Defika Indriyani Potale (19009)
Defika Indriyani Potale (19009)
NIM : 19.009
TUGAS : RESUME
a. Jenis-jenis :
• Alkaloid ergot
• Oksitosin
• Prostaglandin
b. Macam-macam :
1) Alkaloid ergot
a) Alkaloid asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari
kelompok alkaloid asam amino
b) Derivat dihidro alkaloid asam amino: dihiroergotamin
c) Alkaloid amin
c. Cara kerja :
• Menstimulsi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
d. Indikasi :
e. Kontraindikasi
• Hipersensitif
• Penyakit vascular
• Penyakit jantung parah
• Eklampsi
f. Dosis
Dosis :
Contoh obat
2. Diuretik
Fungsi utama zat - zat diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema,
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa agar volume
cairan ekstraseluler menjadi normal. Salah satu cara menyeimbangkan cairan
pada keadaan udema adalah dengan ekskresi cairan melalui urin, jika jumlah
cairan yang dikeluarkan meningkat maka ekskresi garam juga meningkat.
Pada lengkung Henle, disini 20% ion Cl- diangkut secara aktif kedalam sel
tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na+ secara pasif, tetapi tanpa
air sehingga filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretik yang
bekerja di lengkung Henle biasanya adalah diuretik dengan kerja kuat
seperti Furosemid, asam etakrinat dengan merintangi transport Cl- .
Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex,
disini ion Na+ diserap kembali secara aktiv tanpa penarikan air, sehingga
filtrat menjadi lebih cair dan hipotonik.Zat - zat seperti thiazid, clortalidon,
mefrusid bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl- .
Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na+ diserap kembali secara
aktiv, dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+, NH4+ . proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat
kalium seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini dengan
mengurangi pertukaran ion K+ dengan ion Na+, yang berakibat retensi
kalium (antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di ductus
colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti diuretik
vasopresin.
b. Golongan Diuretik
1) Diuretik osmotik
a) Tubuli proksimal
c) Duktus Koligentes
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan
cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan
lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan
dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar,
artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan
tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan
ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
indapamid.
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton)
atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya
melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na
dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-
obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah
efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika
lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka
pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K
dengan kuat pula.
5) Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada
bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit
natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi
agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya
pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam,
artinya bila dosis dinaikkan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam
etakrinat, furosemid dan bumetamid.
2) Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua
diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh
adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai
transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi
untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3) Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua
diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh
adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai
transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi
untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
4) Hiperglikemia
1. ANTI KONVULSI
Anti Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya
digunakan pada kasus- kasus kejang karena Epileptik. Golongan obat ini lebih
tepat dinamakan Anti Epilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala
konvulsi penyakit lain.
1) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lain dari benda keras, tajam
atau panas.
2) Longgarakan pakaian, bila mungkin miringkan kepala kesamping untuk
mencegah sumbatan jalan nafas.
3) Biarkan kejang berlangsung, jangan memasukkan benda keras diantara
gigi karena dapat mengakibatkan gigi patah.
4) Biarkan istirahat setelah kejang, karena penderita akan bingung atau
mengantuk setelah kejang.
5) laporkan adanya serangan pada kerabat dekat penderita epilepsy
( penting untuk pemberian pengobatan dari dokter
6) Bila serangan berulang dalam waktu singkat atau mengalami luka berat,
segera larikan ke rumah sakit.
1) Golongan Hidantoin
2) Golongan Barbiturat
3) Golongan Oksazolidindion
4) Golongan Suksinimid
5) Golongan Karbamazepin
6) Golongan Benzodiazepin
Carbamazepine Carbatrol
Clobazam Clonazepam
Depakene Depakote
Depakote ER Diastat
Dilantin Felbatol
Frisium Gabapentin
Gabitril Keppra
Klonopin Lamictal
Lyrica Mysoline
Neurontin Phenobarbital
Phenytek Phenytoin
Sabril Tegretol
Tegretol XR Topamax
Zarontin Zonegran
Zonisamide.
c. Jenis-Jenis Antikonsulvan
1) Barbiturat.
Obat ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi
gamma-aminobutyric acid (GABA) yang menghambat neurotransmitter,
sehingga mencegah terjadinya kejang. Antikonsvulsan barbiturat dipakai
dalam mengobati semua jenis kejang. Contoh obat ini adalah
phenobarbital.
2) Penghambat carbonic anhydrase.
