Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

“ IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN ”

Di Susun Oleh :

Nama Anggota : - Indah Safitri (21.71.024345)


Kelompok - Popi Anggriani (21.71.024341)

Kelompok :5
Kelas : Farmasi D
Mata Kuliah : Kemuhammadiyahan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya makalah
dengan judul “ Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan ”, ini dapat tersusun
sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
beberapa pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa menjadi acuan pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Kami sebagai penyusun makalah sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

PalangkaRaya, 13 November 2021

penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam Islam dan iman terkumpul agama secara keseluruhan.
Sebagaimana Nabi Shalallahu alaihi wasalam membedakan makna Islam, iman
dan ihsan. Dalam hadists Jibril, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa ia berkata, “Ketika Rasulullah Shalallhu alaiji
wasalam pada suatu hari keluar berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba
datanglah Jibril dan bertanya, “Apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Iman
adalah engkau beriman kepada Allah, Para Malaikat-Nya, kita-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan engkau beriman dengan hari Kebangkitan.”. Dia bertanya lagi
“Apakah Islam itu?” Beliau menjawab, “Islam adalah engkau menyembah Allah
dan tidak berbuat syirik kepada-Nya, engkau mendirikan sholat, membayar zakat
yang diwajibkan, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.”
Dia bertanya lagi “Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab “Engkay
menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat
melihatnya maka sesungguhnya ia melihatmu.” Dia bertanya lagi “ Lalu kapankah
Kiamat tiba?” Beliau menjawab, “Orang yang ditanya tentang kiamat tidak lebih
mengetahui dari pada si penanya. Tetapi saya beitahukan kepadamu beberapa
tandanya, yaitu jika wanita budak melahirkan tuannya , jika para penggembala
unta hitam telah berlomba-lomba meninggikan bangunan.( Ilmu tentang hari
kiamat termasuk dalam lima perkara yang tidak diketahui kecuali Allah)”.
Kemudian dia pergi, lalu nabi bersabda, “Kembalikan dia!” Tetapi orang-
orang tidak melihat sesuatu. Beliau kemudian bersabda, “Dia adalah Jibril, dating
kemari untuk mengajari manusia tentang agama-nya.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Al-
Iman, Bab Su’alu Jibril An-Nabi wa anil Iman wal Islam wal Ihsan, no 50)
Namun pada zaman sekarang ini banyak orang disekitar kita yang
melupakan tentang keimanan kita kepada Allah SWT yang sesungguhnya,
sehingga sangat diperlukan banyak pengetahuan tentang iman dan pengaruhnya
pada kehidupan kita ini.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka kami
kemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Hakikat Islam
2. Bagaimana Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal
3. Bagaiman mengetahui Karakteristik dan Sifat orang yang Beriman
4. Apakah Hal-hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman
C. Tujuan Penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami
capai,adalah untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan
pengaruhnyadalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Iman
