Anda di halaman 1dari 16

A.

    Definisi Desa Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-rnasalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.

Desa Siaga  merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa ( KLB) , kejadian
bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong
royong.

Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

B.     Tujuan Desa Siaga

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayahnya. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiap siagakan masyarakat menghadapi
masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Untuk mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa
tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). 

C.    Sasaran Pengembangan dan Kriteria Desa Siaga

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan


menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap per-masalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut,
seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama; tokoh perempuan dan pemuda; kader;
serta petugas kesehatan

3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-


undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat
terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan Iainnya.

Adapun kriteria dari sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah
memiliki sekurang - kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

D.    Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga

1.    Identifikasi Masalah Kesehatan

Langkah awal yang dilakukan dalam penggerakan pemberdayaanmasyarakat untuk


membentuk dan mengembangkan Desa/Kelurahan Siagaadalah identifikasi masalah kesehatan
dengan menitik beratkan pada masalahpenyakit, lingkungan dan perilaku. Identifikasi masalah
kesehatan dapatdilakukan melalui pengumpulan data sekunder di Puskesmas dan
kantorDesa/Kelurahan setempat atau melalui pengumpulan data dengan metodeobservasi
partisipatif, diskusi kelompok terarah dan survei/kunjungan rumahdengan menggunakan
kuesioner.

            Informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatanadalah sebagai


berikut :

a.    Penyakit/nama penyakit

b.    Penyebab penyakit menurut Puskesmas

c.    Penyebab penyakit menurut masyarakat

d.   Perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan sakit

e.    Perilaku masyarakat yang bisa mencegah timbulanya penyakit


f.     Lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit

g.    Lingkungan yang bisa mencegah timbulnya penyakit

h.    Cara mencegah agar orang tetap sehat dan tidak sakit

i.      Cara mencegah agar penyakit tidak menular

j.      Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari penyakit

k.    Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya terhindar dari penyakit.

l.       Dan lain-lain

2.    Pertemuan Tingkat Desa (PTD)

Pertemuan tingkat Desa/Kelurahan merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan di


tingkat Desa/Kelurahan.

a.    Tujuan PTD :

1)   Dikenalnya konsep desa siaga sebagai salah satu upaya penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

2)   Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan


penggerakan dan pemberdayaan masyarakat

3)    Dikenalnya masalah penyakit, lingkungan dan perilaku yangmenyebabkan masalah


kesehatan

4)   Diperolehnya kesepakatan untuk meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat melalui


pengembangkan Desa/Kelurahan menjadi DesaSiaga.

b.    Tempat pertemuan

Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain yang bisa
menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.

c.    Peserta pertemuan
a)    Peserta tingkat kecamatan

a)    Camat

b)   TP-PKK kecamatan

c)    Kepala Puskesmas

d)   Staf Puskesmas

e)    Diknas

f)    Departemen Agama

g)    Peserta tingkat desa

h)   Kepala Desa

i)     TP-PKK Desa

j)     Sekdes

k)   BPD

l)     Tokoh Agama

m) Tokoh masyarakat/Guru

d.   Waktu

e.    Waktu pertemuan hendaknya disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi desa yang
bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat hadir serta cukup memberikan
ksesempatan untuk tercapainya tujuan pertemuan tingkat desa.

f.     Pelaksanaan

1)   Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta pertemuan

tingkat desa.
2)   Pertemuan dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan memperkenalkan para hadirin dan
menjelaskan maksud dan tujuan serta acara pertemuan

3)   Kepala desa mempersilahkan camat/wakilnya untuk memberikan sambutan atau arahan


dalam pertemuan.

4)   Kemudian kepala Puskesmas/Petugas Promosi kesehatan Puskesmas/

5)   Tokoh masyarakat sebagai pembicara dan menjelaskan tentang masalah kesehatan hasil
observasi masalah kesehatan dan perlunya Desa Siaga yang meliputi latar belakang, tujuan dan
cara pelaksanaan serta pentingnya dukungan masyarakat dalam program tersebut.

6)    Selanjutnya diskusikan bersama tentang langkah kegiatan berikutnya, khususnya tentang


survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa,waktu pelaksanaan survei dan kelompok yang
akan melakukan survei, serta ditentukannya waktu untuk mengadakan musyawarah masyarakat
desa

3.    Survei Mawas Diri

Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan danpengkajian masyaralah


kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokokmasyarakat setempat dibawah bimbingan kepala
Desa/Kelurahan dan petugaskesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa).

a.       Tujuan SMD :

1)   Dilaksnakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.

2)   Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang paling


menonjol di masyarakat.

3)   Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukungupaya mengatasi masalah


kesehatan.

