskesmas
termasuk swasta untuk dipersiapkan sebagai fasilitas pelayanan pasien JKN
pada tahun 2020.
• Mempercepat upaya pemenuhan SDM Kesehatan khususnya di wilayah timur
Indonesia pada tahun 2020.
• Memenuhi sarana prasarana puskesmas sesuai standar pada tahun 2020.

Rekomendasi Pembiayaan
• Pengarusutamaan pemanfaatan DAK Fisik dan Non fisik untuk membantu
pemenuhan sumber daya pelaksanaan SPM pada tahun 2020.
• Perlunya regulasi yang mengatur akun khusus untuk SPM agar memudahkan
dalam pencantuman anggaran pembiayaan tahun 2019 agar pemda dapat
menghitung besaran proporsional kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan
SPM Bidang Kesehatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 24
5. Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang Kesehatan
Dalam Mendukung Pencapaian Pembangunan Kesehatan
Pada akhir tahun 2017 Presiden telah memerintahkan agar program pemanfaatan
dana desa dan program-program kementerian lain yang dikucurkan ke
daerah/desa dilakukan dengan model padat karya/cash for work, dan swakelola,
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, baik di
desa maupun di daerah dan menyerap tenaga kerja yang sebanyak-banyaknya.
Telah ditentukan 1.000 lokus desa padat karya di 100 kabupaten/kota. Pemilihan
100 kabupaten/kota didasarkan atas kriteria jumlah dan prevalensi balita stunting,
yang dibobot dengan tingkat kemiskinan provinsi (desa-kota) (TNP2K, 2017).
Program padat karya yang akan fokuskan dalam lokus 1.000 desa dapat
menggunakan Dana Desa dan/atau APBDes serta Dana K/L. Dengan 1.000 lokus
desa dibanding jumlah desa saat ini 74.754 desa atau sama dengan 1,34%,
sehingga harus scale-up. Ada dua jenis padat karya yaitu padat karya infrastruktur
dan padat karya produktif.

Dalam pelaksanaan program padat karya ini, Kementerian Kesehatan perlu


merumuskan :
1. Mekanisme pelaksanaan padat karya untuk anggaran 2018 sesuai siklus
perencanaan dan anggaran yang telah ditetapkan mengingat Dana sektor
(APBN Kementerian Kesehatan) mekanisme penyaluran anggaran APBN
Kemenkes saat ini hanya sampai Dekon (Provinsi) dan DAK (Kab/Kota)
sehingga tidak ada kegiatan termasuk anggarannya yang turun langsung ke
desa yang masih menjadi kendali pusat (Kementerian Kesehatan) secara
langsung.
2. SDM ditingkat daerah/desa, mulai dari perencanaan untuk mengusulkan dan
mengintegrasikan perencanaan dengan dana bersumber Dana Desa dan
Dana Sektor dan mengembangkan di desa sesuai dengan kearifan lokal.
3. Mekanisme koordinasi program dan K/L di daerah khususnya desa agar
target penurunan angka stunting dapat tercapai.
4. Metode evaluasi dan instrumen efektifitas program.
5. Antisipasi kemungkinan penyimpangan terburuk.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 25
Tujuan :
Merubah paradigma budaya korupsi menjadi budaya anti korupsi dengan
membangun integritas sektor kesehatan, dengan mengidentifikasi
permasalahan kebijakan baik konflik kebijakan maupun kesenjangan kebijakan
yang mengatur pembangunan integritas di sektor kesehatan agar berjalan
efektif dan efisien; serta membahas isu-isu strategis dan faktor-faktor
determinan perilaku yang berkembang dan merumuskan relevansinya terhadap
hambatan dan peluang keberhasian pembangunan integritas di sektor
kesehatan. Selain itu, kegiatan analisis ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan kebijakan dalam solusi efektif dan efisien pembangunan intetgritas
baik secara individual maupun kolektif dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019.
Sasaran :
• Semua individu di Sektor Kesehatan Pusat dan Daerah yang diharapkan
mampu menjadi agen perubahan (AoC) serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan pembangunan kesehatan di unit kerjanya.
• Pihak pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan unit kerja atau dapat menciptakan iklim kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti pejabat eselon IV, eselon III, eselon II dan Eselon I, dan
widyyaiswara.
• Pihak pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan,
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain lain.

Gambar: 6
Analisis Kebijakan Padat Karya Tunai Di Desa (PKTD) Bidang Kesehatan Dalam Mendukung Pencapaian
Pembangunan Kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 26
Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :
1) Penetapan lokus padat karya tunai Desa tersebut perlu dipayungi dengan
regulasi yang memadai sebagai rujukan mandatory acting dan atau
pengalokasian anggarannya.
2) Menetapkan Time Schedule Pelaksanaan PKTD Bidang Kesehatan.
3) Sosialisasi Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pembinaan Pelaksanaan STBM
serta pengumpulan status proposal Kelompok Kerja Masyarakat (KKM) segera
dilaksanakan
4) SosialisasiPetunjuk Teknis dan Pelaksanaan Pendidikan Gizi dalam Pemberian
Makanan Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita serta Penandatanganan
Perjanjian Kerjasama antara Direktur Gizi Masyarakat dengan 16 Ketua TP-
PKK Kabupaten secara simultan dilaksanakan.
5) Menetapkan Mekanisme Evaluasi PKTD Bidang Kesehatan yakni evaluasi
penyaluran anggaran hingga ke Desa dan evaluasi perekonomian Desa.
6) Menyusun potensi perluasan kegiatan PKTD Bidang Kesehatan tahun 2019.

6. Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam


Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi
Kementerian Kesehatan sebagai institusi pemerintah yang mendapat mandat di
bidang kesehatan, juga melakukan reformasi birokrasi dengan mengacu kepada
RPJPN, RPJP-K, RPJMN, RKP dan Pedoman Umum Reformasi Birokrasi yang
diterbitkan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemeneg PAN dan RB). Secara umum, sasaran reformasi birokrasi
adalah mengubah pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem
manajemen pemerintahan.
SDM kesehatan merupakan aset yang paling penting dalam meningkatkan kinerja
organisasi. Pengembangan SDM yang bertujuan me-ningkatkan kemampuan,
fleksibilitas dan motivasi kerja merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu
Kementerian Kesehatan telah mengembangkan dan melaksanakan pemeriksaan
Executive Brain Assessment pegawai dan pejabat Kesehatan di pusat dan UPT
vertikal dan daerah di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dengan terlaksananya
Pemeriksaan Executive Brain Assessment (EBA) pada Pejabat Pusat dan Daerah
maka telah diperoleh figur-figur pejabat yang berdasarkan profil

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 27
potensi otaknya. Sehingga setiap pegawai dan pejabat dapat teridentifikasi
keunikan modalitas belajar, dominasi otak dan model berpikirnya.
Dengan demikian analisis pemanfaatan hasil profil Executive Brain Assessment
(EBA) dapat menjadi solusi dalam pelaksanaan manajemen ASN yang saat ini
belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi jabatan
dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki individu khususnya kapasitas
potensi otak. Hasil pemeriksaan Executive Brain Assessment merupakan
gambaran potensi otak yang mendasari kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
dan kepemimpinan seseorang dalam aktifitasnya di organisasi.
Bagaimana hasil pemeriksaan EBA menjadi salah satu instrumen pendukung
dalam Seleksi Terbuka. Oleh karena itu kebutuhan ini menjadi dasar untuk
dlakukannya analisis kebijakan secara komprehensif untuk menganalisis
sejauhmana EBA dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan individu dalam
memahami persoalan, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Sehingga hasil tes ini dapat dimanfaatkan untuk memperlihatkan fungsi-fungsi
kemampuan otak yang berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan serta
pemecahan masalah pengambilan keputusan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan analisis ini adalah merekomendasikan usulan kebijakan pemetaan profil
otak SDM dalam identifikasi kualitas dan kapasitas SDM kepemimpinan, menyusun
kebutuhan kebijakan dalam Mendapatkan SDM yang tepat sesuai kebutuhan
potensi otak pada pekerjaan, mengidentifikasi kesenjangan dan kebutuhan
kebijakan dalam memperoleh ketepatan profil otak SDM yang dibutuhkan
jabatan/pekerjaan dan tujuan lainnya adalah memperoleh gambaran ideal profil
otak SDM dari setiap Jabatan Pimpinan Tinggi.
Manfaat dari analaisis ini adalah menjadi input kebijakan dalam program
pengadaan dan pengembangan SDM di Pemerintahan, dapat menjadi panduan
pada uji kepatuhan dan kelayakan dalam seleksi dan promosi ASN di Kementerian
/ Lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, dan sekaligus dapat menjadi
panduan pada uji kepatutan dan kelayakan dalam seleksi dan promosi karier
jabatan pimpinan serta menjadi dasar pertimbangan pengembangan diri sesuai
dengan bidang kepemimpinan yang dibutuhkan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 28
Gambar: 7
Analisis Pengukuran Perilaku Kepemimppinan melalui EBA dalam Implementasi kebijakan Seleksi Jabatan
Pimpinan Tinggi

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Penguatan teknis tata laksana: menyusun pedoman EBA dalam sekelsi terbuka
jabatan pimpinan tinggi, mengintegrasikan kebijakan-kebijakan dan
mengumpulan terkait peraturan panduan teknis dan operasional EBA dalam
seleksi jabatan pimpinan tinggi
2. Penataan Organisasi kelembagaan pengelolaan SDM, dengan melalukan
pembagian tugas dan fungsi untuk seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi
khususnya lembaga yang menangani EBA dengan memperjelas kewenangan
tugas dan fungsi secara tegas anatara Biro Kepegawaian selaku pengelolaan
manajemen SDM Internal pegawai Kementerian Kesehatan dengan Badan
PPSDM selaku pengelolaan manajemen SDM Eksternal Nakes seluruh
Indonesia untuk menghilangkan adanya tumpang tindih.
3. SDM : Rekrutmen asesor dan Peningkatan kompetensi administrator dan
sertified asesor EBA secara berkala

7. Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan


Korupsi di indonesia dapat dikatakan sudah merupakan endemik terjadi di semua
lapisan, sistematik, merampas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
banyak sehingga harus diberantas. Para pejabat korup pada sektor kesehatan
telah mencederai upaya pembangunan kesehatan, karena anggaran untuk
membangun sektor kesehatan justru digunakan untuk memperkaya diri dan
kelompoknya dan mengabaikan hak masyarakat untuk mendapatkan alat
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu. Dampak korupsi
pada sektor kesehatan dapat mengakibatkan menurunya derajat kesehatan
masyarakat yang berimbas pada penurunan pada IPM (Indek Pembangunan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 29
Manusia). Indikator IPM seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup
sangat terkait dengan pendanaan sektor kesehatan, anggaran yang di korup akan
berimbas penurunan angka harapan hidup serta menaikan angka kematian bayi.
Dampak korupsi lebih jauh adalah naik dan tingginya harga obat-obatan dan
rendahnya kualitas alat kesehatan pada rumah sakit dan puskesmas serta sarana
kesehatan lainya.
Gambar: 8
Analisis Pembangunan Integritas Sektor Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1) Penguatan sistem dengan penegakan hukum, memperbaiki mekanisme
penghadaan dan tunjangan kinerja.
2) Pengembangan budaya integritas dengan melakukan internalisasi revolusi
mental budaya integritas, melalui kurikulum anti korupsi pada kegiatan
pendidikan politeknik kesehatan, pelatihan tingkat dasar(prajabatan), peserta
diklat PIM dengan mewajibkan setiap jenjang kepemimpinan harus punya
sertifikat anti korupsi dan pernah ikut Tes EBA agar komitmen pimpinan serta
mandat yang lebih untuk para AoC sebagai agen perubahan.
Peningkatan akuntabilitas melalui pemberian reward dan punishment

8. Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam


Pembangunan Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan yang sehat, baik fisik dan mental maupun spiritual dan
sosial, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (UU No. 36 tahun 2009 pasal 1&2 tentang kesehatan). Pembangunan
Kesehatan menurut Undang-undang nomor 25 tahun 2014 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, supaya terwujud derajat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 30
kesehatan warga masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai instansi bagi
pembangunan Sumber Daya Manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program-


program terintegrasi dalam mendukung pembangunan kesehatan Indonesia baik
dari pihak pusat maupun daerah. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat melalui
Pendekatan Keluarga. Namun demikian, program kesehatan yang telah dirancang
untuk mengintegrasikan seluruh program kesehatan pada pelayanan kesehatan
melalui pendekatan keluarga masihterkendala dalam penerapannya sehingga
masyarakat belum maksimal merasakan program kesehatan tersebut. Oleh karena
itu tingginya faktor determinan dari sektor lain dalam pembangunan kesehatan
mendorong optimalisasi peran aktif lintas sektor kementerian/lembaga untuk
mendukung secara optimal pembangunan kesehatan berdasarkan Inpres Nomor 1
tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Namun dalam
implementasinya,tetap saja kendala koordinasi antar sektor masih menjadi
hambatan terimplementasinya Gerakan Hidup Sehat Masyarakat di seluruh lapisan
masyarakat.