Obat ini menghambat enzim carbonic anhydrase, sehingga
mempengaruhi elektrolit dan keseimbangan asam basa pada sel. Hal ini
dapat mencegah kejang. Selain kejang, obat ini digunakan sebagai
diuretik dan mengatasi glaukoma. Contohnya adalah topiramate.
3) Benzodiazepine.
Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat dan
meningkatkan aktivitas GABA. Contoh obat ini adalah diazepam,
clonazepam, dan lorazepam.
4) Dibenzazepine.
Obat ini juga meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat aktivitas
natrium dalam sel. Contoh obat ini adalah oxcarbazepine dan
carbamazepine.
5) Turunan asam lemak.
Obat ini menghambat enzim penghancur GABA, sehingga
meningkatkan konsentrasi GABA. Contoh obat ini adalah asam valproat
(valporic acid).
6) Hydantoin.
Obat ini menghentikan rangsangan sel saraf yang berlebihan saat
kejang dengan menghambat aktivitas natrium dalam sel saraf. Contoh
obat ini adalah phenytoin.
7) Pyrrolidine.
Obat ini dipakai untuk pengobatan epilepsi dan bekerja dengan cara
memperlambat transmisi saraf. Contoh obat ini adalah levetiracetam.
8) Triazine.
Obat ini dapat menghambat pelepasan rangsangan neurotransmitter,
glutamat, dan aspartate. Contoh obat ini adalah lamotrigine.
9) Analog gamma-aminobutyric acid (GABA).
Obat ini bekerja layaknya GABA dalam tubuh. Contoh obat ini adalah
gabapentin.
10) Obat antikonvulsan lainnya, misalnya magnesium sulfat.
Kesimpulan
Anti konvulsi adalah obat yang di gunakan terutama untuk mencegah dan
mengobati bangkitan epilepsi (epilec seizure).Bangkitan ini biasa di sertai
kejang{konvulsi}.hiperaktivitas otonom,gangguan sensoris atau psikis.O bat anti
konvulsi di sebut juga obat anti-epilepsi.
a. JENIS ANESTESI
f. Farmakokinetika
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestetik didalam
susunan saraf pusat. Kecepatan pada konsentrasi otak yang efektif
(kecepatan induksi anestesi) bergantung pada banyaknya farmakokinetika
yang mempengaruhi ambilan dan penyebaran anestetik. Factor tersebut
menentukan perbedaankecepatan transfer anestetik inhalasi dari paru
kedalam darah serta dari darah keotak dan jaringan lainnya. Faktor-faktor
tersebut juga turut mempengaruhi masa pemulihan anestesi setelah anestetik
dihentikan.
2) Ekskresi
Waktu pemulihan anestesi inhalasi bergantung pada kecepatan
pembuangan obat anestetik dari otak setelah konsentrasi obat anestesi
yang diisap menurun. Banyaknya proses transfer obat anestetik selama
waktu pemulihan samadengan yang terjadi selama induksi.
Factor-factor yang mengontrol kecepatan pemulihan anestesi meliputi;
aliran darah paru, besarnya ventilasi, serta kelarutan obat anestesi dalam
jaringan dan darah serta dalamnya fase gas didalam paru.
g. Farmakodinamika
Kerja neurofisiologik yang penting pada obat anestesi umum adalah
denganmeningkatkan ambang rangsang sel. Dengan meningkatnya ambang
rangsang,akan terjadi penurunan aktivitas neuronal. Obat anestetik inhalasi
seperti juga intravena barbiturate dan benzodiazepine menekan aktivitas
neuron otak sehingga akson dan transmisisi naptik tidak bekerja. Kerja
tersebut digunakan padatransmisi aksonal dan sinaptik, tetapi proses sinaptik
lebih sensitive dibandingkanefeknya. Mekanisme ionik yang diperkirakan
terlibat adalah bervariasi. Anestetik inhalasi gas telah dilaporkan
menyebabkan hiperpolarisasi saraf dengan aktivitas aliran K+, sehingga
terjadi penurunan aksi potensial awal, yaitu peningkatan ambang rangsang.
