Anda di halaman 1dari 10

Nama : Dwi Riastuti

NIM : 858912781
Kelas : BI PGSD
Absen : 05

MODUL 3. PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

KB 1. KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF


A. Latar Belakang
Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada
Tahun 1980,an, sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang
hanya menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis hanya dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan ketrampilan sederhana.
Tes tertulis hanya dapat mengukur sebagian kecil dari hasil belajar siswa dab tidak dapat
mengukur hasil belajar yang kompleks.

B. Konsep Dasar Asesmen Alternatif


Asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa
yang diperolah dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai
hasil belajar dan perkembangan hasil belajar siswa. Ada beberapa macam asesmen antara
lain sebagai berikut: a). Traditional Asessment, asesmen ini mengacu pada tes tertulis
(paper and pencil test). Asesmen tradisional hanya mengukur hasil belajar siswa dengan
menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes tertulis. b). Performance Asessment,
merupakan asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya
baik pengetahuan atau ketrampilan dalam bentuk kinerja nyata yang ditunjukkan dalam
bentuk penyelesaian suatu tugas, bukan hanya menjawab atau memilih jawaban yang
sudah tersedia. c). Authentic Asessment, merupakan asesmen yang menuntut siswa
mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan nyata di luar
sekolah. d). Portofolio Asessment, merupakan kumpulan hasil karya siswa yang disusun
secara sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil, dan kemajuan belajar yang dilakukan
siswa dari waktu ke waktu. e). Achievement Asessment, pengertian umum terhadap semua
usaha untuk mengukur, mengetahui, dan mendeskripsikan hasil belajar siswa, baik yang
dilakukan dengan tes tertulis, asesmen kinerja, potofolio, dan semua usaha untuk memperoleh
informasi hasil dan kemajuan belajar siswa. f). Alternative Asessmen, merupakan asesmen
yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis. jadi asesmen ini merupakan alternatif dari
asesmen tradisional (paper and pencil test).

C. Landasan Psikologis
Asesmen alternatif tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat memberi
informasi secara lengkap tentang proses pembelajaran. Asesmen alternatif dilakasanakan
berdasarkan terori belajar khususnya dari aliran psikologi alternatif. Beberapa teori
belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan asesmen alternatif adalah
sebagai berikut :
1. Teori Fleksibilitas Kognitif dari R.Spiro (1990),
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak
terstruktur.
2. Teori Belajar Burner (1966),
Menurut bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan siswa
dengan cara mengkontruksi sendiri gagasan baru atau konsep baru atas dasar
konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983),
Berdasarkan generative learning model, dalam belajar siswa harus aktif
memaknai apa yang sedang dipelajarinya.
4. Experiental Learnig Theory dari C.Rogers (1969),
Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu Cognitive learning yang
berhubungan dengan pengetahuan dan experiential learning yang berhubungan
dengan pengalaman. Teori ini menarik karena melibatkan pribadi siswa, inisiatif
siswa, penilaian siswa, penilaian diri siswa, dan dampak langsung yang terjadi
pada diri siswa dalam proses berfikir.
5. Multiple Intellegent Theory dari Howard Gardner (1983),
Menurut Gardner Intelegensia didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
yang digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan untuk
menunjukkkan suatu produk yang dihargai oleh satu atau lebih budaya. Menurut
Gardner ada delapan kemampuan pada setiap individu yaitu : 1) Linguistik, 2)
Logical-mathematic, 3) Visual-spatial, 4) Bodily-kinesthetic, 5) Musical, 6)
Intrapersonal, 7) Interpersonal, dan 8) Naturalist.

