Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan

1. Mengetahui cara uji sensitivitas bakteri terhadap beberapa antibiotik dan


menginterpretasikannya.

2. Melakukan pemeriksaan sensitivitas bakteri dan mengetahui sensitivitas bakteri


terhadap beberapa antibiotik.

B. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui sensititivitas bakteri terhadap beberapa antibiotik


sehingga dapat memberikan rekomendasi.

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan sensitivitas bakteri sehingga berguna bagi


seorang kesehatan masyarakat.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antibiotik

Antibiotika adalah suatu substansi yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam


jumlah amat sedikit menunjukkan kegiatan antimikroba. 1 Antibiotik adalah zat-zat kimia
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik
namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja
yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi,
Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin  tablet, Cefadroxil tablet
dan Rifampisin kapsul.2

Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala


infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan
tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik
yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus
memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba,
tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang
dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel
manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri
mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi.3
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik
tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja
terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi
dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum
sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan
antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut.4
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis

2
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan
golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu
antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat.4
Antibiotik ada yang mempunyai spectrum luas, artinya antibiotika yang efektif
digunakan bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiral. Ada juga
antibiotika berspektrum sempit,artinya hanya efektif digun akan untuk spesies tertentu.
Sebelum antibiotika digunakan untuk keperluan pengobatan penyakit-penyakit infeksi,
maka terlebih dahulu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Antibiotik
mempunyai ciri- ciri : Menghambat atau membunuh pathogen tanpa merusak inang
(host), bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik, tidak menyebabkan resistensi pada
kuman pathogen, berspektrum luas, tidak bersifat alergenik, tetap aktif dalam plasma,
cairan badan, atau eksudat,larut di dalam air serta stabil, tidak mengganggu
keseimbangan flora normal dari inang sampai flora usus atau flora kulit. 5 Idealnya zat-zat
antibiotik harus mempunyai sifat- sifat sebagai berikut : harus mempunyai kemampuan
untuk merusak atau menghambat mikrobia pathogen spesifik, tidak mengakibatkan
berkembangnya bentuk resisten parasit, tidak menimbulkan efek samping, seperti alergi,
kerusakan syaraf, iritasi pada ginjal dan saluran gastrointestinalis, tidak melenyapkan
flora normal pada hospesnya, harus dapat diberikan secara oral atau suntikan,
mempunyai taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh, konsentrasi antibiotik di
dalam jaringan atau darah harus dalam jumlah yang cukup tinggi.4
Pada dasarnya antibiotik dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu antibiotik alamiah dan
antibiotik sintetis. Antibiotik alamiah merupakan antibiotik yang telah tersedia secara
alamiah yang merupakan hasil metabolisme sekunder dari mikroorganisme tertentu.
Antibiotik alamiah terdiri dari : Penisilin (Penicillium nonatum), Sefalosporin
(Chephalosporium acremonium), Streptomisin (Streptomyces grizeus), Tetrasiklin
(Streptomyces sp), Erythromisin (Streptomyces erythreus), Klorampenikol (Streptomyces
venezuelae), Polimiksin (Bacillus polymixa), Basitrasin (Bacillus subtilis). Sedangkan
Antibiotik sintetis merupakan Antibiotik yang secara keseluruhan disintetis atau dibuat di
laboratorium dan merupakan zat kimia yang berfungsi untuk membunuh mikrobia, yang
termasuk dalam antibiotik ini adalah : Sulfanomide, Nitrofuran, Hidrazide asam
isonicotinamide (INH/Isoniazid) dan Nalidiksat.4

3
1. Azithromycin

Azithromicyn digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi yang disebabkan


oleh bakteri, seperti infeksi pernapasan, infeksi kulit, infeksi telinga, dan penyakit
menular seksual. Antibiotik ini penggunaannya secara oral dan termasuk ke dalam tipe
antibiotik macrolide. Obat ini tidak akan bekerja untuk infeksi virus (seperti pilek, flu).
Penggunaan yang tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik apapun dapat
menyebabkan efektivitasnya menurun. Antibiotik bekerja dengan baik ketika jumlah
obat dalam tubuh Anda tetap pada tingkat yang konstan. Oleh karena itu, mengambil
obat ini pada waktu yang sama setiap hari.6

Lanjutkan untuk mengambil obat ini sampai jumlah yang diresepkan sudah
habis, walau gejala hilang setelah beberapa hari. Menghentikan pengobatan terlalu
dini memungkinkan bakteri untuk terus tumbuh, yang dapat mengakibatkan infeksi
kambuh. Antasida yang mengandung aluminium atau magnesium dapat menurunkan
penyerapan azitromisin jika diambil pada waktu yang sama. Jika Anda mengambil
antasid yang mengandung aluminium atau magnesium, tunggu minimal 2 jam sebelum
atau sesudah minum azitromisin.6

Beberapa efek samping dapat serius sementara yang lain mungkin hanya
ketidaknyamanan ringan. Reaksi setiap orang untuk obat berbeda.Efek samping yang
paling sering terjadi adalah :
a. Diare
b. Gastroenteritis seperti keram, sakit perut
c. Mual
d. Muntah 6

2. Nalidixic Acid
Nalidixic acid digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada sistem urinaria
karena efektif pada pH sis tem urinaria. Cara kerjanya dengan membunuh bakteri
yang menyebabkan infeksi. Tipe obat antibiotik Quinolone yang cara penggunaannya
secara oral. Nalidixic acid dapat melawan bakteri gram negatif termasuk Enterobacter
sp., Escherichia coli, Morganella Morganii; Proteus Mirabilis, Proteus vulgaris, and
Providencia rettgeri. Nalidixic acid is bactericidal and is effective over the entire urinary
pH range. 7

Efek samping dari antibiotik ini :

a. Sakit perut, mual

4
b. Diare
c. Sakit Kepala
d. Pusing 7
3. Nitrofurantoin

Nitrofurantoin adalah antibiotik yang dipasarkan dengan merek berikut; Urifast


100mg (The Nitrofurantoin BID, Merek Cipla Uro1) Niftran, Furadantin, Furabid,
Macrobid, Macrodantin, Nitrofur Mac, Nitro Makro, Nifty-SR, Martifur-MR, Martifur -100
(di India), Urantoin, dan Uvamin (di Timur Tengah). Hal ini biasanya digunakan dalam
mengobati infeksi saluran kemih. Hal ini sering digunakan untuk melawan E. coli.
Nitrofurantoin juga dapat digunakan untuk tujuan tidak tercantum dalam panduan
pengobatan.8
Organisme rentan terhadap nitrofurantoin jika konsentrasi hambat minimum
(MIC) adalah 32 pg/mL atau kurang. Konsentrasi puncak setelah dosis oral 100 mg,
kurang dari 1 mg/mL mungkin tidak terdeteksi. Mekanisme kerja dari nitrofurantoin
adalah unik dan kompleks. Obat ini bekerja dengan bakteri yang merusak DNA,
karena tereduksi sangat reaktif. Hal ini dimungkinkan pengurangan cepat dari
nitrofurantoin di dalam sel bakteri dengan flavoproteins untuk intermediet reaktif yang
menyerang beberapa protein ribosom, DNA, respirasi, metabolisme piruvat dan
makromolekul lain dalam sel. Dosis untuk dewasa adalah 50-100 mg empat kali sehari
selama tujuh hari. Nitrofurantoin dapat menyebabkan mual dan muntah, demam,
ruam, fibrosis paru. Efek ini jauh lebih umum pada orang tua.8