Mekanisme molecular dengan anestetik gas merubah aliran ion pada
membran neuronal belumlah jelas. Efek ini dapat menghasilkan hubungan
interaksi langsung antara molekul anestetik dan tempat hidrofobik pada pada
obat ini dengan dengan membran matriks lipid, dengan perubahan sekunder
pada fungsi saluran.saluran membrane protein yang spesifik. Mekanisme ini
telah diperkenalkan pada penelitian interaksi gas dengan saluran
kolineroseptor nikotinik interkais yang tampaknya untuk menstabilkan saluran
pada keadaan tertutup. Interpretasi alternatif, yang dicoba untuk diambil
dalam catatan perbedaan struktur yangnyata diantara anestetik, memberikan
interaksi yang kurang spesifik
h. Efek Samping Anestesi Umum
Obat-obatan anestesi yang umum dipakai pada pembiusan total
adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan desfluran. Obat
anestesi umum yang ideal haruslah tidak mudah terbakar, tidak meledak,
larut dalam lemak, larut dalam darah, tidak meracuni organ (jantung, hati,
ginjal), efek samping minimal, tidak dimetabolisasi oleh tubuh, dan tidak
mengiritasi pasien.
Obat bius/anestesi umum/total pasti memiliki efek samping di antaranya:
1) Mengiritasi aliran udara, menyebabkan batuk dan spasme laring
(golongan halogen).
2) Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit tidur
karena mata terus terbuka (golongan Ketamin).
3) Depresi pada susunan saraf pusat.
4) Nyeri tenggorokan.
5) Sakit kepala.
6) Perasaan lelah dan bingung selama beberapa hari.
7) Menekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan
oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan
eter.
8) Menekan system kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan
isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga
merangsang sistem saraf simpatis, maka efek keseluruhannya menjadi
ringan.
9) Merusak hati dan ginjal, terutama senyawa klor, misalnya kloroform.
10)Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal,
sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya.
11)Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan
(menggigil) pasca-bedah.
Efek samping tersebut bersifat sementara. Namun, ada pula komplikasi
serius yang dapat terjadi. Untungnya, komplikasi tersebut sangat jarang,
dengan perbandingan 4 komplikasi dalam jutaan pasien yang diberi obat
anestesi. Pencegahan efek samping anestesi yang terbaik adalah dengan
penjelasan selengkap mungkin terhadap pasien mengenai efek samping dan
risiko yang mungkin terjadi, pemeriksaan menyeluruh, dan pemberian obat
anestesi yang tidak melebihi dosis.
k. JENIS OBAT
1) Anestesi Umum
a) Anestesi Inhalasi
Halotan : Fluothane
- Bau dan rasa tidak menyengat
- Tidak dapat menyala dan tidak eksplosif
Enfluran:
- Anestetikum inhalasi kuat, digunakan pada berbagai jenis
pembedahan juga sebagai analgetikum pada persalinan.
- Memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, tidak
begitu menekan SSP.
Isofluran:
- Bau tidak enak.
- Anestetikum inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan
relaksasi otot baik.
- Penekanan terhadap SSP sama dengan enfluran.
- Tidak menyala dan tidak eksplosif.
Desfluran:
- merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek
klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah
menguap.
- Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan
hipertensi.
Sevofluran:
- Merupakan halogenasi eter .
- Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
dengan isofluran.
- Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan
napas.
D. Hemostatis, Eklamsi dan preeklamsi, Hipertensi
1. Hemostatis
Hemostatis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya
atau robeknya pembuluh darah atau pencegahan kehilangan darah.
a. Komponen hemostatis
1) Sumbat hemostatis primer
Pembentukan agregasi trombosit
2) Sumbat hemostais sekunder
Pembentukan fibrin
b. Mekanisme hemostatis
1) Spasme vaskular
2) Pembentukan sumbat trombosit
3) Pembekuan darah
4) Pertumbuhan jaringan fibrosa kedalam bekuan darah untuk menutupi
lubang pada pembuluh darah secara permanen
c. Spasme vaskular
1) Segera setelah pembuluh darah terpotong atau robek, dinding pembuluh
berkontraksi
2) tujuan mengurangi aliran darah ke pembuluh darah yang robek
3) Kontaksi disebabkan oleh refleks saraf dan otot lokal pembuluh darah
4) Makin banyak pembuluh yang mengalami trauma, makin besar derajat
spasmenya
5) pasme vaskular berlangsung sampai 20-30 menit setelah trauma
e. Pembekuan Darah
1) Mekanisme ke-3 pada hemostasis adalah pembentukan bekuan darah
2) Bekuan mulai timbul 15-20 detik pada trauma yang berat dan 1-2 menit
pada trauma yang ringan
Faktor pembekuan darahFaktor Sinonim
Pembekuan
Fibrinogen Faktor I
Protrombin Faktor II
Kalsium Faktor IV
Procelerin faktor V
Antihemofilik B Faktor IX
1) Dalam waktu 3-6 menit setelah robeknya pembuluh darah, seluruh ujung
pembuluh yang terpotong akan diisi dengan bekuan
2) Dalam 30 menit –1 jam bekuan mengalami retraksi menutup pembuluh
darah
3) Trombosit juga berperan dalam retraksi bekuan
Mekanisme ekstrinsik
1) Pelepasan faktor jaringan dan fosfolipid jaringan oleh jaringan yang
mengalami trauma
2) Pengaktifan faktor X untuk membentuk faktor X teraktivasi oleh faktor VII dan
faktor jaringan
3) Faktor X teraktifasi akan membentuk aktifator protrombin bersama-sama
dengan faktor V
4) Pengaktifan faktor XII dan pengeluran fosfolipid trombosit karena adanya
trauma pada darah
5) Faktor XII teraktifasi secara enzimatik mengaktifkan faktor XI
6) Faktor XI kemudian mengaktifkan faktor IX
7) Faktor IX yang teraktifasi bekerjasama dengan faktor VIII + fosfolipid trombosit
mengaktifkan faktor X
8) Faktor X teraktivasi berikatan dengan faktor V dan fosfolipid trombosit untuk
membentuk aktivator protrombin
2. Eklamsia
Eklamsi adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi
dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan.
