Disusun Oleh :
Kelompok 5
A. DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi pada saluran kemih yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra. Secara klinis, ISK dikategorikan menjadi ISK tanpa
komplikasi dan ISK dengan komplikasi. ISK tanpa komplikasi terjadi pada individu yang
sehat dan tanpa kelainan struktural atau neurologi dari traktus urinarius. Sedangkan ISK
dengan komplikasi terjadi pada individu dengan kelainan pada traktus urinarius atau
pertahanan tubuh, mencakup obstruksi urinarius, retensi urin akibat kelainan neurologis,
imunosupresan, gagal ginjal, transplantasi ginjal, kehamilan, dan adanya benda asing seperti
kalkulus, dan pemasangan kateter. Secara anatomi, ISK dibedakan menjadi ISK bagian
bawah (sistits) dan ISK bagian atas (pielonefritis).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih. Normalnya, air kemih tidak mengandung bakteri,
virus, atau mikroorganisme lain. Sebanyak 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya
terkena diagnosis menderita ISK.
Infeksi ini lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pria karena perbedaan
struktur anatomi. Berdasarkan data penelitian epidemiologi klinik, 25-35% perempuan lebih
sering terkena ISK karena uretra perempuan lebih pendek sehingga bakteri kontaminan
(Escherichia coli) lebih mudah menuju kandung kemih. Selain itu, letak saluran kemih
perempuan lebih dekat dengan rektal sehingga kuman lebih mudah masuk ke saluran kemih,
sedangkan uretra laki-laki lebih panjang dan ada cairan prostat yang memiliki sifat
bakterisidal sebagai pelindung terhadap infeksi oleh bakteri.
B. Prevalensi
World Health Organization (WHO) membuktikan bahwa Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan
dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini lebih sering dijumpai pada
wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia
setelah Cina, India dan Amerika Serikat (WHO, 2013).
Hasil survey di rumah sakit Amerika Serikat membuktikan kematian yang timbul dari
Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 (2,3 % angka kematian). Pada usia
muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65 tahun angka
infeksi saluran kemih sebesar 20% (Sochilin, 2013).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah penderita ISK di
Indonesia masih cukup banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya
atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Kemenkes, 2016).
C. Etiologi
Escherichia coli (E.coli) adalah kuman penyebab tersering yakni sekitar 60-80% pada
ISK serangan pertama. Adapun kuman lain yang penyebab ISK yaitu Proteus mirabilis,
Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa,
Enterobakter aerogenes, Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus.
Bakteri patogen naik dari perineum, menyebabkan infeksi ini muncul. ISK sering
terjadi pada wanita dikarenakan wanita memiliki uretra lebih pendek daripada pria. Hal
tersebut memicu bahwa wanita jauh lebih rentan terhadap ISK. Sangat sedikit ISK tanpa
komplikasi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui darah. Escherichia coli
adalah organisme yang paling umum pada ISK tanpa komplikasi dengan margin yang besar.
D. Faktor Risiko
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi, mulai dari infeksi
berulang yang bisa ringan hingga mengancam jiwa. Faktor risiko utama ISK adalah
penggunaan kateter. Manipulasi uretra juga merupakan faktor risiko. Hubungan seksual dan
penggunaan spermisida dan diafragma juga merupakan faktor risiko ISK. Pemeriksaan
panggul yang sering dan adanya kelainan anatomi saluran kemih juga dapat menjadi
predisposisi ISK.
ISK sangat umum terjadi setelah transplantasi ginjal. Dua pemicu tersebut antara lain
penggunaan obat imunosupresif dan refluks vesikoureteral. Faktor risiko lain termasuk
penggunaan antibiotik dan diabetes mellitus.
Menurut komala, dkk (2013) faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih antara lain
personal hygiene, kontrasepsi, aktivitas seksual, genetik, hormonal, diabetes dan imun.
Infeksi saluran kemih lebih banyak pada pasien DM terutama perempuan (Black & Hawks,
2009).
Menurut Price (2006) faktor-faktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran
kemih yaitu obstruksi saluran kemih, jenis kelamin, umur kehamilan, reflek vesikuler,
peralatan, kandung kemih neurogenik, penyalahgunaan analgesik secara kronik, penyakit
ginjal, penyakit metabolik (diabetes, gout, batu).
E. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi biasanya hanya melibatkan kandung kemih.
Saat bakteri menyerang dinding mukosa kandung kemih, munculah reaksi inflamasi yang
disebut sistitis dihasilkan. Kebanyakan organisme penyebab ISK adalah koliform enterik
yang biasanya berada di introitus vagina periuretra. Organisme ini naik ke uretra ke dalam
kandung kemih kemudian menyebabkan ISK. Hubungan seksual tenyata juga sebagai
penyebab umum ISK karena mendorong migrasi bakteri ke dalam kandung kemih. Orang
yang sering berkemih dan mengosongkan kandung kemih cenderung memiliki risiko ISK
yang lebih rendah.
Urine merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor yang
menghambat pertumbuhan bakteri adalah pH kurang dari 5, adanya asam organik dan kadar
urea yang tinggi. Sering buang air kecil dan volume urin yang tinggi juga diketahui dapat
menurunkan risiko ISK.
