Anda di halaman 1dari 2

Pandangan Pancasila Sebagai Sistem Etika

Pandangan akan pancasila sebagai etika sendiri, sebenarnya dapat digolongkan


dalam poin-poin yang berada dalam diri bangsa kita sendiri. Pancasila mengambil peran
dalam setiap perilaku dan perbuatan kita. Dalam segala hal, seakan semuanya terpusat pada
satu acuan yaitu pancasila. Maka dari itu, etika kita bersosialisasipun ada kaitannya dengan
pancasila. Etikapun dibentuk dari hati nurani dan tingkah laku yang tidak menerima bentuk
paksaan apapun dari setiap individu.
Seperti pada sila ke-2 pada Pancasila sendiri, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang bila
kita bahwa pancasila mengambil peran yang sangat penting dalam membangun karakter
diri bangsa dengan beretika yang baik. Semua sila pada pancasila pada umunya memiliki
arti dan makna sendiri-sendiri tetapi, semua itu bila disatukan akan tetap menjadi satu
kesatuan yang memperkokoh bangsa salah satunya mengatur sistem beretika kita.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang menjadi
sumber dari segala penjabaran norma-norma yang ada. Juga terkandung pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Pemikiran
filsafah seperti ini, memberikan gambaran akan dasar yang menjadi landasan bangsa dan
negara memulai aturan

Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang
merupakan sumber norma.

Kearifan Lokal: Menjadi Abdi Dalem

Suatu hal yang sangat khas jika kita dengar tentang Keraton Yogyakarta adalah apa yang
menjadi isi dan pelengkap di dalamnya. Sultan Hamengkubowono adalah pemimpin dari
Keraton Yogyakarta sendiri. hierarki ini sudah dijalankan sejak bertahun-tahun lalu dan
sekarangpun masih berlangsung. Sultan juga diberi wewenang untuk menjadi pemimpin
bagi warganya sendiri. Jabatan sebagai Gubernur Yogyakartapun juga menjadi
tanggungannya karena tidak adanya pemilu atau pilihan rakyat karena secara turun-temurun
hal itu adalah wewenang sultan. Sebagai pelengkap Keraton Yogyakarta, adanya abdi
dalem adalah kekhasan sendiri yang dimiliki keraton. Abdi dalem? Apa itu abdi dalem?
Mungkin bagi orang awam sangat heran ketika mendengarnya. Tidak sedikit yang tidak
tahu dan tidak sedikit juga yang tahu, terlebih bagi masyarakat Jawa. Orang berpandangan,
bahwa abdi dalem identik dengan “pesuruh” atau “pelayan”. posisi mereka dianggap remeh
oleh sebagian orang terlebih mereka yang tidak tahu betul apa fungsi abdi dalem sendiri.
Pada kenyataan yang ada, abdi dalem memegang fungsi penting di dalam keraton. Bukan
hal mudah pula menjadi seorang abdi dalem, karena perlu kesetiaan dan loyalitas tinggi
untuk dapat menjalani perannya dengan baik. Menjadi abdi dalem bukanlah perkara mudah.
Bagi mereka yang mempunyai loyalitas tingilah yang akan terpilih. Jadi tak heran jika bagi
masyarakat Yogyakarta yang masih menjunjung tinggi kearifan lokal dan budaya yang ada,
menjadi seorang abdi dalem adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Pengabdian yang
dilakukan yang ditunjukkan kepada Sultan Hamengkubowono juga sebagai representasi
kepada Penguasa Alam sendiri.

Para abdi dalem bukanlah seorang “pesuruh” karena abdi dalem bertugas sebagai aparatur
sipil yang menjalankan operasional dalam organisasi yang dibentuk sultan dalam keraton.
menjaga kearifan lokal dan juga budaya yang dimiliki oleh bangsa adalah tanggung jawab
para abdi dalem sendiri. terlebih untuk budaya Jawa yang banyak jumlahnya.Para abdi
dalem tidak diperbolehkan mengkritisi sebesar apapun penghasilan yang didapat (materi
duniawi) karena bentuk pengabdian bagi Sultan, bagi Keraton Yogyakarta merupakan
sebuah hal yang tidak dapat terhitung harganya.

Sosok abdi dalem kini menjadi sebuah lambang kearifan lokal yang perlu dilestarikan.
Setiap bentuk abdi yang mereka lakukan merupakan sebuah filosofi yang kental maknanya.
Dan dari situ timbul berbagai nilai religius, nasionalis, dan loyalis. Abdi dalem
mengenakan pakaian peranakan dengan atribut lengkapnya yang meliputi jarik, pakaian,
blankon, dll. Selain itu, abdi dalem juga selalu menjaga tutur katanya yang senantiasa
menggunakan bahasa Krama Inggil atau bahasa Jawa paling halus.
Kesimpulan yang bisa dipetik adalah menjadi seorang abdi dalem bukan merupakan tugas
yang mudah. Melayani itu lebih berat dibandingkan dilayani. Tapi bila kita yakin, semua itu
bisa dijalankan atau “dilakoni” dalam Bahasa Jawa.

Daftar Pustaka:
1. https://www.academia.edu/31089595/BAB_III_PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_ETIKA
2. https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/pancasila-sebagai-sistem-etika-42332292
3. http://gadispagi.blogspot.com/2017/03/belajar-tentang-arti-kesetiaan-dari.html

Anda mungkin juga menyukai