4. Ampicilin

Ampicilin adalah derivate penisilin semi sintetik yang bersifat bakterisida yang
bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri Ampicilin aktif terhadap
gram positif (Streptococcus faecalis, Streptococcus pneumonia, dan Streptococcus
haemolyticus) dan bakteri gram negatif (Haemophilus influenza, Salmonella sp.,
Neisseria gonorrhoeae, Proteus mirabilis).9 Infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram-positif dan/atau Gram-negatif yang peka terhadap Ampicilin:
a. Infeksi saluran nafas, bronkopneumonia, otitis media.
b. Infeksi saluran kemih seperti pielonefritis akut dan kronik, sistitis.
c. Gonore yang tidak berkomplikasi.
d. Infeksi alat kelamin wanita, pelvis kecil seperti : aborsi septis, adneksitis,
endometritis, parametritis, pelviperitonitis, demam puerperal.
e. Infeksi saluran pencernaan seperti shigellosis dan salmonelosis.
f. Ampicilin injeksi untuk meningitis.9

5
Kontra indikasi dari ampicilin yaitu :

a. Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin dan turunannya


b. Pada infeksi yang disebabkan oleh kuman penghasil enzim penisilinase.9

5. Erithromycin

Erithromycin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Aktif terhadap


kuman gram positif seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Yang biasa digunakan
untuk infeksi Mycloplasma pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia, Difteri,
Pertusis, iInfeksi Streptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus, Sifilis,
Gonore. Sediaan dari Erithromycin berupa kapsul/ tablet, sirup/suspensi, tablet kunyah
dan obat tetes oral.10 Bakteri dapat mengalami resistensi dengan erithromycin dalam 3
mekanisme :
a. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman.
b. Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman.
c. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.

Efek samping yang berat akibat pemakaian Erithromycin dan turunannya jarang
terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem
yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Ketulian sementara dapat terjadi bila
Erithromycin diberikan dalam dosis tinggi secara IV. Erithromycin dilaporkan
meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid, Siklosporin, Digosin, Warfarin
dan Teofilin.10

B. Escherichia coli

Kingdom : Procaryota
Divisi : Gracilicutes
Kelas : Scotobacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Entobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : coli 11

Bakteri Escherichia coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif, berbentuk
batang dan pendek, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang
bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek,
tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1–1,5 x 2,0–6,0 µm, dapat

6
bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan
asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol %.11
Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas. Kecepatan
berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat
keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri
ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8°C-46° C, tetapi suhu optimumnya adalah 37° C.
Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata
lainnya.11
Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan.
Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan
pemindahan pasif lewat makanan atau minuman. Morfologi dan ciri-ciri pembeda
Escherichia coli yaitu merupakan batang gram negatif, terdapat tunggal, berpasangan,
dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul, tidak berspora, motil atau tidak motil,
peritrikus, aerobik, anaerobik fakultatif, penghuni normal usus, seringkali menyebabkan
infeksi.12
Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari jumlah
normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan
usus (gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus
seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir
(sistitis).12
Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni
orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain.
Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli pada
dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah besar dan merusak
kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan
penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare.12

7
Gambar 1 : E. coli

C. Metode Uji Sensitivitas Antibiotik

Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat


kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari
perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering
digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.13
Metode Kirby Bauer adalah uji sensitivitas dengan metode difusi agar
menggunakan teknik disc diffusion, dalam uji sensitivitas metode Kirby Bauer
menggunakan media selektif, yaitu media Mueller Hinton Agar. Mekanisme kerja metode
Kirby Bauer cukup sederhana, pertama transfer koloni bakteri uji pada media BHI cair,
inkubasi 37°C selama 18 jam. Pada umur 18 jam bakteri uji mengalami fase eksponensial
atau logaritma (dimana bakteri dalam fase aktif, metabolisme dan enzim yang terbentuk
maksimal serta berada pada fase pathogenitas). Pisahkan beberapa tetes suspensi ke
dalam tabung reaksi yang berbeda, tambahkan NaCl Fisiologis. Masukkan lidi kapas

8
steril ke dalam suspensi tersebut dan tekan lidi kapas pada dinding tabung, ratakan lidi
kapas yang diolesi suspensi ke seluruh permukaan media MHA dengan ketebalan
standar 0,6 cm. Diamkan ±5 menit. Tempatkan disc antibiotik, inkubasi 37°C selama 18
jam, amati zona pertumbuhan bakteri di sekitar disc dan ukur diameter zona
hambatannya, tentukan bakteri uji sensitive atau resisten terhadap antibiotik dengan
menggunakan tabel interpretative standar. Bakteri uji resisten apabila pada zona
hambatan yang terbentuk < tabel interpretative standar (bakteri uji tahan terhadap daya
kerja antibiotik), Bakteri uji sensitive apabila pada zona hambatan yang terbentuk > tabel
interpretative standar. (bakteri uji peka terhadap daya kerja antibiotik).12
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah
metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper
disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah
yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri.14
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang
paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus
penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam
antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut
resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis
pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh
oleh antibiotik.15

Gambar 2 : Uji sensitivitas antibiotik

9
Tabel 1 : Tabel Sensitivitas E. coli Terhadap Antibiotik

D. Resistensi Antibiotik

Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya


resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik,
misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.
Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh
dua proses genetik dalam bakteri menurut16:
1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom
bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan
tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika
yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang
biak.
2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)
Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain.
Contohnya, Streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik
yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E.
coli atau Shigella sp.16

Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan


seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu
proses untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri. Ketika bakteri yang

10
menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya
sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami
menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik
lain.16
Tetrasiklin, yang pernah dijuluki sebagai "obat ajaib", kini menjadi kurang
bermanfaat untuk berbagai infeksi, mengingat penggunaannya yang luas dan kurang
terkontrol selama beberapa dasawarsa terakhir. Keberadaan bakteri yang resisten
antibiotik akan berbahaya bila antibiotik menjadi tidak efektif lagi dalam melawan infeksi-
infeksi yang mengancam jiwa. Hal ini dapat menimbulkan masalah untuk segera
menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit lama (karena strain resisten
dari bakteri telah muncul), bersamaan dengan usaha menemukan antibiotik baru untuk
melawan penyakit-penyakit baru. Berkembangnya bakteri yang resisten antibiotik
disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah penggunaan antibiotik yang
berlebihan. Ini mencakup seringnya antibiotik diresepkan untuk pasien demam biasa atau
flu. Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap
mendapatkan resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter. Setiap orang
dapat membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik dengan cara
tidak meminta antibiotik untuk demam biasa atau flu.16

E. Media Mueller Hinton

Pada penelitian ini dipilih Mueller Hinton (MH) agar karena media ini telah
direkomendasikan oleh FDA dan WHO untuk tes antibakteri terutama bakteri aerob dan
facultative anaerobic bacteria untuk makanan dan materi klinis. Media agar ini juga telah
terbukti memberikan hasil yang baik dan reprodusibel (reproducibility). Media agar ini
mengandung sulfonamida, trimethoprim, dan inhibitor tetrasiklin yang rendah serta
memberikan pertumbuhan pathogen yang memuaskan. Mueller Hinton Agar digunakan
dalam pengujian kerentanan antimikroba dengan metode difusi cakram. Formula ini
sesuai dengan Clinical and Laboratorium Standard Institute (CLSI).17
Formula dari Muller yaitu:
1. Beef Extract 2g
2. Asam Hydrolysate dari Kasein 17,5 g
3. Pati 1,5g
4. Agar 17 g
Pati ditambahkan untuk menyerap metabolit beracun yang dihasilkan. Agar berfungsi
sebagai penguat. Beef extract digunakan sebagai sumber protein yang menghasilkan
asam amino untuk makanan bakteri.17

11
Mueller Hinton Agar diakui oleh semua ahli sebagai media referensi untuk studi
kerentanan bakteri terhadap antibiotik dan sulfamides. Hal ini juga berguna untuk isolasi
Neisseria. Dalam penelitian tentang pengembangan media transparan, para penulis
menemukan bahwa pati bisa menggantikan ekstrak kacang dalam hal nilai gizi serta
agen pelindung bertindak melawan zat beracun hadir dalam medium. Mereka kemudian
menemukan bahwa mencerna pankreas daging bisa diganti dengan hidrolisat asam
kasein, sehingga mendukung pertumbuhan gonokokus dan meningokokus. Pada tahun
1966, Bauer, Kirby, Shervis dan Turck direkomendasikan Mueller Hinton media untuk
studi kerentanan antibiotik bakteri dengan menggunakan metode cakram. Akhirnya,
metode kontrol standar diterbitkan oleh Komite Nasional untuk Standar Laboratorium
Klinik untuk metode Kirby-Bauer.17

Gambar 3 : Media Mueller Hinton

F. Mac Farland
Standar McFarland adalah suspensi barium sulfat baik atau partikel lateks yang
memungkinkan perbandingan visual dari kepadatan bakteri. Standar komersial siap
tersedia untuk pembelian dari perusahaan seperti Remel atau BD BBL. Ini sering
menyertakan kartu Wickerham, yang merupakan kartu kecil yang berisi garis-garis hitam
paralel. Sebuah standar McFarland 0,5 setara dengan suspensi bakteri yang
mengandung antara 1 dan 2 x 108 x 108 CFU / ml E. coli.18 Sebuah standar McFarland
0,5 dapat dibuat di-rumah dengan cara :
1. Tambahkan alikuot 0,5-ml ml 0,048 mol / liter BaCl2 (1,175% berat / volume BaCl2
2H20) sebesar 99,5 dari 0,18 mol / liter H2SO4 (1% vol / vol) dengan pengadukan
yang konstan untuk mempertahankan suspensi.

12
2. Verifikasi kepadatan yang benar dari standar kekeruhan dengan mengukur absorbansi
dengan spektrofotometer dengan jalan cahaya 1-cm dan kuvet cocok. Absorbansi
pada 625 nm harus 0,08-0,13 untuk 0,5 McFarland standar.
3. Transfer suspensi barium sulfat dalam 4 - untuk 6-ml aliquot ke sekrup-tutup tabung
dengan ukuran yang sama dengan yang digunakan dalam standardisasi inokulum
bakteri.
4. Ketat segel tabung dan menyimpan dalam gelap pada suhu kamar.18

Penggunaan standar McFarland dalam prosedur Kirby-Bauer yaitu :


1. Sebelum digunakan, dengan penuh semangat melakukan agitasi standar barium sulfat
pada mixer vortex mekanik dan memeriksa untuk penampilan seragam keruh. Ganti
standar jika partikel besar muncul. Jika menggunakan standar terdiri dari partikel
lateks, campuran dengan membalik lembut, bukan pada mixer vortex.
2. Sebagai mahasiswa menambahkan koloni bakteri dengan larutan garam dalam
"penyusunan inokulum" langkah prosedur, dia harus membandingkan suspensi yang
dihasilkan dengan standar McFarland. Hal ini dilakukan dengan memegang kedua
standar dan sisi tabung inokulum berdampingan dan tidak lebih dari 1 inci dari muka
kartu Wickerham (dengan cahaya hadir cukup) dan membandingkan penampilan
garis-garis melalui kedua suspensi. Jangan pegang tabung siram terhadap kartu. Jika
suspensi bakteri muncul lebih ringan dari 0,5 McFarland standar, organisme lebih
harus ditambahkan ke dalam tabung dari pelat budaya. Jika suspensi tampil lebih
padat dari 0,5 McFarland standar, garam tambahan harus ditambahkan ke dalam
tabung inokulum untuk mencairkan suspensi kepadatan yang sesuai. Dalam beberapa
kasus mungkin lebih mudah untuk memulai kembali bukan untuk terus mencairkan
suspensi bakteri yang terlalu padat untuk digunakan.18

Gambar 4 : McFarland standar (kiri ke kanan) 0,5, 1,0, 2,0, 3,0, diposisikan di depan kartu
Wickerham.

13
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Lemari inkas

2. Ose

3. Bunsen

4. Korek Api

5. Pinset

6. Lidi Kapas

7. Inkubator

Bahan yang digunakan :

1. Disk antibiotik Nikrofuration 300 mg (F300)

2. Disk antibiotik Azithromycin 15 mg (AZM 15)

3. Nalidixic Acid 30 mg (NA 30)

4. Erythromycin 15 mg (E15)

5. Ampicilin 10 mg (AMP 10)

6. Media Mueller Hinton

7. Larutan E. coli yang akan di tes sensitivitasnya dengan kekeruhan standard Mac.
Farland

B. Skema Kerja

14
Mulai

Media Mueller Hinton disiapkan agar steril

Larutan E. coli diambil dengan lidi kapas dan


ditekankan pada pinggiran tabung sampai tidak
menetes bila diangkat

Lidi kapas disapukan secara merata pada media


Mueller Hinton dan ditunggu 2 menit sampai
mengering

Disk antibiotik diambil dengan pinset yang telah


disterilkan dengan lampu bunsen dan diletakkan
di media

Disk antibiotik yang lain juga diletakkan di


media dan diberi jarak

Media diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24


jam

Setelah 24 jam diamati bagian terang yang ada


di sekitar disk antibiotik dan diukur diameternya
dengan mistar

Diameter dibandingkan dengan tabel 15


sensitivitas apakah sensitif, intermediate atau
resisten
Gambar 5 : Skema kerja

BAB IV

16
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar Keterangan
Terdapat 3 zona sensitivitas, yaitu :
1. Nitrofurantoin 300 mg (F300) = 30 mm
(Sensitif)
2. Azithromycin 15 mg (AZM 15) = 25 mm
(sensitif)
3. Nalidixic Acid 30 mg (NA 30) = 25 mm (sensitif)

Pada Erytromycin 15 mg (E15) dan ampicilin 10


mg (AMP10) tidak terbentuk zona sensitivitas.

Gambar 6 : Hasil Pemeriksaan Sensitivitas


Antibiotik

B. Pembahasan

Praktikum pemeriksaan sensitivitas antibiotik bertujuan untuk melihat sensitivitas


bakteri terhadap suatu antibiotik. Jika bakteri sensitif terhadap antibiotik, maka antibiotik
tersebut efektif dan dapat direkomendasikan untuk mengobati penyakit infeksi dari
bakteri yang sensitif tersebut. Pada praktikum ini, bakteri yang digunakan adalah
Escherichia coli (E. coli). Bakteri E. coli dilarutkan terlebih dahulu dengan standar
kekeruhan Mac Farland. Antibiotik yang diujikan yaitu Nitrofurantoin 300 mg (F300),
Azithromycin 15 mg (AZM 15), Nalidixic Acid 30 mg (NA 30), Erytromycin 15 mg (E15)
dan ampicilin 10 mg (AMP 10). Metode yang digunakan yaitu Kirby Bauer yaitu
menggunakan media Mueller Hinton.

Praktikum dilakukan di lemari inkas untuk menghindari kontaminasi yang dapat


mempengaruhi hasil praktikum. Larutan bakteri E. coli yang sudah disesuaikan
kekeruhannya dengan standar Mac Farland, diambil dengan lidi kapas. Setelah diambil,
lidi kapas tersebut ditekankan pada ujung tabung agar larutan tidak menetes sehingga
tidak mencemari benda lain. Larutan kuman tersebut digoreskan pada media Mueller
Hinton dan proses penggoresan tersebut didekatkan dengan lampu bunsen untuk
mencegah adanya kontaminasi. Antibiotik yang akan diuji diambil dengan pipet yang
sudah dipanaskan dengan lampu bunsen agar pinset steril dan tidak terjadi kontaminasi.

17
Disk antibioti tersebut kemudian diletakkan di atas medi yang telah dioleskan larutan E.
coli dan diberi jarak antar satu antibiotik dengan antibiotik lainnya agar hasil yang
didapat akurat. Setelah itu, diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam kemudian
diamati koloni yang tumbuh. Tujuan dari inkubasi yaitu untuk menumbuhkan bakteri
dengan cara mengeramkannya pada suhu 37°C karena pada suhu tersebut bakteri
optimal untuk tumbuh. Inkubasi dilakukan selama 24 jam karena 24 jam adalah waktu
yang optimum untuk pertumbuhan bakteri. Setelah diinkubasi diamati bagian terang di
sekitar antibiotik kemudian diukur diameternya dengan mistar.

Setelah diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam, terlihat adanya bagian terang
di sekitar antibiotik. Kemudian bagian yang terang tersebut diukur diameternya dengan
penggaris dan dibandingkan dengan tabel sensitivitas antibiotik. Pada Nitrofurantoin 300
mg (F300) terdapat bagian terang dengan diameter 30 m. Setelah dibandingkan dengan
tabel sensitivitas antibiotik, hasilnya sensitif, artinya Nitrofurantoin 300 mg efektif untuk
membunuh bakteri E. coli. Jadi orang terserang diare karena infeksi E. coli dapat
disembuhkan dengan antibiotik Nitrofurantoin 300 mg. Setelah dibandingkan dengan
referensi, hal ini terbukti karena menurut referensi, antibiotik ini aktif melawan E. coli,
sehingga sering digunakan untuk mengobati infeksi E. coli.

Pada Azithromycin 15 mg (AZM 15) terlihat bagian terang dengan diameter 25


mm dan setelah dibandingkan dengan tabel sensitivitas hasilnya sensitif. Azithromycin 15
mg sering digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, seperti infeksi pernapasan, infeksi kulit, infeksi telinga, dan penyakit menular
seksual, tetapi ternyata juga efektif untuk mengobati infeksi E. coli. Hal ini juga sama
dengan Nalidixic Acid 30 mg (NA 30) yang yang memiliki bagian terang dengan diameter
25 mm. Interpretasi dari bagian terang tersebut juga sensitif jika dibandingkan dengan
tabel sensitivitas. Jadi walaupun Nalidixic Acid 30 mg sering digunakan untuk mengobati
infeksi urinaria, tetapi antibiotik ini dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan yang
efektif terhadap infeksi E. coli.

Pada Erytromycin 15 mg (E15) dan Ampicilin 10 mg (AMP10) tidak terbentuk zona


sensitivitas. Hal ini memiliki dua kemungkinan, yaitu antibiotik tersebut kurang efektif
karena bakteri E. coli resisten terhadap bakteri tersebut, atau kesalahan praktikan dalam
pemeriksaan sehingga hasilnya kurang akurat. Ampicilin 10 mg seharusnya efektif
membunuh E. coli karena antibiotik ini aktif membunuh bakteri gram positif dan gram
negatif. E. coli termsuk bakteri gram negatif yang seharusnya dapat dibunuh oleh
Ampicilin. Tetapi pada saat pemeriksaan tidak ditemukan adanya zona sensitivitas,
sehingga kemungkinan ada kesalahan dari praktikan. Pengolesan larutan E. coli pada

18
media Mueller Hinton mungkin kurang merata, sehingga pada bagian antibiotik Ampicilin
tidak terdapat E. coli dan tidak terbentuk zona sensitivitas. Selain itu mungkin peletakan
disk antibiotik yang kurang ditekan dengan pinset sehingga kurang kontak dengan E.
coli. Sedangkan tidak ditemukannya zona sensitivitas pada Erithromycin kemungkinan
karena antibiotik tersebut tidak efektif terhadap E. coli karena antibiotik tersebut aktif
terhadap bakteri gram positif, sedangkan E. coli merupakan bakteri gram negatif.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemeriksaan sensitivitas antibiotik dapat menggunakan metode Kirby Bauer dengan
media Mueller Hinton.