D. Keungggulan dan Kelemahan Asesmen Alternatif


1. Keunggulan asesmen alternatif antara lain :
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan ketrampilan- ketrampilan yang
tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional.
b. Menyajikan hasil penilaian yang hakiki, langsung, dan lengkap.
c. Meningkatkan motivasi siswa. pada saat anada telah memutuskan akan
menggunakan asesmen alternatif untuk menilai kinerja siswa, anda harus
menyampakan dan mendiskusikan dengan siswa mengenai perencanaan yang
telah anda buat.
d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata. Asesmen alternatif
menekankan kepada apa yang dapat ditunjukkan atau dikerjakan oleh siswa
bukan apa yang diketahui siswa.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfevaluation. Dengan
menggunakan asesmen alternatif maka siswa akan mampu melakukan
evaluasi diri terhadap hasil karyanya.
f. Membantu guru untuk menila efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Meningkatkan daya tranferabilitas hasil belajar. Penilaian dalam arti asesmen
menghendaki hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kelemahan asesmen alternatif
a. Membutuhkan banyak waktu
Jika anda melakukan asesmen maka padatahap awal anda harus membuat
perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut perlu didiskusikan dengan
siswa. jika hal ini dilakukan maka guru akan memerlukan waktu yang sangat
banyak.
b. Adanya unsur subjektivitas dalam penskoran
Pemberian skor dalam asesmen alternatif (asesmen kinerja atau fortofolio)
dilakukan dengan menggunakan pedoman penskoran (rubric).
c. Ketetapan pensekoran rendah
Rendahnya ketetapan penskoran ini disebabkan karena anada tidak dapat
memberi skor yang sama untuk hasil karya beberapa siswa yang mempunyai
kualitas sama
d. Tidak tepat untuk kelas besar
Pada asesmen, frekuensi penilaian secara individu jauh lebih besar daripada
penilaian secara kelompok.pada saat pelaksanaan pembelajaran dan saat
asesmen guru harus mengamati dan memberikan umpan balik satu persatu.
Maka asesmen ini tidak cocok jika siswa yang ada dikelas jumlahnya banyak/
lebih dari 20 anak.

KB 2. BENTUK ASESMEN KERJA

A. Tugas (Task)
Asesmen kinerja ini meminta anak untuk melakukan sesuatu atau menunjukkan
kinerjanya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru. Berikut adalah beberapa jenis
tagihan untuk keberhasilan siswa dalam unjuk kerja.
1. Computer adaptive testing
Merupakan tes berbantuan komputer yang dapat digunakan untuk menilai hasil
belajar siswa sesuai dengan kemampuannya.
2. Tes pilihan ganda yg diperluas
Merupakan tes pilihan ganda dimana dalam pengerjaannya siswa tidak hanya diminta
untuk memilih salah satu jawaban yang paling tepat tetapi mereka juga diminta untuk
memberikan alasan mengapa dia memilih jawaban itu.
3. Tes uraian terbuka
Tes uraian terbuka ini digunakan untuk menilai kinerja siswa atau kemampuan siswa
dalam penalaran, logika, serta kemampuan dalam menuangkan ide dalam bentuk
tulisan.
4. Tugas individu
Tugas – tugas individual yang harus dikerjakan secara mandiri. Tugas guru adalah
menilai kinerja anak selama mengerjakan tugas dan menilai produk dari tugas
tersebut.
5. Tugas kelompok
Tugas- tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Tugas guru adalah melakukan
pengamatan terhadap kinerja kelompok tersebut.
6. Proyek
Tugas yang diberikan kepada siswa (individu atau kelompok) untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang kompleks dalam jangka waktu tertentu.
7. Interview
Tugas yang diberikan kepada siswa (individu atau kelompok) untuk melakukan
wawancara dengan orang lain dan kemudian membuat laporan hasil wawancara.
8. Pengamatan
Tugas individu atau kelompok yang diberikan kepada siswa untuk melakukan
pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan oleh guru.

B. Kriteria Penilaian (Rubric)


Rubrik terdiri dari daftar kriteria yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi
kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai disertai dengan gradasi mutu
untuk setiap kinerja tersebut, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan
tingkat yang paling buruk. Berdasarkan kegunaanya rubrik dapat dibedakan menjadi dua
yaitu rubric holistic dan rubric analytic rubric.
a. Holistic Rubric
Merupakan rubric yang deskripsi kinerjanya dibuat secara umum. Karena
deskripsi kinerjanya dibuat umum maka biasanya holistic rubric dapat digunakan
untuk menilai berbagai jenis kinerja. Secara umum aspek-asoek yang perlu
diperhatikan dalam menilai kinerja siswa antara lain; a) kualitas pengerjaan tugas, b)
kreativitas dalam mengerjakan tugas, dan c) produk tugas.
b. Analytic rubric
Merupakan rubric yang dimensi atau aspek – kinerjanya serta deskripsi setiap
aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang seperti itu, analytic rubric hanya
dapat digunakan untuk menilai kinerja tertentu.