Bakteri penyebab ISK cenderung memiliki adhesin pada permukaannya yang
memungkinkan organisme tersebut akan menempel pada permukaan mukosa urothelial.
Uretra yang pendek juga memudahkan uropatogen untuk menyerang saluran kemih. Wanita
premenopause memiliki konsentrasi besar laktobasilus di vagina dan pH asam yang
mencegah kolonisasi dengan uropatogen. Namun, penggunaan antibiotik dapat menghapus
efek perlindungan ini.
F. Tanda Dan Gejala
Infeksi saluran kemih memiliki gejala yang tak selalu terlihat ataupun terasa. Namun,
biasanya gejala umum yang muncul adalah :
● Frekuensi berkemih meningkat atau biasa disebut dengan anyang-anyangan
● Terasa terbakar saat berkemih
● Sering berkemih dengan volume urine yang sedikit
● Urine berwarna kemerahan atau coklat dan terlihat keruh
● Bau urine tidak sedap dan menyengat
● Nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri pinggang
G. Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin rutin, kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protokol
standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik
transportasi sampel urin harus sesuai dengan protokol yang dianjurkan. Investigasi lanjutan
terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus berdasarkan indikasi yang kuat.
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis
yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal imaging procedures untuk investigasi faktor
predisposisi ISK termasuk ultrasonogram (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV,
micturating cystogram), dan isotop scanning (Suprayudi, 2007)
H. Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih dapat menyebabkan gagal ginjal akut, sepsis,
meningitis, dan bakteremia. Komplikasi ISK jangka panjang juga menyebabkan parut ginjal,
hipertensi, gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal
terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.
I. Pencegahan
Cara mencegah terjadinya infeksi saluran kemih, meliputi :
1) Jangan menahan buang air kecil, segera buang air kecil saat terasa
2) Konsumsi air mineral untuk mendorong bakteri keluar
3) Segera buang air kecil setelah berhubungan seksual
4) Ganti pakaian dalam setiap hari agar tidak memicu berkembang biaknya
bakteri
5) Basuh kemaluan dari arah depan ke belakang
6) Pakai pakaian dalam dengan bahan katun
7) Hindari memakai celana ketat
J. Pengobatan
Pengobatan infeksi saluran kemih adalah dengan mengonsumsi antibiotik. Antibiotik
menjadi metode pengobatan yang lazim pada kalangan orang dewasa maupun anak-anak.
Antibiotik dapat membunuh bakteri-bakteri yang menjadi pemicu infeksi. Pemberian jenis
antibiotik bergantung pada tingkat keparahan dan frekuensi infeksi serta usia pasien.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari artikel ini adalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu
infeksi yang paling banyak terjadi di rumah sakit. ISK sering terjadi pada wanita karena
memiliki uretra yang lebih pendek dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya ISK adalah penggunaan kateter, obstruksi saluran kemih, jenis
kelamin, umur kehamilan, reflek vesikuler, peralatan, dan penyakit diabetes. Peranan
pencitraan sangat penting untuk mencari faktor predisposisi, dan jenis pemeriksaan
tergantung pada tujuan dan fasilitas yang tersedia. Deteksi kelainan saluran kemih,
meningkatkan strategi pemanfaatan pemeriksaan, dan penggunaan antibiotik yang tepat akan
menurunkan terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bono, M. J., & Reygaert, W. C. (2021). Urinary Tract Infection. In StatPearls. StatPearls
Publishing. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29261874/
Sabih, A., & Leslie, S. W. (2021). Complicated Urinary Tract Infections. In StatPearls.
StatPearls Publishing. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28613784/
Klein, R. D., & Hultgren, S. J. (2020). Urinary tract infections: microbial pathogenesis, host-
pathogen interactions and new treatment strategies. Nature reviews. Microbiology, 18(4),
211–226. https://doi.org/10.1038/s41579-020-0324-0
Hartanti, R. D. (2020). Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pasien Infeksi Saluran Kemih di
Instalasi Rawat Inap RSUD Soe. CHMK Pharmaceutical Scientific Journal, 3(2), 152-165.
http://cyber-chmk.net/ojs/index.php/farmasi/article/view/647
Leung, A., Wong, A., Leung, A., & Hon, K. L. (2019). Urinary Tract Infection in Children.
Recent patents on inflammation & allergy drug discovery, 13(1), 2–18.
https://doi.org/10.2174/1872213X13666181228154940
Herlina, S., & Mehita, A. K. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Saluran
Kemih Pada Pasien Dewasa Di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 2(2). https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Gantari/article/view/861
Roberts, K. B. (2011). Urinary Tract Infection: Clinical Practice Guideline for the Diagnosis
and Management of the Initial UTI in Febrile Infants and Children 2 to 24 Months. American
Academy of Pediatrics. 128(3) 595-610. https://doi.org/10.1542/peds.2011-1330
Pardede, S. O. (2011) KONSENSUS INFEKSI SALURAN KEMIH ANAK. Unit Kerja
Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tersedia di
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Konsensus_-Infeksi_
-Saluran.pdf.pdf