Masih adanya perbedaan persepsi, sasaran dan langkah capaian prioritas yang
dimiliki lembaga-lembaga pemerintah merupakan kebutuhan untuk dilakukannya
koordinasi yang efektif dan integrasi strategis antar program maupun antar sektor
terkait. Sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta waktu perencanaan
yang terkesan singkat atau tergesa-gesamengakibatkan program tidak berjalan
dengan baik. Kurang tersedianya data dan informasi yang memadai, sesuai
kebutuhan dan tepat waktu memicu penundaan program strategis yang perlu
dijalankan dan ditangani dengan segera. Belum adanya mekanisme yang dapat
menjamin keselarasan dan keterpaduan antara rencana dan anggaran
kementerian kesehatan dengan rencana dan anggaran kementerian/lembaga
terkait serta pemerintah daerah baik pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi,
termasuk pemanfaatan hasil evaluasi atau kajian untuk input dalam proses
penyusunan perencanaan. Kolaborasi antar profesi kesehatan masih belum
optimal karena masih belum adanya undang-undang yang mengatur batasan dari
setiap jenjang pendidikan. (co/ perawat dan dokter).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 31
Hal ini mendorong adanya tuntutan aktualisasi nilai-nilai gotong royong dalam
pembangunan kesehatan berdasarkan Instruksi Presiden nomor 21 tahun 2016
tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental yang ditindaklanjuti menjadi
Kepmenkes nomor 580 tentang Rencana Aksi Revolusi Mental Bidang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu sektor yang akan mempengaruhi
pencapaian pemanfaatan bonus demografi. Terciptanya pembangunan kesehatan
di masyarakat tidak dapat berdiri sendiri. Hal tersebut tidak akan tercapai tanpa
keterlibatan semua komponen bangsa. Perlunya peningkatan kerja bersama atau
koordinasi pada segenap pihak baik lintas program maupun lintas sektor, dan juga
keterlibatan masyarakat dalam menciptakan paradigma hidup sehat.
Gambar: 9
Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam Pembangunan Kesehatan

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Penguatan sistem : menyusun pedoman strategis berkoordinasi, integrasi, dan
kolaborasi yang disepakati bersama. Menjadikan kebijakan berkoordinasi,
integrasi dan kolaborasi dalam satu data. Menyusun SOP proses identifikasi
kebutuhan koordinasi, integrasi dan kolaborasi berdasarkan pencapaian
sasaran prioritas pembangunan nasional
2. Peningkatan Mekanismen Mandat: disusunnya model perilaku berkoordinasi,
integrasi dan kolaborasi
3. Pengembangan budaya perilaku integritas : disusunnya model perilaku dengan
merumuskan model-model koordinasi, integrasi dan kolaborasi yang disepakati
bersama

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 32
9. Analisis Kebijakan Optimasi Program Dan Pelayanan Kesehatan Bagi
Penyandang Disabilitas DI Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang bangkit pertumbuhan
ekonominya dengan masyarakat kelas menengah keatas terus berjuang untuk bisa
mencapai sebuah pembangunan yang merata. Akan tetapi sayangnya, hak dan
kesempatan bagi mereka yang terpinggirkan termasuk penyandang disabilitas,
masih kurang mendapat perhatian serta masih ada diskriminasi terhadap para
penyandang disabilitas di Indonesia.

Masalah penyandang disabilitas baik di dunia maupun di Indonesia perlu ditangani


secara serius, namun sangat disayangkan di beberapa daerah provinsi di
Indonesia, penyandang disabilitas masih dianggap sebagai warga kedua yang
dianggap tidak mampu melakukan apapun dan hanya pantas di kasihani padahal
mereka memiliki kemampuan yang bisa ditingkatkan kesehatannya sehingga
menjadi manusia mandiri, sehat dan cerdas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Analisis ini dianggap
perlu sebagai bahan pertimbangan pimpinan dalam menentukan kebijakan yang
tepat dalam optimalisasi program dan pelayanan kesehatan penyandang
disabilitas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas) agar
kehidupan meraka (penyandang disabilitas) menjadi lebih baik.
Gambar: 10
Analisis Perilaku Koordinasi Efektif dan Integrasi Strategis dalam Pembangunan Kesehatan

ANALISIS STRATEGIS DETERMINAN KESEHATAN


RAPAT PERSIAPAN
ANALISIS OPTIMALISASI PEMENUHAN HAK ATAS KESEHATAN
BAGI PENYANDANG DISABILITAS
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Jakarta, 19 April 2018

PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN


PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA
2018

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Pemerintah Daerah diharapkan menerbitkan PERDA sebagai turunan UUD No
8/2016 tentang Penyandang disabilitas

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 33
2. Melaksanakan sinkronisasi, koordinasi, dan integrasi dengan Lintas Program,
Lintas Sektor dan Pemerintah Daerah untuk pelayanan kesehatan disabilitas di
puskesmas sesuai kebijakan Disabilitas.
3. Meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan primer (Puskesmas)
kepada penyandang disabilitas.
4. Pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas juga dilakukan melalui
kunjungan rumah untuk menjaring data, kondisi kesehatan sekaligus
melakukan intervensi dan tindak lanjut kondisi penyandang disabilitas
5. Meningkatkan kapasitas melalui pelatihan terhadap tenaga kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (Puskesmas), menitikberatkan
pada deteksi dini, dan konseling kesehatan dasar sebagai prioritas utama,
penanganan dan pengobatan tepat guna bagi penyandang disabilitas
6. Mendukung dan mendorong percepatan kebijakan desentralisasi dalam
ratifikasi Konvensi Hak hak Penyandang Disabilitas dan penerbitan regulasi
yang memberikan perlindungan kepada hak penyandang cacat dengan
mempertimbangkan keunikan nilai sosial budaya daerah setempat
7. Pemenuhan sistem jaminan kesehatan nasional (JKN), Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS), Jaminan Kesehatan Khusus (Jamkesus terpadu) dan
Mandiri bagi penyandang disabilitas

10. Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat


Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi setiap permasalahan determinan
yang memengaruhi perawatan jangka panjang (long term care) pada lansia.
Pertumbuhan penduduk lanjut usia berdampak terhadap meningkatnya angka
ketergantungan lanjut usia terhadap penduduk usia produktif, yang memerlukan
lanjut usia sehat dan aktif agar dapat mandiri selama mungkin. Namun saat ini
lanjut usia yang aktif dan masih bekerja sebagian besar bekerja di sektor informal
dengan terbatasnya perlindungan sosial hari tua.

Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya
peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya
penyembuhan dan pemulihan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 34
Indektifikasi tersebut diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam
menetapkan arah dan langkah kebijakan yang tepat dalam rangka memaksimalkan
peran pemerintah dalam upaya memercepat keberhasilan pembangunan
kesehatan.
Gambar: 11
Analisis Kebijakan Menuju Lanjut Usia Berkualitas Dan Bermartabat

ANALISIS STRATEGIS DETERMINAN KESEHATAN


RAPAT PERSIAPAN
DOKUMEN ANALISIS KEBIJAKAN MEWUJUDKAN LANJUT USIA
BERKUALITAS DAN BERMARTABAT
Jakarta, 19 April 2018

PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN


PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA
2018

Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :


1. Batasan lanjut usia potensial dan non potensial perlu dikembangkan untuk
kemandirian baik aspek fisik dan mental
2. Kebijakan lanjut usia harus didekatkan dengan disabilitas untuk perbaikan dan
perawatan lanjut usia
3. Meningkatkan kesadaran para pemangku kebijakan,keluarga dan masyarakat
akan pentingnya perilaku hidup sehat, gizi yang baik dan kesehatan yang
terpenuhi agar menjadi lanjut usia sehat, produktif dan mandiri
4. Arah kebijakan yang sifatnya sektoral tentang pendidikan, informasi dan
komunikasi, transportasi, agama, keuangan, perlu diintegrasikan dalam
mendukung kesejahteraan lanjut usia secara utuh.
5. Arah kebijakan untuk Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat dan
Kebudayaan perlu ditindak lanjuti dengan koordinasi kementerian dibawah
koordinasinya

Selain terdapat 10 (sepuluh) hasil analisis kebijakan, Pusat Analisis Determinan


Kesehatan juga menyusun analisis tambahan lain diantaranya :
1. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan :
A. Jejaring: Joint External Evaluation
Pelaksanaan Joint External Evaluation (JEE) pada 2017 lalu mengamanatkan
rekomendasi upaya peningkatan kapasitas negara dalam implementasi IHR.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 35
Khusus pada bidang National Legislation, Policy, and Financing, rekomendasi
aksinya adalah:
a. Mempertimbangkan keputusan bersama lintas kementerian koordinasi
untuk memformalkan koordinasi antara focal point dan mencakup semua
pemangku kepentingan IHR yang terkait.
b. Melakukan analisis kebijakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
kebutuhan akan kebijakan baru; meninjau kebijakan yang ada untuk
melihat kesenjangan/gap dan potensi konflik; menyelaraskan dan
mengembangkan strategi untuk implementasi kebijakan di seluruh
kementrian/lembaga/institusi terkait.
c. Bekerja dengan kementrian dan pemangku kepentingan utama, menyusun
dan mengimplementasikan rencana advokasi untuk berbagai peraturan
perundang-undangan menyangkut ketahanan kesehatan global sesuai
dengan IHR (2005).
d. Mendokumentasikan dan mempublikasikan pengaturan administratif dan
kebijakan dari berbagai sektor, untuk mendorong kolaborasi lintas sektoral.

Saat ini sedang disusun milestone dan National Action Plan untuk bidang
National Legislation, Policy, and Financing. Khusus untuk indikator financing,
sedang dikembangkan Health Security Financing Assessment Tool (HSFAT)
sebagai salah satu tools yang dapat digunakan untuk melengkapi penilaian
JEE bekerja sama dengan World Bank. Tujuan dari implementasi Health
Security Financing Assessment Tool adalah mengembangkan sistem
pembiayaan nasional yang dapat berfungsi untuk kesiapsiagaan nasional
dengan memperkuat sistem pembiayaan dalam mendukung keamanan
kesehatan nasional, sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik terutama
jika terjadi kedaruratan.