Menurut definisinya, kata iman berarti membenarkan,
mempercayai.Artinya, membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan
dibuktikandengan perbuatan. Dasarnya adalah hadits riwayat Ibnu Majah dari Ali
R.A,bahwa iman itu ma’rifat di hati, pengakuan dengan lisan, dan pekerjaan
dengan anggota tubuh.
Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang iman, beliau menjawab: Ucapanyang
disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat, dan dilandasidengan
Sunnah. Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatanadalah
kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niatadalah
nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpadilandasi
dengan sunnah adalah bid’ah (Al-Islam, 1999a).
Dari pengertian iman secara syari’at dan hakikat ini, imam Ghazali
membagi iman manusia kepada tiga tingkatan:
Iman tingkat pertama adalah imannya orang-orang awam yaitu
imannyakebanyakan orang yang tidak berilmu. Mereka beriman karena taklid
semata.Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama ini, kalau kamu diberi tahu
olehorang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu mengenal dia belum
pernahberdusta serta kamu tidak merasa ragu atas ucapannya, maka hatimu akan
puasdan tenang dengan berita orang tadi dengan semata-mata hanya mendengar
saja.
Iman yang semacam ini tidak jauh berbeda dengan imannya orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang juga merasa tenang dengan hal-hal yang mereka
dengardari ibu, bapak dan guru-guru mereka. Bedanya adalah mereka
memperoleh ajaran yang salah dari orang tua dan guru-guru mereka, sedangkan
orang-orangIslam mempercayai kebenaran itu bukan karena melihat kebenaran
karenapenyaksiannya terhadap Allah, tetapi karena mereka telah diberikan ajaran
yanghaq, yang benar.
Selanjutnya iman tingkat kedua yaitu imannya orang-orang ahli Ilmu
Kalam yaitu dimana mereka beriman cukup berdasarkan dalil aqli dan naqli, dan
mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat kedua ini tidak jauh berbeda
derajatnya dengan iman tingkat pertama. Sebagai contoh, apabila ada orang yang
mengatakan kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian kamu mendengar
suaranya, maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu menunjukkanadanya
Zaid di rumah tersebut. Lalu hatinya menetapkan bahwa suara orangtersebut
adalah suara si Zaid.
Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur dengan dalil dan
kesalahan pun juga mungkin terjadi karena mungkin saja ada yang berusaha
menirukan suara tadi, tetapi yang mendengarkan tadi merasa yakin dengan apa
yang telah di dengarnya, karena ia tidak berprasangka buruk sama sekali dan ia
tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi imannya orang-orang ahli
ilmu kalam masih terdapat kesalahan dan kekeliruan padanya.
Adapun Iman tingkat ketiga yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang
telah mempelajari tarekat. Mereka beriman kepada Allah dengan
pembuktianmelalui penyaksian kepada Allah. Sebagai perumpamaan: Apabila
kamu masukke dalam rumah, maka kamu akan melihat dan menyaksikan Zaid itu
denganpandangan mata kamu. Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang
dikatakaniman yang sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian
melaluipenyaksian mata hatinya, maka mustahil mereka terperosok ke jurang
kesalahan

B. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal


Ketika membahasa masalah hubungan antara suatu hal dengan hal
yanglainnya, maka tentunya pertama kita harus memahami hal tersebut satu
persatu,agar bisa menemukan kesamaan yang bisa menghubungkan hal-hal
tersebut.Begitu pula dalam mencari hubungan antara Iman, Ilmu, dan Amal.

1. Iman
Iman artinya percaya atau yakin. Sedangkan menurut istilah Iman adalah
membenarkan dan meyakinidengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
dilakukan dengan amal.Sehingga, iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati kalau AllahSWT itu ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaan yang melekat kepada-Nya, mengakuinya dengan ikrar secara lisan,
dan mewujudkannya dengan bukti secara amal atau tindakan.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan diatas. Apabila seseorang
mengaku dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

2. Ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja dalam Bahasa Arab yaitu alima yang
artinya memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam
bentuk jamak adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya,
dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Dengan keyakinan inilah manusia
melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu yang kaya, namun
miskin dalam mengamalkannya maka akan, ilmunya itu sia-sia.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu, banyak dipengaruhi
oleh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

3. Amal
Secara bahasa Amal berasal dari Bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal
saleh adalah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia
dan balasan pahala di akhirat. Pengertian amal dalam Islam adalah setiap amal
saleh, atau setiap tindakan kebajikan yang diridhahi Allah SWT. dengan
demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah seperti shalat dan
puasa semata. Mulai dari berdagang, belajar, bahkan berpolitik merupakan
tindakan amal selama semua itu dijalakan selaras dengan ridha Allah SWT.
Islam memandang bahwa amal adalah manifestasi keimanan seseorang
kepada Allah SWT. Islam bukan sekedar keyakinan, melainkan amalan saleh
menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan Allah
SWT. Sedangkan amal saleh yang dilakukan tampa keimanan kepada AllahSWT
akan tidak bernilai disisi-Nya.
Dari penjelasan diatas mengenai Iman, Ilmu, dan Amal, dapat ditarik
benang merah yang bisa menghubungkan mereka. Sehingga bisa membuktikan
kalau Iman, Ilmu, dan Amal merupakan tiga kesatuan yang utuh yang tida bisa
dipisahkan satu sama yang lainnya.
Beriman yang berarti meyakini kebenaran Allah SWT dan
RasulullahSAW, harus dijalani dengan penuh ketaatan untuk melaksanakan ajaran
Islam.Untuk menjalankan ajaran Islam, terlebih dahulu kita perlu memahami
ajaran Islam tersebut dengan benar, sehingga tidak menyimpang dari apa yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.Sehingga kemudian muncul keterkaitan antara
Iman dan Ilmu yang dimana dengan adanya Ilmu, Iman kita akan lebih
mantap,dan dengan adanya Iman, Ilmu kita bisa lebih terkontrol dan tidak
membuat kita menjadi orang yang sombong akan Ilmu kita.
Sama hal Iman dan Ilmu, Iman dan Amal juga memiliki keterkaitan yang
erat, dimana Amal merupakan wujud dari keimanan seseorang yang dilakukan
dengan penuh hati. Sehingga orang yang beriman harus menjalankan amalan
keislaman, seperti shalat, puasa, haji, zakat, dan lain-lain.
Namun, untuk mejalankan amalan islam, tentunya kita perlu ilmu tentang
ajaran islam tersebut. Sehingga, amalan yang kita lakukan akan berjalan sesuai
dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dan akan menekan yang
namanya Bid’ah dalam ibadah. Selain itu juga, amalan yang dilandasi dengan
ilmu akan lebih bernilai, begitu pula sebaliknya ketika ilmu itu diamalkan akan
lebih bernilaikepada kita dan orang lain disekitar kita.

C. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman


Orang yang beriman kepada Allah swt memiliki ciri ciri tersendiri.
Samahalnya dengan rusa yang diburu tanduknya, gajah yang diincar gadingnya
serta badak yang diambil culanya. Tanpa tanda tersebut, maka hilanglah
keindahan yang dimiliki oleh binatang tersebut.
Begitu pula dengan manusia yang beriman. Dalam Al-Qur an Surah Al-
Anfal ayat 2, dijelaskan tanda-tanda orang yang beriman.

َ ُ‫ين ْال ُم ْؤ ِمن‬


‫ون إِنَّ َما‬ َ ‫ت هَّللا ُ ُذ ِك َر إِ َذا الَّ ِذ‬
ْ َ‫ت َوإِ َذا قُلُوبُهُ ْم َو ِجل‬ ْ َ‫آيَاتُهُ َعلَ ْي ِه ْم تُلِي‬
‫ون َربِّ ِه ْم َو َعلَ ٰى إِي َمانًا َزا َد ْتهُ ْم‬ َ ُ‫يَتَ َو َّكل‬

Artinya :
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya
bertambahlah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.”
Dalam ayat di atas dikatakan bahwa ciri orang yang beriman ialah sebagai
berikut :
1. Bergetar hatinya, apabila disebut nama Allah SWT. Bagaimana hati
manusia bisa bergetar saat disebut nama Allah? Dalam hidup Allah hanya
memberikan satu hati kepada manusia. Di hati itu terkumpul sejuta rasa. Apa yang
mengambil tempat terbesar di hati, maka itulah yang membuat hati kita bergetar
kepada hal tersebut. Jadi apabila hati sebagian besar diisi dengan harta, atau diisi
dengan kekuasaan dan jabatan, maka itulah yang akan membuat hati bergetar,
sementara orang yang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah, sehingga
apabila disebut nama Allah, maka bergetarlah hatinya.
2. Beriman dengan perkara-perkara ghaib, yaitu percaya kepada perkara-
perkara Allah yang telah diberitahu oleh Allah melalui lidah rasul-Nya SAW,
dimana perkara-perkara tersebut tidak mampu dipikirkan oleh akal dan pancaindra
manusia, seperti zat Allah Azza wa Jalla, Alam Akhirat, Malaikat, Syurga,
Neraka, Alam Kubur, Alam Mahsyar, Titian Sirat, Jin-jin, Siksaan Kubur, Arasy,
Allah dan lain-lain lagi.
3. Mendirikan Sholat, ciri orang yang beriman adalah orang yang patuh dan
taat atas perintah Allah SWT. Salah satu bentuk bukti ketaatannya adalah
melakukukan kewajiban yang Allah perintahkan seperti mendirikan sholat lima
waktu dan beberapa macam sholat Sunnah.
4. Menafkahkan sebagian rezeki yang Allah telah anugerahkan, dalam
bentuk zakat waji atau zakat sunat (Sedekah) kepada kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta dan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya.
5. Mengimani dan meyakini adanya kehidupan di akhirat, setelah
berakhirnya kehidupan di dunia ini, disanalah segala amalan kita akan dinilai dan
dihisab dengan penilaian dan penghisaban yang maha adil kemudian akan dibalas
oleh Allah dengan balasan yang setimpal dengan apa yang kita kerjakan di dunia
ini. Baik itu akan mendapatkan balasan Syurga atau Neraka tergantung dari amal
ibadah yang kita lakukan.
6. Menepati janji apabila berjanji, jika kita berjanji baik itu terhubung kait
dengan Allah atau dengan sesama manusia patutlah kita menepatinya, karena jika
berjanji artinya berhutang maka hutang harus dilunasi.
7. Bersabar dalam menghadapi cobaan, kesulitan dan penderitaan,
bagaimanapun beratnya cobaan hidup, kita harus tetap bersabar dan terus
menjalaninya, niscaya Allah swt akan membalas kesabaran kita dengan hal-hal
baik yang tak dapat kita duga.
8. Mampu mengendalikan api kemarahan (emosi), sebagai orang yang
beriman tentu menyadari bahwa pengaruh rasa marah akan berakhir pada hal yang
tidak baik, rasa marah adalah hal yang di dorong oleh bisikan syaitan atau jin yang
mempengaruhi kita pada hal yang buruk, oleh sebab itu tentu kita harus mampu
mengendalikan rasa marah, selalu membawa suasana hati dan pikiran yang dingin
dalam menghadapi sesuatu.
9. Memaafkan kesalahan orang lain, sesungguhnya Allah SWT itu maha
pemaaf walau sebesar apapun kesalahan hambanya. Kita sebagai manusia biasa
haruslah mampu memaafkan kesalahan sesama kita. Jangan ada rasa untuk
membalas dendam karna itu adalah sifat yag tidak disukai oleh Allah SWT.
10. Selalu mengingat Allah dalam bertindak, setiap kali kita ingin
mengambil tindakan tentu kita harus mengingat Allah, baik itu tidakan yang
mengarah pada hal positif maupun hal negative.
11. Menjaga kebersihan dan menutup aurat, sebagai seorang muslim
terutama wanita, diwajibkan untuk menjaga kebersihan dan menutup aurat
sebagimana yang telah diperintahkan.
12. Tidak bersifat sombong, Sifat sombong merupakan sifat meninggikan
diri dari orang lain. Hal ini merupakan hal yang tidak baik dan hal yang tidak
disukai Allah. Sebagai orang yang beriman akan lebih baiknya kita menjadi orang
yang rendah hati, dan ramah tamah.
13. Selalu memohon ampunan kepada Allah Swt, setiap orang pasti pernah
melakukan kesalahan yang berat maupun ringan namun Allah akan selalu
memaafkan kesalahan hambanya yang besungguh-sungguh memohon ampunan
dan bertaubat serta selalu berada di jalan yang diridoi Allah.

D. Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman


Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang
menjadi larangan Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita
kepada Allah, sehingga ketika kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan
Allah maka keyakinan kita akan Allah itu dapat berkurang atau diragukan.
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman :
1. Syirik
Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan secara
terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada selain Allah di samping
berdoa kepada Allah, mempersembahkan ibadah kepada selain Allah.
2. Takabbur atau Sombong
Lawan dari sikap tawadhu’ adalah takabbur atau sombong yaitu sikap yang
menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu orang
sombong akan menolak kebenaran, kalau kebanaran itu dating dari orang yang
dianggap statusnya lebih rendah darinya.
Sifat sombong adalah warisan dari Iblis yang menolak Allah SWT, untuk
bersujud kepada nabi Adam As, dikarenakan iblis menganggap dirinya lebih
mulia dari pada Nabi Adam As. Nabi Adam As. Diciptakan dari tanah sedangkan
Iblis diciptakan dari api.
3. Khianat
Lawan kata dari amanah adalah khianat, yang merupakab sebuah sifat yang
sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh
Allah SWT, apalagi kalau yang dikhianatinya adalah Allah dan Rasul-Nya. Oleh
sebab itu Allah melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah.
4. Berbohong
Sifat berbohong adalah sifat yang merupakan kebalikan dari shidiq.
Rasulullah SAW. Menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi
pembohong.
Seorang mukmin harus menjauhi segala bentuk kebohongan, baik dalam
bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu, fitnah, gunjing atau
bentuk-bentuk lainnya.
5. Ja’za
Lawan dari sifat sabar adalah jaza’ yang berarti gelisah, sedih,keluh kesah,
cemas, dan putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentukanya adalah sifat yang
tercela. Orang yang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan
mengalami kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan
perjuangan.

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Orang-orang yang beriman sesungguhnya adalah orang-orang yang
lembut hatinya dan takut kepada Allah ketika nama-Nya disebut,
keyakinan mereka bertambah dengan mendengar ayat-ayat Allah. Mereka
tidak mengharapkan kepada selain-Nya, tidak menyerahkan hati mereka
kecuali kepada-Nya, tidak pula meminta hajat kecuali kepada-Nya. Orang-
orang beriman menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan
memenuhi syarat, rukun dan sunahnya.
Keimanan seseorang dapat bertambah karena bertambahnya amal
shalih dan keyakina. Didalam kehidupan kita iman mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan ilmu dana mal, dapat dikatakan iman tanpa ilmu,
sesat. Ilmu tanpa amal, sesat. Amal tanpa ilmu, taklid. Secara susunannya
kadang kala ia terlalu dipertikai akan kepentingan untuk menyusunnya.
Ketiga hal ini saling berkaitan antara satu sama lain.
Sifat-sifat orang yang bertaqwapun dapat ditentukan dengan
keimanan dan amal ibadahnya. Jika salah yang dikerjakan dalam
memahami keimanan maka bias menyebabkan seseorang terjerumus dalam
keharaman, kebid’ahan, bahkan bias berujung kekafiran.

II. SARAN
Keimanan dalam diri kita harus benar-benar tertanam, dan
dilaksanakan. Tanpa keimanan hidupm kita tidak akan mendapat
ketentraman baik ketentraman duniawi maupun ketentraman di akhirat
nanti. Bagaimanapun iman akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kita,
karena Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula
menerima amal perbuatan tanpa iman, begitupun ilmu yang kita miliki
tidak akan bermanfaat tanpa disertai keimanan dalam diri kita. Jadi
keimanan dalam diri jangan sampai tidak tertanamkan, apalagi sampai
membuat kita menjadi orang yang musyrik dan benar-benar kehilangan
keimanan kita. Karena sesungguhnya kita akan menjadi orang yang sangat
merugi apabila tanpa iman.

Anda mungkin juga menyukai