a. Gejala eklamsia
Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau sesudah
persalinan. Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu di dahului dengan
preeklamsia. Preeklamsia dapat timbul sejak minggu ke-20 kehamilan.
Jika terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa
terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan.Kejang eklamsia dapat
terjadi sekali atau berulang kali. Namun, ada 2 fase kejang yang bisa terjadi
saat mengalami eklamsia, yaitu:
1) Fase pertama
Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai
dengan kedutan pada wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya
kontraksi otot di seluruh tubuh.
2) Fase kedua
Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke otot muka,
kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60 detik.
Pada fase kedua, kejang eklamsia akan membuat otot kontraksi dan
rileks secara berulang-ulang dalam waktu yang cepat.
b. Penyebab Eklamsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum
diketahui dengan pasti. Namun, diduga kondisi ini diakibatkan oleh adanya
kelainan pada fungsi dan formasi plasenta. Faktor-faktor lain yang diduga dapat
meningkatkan risiko preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil adalah:
c. Diagnosis Eklamsia
Dalam mendiagnosis eklamsia, dokter akan menanyakan kepada keluarga
yang membawa ibu hamil ke rumah sakit tentang kejang yang dialami, termasuk
riwayat pemeriksaan kehamilan, penyakit, dan preeklampsia
sebelumnya.Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
untuk memastikan apakah kondisi ibu hamil dan janin dalam keadaan
stabil.Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah terjadi,
akan dilakukan pemeriksaan penunjang berikut:
1) Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan
2) Tes urin, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urin
3) Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati
4) Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar
kreatin di ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal
5) Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat
d. Pengobatan Eklamsia
Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi
yang dikandung. Pada ibu hamil dengan preeklamsia yang memiliki risiko untuk
mengalami eklamsia, dokter umumnya akan memberikan beberapa penanganan
berikut:
1) Memberikan obat pengontrol tekanan darah dan suplemen vitamin
2) Menyarankan untuk bed rest di rumah atau di rumah sakit, dengan posisi
tidur menyamping ke kiri
3) Memantau kondisi janin dan ibu hamil secara berkala
Jika ibu hamil mengalami eklamsia, dokter akan memberikan obat
antikonvulsan. Suntikan magnesium sulfat (MgSO4) menjadi pilihan pertama
untuk menangani kejang pada eklamsia. Jika kejang yang tidak membaik dengan
pemberian magnesium sulfat, dokter dapat memberikan obat golongan
benzodiazepin dan phenytoin.
e. Komplikasi Eklamsia
Tanpa penanganan yang baik, eklamsia dapat menimbulkan komplikasi
serius, termasuk kematian ibu dan janin. Selain itu, ada beberapa komplikasi
yang dapat terjadi karena pengaruh persalinan atau pengobatan eklamsia,
antara lain:
1) Efek samping kejang, seperti lidah tergigit, patah tulang, cedera kepala,
aspirasi atau tertelannya ludah atau isi perut ke saluran pernapasan
2) Kerusakan sistem saraf pusat, perdarahan di otak, gangguan penglihatan,
bahkan kebutaan, akibat kejang yang berulang
3) Penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal akut
4) Kerusakan hati (sindrom HELLP) serta gangguan sistem peredaran darah,
seperti koagulasi intravena terdiseminasi (DIC)
5) Gangguan pada kehamilan, misalnya pertumbuhan janin terhambat, solusio
plasenta, oligohidramnion, atau bayi terlahir secara prematu
6) jantung koroner dan stroke
7) Peningkatan risiko untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia pada
kehamilan berikutnya
f. Pencegahan Eklamsia
Belum ada langkah pasti untuk mencegah preeklampsia dan eklamsia.
Namun, beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk menurukan risiko
terjadinya eklamsia pada ibu hamil:
1) Melakukan kontrol berkala
Kontrol berkala selama kehamilan perlu dilakukan agar deteksi dini dan
pengendalian hipertensi serta preeklampsia bisa dilakukan. Dengan
melakukan pengendalian terhadap preeklampsia, maka risiko terjadinya
eklamsia bisa diturunkan.
2) aspirin dosis rendah
Aspirin dalam dosis rendah mungkin akan diberikan dokter sesuai dengan
kondisi ibu hamil. Pemberian aspirin dapat mencegah penggumpalan darah
dan pengecilan pembuluh darah, sehingga dapat mencegah munculnya
eklamsia.
3) Menerapkan gaya hidup sehat
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal dan
berhenti merokok, dapat membantu menurunkan risiko eklamsia bila ibu
hamil.
4) Mengonsumsi suplemen tambahan
Suplemen dengan arginin dan vitamin juga diduga dapat menurunkan
risiko eklamsia jika dikonsumsi mulai trimester kedua kehamilan.
3. Pre-eklampsia
Preeklamsia adalah kondisi yang terjadi dan akibat dari tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol pada ibu hamil. Kondisi preeklamsia pada ibu hamil harus
segera ditangani. Jika tidak, kondisi preeklamsia dapat berkembang menjadi
eklampsia dan memiliki komplikasi yang fatal baik bagi ibu maupun bagi
janinnya.
b. Penyebab Preeklamsia
Penyebab dari preeklamsia dapat dihubungkan kepada beberapa faktor.
Para ahli mempercayai bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. Ibu
hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi
dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan memiliki reaksi
terhadap hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat
masuk ke plasenta menjadi terbatas.Penyebab dari pembentukan yang
abnormal ini antara lain adalah:
1) Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.
2) pada sel-sel darah.
3) pada sistem imunitas.
4) gen.
c. Gejala Preeklamsia
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan
darah tinggi biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu hamil
biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia memeriksakan
dirinya dalam kontrol rutin antenatal care baik ke bidan maupun ke dokter.
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan
preeklamsia, antara lain:
1) Nyeri kepala.
2) penglihatan (menjadi buram).
3) Nyeri perut kanan atas.
4) Mual dan muntah.
5) urin menurun.
6) jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
7) fungsi hepar.
8) napas.
9) Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
d. Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski
demikian, ada dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan
perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan
darah dan nutrisi untuk janin.Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh
darah menyempit dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil
terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan pada ibu hamil dan
janin.Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini
dinilai dapat memicu gangguan pada plasenta:
1) Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, dan gangguan darah
2) Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
3) Baru pertama kali hamil
4) Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
5) Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
6) lebih lebih dari satu janin
7) Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa
tubuh (IMT) ≥30 kg/m2
8) Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in
vitro fertilization)
9) Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga
e. Diagnosis Preeklamsia
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil,
serta riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarganya.Selanjutnya, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah, denyut
nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki,
dan tangan, serta kondisi kandungan.Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari
140/90 mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan jeda waktu 4 jam, dokter
akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosis
preeklamsia:
f. Obat-obatan
Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan
memberikan obat-obatan berikut pada ibu hamil yang mengalami
preeklamsia:
1) Obat antihipertensi
Obat antihipertensi biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil
sangat tinggi. Umumnya jika tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada
140/90 mmHg, tidak diperlukan pemberian obat antihipertensi.
2) Obat kortikosteroid
Obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi
sindrom HELLP. Selain itu, obat ini dapat mempercepat pematangan
paru-paru janin.
3) Obat MgSO4
Pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan MgSO4
untuk mencegah komplikasi, seperti kejang.
g. Komplikasi Preeklamsia
Jika tidak ditangani, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi, seperti:
1) Eklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi dan kejang
2) Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati
3) Penyakit jantung
4) Gangguan pembekuan darah
5) Solusio plasenta
6) Stroke hemoragik
7) Sindrom HELLP
Lahir prematur
Lahir dengan berat badan rendah
Neonatal respiratory distress syndrome (NRDS)
h. Pencegahan Preeklamsia
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa
hal yang bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:
1) Melakukan kontrol rutin selama kehamilan
2) Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki kondisi hipertensi
dan diabetes sebelum kehamilan
3) Menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan
ideal, mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang
tinggi garam, rajin berolahraga, dan tidak merokok
4) Mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral sesuai saran dokter
4. Hipetensi
Hipertensi, dikenal dengan istilah the silent killer atau pembunuh diam-diam
karena gejalanya sering tidak disadari dan setelah komplikasi baru disadari.
Penyakit ini bisa menyerang hampir setiap orang dalam berbagi kategori umur
baik tua maupun muda. Seseorang bisa dikategorikan mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya lebih dari 120/80 mmHg.
Penyebab dari tekanan darah tinggi atau hipertensi sangat beragam. Beberapa
dari penyebab penyakit ini, bahkan sering terabaikan. Berikut ini, adalah
kemungkinan penyebab yang bisa menjadikan seseorang menderita penyakit
yang muncul karena tekanan darah pada dinding arteri tak stabil ini.
b. Genetika, faktor risiko yang tidak bisa dihindari namun bisa dikontrol
Riwayat hipertensi pada keluarga juga adalah salah satu sebabnya, tak
heran jika anak-anak dari keluarga dengan riwayat hipertensi punya potensi
lebih besar untuk mengidap penyakit yang sama.
Jagalah pola makan Anda, sebab ternyata kelebihan berat badan atau
kegemukan adalah salah satu sebab penyakit hipertensi. Kondisi Overweight
pada seseorang berpengaruh pada sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang
berfungsi mengontrol volume darah dalam tubuh. Sistem ini akan rusak, saat
terjadi obesitas pada seseorang, sehingga darah yang keluar akan semakin
tidak terkendali, dengan demikian maka hipertensi bisa terjadi.
Garam yang dikonsumsi dalam waktu konstan dan jumlah tak terkontrol
akan menumpuk pada pembuluh darah. Akhirnya, dinding pembuluh darah
mengalami penebalan, inilah yang menjadikan saluran darah semakin sempit
dan menyebabkan tekanan darah kian tinggi.
Lansia yang berusia diatas 60 tahun dideteksi sebagai kelompok umur terbanyak
pengidap hipertensi. Ini terjadi karaena semakin bertambah usia, maka organ
tubuh, terutama pembuluh darah dan jantung sering mengalami penurunan fungsi.
Terlebih bila ditambah lagi dengan gaya hidup di masa muda yang tidak sehat,
peluang hipertensi juga akan semakin tinggi.
Tekanan dari kebutuhan hidup serta pekerjaan, apalagi yang tak terselesaikan
dan menumpuk memberikan andil bagi tingginya kinerja jantung. Ujungnya jantung
akan memompa darah lebih cepat. Salah satu tAndanya, kepala bagian belakang
sering pusing.
Sebagai contoh, bila saat dilakukan pengukuran maka dinyatakan tekanan darah
Anda adalah 130/90 mmHG, yang ini berarti 130 mmHg adalah tekanan sistolik
Anda dan 90 mmHg adalah tekanan diastolik Anda. Jika dalam beberapa
pemeriksaan ternyata tekanan darah tetap pada kisaran 140/90 mmHg maka
seseorang tersebut akan dinyatakan mengidap hipertensi atau darah tinggi. Saat
inillah maka sebaiknya perlu untuk waspada.
Ini karena, dampak ikutan dari penyakit hipertensi yang ditakutkan adalah
terjadinya serangan stroke. Sebab ditengai 50% kasus stroke terjadi disebabkan
penyumbatan pembuluh darah yang kebanyakan dipicu secara awal karena
hipertensi.
Etiologi
Sekitar 90-95% penyakit hipertensi belum dapat diketahui penyebabnya atau
biasadisebut dengan hipertensi primer atau hipertensi esensial. Diperkirakan
bahwa pakar-pakar keturunan hormonal, metabolik, emosi dan kebiasaan diet
menjadi pemicu terjadinya hipertensiesensial. Sedangkan 5-10% hipertensi
diketahui penyebabnya yang disebut hipertensi sekunder.Penyebab hipertensi
sekunder : hormonal, kelainan pada ginjal, kelainan intracranial danKoartasio aorta.
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa :
Sakit kepala
Pusing
Mudah marah (emosi meningkat)
Susah tidur
Rasa berat di tengkuk
Mudah lelah
Mata berkunang-kunang
Telinga berdengung
Diagnosis