B. Penyusunan Analisis KLB Difteri Dalam Rangka Jejaring Peningkatan


Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Pada awal tahun 2018 dilakukan penyusunan draft analisis mengenai KLB
difteri yang terjadi sepanjang tahun 2017 lalu. Penyebaran difteri sudah
sedemikian meluas secara cepat di Indonesia. Pemerintah pun telah
menetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama tahun 2017,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 36
pemerintah telah mencatat terjadi 954 kasus difteri, tersebar di 170
kabupaten/kota di 30 provinsi. Jumlah korban meninggal tahun 2017 mencapai
44 kasus. Pada tahun 2018, sampai dengan tanggal 31 Maret 2018, tercatat
398 kasus difteri dengan jumlah kematian 6 orang (CFR 1,5%), dan
terdistribusi di 123 kabupaten/kota di 23 provinsi. Data WHO tentang difteri
menunjukkan bahwa jumlah kasus di Indonesia telah berfluktuasi sejak 1980-
an. Populasi penduduk di Indonesia yang menderita penyakit difteri disebut
memang paling banyak jika dibandingkan negara yang pernah terjangkit
wabah yang sama.
Wabah difteri yang terjadi di Indonesia ini telah memicu kekhawatiran
di kalangan masyarakat dan pemerintah. Infeksi bakteri Corynebacterium
diphteriae, yang menyerang saluran pernafasan bagian atas, selaput lendir
atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva, menyebabkan gejala demam
tinggi, sakit tenggorokan, susah menelan, dan kesulitan bernapas. Toksin
bakteri tersebut dapat menyebabkan paralisis otot dan miokarditis yang
bahkan fatal dapat mengakibatkan kematian. Penyakit menular ini telah
menyebar dengan cepat tidak hanya ke daerah dengan fasilitas pelayanan
kesehatan yang terbatas namun juga telah terjadi di beberapa kota besar,
dimana akses, mutu dan kualitas layanan kesehatannya dianggap lebih baik.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan kasus difteri?
Bagaimana penyebarannya sampai ke kota-kota besar di Indonesia?
Bagaimana efektifitas imunisasi difteri yang selama ini dilakukan? Apakah ada
masalah kebijakan yang melatarbelakangi terjadinya KLB ini? Pertanyaan-
pertanyaan ini memerlukan analisis yang tepat dari berbagai evidence yang
ada, baik analisis secara ilmiah maupun analisis dari sudut pandang
kebijakan, sehingga pemerintah dan masyarakat dapat mengambil tindakan
yang tepat. Dengan begitu kompleksnya faktor-faktor yang berkontribusi
dalam suatu penyebaran penyakit menular, apalagi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi ini, maka dapat dipastikan karena adanya berbagai
faktor penyebab.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan analisis KLB difteri dan
rekomendasi untuk mengatasi dan mengendalikan KLB difteri yang terjadi
berdasarkan evidence-based. Sedangkan tujuannya adalah menyusun policy
brief atau bahan masukan berupa analisis, diskusi, kesimpulan dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 37
rekomendasi mengenai KLB difteri sebagai dokumen analisis strategis
determinan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
Rapat Persiapan, Forum Dialog, Assessmen Lapangan dan Finalisasi. Rapat
persiapan dilaksankan untuk mengumpulkan isu-isu, fakta serta data terkait
analisis KLB difteri yang terjadi saat ini, serta analisis awal mengenai situasi
KLB difteri yang terjadi pada akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018. Forum
Dialog dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dari peserta lintas program
dan lintas sektor, akademisi, profesional, dan konsultan ahli mengenai analisis
KLB difteri yang terjadi, serta undangan dari Provinsi yang memiliki jumlah
kasus difteri tinggi, untuk mendapatkan informasi gambaran umum, penyebab
terjadinya kasus, upaya yang dilakukan, dan analisis potensi maupun
hambatan penanggulangan KLB difteri. Assessment Lapangan dimaksudkan
untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut mengenai analisis KLB difteri
yang terjadi, untuk mendapatkan data yang bersifat bottom to top agar lebih
komprehensif serta mengidentifikasi hambatan dan tantangan yang terjadi di
lapangan. Finalisasi dilaksanakan untuk penyempurnaan draft policy brief
Analisis KLB Difteri berupa rekomendasi untuk mengatasi dan mengendalikan
KLB difteri yang terjadi berdasarkan evidence-based.
Kesimpulan
1. Kasus difteri terbanyak terjadi pada golongan usia 5-9 tahun, yang
merupakan usia anak prasekolah dan sekolah dasar. Berdasarkan
data cakupan imunisasi anak sekolah kelas 1, cakupannya telah
mencapai di atas 90% dan telah mencapai target yang ingin dicapai
Kementerian Kesehatan dalam Renstra Kemenkes 2015-2017. Hal ini
menunjukkan rendahnya kualitas vaksin yang masuk ke dalam tubuh
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KLB.
2. Vaksinasi pada kasus penderita yang terdiagnosis difteri tidak pernah
mencapai 100%, hanya sekitar 50-60%.
3. Data besaran masalah penyakit difteri yang ada di Profil Kesehatan
Indonesia hanya mencantumkan jumlah kasus, kelompok umur, dan
status imunisasi difteri, bisa menimbulkan potensi misleading
interpretasi mengenai besaran masalah penyakit difteri.
4. Berdasarkan Renstra Kemenkes 2010-2014, seharusnya target UCI
tahun 2014 telah mencapai 100%, namun rata-rata UCI di Indonesia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 38
selama tahun 2010-2014 hanya 77,25%. UCI merupakan pencapaian
cakupan atas imunisasi secara lengkap pada pada bayi (0-11 bulan),
ibu hamil, wanita usia subur (WUS), dan anak sekolah tingkat dasar.
5. Efektifitas pelaksanaan imunisasi dalam penanggulangan KLB PD3I,
dipengaruhi oleh: a) cakupan imunisasi lengkap yang tinggi, sehingga
bisa menimbulkan herd immunity, dan b) terjaganya kualitas vaksin
melalui manajemen pengelolaan cold-chain vaksin.
6. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2011-2014, persentase
ketersediaan ADS terhadap kebutuhan ADS. Perlu adanya
perencanaan kebutuhan obat berdasarkan perhitungan trend jumlah
kasus difteri tahun-tahun sebelumnya, sehingga ketersediaan ADS
dapat diperkirakan dengan baik untuk dapat dipergunakan pada tahun
berjalan.
7. Ketika terjadi KLB, yang perlu dilakukan adalah: 1) menekan kematian
kasus (short term), terdiri dari deteksi dini dan rujukan, serta
manajemen kasus (merujuk penderita sedini mungkin, mengobati
kasus sebaik mungkin, memberikan ADS sedini mungkin, mencegah
komplikasi, tatalaksana komplikasi, menyediakan ADS dan antibiotika);
2) menekan transmisi dan kasus baru (short term), terdiri dari
penyelidikan epidemiologi dan ORI di daerah terjadi kasus, pemberian
profilakasis/obat pada kontak erat kasus dan menunjuk pengawas
minum obat (PMO); serta 3) mencegah KLB (long term), terdiri dari
meningkatkan dan meratakan cakupan imunisasi, serta meniadakan
kantong kosong imunisasi.

Rekomendasi:
1. Aspek Regulasi
a. Perlunya penguatan regulasi di daerah terkait upaya pengendalian
dan pencegahan difteri.
b. Perlunya peraturan atau regulasi turunan terkait standar teknis dan
tatalaksana implementasi SPM mengenai penanggulangan KLB
yang merupakan kewenangan Provinsi.
c. Perlunya untuk memasukkan konten KLB dan imunisasi dalam
revisi Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM bidang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 39
kesehatan. Serta perlunya inisiasi perbaikan UU Wabah dan inisiasi
penyusunan UU KLB.
d. Perlu adanya regulasi tentang definisi penetapan KLB apakah
berdasarkan wilayah Provinsi/kabupaten/kota, sehingga penetapan
pelaksanaan ORI akan dapat disesuaikan dengan penetapan
daerah KLB.
e. Perlu adanya regulasi tentang penetapan masa berakhir KLB.
Selain itu perlu diatur mengenai mekanisme, syarat dan kriteria
pencabutan status KLB.
f. Perlunya menetapkan indikator, target, dan capaian indikator
RPJMN dan Renstra, RAP, RAK 2015-2019 program pengendalian
dan pencegahan PD3I.
g. Perlunya revisi pedoman pelaksanaan ORI yang menyatakan
bahwa pelaksanaan ORI menggunakan buffer stock. Hal ini
menyebabkan pelaksanaan ORI tidak optimal karena hanya
disesuaikan dengan stock yang ada.
h. Perlunya regulasi terkait penetapan risk communication policy,
penyusunan pedoman atau petunjuk teknis mengenai risk
communication, termasuk dalam menentukan besaran risiko (risk
index) berdasarkan risk assessment (penilaian risiko).

2. Aspek Teknis
a. Perlunya penguatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat terutama dalam KIE mengenai program PHBS, dan
promosi pentingnya imunisasi.
b. Perlunya penguatan penyelidikan epidemiologi dan surveilans
difteri, tata laksana penderita (deteksi, pengobatan, isolasi),
menangani kesenjangan imunisasi di bawah 18 tahun, pencapaian
cakupan imunisasi rutin hingga 100%, serta pemberian penyuluhan
atau KIE, dalam upaya penanggulangan KLB difteri.
c. Perlunya peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan .
d. Perlunya penguatan sistem dan mekanisme diagnosis kasus,
melalui pemeriksaan kultur maupun molekuler.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 40
e. Perlunya melakukan upaya menutup kesenjangan imunitas
(immunity gap) pada sasaran usia 1-19 tahun.
f. Perlunya percepatan proses penyediaan kebutuhan logistik dalam
pelaksanaan imunisasi rutin dan pelaksanaan ORI.
g. Perlunya meningkatkan cakupan imunisasi tidak hanya imunisasi
dasar tetapi imunisasi lanjutan dan BIAS untuk anak sekolah.
h. Perlunya perbaikan sistem dan jejaring untuk mendekatkan layanan
ke masyarakat.
i. Perlunya sosialisasi dan peningkatan kapasitas petugas imunisasi.
j. Selain pelaksanaan ORI untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit, perlu adanya pemberian profilaksis yang compliance-nya
tinggi untuk kontak erat kasus.
k. Perlunya penelitian dan pengembangan dalam hal penilaian
penggunaan profilaksis apakah sudah terjadi resistensi obat dan
apakah efektif menekan penularan penyakit.
l. Perlunya inisiasi untuk penyusunan road map penanggulangan
difteri, seperti program eliminasi difteri.
m. Perlunya penguatan komunikasi dan kerja sama antar lembaga
pemerintah dan non pemerintah (tokoh agama, masyarakat,
komunitas, media dan publik figur).
n. Perlunya layanan informasi dan pengaduan masyarakat terkait KLB
difteri.

3. Aspek Pembiayaan
a. Perlunya pedoman atau petunjuk teknis terkait pencegahan,
pengendalian dan tata laksana penyakit difteri, khususnya
perencanaan pembiayaannya.
b. Perlunya inisiasi untuk memasukkan penanggulangan KLB dalam
petunjuk teknis DAK, alokasi anggaran DAK provinsi bisa
memperkuat pencapaian SPM provinsi.
c. Perlunya mempertimbangkan komponen pembiayaan meliputi
prevent, detect, dan respond (prinsip-prinsip dalam IHR) yang harus
dipenuhi dalam perencanaan anggaran.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 41
4. Aspek Sumber Daya
a. Perlu adanya penelitian mengenai penilaian atau evaluasi
kompetensi petugas atau SDM kesehatan dalam melakukan
pemberian imunisasi.
b. Perlunya peningkatan kapasitas petugas atau SDM kesehatan
dalam penegakan diagnosis kasus.
c. Perlunya penguatan kepemimpinan program pencegahan dan
pengendalian penyakit, dan menjamin keberlangsungannya, dimana
SDM yang sudah dilatih terkait diagnostik atau penatalaksanaan
penyakit, tidak dipindahtugaskan.
d. Perlunya pemenuhan tenaga kesehatan berupa program Nusantara
Sehat (NS) dan Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS), secara
berkelanjutan.

5. Aspek Manajerial
a. Perlunya perbaikan visualisasi data mengenai laporan difteri pada
Profil Kesehatan Indonesia, yang mencakup adanya informasi atau
data tambahan mengenai population at risk, attack rate, dan
cakupan imunisasi, agar analisis dan interpretasi besaran masalah
penyakit difteri berdasarkan evidence based menjadi lebih tepat.
b. Perlunya penguatan manajemen dalam melakukan epidemiological
preparedness, untuk daerah yang berbatasan atau dekat dengan
daerah endemis atau KLB.
c. Perlunya penguatan manajemen dalam penggunaan atau
pemanfaatan data yang ada dalam memprediksi potensi KLB.
d. Perlunya penguatan manajemen dalam penyebarluasan informasi
atau komunikasi publik mengenai imunisasi.
e. Perlunya penguatan manajemen sistem dan mekanisme koordinasi
data dan laporan, baik faskes primer dan faskes rujukan.
f. Perlunya peningkatan sinergisme lintas program dan lintas sektor,
pelibatan sektor swasta, dan pelibatan masyarakat.
g. Perlunya penguatan jejaring kerjasama pemerintah, swasta,
perguruan tinggi, lembaga profesi dan masyarakat, untuk
penatalaksanaan kasus, kontak dan karier.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 42
h. Perlunya pelibatan lintas sektor, tokoh pemuka agama, tokoh
masyarakat mengenai kampanye positif imunisasi.
i. Perlunya peningkatan surveilans, strategi pelaksanaan Drop Out
Follow Up (DOFU) imunisasi, yaitu melengkapi imunisasi bagi
sasaran yang belum lengkap status imunisasi dasarnya, dan
sweeping imunisasi yaitu melakukan imunisasi dengan mendatangi
dan memobilisasi sasaran yang belum pernah mendapatkan
imunisasi dasar.
j. Perlunya penguatan manajemen sistem monitoring evaluasi
terpadu.
k. Perlunya penguatan manajemen ketersediaan dan keterjangkauan
vaksin.
l. Perlunya penguatan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK).

2. Pertermuan Koordinasi Pusat Analisisi Determinan Kesehatan


A. Workshop Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Di
Taman Pengasuhan Anak Dalam Rangka Menyiapkan Generasi Unggul
Tuntutan hidup untuk memenuhi perekonomian keluarga dan keinginan ibu
bekerja, menyebabkan waktu pengasuhan anak terbatas padahal peran
orangtua (ibu) pada masa bayi dan anak balita sangatlah penting. Pilihan
orangtua biasanya adalah menitipkan dan memercayakan pengasuhan anak
kepada orang lain selama ditinggal bekerja, seperti kepada pengasuh, asisten
rumah tangga, keluarga terdekat, tetangga atau dititipkan ke Taman
Pengasuhan Anak (TPA).
TPA sebagai wadah untuk perawatan dan pengembangan anak usia dini
baik dari segi asih (kasih sayang), asuh (pengasuhan, kebutuhan gizi dan
kesehatan), dan asah ( pendidikan melaui bermain) merupakan kebutuhan
dasar anak. Dalam perkembangan bayi dan anak balita, stimulasi sangat
diperlukan untuk mendapatkan kebutuhan dasar anak (asah) yaitu
kecerdasanyang dilakukan melalui peningkatan fungsi sensorik (dengar,
raba, lihat, rasa, cium), motorik ( gerak kasar dan halus), emosi – sosial,
bicara, kognitif, mandiiri, dan kreativitas (moral, dan kepemimpinan), serta
dapat merangsang sel otak (sinaps). Untuk itu sangatlah penting stimulasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 43
kecerdasan (kecerdasan majemuk), dilakukan pada periode awal
perkembangan struktur dan fungsi otak bayi dan anak sebagai dasar
pembentukan kepribadian manusia secara utuh dalam upaya pembentukan
kecerdasan dan kematangan karakter anak.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI mengembangkan
TPA sebagai sarana pemenuhan kebutuhan bayi dan anak usia dini akan
kesehatan, gizi, pengasuhan, pendidikan dan perlindungan bagi keluarga
pegawai Kementerian Kesehatan RI yang diinisiasi oleh DWP kementerian
Kesehatan RI. Yang menjadi permasalahan utama dalam penyelenggaraan,
SDM TPA (pengasuh) harus dapat memberikan pengasuhan mencakup
stimulasi, perawatan, perlindungan dan kesejahteraan disesuaikan dengan
tumbuh kembang usia anak, sehingga anak mendapat stimulasi secara baik
dan optimal dalam tumbuh kembang sementara orangtua ( ibu) bekerja
dengan tenang. Sebagai tindaklanjut di tahun 2018, Pusat Analisis
Determinan Kesehatan mengadakan workshop bagi pengasuh TPA dengan
tema “Stimulasi Anak TPA melalui permainan edukasi dan Pijat Bayi untuk
mengoptimalkan kecerdasan”
Dalam workshop ini menghasilkan suatu rekomendasi, sebagai berikut :
1) SDM :
a. Diperlukan Perlu SDM berkompeten dalam bekerja di TPA sehingga
pelaksanaan pola asih, asuh dan asah dapat berjalan dengan baik.
b. Berkomitmen rasio pengasuh TPA dan jumlah anak asuh harus sesuai
standar (permendikbud nomor 146 tahun 2014).
c. Perlunya pelatihan SDM TPA (kepala sekolah, pengelola, dan
pengasuh) secara berkelanjutan.
d. Pola karir yang jelas bagi tenaga kepala sekolah dan pengasuh
maupun tenaga administrasi

2) Regulasi :
a. Perlu kejelasan legalisasi perizinan Taman Pengasuh Anak di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
b. Regulasi Peraturan pemerintah yang berlaku bagi TPA terutama terkait
SK penugasa pengelolaan TPA.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 44
c. Perlu ada komitmen/kontrak secara tertulis bagi tenaga TPA (kepala
sekolah dan pengasuh) agar turn over tenaga TPA tidak sering terjadi.

3) Managerial :
a. Perlu peningkatan dalam sarana dan prasarana yang mendukung
tumbuh kembang anak dengan multitalenta/kecerdasan majemuk (MI).
b. Khusus untuk TPA di Rumah sakit, lokasi TPA harus terpisah dengan
gedung rumah sakit
c. Perlu ada syarat wajib terkait pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi
SDM TPA sejak penerimaan dan pemeriksaan kesehatan berkala
minimal setiap 6 bulan sekali
d. Meningkatkan jejaring antar lintas program kesehatan dan lintas
sektoral misalnya dalam program imunisasi dan perlombaan TPA antar
instansi.
e. Monitoring dan evaluasi dengan laporan setiap bulan ke pihak
pembina TPA

B. Advokasi Kebijakan Katalog Wisata Kesehatan Indonesia 2018 Pusat


Analisis Determinan Kesehatan TA 2018
Sektor pariwisata telah menjadi penyumbang devisa terbesar kedua
setelah minyak sawit mentah. Untuk meningkatkan devisa sektor pariwisata,
pemerintah telah berupaya melakukan berbagai langkah diantaranya melalui
peningkatan pemasaran, serta pengembangan sumber daya destinasi baru.
Untuk itu, pariwisata harus dikelola secara profesional agar mampu
menjadi kontributor yang utama bagi pertumbuhan ekonomi sekaligus
meningkatkan kesejahteraan rakyat mengingat potensi Indonesia sangat
besar dibandingkan negara lain. Diperlukan keterlibatan semua pihak dalam
kerangka pentahelix ABGCM (akademik, bisnis, pemerintah, komunitas dan
media) serta strakeholders lainnya untuk memperkuat sektor pariwisata.
Seluruh kementerian dan lembaga termasuk Kementerian Kesehatan sangat
mendukung berbagai upaya untuk meningkatan kunjungan pariwisata baik
lokal maupun mancanegara melalui pengembangan kerangka konsep
pariwisata kesehatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 45
Menteri Kesehatan dan Menteri Parwisata telah menandatangani Nota
Kesepahaman (MoU) untuk memberikan landasan hukum dalam
pengembangan sumber daya pariwisata kesehatan sebagai upaya bersama
untuk mendukung destinasi wisata prioritas serta mengembangkan pariwisata
kesehatan yang bermutu dan paripurna.
Wujud dari salah satu tujuan MoU tersebut Kementerian Kesehatan
melaksanakan kegiatan penyusunan Katalog Wisata Kesehatan sebagai
landasan awal dalam pengembangan Kebijakan Pariwisata Kesehatan dimasa
yang akan datang.

3. Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Dan Administrator


Kesehatan (Adminkes)
Sesuai dengan amanat Permenkes No. 60 tahun 2016 tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional Kesehatan dan Jabatan Fungsional Non Kesehatan di
Lingkungan Kementerian Kesehatan, bahwa Pusat Analisis Determinan
Kesehatan di beri tugas untuk membina jabatan fungsional Analis Kebijakan dan
Jabatan fungsional Administrator Kesehatan (Adminkes). Di tahun 2018 bagian
kepegawaian Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai kegiatan terkait
jabfung yaitu inpassing nasional analis kebijakan dan administrator kesehatan.

A. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Inpassing Analis Kebijakan


Terkait dengan pelaksanaan inpassing analis kebijakan Pusat Analis
Determinan Kesehatan sudah melakukan tahapan kegiatan:

Menerima usulan Mengumpulkan berkas seleksi


inpassing dari satuan administrasi yang berasal dari
kerja di unit utama satuan kerja

Pemanggilan uji Menyerahkan berkas


kompetentensi oleh tersebut kepada Lembaga
LAN bagi yang lulus Administrasi Negara (LAN)
seleksi administrasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 46
1. Menerima usulan dari satker yang berasal dari unit utama
Tahapan ini PADK berkirim surat kepada Eselon II di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk mengirimkan usulan nama-nama yang akan
mengikuti inpassing analis kebijakan
2. Mengumpulkan berkas seleksi administrasi yang berasal dari satker
Tahapan selanjutnya adalah satker melengkapi berkas kepegawaian yang
dipersyaratkan oleh LAN sebagai syarat untuk mengikuti seleksi
administrasi inpassing analis kebijakan.
3. Menyerahkan berkas tersebut kepada Lembaga Administrasi Negara
sebagai unit pembina Analis Kebijakan untuk dilakukan seleksi administasi
inpassing. Berkas yang sudah dikirimkan ke LAN berjumlah 164 orang.
Dengan rincian:

DAFTAR USULAN INPASSING JABFUNG ANALIS KEBIJAKAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

No Satuan Kerja Jumlah Berkas

1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan 1


Resorvoir Penyakit Salatiga

2 Biro Hukum dan Organisasi 5

3 Biro Umum 7

4 Direktoran Kesehatan Lingkungan 6

5 Direktorat Kesehatan Kerja Dan olahraga 1

6 Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan Dan PKRT 2


Direktorat Jendral Kefarmasian Dan Alat Kesehatan

7 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan 4


Masyarakat

8 Sesditjen. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 2

9 Pusat Analisis Determinan Kesehatan 6

10 Pusat Pelatihan SDM Kesehatan 19

11 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 9

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 47
DAFTAR USULAN INPASSING JABFUNG ANALIS KEBIJAKAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

No Satuan Kerja Jumlah Berkas

12 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya 3


dan Pelayanan Kesehatan

13 Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 20

14 Pusdik SDM Kesehatan, Badan PPSDMK 28

15 Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan 1

16 Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat 4

17 Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan 5

18 Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat 4


Kesehatan

19 Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat 2

20 Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2

21 Sekretariat Inspektorat Jenderal 3

22 Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan 15

23 Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan 1

24 Sekretariat Badan Litbangkes 2

25 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM 12


Kesehatan

Jumlah 164

4. Bagi yang dinyatakan lolos seleksi administrasi, Lembaga Administrasi


Negara (LAN) melakukan pemanggilan untuk pelaksanaan uji kompetensi.
Pelaksanaan Pemanggilan sudah dilakukan Sebanyak 7 kali. Yaitu:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 48
Pemanggilan pertama pada tanggal 24-25 April 2018:

No Nama NIP Jabatan Terakhir Asal Satker

1. dr. Sonny Prajaya 196106221985031003 Kasubdit Direktorat


Worouw Penyehatan Kesehatan
Pemukiman dan Lingkungan
Tempat-tempat
Umum
2. drh. Rabea 196309241989012001 Peneliti (Analis Hasil Badan Litbangkes
Pangerti Jekti, Penelitian)
SKM,MKM

Pemanggilan kedua pada tanggal 3-4 Juli 2018:


No Nama NIP Jabatan Terakhir Asal Satker

1. Drs. Zainuddin, 196504071989031004 Perencana (Analis Pusat


M.Kes Program dan Peningkatan Mutu
Anggaran SDM Kesehatan
2. Anita Basuki, SKM, 196512231988032001 Analis Data Pusat Pelatihan
MKM SDM Kesehatan
3. Liliek Diaz 196512231988032001 Analis Data dan Pusat Pelatihan
Kuswandari, SKM, Informasi SDM Kesehatan
M.Pd

Selanjutnya bagi yang belum ada pemanggilan uji kompetensi dilakukan


pemanggilan uji kompetensi ke tiga dan selanjutnya yaitu:

No. Tanggal Lokasi Penyelenggaraan Jumlah


Penyelenggaraan Peserta

1. 10 September 2018 Auditorium Siwabessy 32 orang


Kemenkes

2. 12 September 2018 Auditorium Siwabessy 37 orang


Kemenkes

3. 24 September 2018 Kantor LAN Jakarta 34 orang

4. 25 September 2018 Kantor LAN Jakarta 13 orang

5. 27 September 2018 Kantor LAN Jakarta 35 orang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 49
Berikut adalah Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Uji Kompetensi Inpassing
Analis Kebijakan:

JUMLAH TIDAK
NO SATUAN KERJA BATAL LULUS
USULAN LULUS
1 Balai Besar Penelitian dan 1 - 0 1
Pengembangan Vektor dan
Resorvoir Penyakit Salatiga

2 Biro Hukum dan Organisasi 5 1 3 1


3 Biro Umum 7 2 5 -

4 Direktorat Kesehatan Lingkungan, 6 0 5 1


Ditjen Kesehatan Masyarakat
5 Direktorat Kesehatan Kerja Dan 1 1 - -
olahraga
6 Direktorat Pengawasan Alat 2 2 - -
Kesehatan Dan PKRT Direktorat
Jendral Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan
7 Direktorat Promosi Kesehatan dan 4 - 3 1
Pemberdayaan Masyarakat

8 Sesditjen Pencegahan dan 2 1 1 -


Pengendalian Penyakit
9 Pusat Analisis Determinan 6 - 6 -
Kesehatan

10 Pusat Pelatihan SDM Kesehatan 19 4 14 1


11 Pusat Pembiayaan dan Jaminan 9 3 6 -
Kesehatan

12 Pusat Penelitian dan 3 - 3 -


Pengembangan Sumber Daya dan
Pelayanan Kesehatan
13 Pusat Peningkatan Mutu SDM 20 1 18 1
Kesehatan
14 Pusdik SDM Kesehatan, Badan 28 6 21 1
PPSDMK
15 Puslitbang Humaniora dan 1 - 1 -
Manajemen Kesehatan

16 Puslitbang Upaya Kesehatan 4 2 2 -


Masyarakat
17 Sekretariat Badan PPSDM 5 2 3 -
Kesehatan
18 Sekretariat Direktorat Jenderal 4 1 3 -
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
19 Sekretariat Direktorat Jenderal 2 - 1 1
Kesehatan Masyarakat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 50
JUMLAH TIDAK
NO SATUAN KERJA BATAL LULUS
USULAN LULUS
20 Sekretariat Direktorat Jenderal 2 - 2 -
Pelayanan Kesehatan

21 Sekretariat Inspektorat Jenderal 3 - 2 1


22 Direktorat Fasilitas Pelayanan 15 2 9 4
Kesehatan
23 Puslitbang Biomedis dan 1 - 1 -
Teknologi Dasar Kesehatan

24 Sekretariat Badan Litbangkes 2 - 2 -


25 Pusat Perencanaan dan 12 - 7 5
Pendayagunaan SDM Kesehatan

Jumlah 164 28 118 18

Bagi yang sudah lulus uji kompetensi Lembaga Administrasi Negara


mengeluarkan surat rekomendasi, untuk diusulkan kedalam pengangkatan
ke dalam jabatan fungsional Analis Kebijakan.

B. Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan (Adminkes) Inpassing


Administrator Kesehatan

Tahapan Inpassing Nasional Jabfung Kesehatan

1 2 3
Penetapan Seleksi Uji Kompetensi
Kebutuhan/ Administrasi Inpassing
Formasi
• Add your text in here • Add your text in here • Add your text in here
• Add your text in here • Add your text in here • Add your text in here
• Add your text in here • Add your text in here • Add your text in here

Penerbitan
Pengangkatan
Sertifikat lulus UK

• Add your text in here • Add your text in here


Menjadi seorang • Add your text in here • Add your text in here
pejabat fungsional • Add your text in here • Add your text in here
kesehatan.

5 4
LOGO

Terkait dengan pelaksanaan inpassing administrator kesehatan, yang sudah


dilakukan:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 51
1. Menerima surat usulan dari satker di unit utama kantor pusat kemenkes,
dinas kesehatan propinsi, kota dan kabupaten terkait dengan usulan formasi
yang diusulkan untuk dilakukan inpassing. Usulan inpassing tersebut
kemudian divalidasi dan diverifikasi oleh PADK berdasarkan peta jabatan
dan perhitungan pedoman formasi sesuai dengan Permenkes no.43 tahun
2017.
2. Sesuai dengan Permenkes no 42 tahun 2017 ttg tata cara inpassing
jabfungkes, unit pembina mengeluarkan surat rekomendasi teknis inpassing
sebagai dasar untuk melanjutkan tahap berikutnya yaitu seleksi administrasi
dan uji kompetensi.
Jumlah surat rekomendasi teknis yang sudah dikeluarkan oleh PADK
adalah:
NO Satker/ instansi Jumlah
1. Dinas Kehatan Provinsi/ Kota/ Kabupaten 24
2. Satker Eselon II berada di unit utama 59

Surat Rekomendasi Teknis yang sudah dikeluarkan oleh Pusat Analisis


Determinan Kesehatan di lingkungan kantor pusat Kementerian Kesehatan:
DATA USULAN INPASSING JABFUNG ADMINKES (KANTOR PUSAT)
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
1 Direktorat Pelayanan 0 7 0 7 0 7 0 7
Kefarmasian

2 Direktorat Pelayanan 18 6 1 25 18 6 0 24
Kesehatan Tradisional

3 Direktorat Pelayanan 30 24 12 66 30 10 0 40
Kesehatan Rujukan

4 Pusat Perencanaan dan 13 0 0 13 13 0 0 13


Pendayagunaan SDM
Kesehatan
5 Direktorat Fasilitas 1 10 0 11 1 6 0 7
Pelayanan Kesehatan

6 Direktorat Kesehatan 1 2 0 3 1 2 0 3
Kerja dan Olahraga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 52
DATA USULAN INPASSING JABFUNG ADMINKES (KANTOR PUSAT)
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA
7 Direktorat Tata Kelola 5 0 0 5 5 0 0 5
Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
8 Direktorat Pelayanan 8 11 4 ] 8 6 0 14
Kesehatan Primer
9 Pusat Pembiayaan dan 5 0 0 5 0 0 0 0
Jaminan Kesehatan

10 Direktorat Kesehatan 11 9 5 25 11 9 0 20
Keluarga

11 Direktorat produksi dan 6 5 0 11 6 5 0 11


Distribusi Kefarmasian

12 Direktorat penilaian Alat 20 0 0 20 20 0 0 20


Kesehatan dan PKRT

13 Direktorat pengawasan 10 0 0 10 10 0 0 10
Alat Kesehatan dan
PKRT
14 Pusat Peningkatan Mutu 10 1 0 11 10 1 0 11
SDM Kesehatan
15 Sekretariat Konsil 6 1 0 7 6 1 0 7
Kedokteran Indonesia

16 Direktur Mutu dan 38 0 0 38 26 0 0 26


Akreditasi Pelayanan
Kesehatan
TOTAL 182 76 22 257 165 53 0 218

Surat Rekomendasi Teknis yang sudah dikeluarkan oleh Pusat Analisis Determinan
Kesehatan untuk daerah:
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA

1 Dinas Kesehatan 31 39 27 97 8 10 7 25
Provinsi Riau

2 Balai Besar Kesehatan 2 1 1 4 2 1 1 4


Paru Surakarta

3 Rumah Sakit Jiwa 3 3 1 7 3 3 1 7


Tampan Provinsi Riau

4 Dinas Kesehatan 14 4 0 18 14 4 0 18
Provinsi Jawa Barat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 53
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA

5 Dinas Kesehatan 23 19 4 46 23 19 4 46
Provinsi Jawa Tengah

6 RSUD Raden Mattaher 6 3 1 10 6 3 1 10


Jambi

7 RSUD Arifin Achmad 3 2 1 6 3 2 1 6


Provinsi Riau

8 Dinkes Provinsi DKI 14 20 1 35 14 20 1 35


Jakarta

9 Suku Dinas DKI Jakarta 18 21 10 49 18 21 10 49

10 Dinas Kesehatan 2 1 0 3 2 1 0 3
Kabupaten Brebes

11 Dinas Kesehatan 5 6 0 11 5 6 0 11
Sulawesi Tenggara

12 Dinas Kesehatan 5 4 0 9 5 4 0 9
Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung
13 Dinas Kesehatan 7 0 0 7 7 0 0 7
Provinsi Kepulauan
Riau
14 Dinas Kesehatan Kota 15 0 0 15 15 0 0 15
Bekasi tahap 1

15 Dinas Kesehatan 2 3 0 5 2 3 0 5
Kepulauan Bangka
Belitung
17 Dinas Kesehatan 1 0 0 1 1 0 0 1
Provinsi Yogyakarta

18 Dinas Kesehatan Kota 1 0 0 1 1 0 0 1


Depok

19 Dinas Kesehatan 1 0 0 1 1 0 0 1
Kabupaten Banyuwangi

20 Dinas Kesehatan 1 2 0 3 1 2 0 3
Kabupaten Pati

21 Dinas Kesehatan Kota 1 7 8 16 1 7 0 8


Gorontalo

22 Dinas Kesehatan 1 5 0 6 1 5 0 6
Kabupaten Semarang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 54
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA

23 RSUD Dr.H. Soemarno 0 1 0 1 0 1 0 1


Sosroatmodjo
Kabupaten Kapuas

24 RSUD Siwa Pemerintah 0 2 0 2 0 2 0 2


Kabupaten Wajo

25 Dinas Kesehatan Kota 2 7 0 9 2 7 0 9


Yogyakarta

26 Dinas Kesehatan 4 7 0 11 4 7 0 11
Kabupaten Majalengka

27 Dinas Kesehatan 3 2 0 5 3 2 0 5
Kabupaten Madiun

28 Dinas Kesehatan Kota 0 2 0 2 0 2 0 2


Bogor

29 Dinas Kesehatan Kota 1 0 0 1 1 0 0 1


Surakarta

30 Dinas Kesehatan Kota 0 1 0 1 0 1 0 1


Solok

31 Badan Kepegawaian 0 1 0 1 0 1 0 1
Daerah Provinsi Bali

32 Dinas Kesehatan, 1 0 0 1 1 0 0 1
Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga Berencana
Kabupaten Belitung
Timur
33 RSUD Muntilan 1 0 0 1 1 0 0 1
Kabupaten Magelang

34 Sekretaris Daerah 1 1 0 2 1 1 0 2
Provinsi Kalimantan
Barat
35 Dinas Kesehatan Kota 10 0 0 10 10 0 0 10
Bekasi tahap 2

36 Badan Kepegawaian 0 3 0 3 0 3 0 3
dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Kabupaten Sampang
37 Dinas Kesehatan Kab. 10 5 1 16 10 5 1 16
Banyumas

38 Puskesmas/UPT Dinas 15 5 2 22 15 5 2 22
Kesehatan Kab.
Banyumas
39 Dinas Kesehatan Prov. 4 19 4 27 4 19 4 27
Jawa Timur

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 55
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA

40 Dinas Kesehatan Prov. 9 3 2 14 9 3 2 14


Gorontalo

41 Dinas Kesehatan Prov. 26 12 2 40 26 12 2 40


DKI (2)

42 Dir. UPTD RSUD 0 1 0 1 0 1 0 1


Bangka Tengah

43 Badan Kepegawaian, 0 2 0 2 0 2 0 2
Pendididkan dan
Pelatihan Pemerintah
Kota Bontang
44 Badan Kepegawaian 1 0 0 1 1 0 0 1
dan Pengembangan
SDM Kabupaten
Belitung
45 Dinas Kesehatan 0 5 0 5 0 5 0 5
Provinsi Sumatera
Selatan
46 Dinas Kesehatan 19 4 0 23 19 4 0 23
Kabupaten Wajo

47 Dinas Kesehatan Kota 12 11 1 24 10 10 1 21


Jambi

48 Dinas Kesehatan 7 0 0 7 7 0 0 7
Kabupaten Karawang

49 Dinas Kesehatan 7 0 0 7 7 0 0 7
Kabupaten Magelang

50 Dinas Kesehatan 0 2 0 2 0 2 0 2
Kabupaten Cirebon

51 RSUD dr. Adnaan WD 1 0 0 1 1 0 0 1


Kota Payakumbuh

52 Walikota Pangkal 2 1 0 3 2 1 0 3
Pinang Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung
53 Dinas Kesehatan 2 5 1 8 2 5 1 8
Kabupaten
Temanggung
54 Dinas Kesehatan 3 0 0 3 3 0 0 3
Kabupaten Bintan

55 Dinas Kesehatan 1 0 0 1 1 0 0 1
Kabupaten Belitung

56 RSUD Ungaran 0 1 0 1 0 1 0 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 56
DATA INPASSING JABFUNG ADMINKES DARI DAERAH
NO INSTANSI USULAN FORMASI HASIL VALIDASI
ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL ADMINKES ADMINKES ADMINKES TOTAL
PERTAMA MUDA MADYA PERTAMA MUDA MADYA

57 Dinas Kesehatan Kota 9 7 2 18 9 7 2 18


Medan

58 Dinas Kesehatan 2 5 0 7 2 5 0 7
Kabupaten Kuningan

Dinas Kesehatan 0 8 0 8 0 8 0 8
Kabupaten Kuningan
UPTD Puskesmas

59 Dinas Kesehatan. 1 0 0 1 1 0 0 1
Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga Berencana
Kabupaten Belitung
Timur
TOTAL 310 263 69 642 285 233 41 559

B. Analisis Capaian Kinerja 2018


1. Definisi Operasional Indikator 2018
Berdasarkan Dokumen RENSTRA/Perjanjian Kinerja, Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan, menetapkan 2 (dua) indikator dalam mencapai sasaran
hasil programnya, yaitu:
1) Hasil kebijakan publik yang berwawasan kesehatan;
2) Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam mendukung program Kementerian
Kesehatan mempunyai indikator yang telah ditetapkan dalam RENSTRA, yaitu:
“Hasil Analisis Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan Pembangunan
Kesehatan”

2. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2018


a. Hal-hal yang yang mempengaruhi pencapaian target
- Adanya tugas lain yang mendesak diluar output PADK sesuai arahan
dari pimpinan.
- Penyerapan kegiatan paket meeting yang tidak sesuai dengan
perencanaan (undangan peserta dll), penyerapan belanja modal tidak

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 57
maksimal karena gagal lelang, revisi anggaran yang menyesuaikan
dengan situasi yang ada
b. Permasalahan
- Ketidaksesuaian antara jadwal dengan RPK/RPD
- Kurang dukungan Lintas Sektor/Program
c. Pemecahan Masalah
- Fokus dalam mengerjakan output
- Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung pelaksanaan
penyerapan anggaran
- Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang sesuai
dengan ouput dan kegiatan PADK. Kerjasama antar lintas
program/sektor yang mendukung pelaksanaan penyerapan anggaran
- Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran
d. Rencana Tindak Lanjut
- Menyesuaikan jadwal dengan RPK/RPD

C. Sumber Daya
Pusat Analisis Determinan Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya dalam
mencapai kinerjanya. Sumber daya tersebut, antara lain adalah Sumber Daya
Manusia, Anggaran, dan Sarana Prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
Pegawai Pusat Analisis Determinan Kesehatan sampai dengan tanggal 31
Desember 2018 berjumlah 43 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1) Menurut Jabatan
Jumlah pegawai berdasarkan jabatan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Grafik 1
Jumlah Pegawai Menurut Jabatan
Tahun 2018

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 58
Berdasarkan jabatannya, di Pusat Analisis Determinan Kesehatan, paling
banyak diisi oleh staf/jabatan fungsional yang non angka kredit.
2) Menurut Golongan:
Jumlah pegawai berdasarkan golongan, dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Grafik 2
Jumlah Pegawai Menurut Golongan

3) Berdasarkan Tingkat Pendidikan:


Komposisi SDM di Pusat Analisis Determinan Kesehatan, paling banyak
memiliki tingkat pendidikan S-1 (Strata 1), yaitu sebanyak 60%. Rinciannya
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3
Komposisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan

Jenis dan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan kekuatan SDM di


Pusat Analisis Determinan Kesehatan. Dengan proporsi SDM yang ada,
dirasakan masih perlu peningkatan kualitas, terutama dalam
pemahaman dan pelaksanaan kegiatan di Pusat Analisis Determinan
Kesehatan. Selain melalui peningkatan jenjang pendidikan formal,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 59
peningkatan kualitas SDM tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan. Di samping itu, kuantitas SDM perlu ditambah mengingat
beban kerja di Pusat Analisis Determinan Kesehatan semakin berat.
2. Sumber Daya Anggaran
Pada tahun 2018 DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp.
19.387.692.000,- yang bersumber dari APBN.
Tabel 6
Sumber daya anggaran (dalam ribuan)
Anggaran
No. Indikator Kinerja
2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis kebijakan
yang disusun untuk
27.758.578 12.168.738 19.387.692 18.027.044
peningkatan
pembangunan kesehatan

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Berdasarkan neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun 2018, sumber
daya sarana dan prasarana di Pusat Analisis Determinan Kesehatan adalah
bagai berikut:
AKUN NERACA
JUMLAH
KODE URAIAN
1 2 3

117111 Barang Konsumsi 134.349.900


132111 Peralatan dan Mesin 5.509.565.429
135111 Aset Tetap dalam Renovasi 0
135121 Aset Tetap Lainnya 6.325.000
136111 Konstruksi Dalam pengerjaan 49.280.000
137111 Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin (3.872.436.004)
162121 Hak Cipta 1.875.000.000
162151 Software 1.172.157.545
162191 Aset Tak Berwujud Lainnya 0
166112 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi 1.040.881.980
pemerintahan
169122 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang tidak (1.040.881.980)
digunakan dalam operasi
169312 Akumulasi Amortisasi Hak Cipta (67.746.375)
169315 Akumulasi Amortisasi software (608.646.313)
JUMLAH 4.197.849.182
Tabel 7
Sumber daya sarana dan prasarana
Tahun 2018

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 60
4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebagai satuan kerja dibawah
Sekretariat Jenderal dituntut untuk terus meningkatkan kinerja terutama
kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam meningkatkan hasil
analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan
akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan. Sehingga sangat diperlukan analisis untuk
pemenuhan dan penggunaan sumber daya. Pemenuhan dan penggunaan
sumber daya tentu sangat berkaitan erat dengan Sumber Dana (Anggaran).
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan penunjang kinerja Pusat Analisis
Determinan Kesehatan melakukan beberapa analisis dan efisiensi dalam
pemenuhan dan penggunaan sumber daya maupun sumber dana. Untuk
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya manusia, secara umum
Pusat Analisis Determinan Kesehatan langsung memberi tanggungjawab
kinerja kepada bagian yang berhubungan dengan target kinerjanya dan setiap
pegawai melaksanakan kinerja sesuai tupoksi masing-masing, dimana setiap
harinya Pegawai di Pusat Analisis Determinan Kesehatan membuat Laporan
Kinerja. Sedangkan untuk analisis atas efisiensi penggunaan sumber dana
(Anggaran), Pusat Analisis Determinan Kesehatan melaksanakan setiap
kinerja dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan dan alokasi anggaran
dengan prinsip efektif dan efesien. Prinsip efektif terlihat dari pencapaian
target kinerja (output dan outcome) yang hampir tercapai keseluruhan. Prinsip
efesien terlihat dari adanya penghematan anggaran atas setiap kinerja yang
dilakukan tanpa mengurangi output atau outcome yang dihasilkan.
Penggunaan Sumber Dana tidak terlepas dari pemenuhan sumber dana.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan terus berinovasi untuk pemenuhan
sumber dana. Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan dengan realisasinya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 61
B. Realisasi Anggaran

Tabel 8
Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan

Alokasi anggaran 2016 2017 2018


sesuai DIPA
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
[5831.001]
Kebijakan Pembangunan
Kesehatan Berdasarkan
Analisis Determinan 22.577.836.000 19.640.942.202 6.603.352.000 6.304.527.940 10.948.660.000 9.206.818.705
Kesehatan
[Hasil Analisis]

[5831.002]
RS Vertikal yang - - 1.636.373.000 1.501.137.963 2.066.560.000 1.677.379.738
melaksanakan Revolusi
Mental Bidang Kesehatan
[5831.951]
Layanan Internal 3.239.700.000 1.980.172.300 2.400.071.000 2.333.338.450 4.513.832.000 2.823.271.565
(Overhead) [Bulan
Layanan]
[5831.994]
Layanan Perkantoran 1.941.042.000 1.742.471.444 1.528.942.000 1.502.123.806 1.858.640.000 1.609.730.299
[Bulan Layanan]
TOTAL 27.758.578.000 23.363.585.946 12.168.738.000 11.641.128.159 19.387.692.000 15.326.200.307

TAHUN 2016
Kode & Nama (Kegiatan
No Kinerja
dan Output Kegiatan)
Vol Alokasi Anggaran Anggaran Fisik Total
Realisasi Kinerja Realisasi Kinerja
5831
1
Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
5831.040
Analisis Kebijakan 9 22.577.836.000 19.640.942.202 86,99% 9 9 100
Pembangunan Kesehatan
5831.041
Dukungan Layanan
1 3.239.700.000 1.980.172.300 61,12% 1 1 100
Manajemen (Bulan
Layanan)
5831.994 1 1.742.471.444 89,77% 1 1 100
Layanan Perkantoran 1.941.042.000
Total 27.758.578.000 23.363.585.946 84,17%

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 62
TAHUN 2017
Kode & Nama (Kegiatan dan
No Kinerja
Output Kegiatan)
Vol Alokasi Anggaran Anggaran Fisik Total
Realisasi Kinerja Realisasi Kinerja
5831
1
Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

5831.001
Analisis Kebijakan 9 6.603.352.000 6.304.527.940 95% 9 9 100
Pembangunan Kesehatan
5831.002
RS Vertikal yang
10 1.636.373.000 1.501.137.963 92% 10 10 100
melaksanakan Revolusi
Mental Bidang Kesehatan
5831.951
Dukungan Layanan 1 2.400.071.000 2.333.338.450 97% 1 1 100
Manajemen (Bulan Layanan)
5831.994 1 1.528.942.000 1.502.123.806 98% 1 1 100
Layanan Perkantoran
Total 12.168.738.000 11.641.128.159 96%

TAHUN 2018
Kode & Nama (Kegiatan dan
No
Output Kegiatan) Anggaran Fisik Kinerja Total
Vol Alokasi Anggaran
Realisasi Kinerja Realisasi Kinerja
5831
1
Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

5831.001 10 84% 10 10 100


Analisis Kebijakan 10.948.660.000 9.206.818.705
Pembangunan Kesehatan

5831.002
RS Vertikal yang
10 2.066.560.000 1.677.379.738 81% 10 10 100
melaksanakan Revolusi
Mental Bidang Kesehatan

5831.951
Dukungan Layanan 1 4.513.832.000 2.832.271.565 63% 1 1 100
Manajemen (Bulan Layanan)
5831.994 1 1.858.640.000 1.609.730.299 87% 1 1 100
Layanan Perkantoran
Total 19.387.692.000 15.326.200.307 79%

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 63
Sandingan Realisasi Anggaran dengan Alokasi Anggaran
- Tidak terealisasi belanja modal terkait renovasi gedung dan bangunan
dikarenakan gagal lelang pengadaan di tahun 2018 (dukungan manajemen).
- Harga penyelengaraan paket meeting dapat ditekan
- Ketidakhadiran peserta sesuai undangan dalam acara paket meeting, menambah
sisa mati yang terjadi pada akhir tahun anggaran sehingga tidak dapat
dioptimalisasi menjadi kegiatan lain.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 64
BAB IV
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

A. KESIMPULAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2018,
merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada
Sekretaris Jenderal Kementerian KesehatanRI dan seluruh pemangku kepentingan
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu tahun 2018.
Laporan ini juga menjadi sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja
secara berkelanjutan.
Indikator kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan terdiri dari 1 (satu)
indikator. Pada tahun 2018, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, dapat mencapai
indikator kinerjanya tersebut, mendekati target yang telah ditetapkan (terealisasi
sebesar 80,0%).Pada tahun 2018, DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp.
19.387.692.000,- yang bersumber dari APBN.
Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan Kesehatan
dengan capaian target keuangan sebesar 85% dengan output kinerja, rata-rata 100
%; 2) RS Vertikal yang melaksanakan Revolusi Mental Bidang Kesehatan dengan
capaian output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran sebesar 81%; 3)
Layanan Internal (Overhead) dengan capaian output sebesar 100% dengan
menggunakan anggaran sebesar 65%; 4) Layanan Perkantoran dengan capaian
output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran sebesar 87%. Meskipun
serapan anggaran tidak mencapai 100%, namun semua kegiatan dapat dilaksanakan
dengan baik. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain penjadwalan kegiatan tidak tepat
waktu sesuai perencanaan. Keterbatasan waktu narasumber serta perbedaan
paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu permasalahan dalam kegiatan
penyusunan dokumen analisis.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pusat Analisis Determinan Kesehatan
telah merealisasikan program dan kegiatan tahun 2018. Keberhasilan yang telah
dicapai tahun 2018 ini, diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan
di tahun berikutnya dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien, sedangkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 65
segala kekurangan yang menghambat tercapainya target dan kegiatan diharapkan
dapat diatasi sehingga tidak berdampak pada kinerja tahun-tahun mendatang.

B. TINDAK LANJUT
Pusat Analisis Determinan Kesehatan berusaha melakukan perbaikan dalam
penyerapan anggaran. Beberapa poin penting untuk tindak lanjut ditahun anggaran
2019 antara lain sebagai berikut :
5. Percepatan SK Pengelola Keuangan
6. Menetapkan program/kegiatan prioritas semester 1
7. Percepatan penyusunan RPK/RPD bagian dan bidang
8. Menginventarisir pengadaan barang dan jasa baik itu belanja modal maupun
belanja barang (untuk paket meeting) dengan menetapkan penanggung
jawab untuk lokasi dan tanggal pelaksanaan
9. Mempercepat proses administrasi data dukung untuk buka blokir
10. Mempercepat proses administrasi data dukung untuk Dana Hibah
11. Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung pelaksanaan
penyerapan anggaran
12. Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang sesuai dengan
ouput dan kegiatan PADK
13. Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran sesuai
ketentuan yang berlaku.

Demikian rencana tindak lanjut Pusat Analisis Determinan Kesehatan agar tidak
terjadi ketimpangan dalam penyerapan anggaran di tahun mendatang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 66
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN
TAHUN 2018
Formulir PPS
UNIT KERJA : PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN

PERSENTASE
RENCANA
PENCAPAIAN
TINGKAT
SASARAN INDIKATOR SASARAN SATUAN REALISASI RENCANA KET
CAPAIAN
TINGKAT
(TARGET)
CAPAIAN
1 2 3 4 5 6 7

1 Kebijakan Pembangunan Hasil analisis kebijakan yang disusun Hasil 10 10 100%


Kesehatan berdasarkan untuk peningkatan pembangunan Analisis
Analisis Determinan kesehatan
Kesehatan
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : PKK

RENCANA TINGKAT PERSEN


NO PROGRAM UTAMA INDIKATOR PENCAPAIAN REALISASI TASE KET
SATUAN
KINERJA (TARGET) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 10.948.660.000 9.206.818.705 84,09
1 MENYUSUN DOKUMEN ANALISIS KEBIJAKAN BIDANG LINGKUNGAN STRATEGIS 5.676.560.000 4.848.525.450 85,41
Masukan :
Dana Rupiah 2.313.950.000 2.005.356.542 86,66
A Analisis Lingkungan Strategis
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 2.269.900.000 1.910.150.559 84,15
B Analisis Perilaku dan Kesehatan Intelegensia
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 897.710.000 738.082.849 82,22
K Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 195.000.000 194.935.500 99,97
L Pengembangan Knowledge Management System PADK (Simontok)
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1 1 100%
2 MELAKSANAKAN FORUM KOORDINASI ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN 5.272.100.000 4.358.293.255 82,67
Masukan :
Dana Rupiah 2.815.640.000 2.258.556.192 80,21
A Pertemuan Koordinasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 1.001.000.000 892.126.652 89,12
B Sosialisasi Kesehatan Inteligensia Ke Masyarakat
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 1.400.860.000 1.167.483.011 83,34
C Pengembangan Jabatan Fungsional Admintistror Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 54.600.000 40.127.400 73,49
D Evaluasi Pembinaan Wilayah Setjen
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : PKK

RENCANA TINGKAT PERSEN


NO PROGRAM UTAMA INDIKATOR PENCAPAIAN REALISASI TASE KET
SATUAN
KINERJA (TARGET) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
RUMAH SAKIT VERTIKAL YANG MELAKSANAKAN REVOLUSI MENTAL BIDANG KESEHATAN 2.066.560.000 1.677.379.738 81,17
Sosialisasi Nilai-Nilai Revolusi Mental Bidang Kesehatan 156.530.000 134.079.604 85,66
Masukan :
Dana Rupiah 20.160.000 17.060.000 84,62
A Sosialisasi Nilai-Nilai Revolusi Mental Bidang Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 136.370.000 117.019.604 85,81
B Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Pembinaan dan Perbekalan Agent of Change 1.170.550.000 1.045.005.460 89,27
Masukan :
Dana Rupiah 631.250.000 552.817.210 87,58
A Pembinaan dan Perbekalan Revolusi Mental Bidang Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 539.300.000 492.188.250 91,26
B Konsolidasi Internal Kementerian Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Pengembangan dan Pemanfaatan Executive Brain Assessment 739.480.000 498.294.674 67,38
Masukan :
Dana Rupiah 94.900.000 73.956.400 77,93
A Penyelenggaraan EBA LS/LP/UPT
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 429.600.000 274.034.474 63,79
B Pengembangan Instrumen Executive Brain Assessment (EBA) dan Siklus Hidup
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
Masukan :
Dana Rupiah 214.980.000 150.303.800 69,92
C Penyusunan Instrumen EBA
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100%
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : PKK

RENCANA TINGKAT PERSEN


NO PROGRAM UTAMA INDIKATOR PENCAPAIAN REALISASI TASE KET
SATUAN
KINERJA (TARGET) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD) 4.513.832.000 2.832.271.565
3 MENYUSUN DOKUMEN PERENCANAAN DAN ANGGARAN 252.002.000 154.044.000 61,13
Masukan :
Dana Rupiah 138.442.000 101.792.000 73,53
A Penyusunan RKAKL
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 27.360.000 11.902.000 43,50
B Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Keluaran :
Laporan Dokumen
Masukan :
Dana Rupiah 86.200.000 40.350.000 46,81
C Penyusuna Profil dan Laporan Tahunan
Keluaran :
Laporan Dokumen
Masukan :

4 MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN DAN BARANG MILIK NEGARA


Dana Rupiah 72.540.000 54.739.500 75,46
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
5 PEMBINAAN KEPEGAWAIAN 1.689.290.000 1.388.819.477 82,21
Masukan :
Dana Rupiah 345.600.000 231.160.000 66,89
A Peningkatan Kemampuan SDM
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 305.400.000 275.049.296 90,06
B Konsolidasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 572.222.000 462.831.981 80,88
C Advokasi Hasil Analisis Kebijakan Kesehatan Dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 380.670.000 341.507.400 89,71
D Inpassing Jabfung Administrator Kesehatan dan Analisis Kebijakan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 85.398.000 78.270.800 91,65
E Pengelolaan Kearsipan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1 1 100,00
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : PKK

RENCANA TINGKAT PERSEN


NO PROGRAM UTAMA INDIKATOR PENCAPAIAN REALISASI TASE KET
SATUAN
KINERJA (TARGET) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
6 DUKUNGAN INTERNAL LAINNYA 2.500.000.000 1.234.668.588 49,39
Masukan :
Dana Rupiah 788.500.000 741.303.588 94,01
A Pengadaan Inventaris Kantor
Keluaran :
Inventaris kantor unit 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 200.000.000 195.800.000 97,90
B Pengadaan Meubleair
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 90.000.000 19.800.000 22,00
C Pencetakan Hasil Analisis Determinan Kesehatan
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 35.000.000 34.485.000 98,53
D Pameran
Keluaran :
Software Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 195.000.000 194.000.000 99,49
E Dashboard dan Pengembangan Website PADK Terintegrasi
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 110.000.000 - 0,00
F Pengembangan Software EBA
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 1.081.500.000 49.280.000 4,56
G Renovasi Ruang Rapat dan Operation Room
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1 1 100,00
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : PKK

RENCANA TINGKAT PERSEN


NO PROGRAM UTAMA INDIKATOR PENCAPAIAN REALISASI TASE KET
SATUAN
KINERJA (TARGET) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN 19.387.692.000 15.326.200.307 79,05
LAYANAN PERKANTORAN 1.858.640.000 1.609.730.299 86,61
6 OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN KANTOR 1.858.640.000 1.609.730.299 86,61
Masukan :
Dana Rupiah 12.980.000 12.826.000 98,81
A Pengadaan Pakaian Dinas Pegawai Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Keluaran :
Pakaian Dinas Stell 1 1 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 27.180.000 21.204.926 78,02
B Pemeliharaan Peralatan/Inventaris Kantor Pusat Analisis Determinan Kesehatan Keluaran :
Peralatan/Inventaris Unit 1 1 100,00
Kantor
Masukan :
Dana Rupiah 183.768.000 183.741.818 99,99
C Pemeliharaan Kendaraan Operasional Roda-4 Pusat Analisis Determinan Kesehatan Keluaran :
Pemeliharaan Unit 1 1 100,00
Kendaraan R-4
Masukan :
Dana Rupiah 3.640.000 3.625.000 99,59
D Pemeliharaan Kendaraan Operasional Roda-2 Pusat Analisis Determinan Kesehatan Keluaran :
Pemeliharaan Unit 1 1 100,00
Kendaraan R-2
Masukan :
Dana Rupiah 142.800.000 80.873.545 56,63
E Langganan Daya dan Jasa
Keluaran :
Jasa Bulan Layanan 12 12 100,00
Masukan :
Dana Rupiah 1.488.272.000 1.307.459.010 87,85
E Administrasi Operasional dan Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan Keluaran :
Administrasi Bulan 12 12 100,00
Perkantoran
PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : RKT

SASARAN KEGIATAN RENCANA TINGKAT


NO RENCANA TINGKAT INDIKATOR PENCAPAIAN KET
URAIAN INDIKATOR URAIAN SATUAN
CAPAIAN (TARGET) KINERJA (TARGET)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN 19.387.692.000
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN 19.387.692.000


KESEHATAN
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 10.948.660.000
KESEHATAN
1 MENYUSUN ANALISIS KEBIJAKAN BIDANG 5.676.560.000
LINGKUNGAN STRATEGIS

Masukan :
Dana Rupiah 2.313.950.000
A Analisis Lingkungan Strategis
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 2.269.900.000
B Analisis Perilaku dan Kesehatan Intelegensia
Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
Masukan :
Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Dana Rupiah 897.710.000
K
Kesehatan Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
Masukan :
Pengembangan Knowledge Management System Dana Rupiah 195.000.000
L
PADK (Simontok) Keluaran :
Hasil analisis Dokumen 1
2 MELAKSANAKAN FORUM KOORDINASI ANALISIS 5.272.100.000
DETERMINAN KESEHATAN
Masukan :
Pertemuan Koordinasi Pusat Analisis Determinan Dana Rupiah 2.815.640.000
A
Kesehatan Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 1.001.000.000
B Sosialisasi Kesehatan Inteligensia Ke Masyarakat
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Pengembangan Jabatan Fungsional Admintistror Dana Rupiah 1.400.860.000
C
Kesehatan Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 54.600.000
D Evaluasi Pembinaan Wilayah Setjen
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
RUMAH SAKIT VERTIKAL YANG MELAKSANAKAN 2.066.560.000
REVOLUSI MENTAL BIDANG KESEHATAN

Sosialisasi Nilai-Nilai Revolusi Mental Bidang Kesehatan 156.530.000


Masukan :
Sosialisasi Nilai-Nilai Revolusi Mental Bidang Dana Rupiah 20.160.000
Kesehatan Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 136.370.000
B Implementasi Roadmap Reformasi Birokrasi Kement
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Pembinaan dan Perbekalan Agent of Change 1.170.550.000
Masukan :
Pembinaan dan Perbekalan Revolusi Mental Bidang Dana Rupiah 631.250.000
A
Kesehatan Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 539.300.000
B Konsolidasi Internal Kementerian Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Pengembangan dan Pemanfaatan Executive Brain Assessment 739.480.000
Masukan :
Dana Rupiah 94.900.000
A Penyelenggaraan EBA LS/LP/UPT
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : RKT

SASARAN KEGIATAN RENCANA TINGKAT


NO RENCANA TINGKAT INDIKATOR PENCAPAIAN KET
URAIAN INDIKATOR URAIAN SATUAN
CAPAIAN (TARGET) KINERJA (TARGET)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN 19.387.692.000
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN 19.387.692.000


KESEHATAN
Masukan :
Pengembangan Instrumen Executive Brain Dana Rupiah 429.600.000
B
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 214.980.000
C Penyusunan Instrumen EBA
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD) 4.513.832.000
3 MENYUSUN DOKUMEN PERENCANAAN DAN 252.002.000
ANGGARAN
Masukan :
Dana Rupiah 138.442.000
A Penyusunan RKAKL
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Dana Rupiah 27.360.000
B
Keluaran :
Laporan Dokumen
Masukan :
Dana Rupiah 86.200.000
C Penyusuna Profil dan Laporan Tahunan
Keluaran :
Laporan Dokumen
Masukan :
MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN DAN BARANG Dana Rupiah 72.540.000
4
MILIK NEGARA Keluaran :
Laporan Dokumen 1
5 PEMBINAAN KEPEGAWAIAN 1.689.290.000
Masukan :
Dana Rupiah 345.600.000
A Peningkatan Kemampuan SDM
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 305.400.000
B Konsolidasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Advokasi Hasil Analisis Kebijakan Kesehatan Dalam Dana Rupiah 572.222.000
C
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Inpassing Jabfung Administrator Kesehatan dan Dana Rupiah 380.670.000
D
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 85.398.000
E Pengelolaan Kearsipan
Keluaran :
Laporan Dokumen 1
6 DUKUNGAN INTERNAL LAINNYA 2.500.000.000
Masukan :
Dana Rupiah 788.500.000
A Pengadaan Inventaris Kantor
Keluaran :
Inventaris kantor unit 1
Masukan :
Dana Rupiah 200.000.000
B Pengadaan Meubleair
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 90.000.000
C Pencetakan Hasil Analisis Determinan Kesehatan
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 35.000.000
D Pameran
Keluaran :
Software Dokumen 1
PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
FORMULIR : RKT

SASARAN KEGIATAN RENCANA TINGKAT


NO RENCANA TINGKAT INDIKATOR PENCAPAIAN KET
URAIAN INDIKATOR URAIAN SATUAN
CAPAIAN (TARGET) KINERJA (TARGET)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN 19.387.692.000
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

PENINGKATAN ANALISIS DETERMINAN 19.387.692.000


KESEHATAN
Masukan :
Dashboard dan Pengembangan Website PADK Dana Rupiah 195.000.000
E
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 110.000.000
F Pengembangan Software EBA
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1
Masukan :
Dana Rupiah 1.081.500.000
G Renovasi Ruang Rapat dan Operation Room
Keluaran :
Dokumen Dokumen 1
LAYANAN PERKANTORAN 1.858.640.000
7 OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN KANTOR 1.858.640.000
Masukan :
Pengadaan Pakaian Dinas Pegawai Pusat Analisis Dana Rupiah 12.980.000
A
Keluaran :
Pakaian Dinas Stell 1
Masukan :
Dana Rupiah 27.180.000
Pemeliharaan Peralatan/Inventaris Kantor Pusat
B Keluaran :
Peralatan/Inventaris Unit 1
Kantor
Masukan :
Dana Rupiah 183.768.000
Pemeliharaan Kendaraan Operasional Roda-4
C Keluaran :
Pemeliharaan Unit 1
Kendaraan R-4
Masukan :
Dana Rupiah 3.640.000
Pemeliharaan Kendaraan Operasional Roda-2
D Keluaran :
Pemeliharaan Unit 1
Kendaraan R-2
Masukan :
Dana Rupiah 142.800.000
E Langganan Daya dan Jasa
Keluaran :
Jasa Bulan Layanan 12
Masukan :
Dana Rupiah 1.488.272.000
Administrasi Operasional dan Kegiatan Pusat
E Keluaran :
Administrasi Bulan 12
Perkantoran
JADUAL TENTATIF PELAKSANAAN KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 KETERANGAN
BULAN Es.IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Pertemuan Koordinasi (Cimacan)
PE tgl 8 Reviu Revisi Renstra

Pertemuan Koordinasi LHKPN (RDK)


(Sukajadi) Peta Jabatan Fungsional
Pegum&BMN
(25-26)

Rapat Persiapan
Penyusunan GTP3
Sosek Bid. Kesehatan
1 2018 (dalam
kantor)
Rapat Persiapan
Penyusunan
POLKES Analisis Difteri
(dalam kantor)

Prilaku
Kesintel
Penyusunan Penyusu Capacity Building
Profil Analisis nan Penyusunan Lakip (Lagoi, Kawah Ijen,
PE LAKIP (ROREN) Profil (Rapat diJam Kerja) Banyuwangi, Belitung)
dan Laporan
dan
Tahunan (RDK)
Monitoring Pengembangan Jabfung (fullday) Monev
dan Pelaporan Jabfung
KKU Admink
Jabfung (RDK)
es

Forum
Koordinasi Forum Koordinasi
Sosek

Hari Raya Imlek


dalam rangka Forum Koordinasi dalam rangka
Rapat Persiapan dalam rangka Rapat Rapat Persiapan
Penyusunan Persiapan Assessment Lapangan Jejaring Analisis Pelatihan
2 Konsolidasi Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Bahan Penyusunan Bahan KLB Difteri (Semarang) Kebijakan bagi
Rakerkesnas Rakerkesnas Policy Pejabat
Forum Dialog Jejaring Analisis KLB Difteri (FB Policy Committee (RDK) Kementerian
POLKES Dalam Kota) Committee Kesehatan (RDK)
(RDK)

Rapat Koordinasi Rapat


Tes EBA
POKJA I @ Kantor Apel Besar Agen Koordinasi Rapat Persiapan
(1) di
Perubahan Evaluasi Analisis
Prilaku RSKO
Kemenkes POKJA I (INTEGRITAS) KE-
@Jakar
@Siwabessy Fullday @ 1, @ Kantor
ta
Hotel A-One
Kesintel
Penyusunan Lakip Rapat
(Rapat diJam Kerja) Penyusunan
PE RKAKL Tahun
2019 (RDK)

Perhitungan
kebutuhan
Penyusunan Naskah Akademis dan Monitoring dan
calon Seleksi Administrasi
KKU Kearsipan (RD K)
Inpassing Jabfung
Butir Kegiatan Administrator Pelaporan
peserta
Kesehatan Jabfung (RDK)
Inpassing
Jabfung
Persiapan
Penyusunan Rapat Persiapan
GTP3 Pornografi - Jejaring (FD Analisis Analisis Inovasi
Sosek Dalam Kota) Pariwisata Kesehatan (dalam
Kesehatan kantor, pagi)
Forum Koordinasi dalam rangka Forum Dialog Penyusunan Analisis
(dalam kantor) Forum Dialog Penyusunan Analisis SPM
Penyusunan Bahan Policy Committee Pariwisata Kesehatan
(FB dalam kota)
Rakerkesnas 2018 (Fullday dalam Kota) Penyusunan (FB dalam kota)
Finalisasi Persiapan Rapat Finalisasi

Wafat Isa Almasih


Hari Raya Nyepi
Bahan Diskusi

Workshop Advoksi
Penyusunan Penyusunan Penyusunan
POLKES Binwil
Analisis KLB

2 (Fullday)
Analisis KLB Analisis SPM
Rakerkesnas
R A K E R K E S N A S 2018 (Perjadin Luar Kota, Difteri (RDK) (RDK) Difteri (RDK)
3 Tangerang Selatan)
(RDK)

Tes EBA (5) di


RSAB Harapan
Kita @ Jakarta
Rapat Persiapan
Pkl 09,00
Analisis (GOTONG
Rapat ----------------------
ROYONG) KE- 1, @ Perumusan
Persiapan Tes EBA (5) di Tes EBA (6)
Kantor Pkl. 09.00 Pokja I
Analisis RSAB Harapan di RSPON @ Tes EBA (8) RS RATATOTOK BUYAT, tgl 5 bertepatan adanya
Prilaku ----------------------