KB 3. ASESMEN PORTOFOLIO

A. Pengertian dan Tujuan Portofolio


Portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang dapat menunjukan
pencapaian dan perkembangan hasil belajar siswa. Tiga prisnsip dalam asesmen
portofolio yaitu : collect, select, reflect. Tujuan penggunaan portofolio adalah untuk
mencapai salah satu dari tiga tujuan berikut:
1. Menunjukan hasil perkembangan hasil belajar siswa
2. Menunjukan kemampuan siswa secara langsung
3. Menilai secara keseluruhan pencapaian belajar siswa

B. Perencanaan Portofolio
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan portofolio adalah seagai berikut :
1. Menentukan kriteria atau strandart yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan-rumusan hasil
belajar yang dapat diamati.
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum
untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti-
bukti portofolio dan melengkapi penilaian.
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder)
denganm portofolio siswa.
5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti
yang dikumpulkan.
7. Menentukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan
informasi dan keputusan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, atau isi agar kita dapat
membandingkan.

C. Pelaksanaan Portofolio
Dalam pelaksanaan ini, tugas guru adalah :
1. Mendorong dan memotivasi siswa
Berikan dorongan, semangat, dan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan karya
terbaik.
2. Memonitor pelaksanaan tugas
Selama pelaksanaan tugas, guru harus memonitor perkembangan tugas. Guru perlu
melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna mendiskusikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi siswa.
3. Memberikan umpan balik
Berikanalah umpan balik secara berkesinambungan. Dalam setiap pertemuan guru dapat
memberikan umpan balik kepada siswa.
4. Memamerkan hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa dengan mengundang stakeholders yang berhubungan
langsung dengan portofolio siswa seperti guru, murid itu sendiri, teman sekelas, orang
lain di luar kelas yang mengetahui persis kemampuan siswa, serta orang tua siswa.

5. Pengumpulan Bukti Portofolio


Tidak semua kumpulan karya siswa yang disimpan dalam folder selama satu
semester atau satu tahun termasuk portofolio. Kumpulan karya siswa dapat dikatan
sebagai portofolio jika kumpulan karya tersebut merupakan representasi dari kumpulan
karya terpilih yang menunjukkan pencapaian dan perkembangan belajar siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
6. Tahap Penilaian
1.Peniliaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama antara
guru dengan siswa pada awal pembelajaran.
2. Kriteria penilaian yang disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada perubahan atau
persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria tersebut, maka masalah tersebut
harus dibacarakan antara guru dan murid.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya.
4. Penilaian asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan.

KB 4. PENILAIAN RANAH AFEKTIF


A. Konsep Dasar

Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yg sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi
afektif siswa. siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan
merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal.

Menurut Krathwohl (dalam Gronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri atas 5 level
yaitu ; 1) receiving, 2) responding, 3) valuing, 4) organization, dan 5) characterization. Level
yang paling rendah adalah receiving dan paling tinggi characterization.

1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatau gejala atau stimulus
misalnya aktivitas dalam kelas, buku, atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
3. Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai, keyakinan, atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan
nilai yang lain dan konflik anatarnilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun
sistem nilai internal yang konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa
sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu
tertentu hingga menjadi pola hidupnya.

Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
1. Sikap, didefinisikan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif
atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau, orang.
2. Minat, adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong
seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian.
3. Konsep diri, adalah penilaian uang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan diri sendiri. Konsep diri penting untuk menentukan jenjang karis siwa.
4. Nilai, merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku
yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik.

B. Beberapa Cara Penilaian Ranah Afektif

Menurut Ercson, penilaian ranah afektif dapat dilakukan dengan cara :

1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku
siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar, atau kejadian.
2. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaann terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah
disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pertanyaan ataupun pilihan bentuk angka.
4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal
siswa. para siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannya.
5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku
seseorang dimana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamatai.

C. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Afektif.


Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya, pengembangan alat
ukur afektif dimulai dengan :
1. Merumuskan tujuan pengukuran afektif.
2. Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur
3. Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur
4. Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indikator.
5. Menggunakan indikator sebagai acuan pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen.
6. Meneliti kembali setiap butir pertanyaan.
7. Melakukan uji coba
8. Menyempurnakan instrumen.
9. Mengadministrasikan instrumen.

Anda mungkin juga menyukai