4)   Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan


penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.

b.      Sasaran
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan sampel rumah
dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapatmenggambarkan kondisi masalah kesehatan,
lingkungan dan perilaku padaumumnya di desa/kelurahan.

c.       Lokasi

SMD dilaksanakan di desa/kelurahan terpilih

d.      Pelaksana

SMD dilaksanakan oleh kader dan tokoh masyarakat atau sekelompok

warga masyarakat yang telah ditunjuk pada pertemuan tingkat desa.

e.       Waktu

Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuantingkat desa/kelurahan.

f.        Cara Pelaksanaan

1)     Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yangditugaskan untuk


melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi :

a)        Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan dalam pengumpulan


data dan informasi masalah kesehatan.

b)        Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya

c)        Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengancara wawancara yang


menggunakan daftar pertanyaan.

2)      Pelaksana SMD

Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjukmelaksanakan SMD dengan
bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

3)      Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk mengolah data SMD dengan
bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa, sehingga dapat diperoleh perumusan masalah
kesehatan untuk selanjutnya merumuskan perioritas masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku
di desa/kelurahan yang bersangkutan.

4.      Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili
semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas diri dan
merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang
diperoleh dari hasil survei mawas diri.

a.    Tujuan MMD :

1)   Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.

2)   Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui penggerakan dan


pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.

3)    Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes sebagai


koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

4)   Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di


wilayahnya.

5)   Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan


kader dalam mengembangkan Desa Siaga dan operasional Poskesdes.

b.    Tempat pertemuan

Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau

tempat lain yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.

c.    Peserta pertemuan

1)   Peserta tingkat kecamatan : Camat, TP-PKK kecamatan, Kepala Puskesmas, Staf Puskesmas,
Diknas, Departemen Agama, Lintas sektor terkait
2)   Peserta tingkat desa: Kepala Desa, TP-PKK Desa, Sekdes, BPD, Tokoh Agama, Tokoh
masyarakat/Guru

d.   Waktu

Waktu pertemuan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi
desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat hadir serta
cukup memberikan ksesempatan

untuk tercapainya tujuan musyawarah masyarakat desa.

e.    Pelaksanaan

1)   Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta MMD.

2)   MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.

3)   Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan
menggunakan alat peraga, poster dan lain-lain dipimpin oleh petugas Puskesmas atau bidan di
desa.

4)    Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat/kader/kelompok SMD.

5)    Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah
(butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tehnis dari petugas Puskesmas/bidan di
Desa.

6)    Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan masalah


kesehatan, dipimpin oleh kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan dengan pembentukan forum Desa
Siaga dan penetapan Poskesdes sebagai koordinator UKBM.

7)   Penutup.

E.     Tahapan Desa Siaga

1.    Tahap Bina
    Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada forum/lembaga
masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja, misalnya kelompok rembug desa,
kelompok yasinan atau persekutuan doa, dsb. Demikian juga Posyandu dan Polindesnya
mungkin masih pada tahap pratama. Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan petugas
sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan saat ada pertemuan
forum desa untuk meningkatkan kinerja forum dengan pendekatan PKMD.

2.    Tahap Tumbuh

Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota forum untuk mengembangkan
UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu , Demikian juga Polindes dan Posyandu
sedikitnya sudah pada tahap madya. Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari
sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas Posyandu atau
pengembangan UKBM lainnya. Hal penting lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari
Puskesmas PONED sehingga semua hamil bersalin nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi
dan mengalami komplikasi dapat ditangani dengan baik. Disamping itu sistem surveilans
berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu mengamati
penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor risiko di lingkungannya secara terus menerus
dan melaporkan serta memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.

3.    Tahap Kembang

Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis masyarakat.
Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah
dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis
masyarakat. Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena
kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan ,masyrakat didorong lagi untuk
mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan jelas dibutuhkan oleh
masyarakat, misalnya tabulin. Pembinaan masih diperlukan meskipun tidak terlalu intensif.

4.    Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah
hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah
mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam , namun juga
terhadap kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. . Pendampingan dari Tim Kecamatan
sudah tidak diperlukan lagi.

F.     Indikator Keberhasilan Desa Siaga

Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat kelompok indikatornya,
yaitu:

1.    Indikator Masukan

Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah dibenikan
dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut:

a.       Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa

b.      Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.

c.       Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat

d.      Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)

2.    Indikator Proses

Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di
suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut:

a.       Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.

b.      Berfungsi/tidaknya Poskesdes.

c.       Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.

d. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawatdaruratan dan


Bencana.

e.       Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.


f.       Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

3.    Indikator Keluaran

Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator keluaran terdiri atas
hal-hal berikut:

a.       Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes

b.      Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.

c.       Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan

d.      Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS

4.    Indikator Dampak

Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di
Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut:

a.       Jumlah penduduk yang mendenita sakit.

b.      Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.

c.       Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

d.      Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.

e.   Jumlah balita dengan gizi buruk.

Indikator Keberhasilan Desa Siaga Sehat

Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat kelompok indikatornya,
yaitu: (1) indikator masukan, (2) indikator proses, (3) indi-kator keluaran, dan (4) indikator
dampak.
Adapun uraian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

1. Indikator Masuk
Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah dibenikan
dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut.
1.    Ada/tidaknya forum masyarakat desa

2.    Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya

3.   Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat


4.   Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).

2.   IndikatorProses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di
suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut.
a.   Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b.   Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
c.   Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
d.    Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kega¬wat daruratan dan
Bencana.
e.   Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
f.   Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

3.   IndikatorKeluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai
di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator keluaran terdiri atas hal-hal
berikut.
a.   Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
b.   Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
c.   Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
d.    Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS

4.   IndikatorDampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di
Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut.
a.   Jumlah penduduk yang mendenita sakit.
b.   Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c.   Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d.   Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e.    Jumlah balita dengan gizi buruk.

Mari Membentuk Desa Siaga

Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan
sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan 
atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam arti lain, program desa siaga ini ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang mampu
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik langsung maupun tidak langsung.

Dalam realitasnya, program ini tentu bertujuan sepenuhnya ingin mewujudkan masyarakat desa
yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya masing-
masing.

Tujuan Desa Siaga

Tujuan dibentuknya desa siaga adalah untuk mengembangkan kepedulian dan kesiapsiagaan
masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan desa sehat. Tujuan tersebut, tentu
dapat dicapai dengan syarat terciptanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesehatan. Salah satu contohnya adalah meningkatnya keluarga sadar gizi;
meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); meningkatnya kesehatan lingkungan
desa; serta meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan. Apalagi, kita tahu kalau seseorang mengharap pertolongan selain
dari Allah, maka siap-siap mereka akan mendapat kekecewaan. Untuk itu, berusahalah setiap
kita agar mampu menolong dirinya sendiri sehingga tidak dikecewakan oleh siapa pun.

secara umum tujuan dari Desa Siaga adalah :

berfungsi melindungi masyarakatnya dari berbagai penyakit.

Pertama, mampu melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama


penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor resikonya
(termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil.

Kedua, mampu menanggulangi penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, seperti penyakit Diare, Antrax, DBD, flu burung, dll.

Ketiga, mampu melaksanakan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan


kesehatan.

Keempat, mampu melakukan pelayanan medis dasar yang sesuai dengan kompetensinya.

Kelima, mampu melakukan promosi kesehatan tentang peningkatan keluarga sadar gizi,
peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan desa dan kegiatan lainnya yang dianggap perlu.

Sedangkan tujuan khusus dari Desa Siaga adalah:

meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan
melaksanakan PHBS,

meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan,

meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya),

meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Sasaran Pengembangan Desa Siaga


Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi
tiga:

semua individu dan keluarga di desa,

pihak-pihak yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan perilaku individu atau keluarga
di desa tersebut,

pihak-pihak yang diharapkan dapat memberikan dukungan kebijakan, dana, tenaga, sarana, dan
lain-lain terhadap pembentukan dan pengembangan Desa Siaga ini.

Kriteria/ Syarat Desa Siaga

Sebuah desa telah dikatakan menjadi desa siaga bila sekurang-kurangnya telah memiliki sebuah
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakan:

pemberdayaan masyarakat,

mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di desa,

rujukan pertama pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan

Indikator Keberhasilan Desa Siaga

Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikatornya,
yaitu:

1.Indikator Input

Indikator Input adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam
rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator ini terdiri atas:

1)   Ada/ tidaknya forum masyarakat desa

2)   Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan/peralatannya

3)   Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat

4)   Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)


5)   Ada/ tidaknya kader aktif

6) Ada/ tidaknya saran bangunan/Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat bidang


kesehatan

7) Ada/ tidaknya alat komunikasi yang lazim digunakan di masyarakat, seperti bedug,
microphone dari masjid, bedug, dll.

Akhirnya, untuk menjalankan fungsi desa siaga secara maksimal, maka Poskesdes ini harus
bekerjasama dengan tenaga kesehatan Puskesmas setempat, terutama terkait dengan akses
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Sehingga melalui bimbingan dari tenaga
kesehatan yang ada, masyarakat diharapkan mampu mengindentifikasi masalah, mencari
penyebab masalah, dan menentukan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan secara lebih cepat, terorganisir dan terselesaikan. Anda berminat membentuk
desa siaga? Inilah cara sehat dan murah dalam menghadapi berbagai penyakit yang muncul
dewasa ini.

Mari kita mejadikan lebih banyak desa siaga, dengan harapan mampu meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai