Anda di halaman 1dari 5

KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

Oleh : Ikhwanul Muslimin (180502055)

Abstrack

Maraknya kasus pencabulan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur telah menarik perhatian kita
semua. Kekerasan seksual pada anak atau sering disebut “Child sexual abuse” adalah suatu bentuk
penyiksaan yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua yang dilakukan kepada
anak-anak untuk rangsangan seksual. Ada 3 dampak yang akan dialami korban kekerasan dan
pelecehan seksual yaitu : dampak Psikologis, Fisik dan Sosial. Kekerasan seksual terhadap anak di
bawah umur, dapat terjadi karena pada mulanya si anak tersebut kurangnya pengawasan dari orang
dewasa, sehingga terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti pemerkosaan anak di bawah umur.

Kata Kunci
Kekerasan Seksual , Dampak, Anak di Bawah Umur

A. Pendahuluan
Di Indonesia kasus kekerasan seksual setiap tahun mengalami peningkatan, korbannya bukan
hanya dari kalangan dewasa saja sekarang sudah merambah ke remaja, anak-anak bahkan balita.
Fenomena kekerasan seksual terhadap anak semakin sering terjadi dan menjadi global hampir di
berbagai negara. Kasus kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat dari waktu ke waktu.
Peningkatan tersebut tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah kasus yang terjadi, bahkan juga dari
kualitas. Dan yang lebih tragis lagi pelakunya adalah kebanyakan dari lingkungan keluarga atau
lingkungan sekitar anak itu berada, antara lain di dalam rumahnya sendiri, sekolah, lembaga
pendidikan, dan lingkungan sosial anak.
Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan seksual karena anak selalu
diposisikan sebagai sosok lemah atau yang tidak berdaya dan memiliki ketergantungan yang tinggi
dengan orang-orang dewasa di sekitarnya. Hal inilah yang membuat anak tidak berdaya saat diancam
untuk tidak memberitahukan apa yang dialaminya. Hampir dari setiap kasus yang diungkap,
pelakunya adalah orang yang dekat korban. Tak sedikit pula pelakunya adalah orang yang memiliki
dominasi atas korban, seperti orang tua dan guru.
Hasil penelitian ilmiah menunjukkan dampak dari kekerasan seksual terhadap anak dapat
mengakibatkan kerusakan saraf di bagian cortex dan frontal cortex, apabila bagian ini rusak
maka dampaknya anak akan terbunuh karakternya. dampak yang paling parah, 70% korban
kekerasan seksual rawan menjadi pelaku (Erlinda, 2014). Dampak yang muncul dari kekerasan
seksual kemungkinan adalah depresi, fobia, mimpi buruk, curiga terhadap orang lain dalam
waktu yang cukup lama, membatasi diri dengan lingkungan. Bagi korban perkosaan yang
mengalami trauma psikologis yang sangat hebat, ada kemungkinan akan merasakan dorongan
yang kuat untuk bunuh diri1

B. Pengertian Kekerasan Seksual


Kekerasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perihal keras atau paksaan . Sedangkan
pengertian kekerasan yang Peneliti peroleh dari laman wikipedia kekerasan berasal dari bahasa Latin
yakni violentus yang berasal dari kata vi atau vis yang berarti kekuasaan atau berkuasa adalah dalam
prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang
dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan
penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara
bebas dapat diartikan semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan
2
kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukkan dalam rumusan kekerasan.
Menurut Ricard J. Gelles, kekerasan terhadap anak merupakan perbuatan disengaja yang
menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional).
Bentuk kekerasan terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi kekerasan secara fisik, kekerasan
secara psikologi, kekerasan secara seksual dan kekerasan secara sosial. Kekerasan seksual
terhadap anak menurut End Child Prostitution in Asia Tourism (ECPAT) Internasional
merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau
orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan
sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan
paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan tekanan. Kegiatan-kegiatan kekerasan seksual terhadap
anak tersebut tidak harus melibatkan kontak badan antara pelaku dengan anak sebagai korban.
Bentuk-bentuk kekerasan seksual itu sendiri bisa dalam tindakan perkosaan ataupun pencabulan.3

1
Ermaya Sari Bayu Ningsih, “Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kabupaten Karawang”, Jurnal Bidan, (Vol. 4, No. 02,
2018), hlm 57
2
Desi Sommaliagustina, “Kekerasan Seksual Pada Anak Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”, Jurnal Psikologi, (Vol.
1, No. 2, 2018), hlm 78
3
Ivo Noviana, Kekerasan Seksual Terhadap Anak Dampak dan Penangananya”, Jurnal Sosio Informa, (Vol. 01, No. 1,
2015), hlm 14
C. Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Masalah kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan
menodai harkat kemanusiaan, serta patut dikategorikan sebagai kejahatan melawan kemanusiaan. Selain
menimbulkan luka fisik, kekerasan seksual juga menimbulkan luka secara psikologi bagi anak yang
mengalaminya. Hampir sebagian besar korban mengalami trauma dan rasa bersalah kepada diri sendiri
sehingga menimbulkan gangguan psikologi lainnya. 4
Ada beberapa alasan mengapa anak sering kali menjadi target kekerasan seksual yaitu:
anak selalu berada pada posisi yang lebih lemah dan tidak berdaya, moralitas masyarakat
khususnya pelaku kekerasan seksual yang rendah, kontrol dan kesadaran orang tua dalam
mengantisipasi tindak kejahatan pada anak yang rendah. Menurut WHO kekerasan terhadap anak
adalah suatu penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik,
emosional, seksual melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang
secara nyata ataupun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau
pengembangannya, serta dapat menganggu mental dari seorang anak tersebut.5

D. Analisis dan Pemecahan Masalah


1. Analisis
Pelaku dari kekerasan seksual yang menimpa korban adalah orang dewasa laki-laki. Lelaki
dewasa memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat daripada wanita maupun anak-anak. Korban yang
menjadi sasaran dalam tindakan kasus ini yaitu anak-anak yang berumur dua belas (12) tahun ke bawah
jelas memiliki selisih kekuatan yang jauh dengan para pelaku yang sudah dewasa. Ketidakberdayaan ini
membuat pelaku dengan mudah melakukan tindakan kekerasan seksual. Kedekatan pelaku dengan korban
membuat kesempatan dalam melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap korban memiliki peluang
besar.
2. Pemecahan Masalah

4
Peni Wahyu Agustina, “Analisis Tindak kekerasan Seksual Pada Anak Sekolah Dasar”, Jurnal Kajian Teori dan
Praktik Kependidikan, (Vol. 3, No. 2, 2018), hlm 152
5
Diesmi Humaira, “Kekerasan Seksual Pada Anak Telaah Relasi Pelaku Korban Dan Kerentanan Pada Anak”, Jurnal
Psikoislamika, (Vol. 12, No. 2, 2015), hlm 6
DAFTAR PUSTAKA

Ermaya Sari Bayu Ningsih, “Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kabupaten Karawang”, Jurnal Bidan,
(Vol. 4, No. 02, 2018)

Desi Sommaliagustina, “Kekerasan Seksual Pada Anak Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”,
Jurnal Psikologi, (Vol. 1, No. 2, 2018)

Ivo Noviana, Kekerasan Seksual Terhadap Anak Dampak dan Penangananya”, Jurnal Sosio
Informa, (Vol. 01, No. 1, 2015)
Peni Wahyu Agustina, “Analisis Tindak kekerasan Seksual Pada Anak Sekolah Dasar”, Jurnal
Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, (Vol. 3, No. 2, 2018)

Diesmi Humaira, “Kekerasan Seksual Pada Anak Telaah Relasi Pelaku Korban Dan Kerentanan Pada Anak”,
Jurnal Psikoislamika, (Vol. 12, No. 2, 2015)

Anda mungkin juga menyukai