2. Bakteri E. coli sensitif terhadap antibiotik Azithromycin.

3. Bakteri E. coli sensitif terhadap antibiotik Nalidixic Acid.

4. Bakteri E. coli sensitif terhadap antibiotik Nitrofurantoin.

5. Bakteri E. coli sensitif terhadap antibiotik Ampicilin.

6. Bakteri E. coli sensitif terhadap antibiotik Erithromicyn.

B. Saran

1. Sebaiknya mahasiswa lebih berhati-hati dan segera mencuci tangan setelah selesai
melakukan praktikum karena bakteri yang digunakan merupakan bakteri hidup.

2. Proses pengolesan larutan E. coli ke media Mueller Hinton sebaiknya dilakukan


dengan hati-hati agar semua bagian dari media terolesi secara rata sehingga hasil
pengujian pun lebih akurat.

20
DAFTAR PUSTAKA

21
1
Kusnadi, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031KUSNADI/BU
KU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/petunjuk_mikro.pdf. Diakses tanggal
11 Juni 2013.

2
Djide, M.N. 2003. Mikrobiologi Farmasi. Makassar : Jurusan Farmasi Unhas

3
Ganiswarna, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

4
Sumadio, H., dan Harahap. 1994. Biokimia dan Farmakologi Antibiotika. Medan : USU
Press.

5
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang.

6
NHS. Azithromycin (Azithromycin 200mg/5ml oral suspension). (Online),
http://www.nhs.uk/medicine-guides/pages/MedicineSideEffects.aspx?condition=Bacterial
%20infections&medicine=azithromycin&preparation= Diakses 13 Juni 2013

7
Drug Bank. 2005. Nalidixic Acid. (Online), http://www.drugbank.ca/drugs/DB00779 Diakses
13 Juni 2013

8
Cerner Multum. 2010. Nitrofurantoin. http://www.drugs.com/nitrofurantoin.html. Diakses
tanggal 25 Mei 2012.

9
Hexpharmjaya. 2012. Kalpicilin. http://www.hexpharmjaya.com/page/Kalpicilin.aspx. Diakses
tanggal 11 Juni 2013.

10
Ganiswara, G, Suliatia, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi ke-4. Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta., 675-678 2.

11
Anonim. Tth. Tinjauan Pustaka. (Online)
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52572/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka_%20G11niw.pdf?sequence=5 Diakses 13 Juni 2013

12
Metting, F.B. 1993. Soil Microbial Ecology.Applications in Agriculture and Environment
Management. NY : Marcel Dekker. Inc
13
Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi,
dan Mikrobiologi, Edisi Kedu., Yogyakarta: UGM – Press.

14
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan.
Jakarta : EGC.

15
Dwidjoseputro, D.1998,  Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

16
Surini, Silvia. 2006. Antibiotik, Si Peluru Ajaib. (Online) www.beritaiptek.com/zberita-
beritaiptek-2006-01-10-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(Bagian-Pertama).shtml - 30k –. Diakses
tanggal 12 Juni 2013

17
Acumedia. 2009. Mueller Hinton Agar (7101). (Online),
http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7101_PI.pdf Diakses 12 Juni 2013

18
Nadia Raihana. 2011. Profil Kultur Dan Uji Sensitivitas Bakteri Aerob dari Infeksi Luka
Operasi Laparatomi di Bangsal Bedah Rsup Dr. M. Djamil Padang. (Online),
http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/artikel5.pdf Diakses 13 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai