Anda di halaman 1dari 14

M.

Syukur | Teknik Pemuliaan Tanaman Cabai


Copyright Muhamad Syukur muhsyukur@ipb.ac.id
http://muhsyukur.staff.ipb.ac.id/2010/06/03/teknik-pemuliaan-tanaman-cabai/

Teknik Pemuliaan Tanaman Cabai

Teknik Pemuliaan Tanaman Cabai

M. Syukur, S. Sujiprihati dan R. Yunianti

Bogor Agricultural University (IPB)

page 1 / 13
Pendahuluan

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara
komersial di daerah tropis. Kegunaannya sebagian besar untuk konsumsi rumah
tangga dan sebagian lagi diekspor ke negara-negara beriklim dingin dalam
bentuk kering. Cabai kering ter sebut digunakan untuk bumbu penyedap saus
dan
produk-produk makanan kaleng.

Cabai menduduki areal paling luas di antara sayuran yang dibudidayakan di


Indonesia. Terdapat lima spesies cabai yang didomestikasi, yaitu Capsicum
annuum
, Capsicum frutescens, Capsicum chinense, Capsicum baccatum, dan Capsicum
pubescens. Diantara kelima spesies tersebut yang memiliki potensi ini
dibudidayakan secara luas di seluruh dunia. Spesies yang lain – C. chinense dan C.
baccatum – hanya terbatas di Amerika Selatan saja.

Di Indonesia cabai yang dibudidayakan secara luas juga termasuk ke dalam


C. annuum dan C. frutescens. Di daerah tertentu, biasanya di dataran
tinggi, didapatkan pula C. pubescens dengan nama lokal cabai gendot
(Sunda) yang ditanam di halaman atau di pinggiran pagar, tidak ditanam
secara komersial. Menurut Biro Pusat Statistik, rata-rata luas areal panen
cabai antara tahun 1987-1991 adalah 232.000 ha/tahun dengan
produktivitas rata-rata 2,6 ton/ha.
Produktivitas ini tentunya mencakup cabai merah dan cabai rawit, dan masih
sangat rendah. Akan tetapi, di Brebes, produktivitasnya dapat mencapai 12 ton/ha –
di dataran rendah dengan varietas lokal dan sistem budi daya intensif. Bahkan,
dengan varietas hibrida dan ditanam di dataran medium, dapat dicapai hasil 20-30
ton/ha.

Tanaman cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi dan berbagai
jenis tanah. Namun, kiranya sulit untuk suatu varietas unggul dalam segala
lingkungan. Karena itu perlu diusahakan bermacam-macam varietas unggul
untuk sesuatu lingkungan tertentu. Misalnya varietas jatilaba cocok untuk
dataran rendah dan medium hanya pada musim kemarau karena varietas ini
sangat peka terhadap penyakit antraknosa yang banyak menyerang pada musim
penghujan.
Dibandingkan dengan C. frutescens (cabai rawit), ternyata C. annuum (cabai
besar) lebih penting. Spesies lain, C. pubescens (cabai gendot), terdapat juga di
dataran-dataran tertentu. Spesies ini dikonsumsi pada saat buah masih muda,
berwarna hijau tua. Ke dalam C. annuum tercakup cabai paprika yang mulai
dibudidayakan dalam areal yang masih sangat sempit.

Untuk areal tanaman cabai seluas 232.000 ha diperlukan tidak kurang dari 70 ton
benih. Sebagian petani cabai masih menggunakan benih lokal yang berasal dari
pertanaman sebelumnya dan sebagian kecil menggunakan benih hibrida F1 yang
diimpor. Walaupun tanaman cabai termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri (
self-pollinated crop), tetapi karena morfologi bunganya yang terbuka maka
keberhasilan persilangan hanya sekitar 56%. Oleh karena itu, hampir semua
varietas lokal dalam pertanaman merupakan populasi yang bersegregasi dengan
keseragaman yang bervariasi. Apalagi kadang-kadang petani sengaja menanam
cabai lebih dari satu varietas dalam satu lahan sehingga persentase persilangan
akan cukup besar. Salah satu alasan petani menanam lebih dari satu varietas,
biasanya campuran antara varietas berumur genjah dan berumur dalam, adalah
untuk mengantisipasi fluktuasi harga yang tajam. Melalui cara tersebut, petani
dapat panen dalam jangka waktu yang lebih lama. Harapannya harga rendah pada
awal panen dapat diimbangi dengan harga tinggi pada periode-periode panen
berikutnya. Akibat dari cara terakhir ini adalah tercemarnya mutu benih secara
genetik akibat persilangan antar varietas dan atau secara fisik bila benih
pertanaman ini digunakan untuk pertanaman berikutnya. Benih yang berasal dari
pertanaman ini disebut benih bersari bebas atau open-pollinated seeds (benih
OP).

Selain benih OP, akhir-akhir ini juga dikenal hibrida F1 seperti hot beauty dan
hero long chili. Benih hibrida ini adalah benih yang diproduksi secara khusus dan
menggunakan paling sedikit dua tetua atau induk yang telah teruji sebelumnya.
Benih hasil silangan kedua tetua tersebut disebut benih hibrida. Untuk
menghasilkan benih hibrida tersebut, dilakukan persilangan secara manual.
Pada umumnya, untuk pembudidayaan varietas hibrida memerlukan cara yang
intensif. Hasil yang didapatkannya pun lebih tinggi daripada kedua tetuanya
dan memiliki keseragaman tinggi.

Dalam penelitian biaya produksi usaha tani cabai di daerah Brebes, Jawa
Tengah, didapatkan hasil bahwa usaha tani cabai merupakan usaha tani yang
memberi harapan menguntungkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 51%
biaya produksi digunakan untuk pestisida sehingga petani melakukan
pengendalian secara kimiawi dan intensif. Melalui cara tersebut petani dapat
menghasilkan cabai sebanyak 12 ton/ha. Di daerah lain, yaitu Bekasi dan
Rembang, dengan pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif
didapatkan hasil sebanyak 2-4 ton/ha. Dalam pembudidayaan tersebut,
besarnya biaya pestisida hanya 3-4%
dari biaya produksi total. Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pertanaman cabai
hampir selalu terserang penyakit cendawan Colletotrichum sp. yang
mengakibatkan kerusakan sampai 65%. Di India, penyakit tersebut
mengakibatkan penurunan hasil antara 20-35% pada tahun 1966 dan antara 20-
60% pada tahun 1967. Di seluruh dunia, penyakit ini menjadi penting dan
mengakibatkan kegagalan total pertanaman cabai.

Di negara-negara ASEAN, selain penyakit antraknosa, penyakit virus juga


merupakan penyakit penting. Hama penting yang sering menyerang tanaman
cabai adalah trips, tungau (mites), dan Dacus sp. Di pantai utara Jawa dan
Lampung, hama trips sangat dominan dan menyebabkan tanaman tidak mampu
untuk berproduksi.

Beberapa Sifat Tanaman Cabai

Beberapa sifat tanaman cabai yang dapat digunakan untuk membedakan antar
varietas diantaranya adalah percabangan tanaman, perbungaan tanaman,
ukuran ruas, dan tipe buahnya.

1. Percabangan tanaman

Pada tanaman cabai dikenal 3 tipe percabangan sebagai berikut :

1. Tipe tegak, misalnya pada cabai Lc sedang dan MC-4


2. Tipe menyebar, misalnya pada varietas jatilaba dan tit super
3. Tipe kompak, misalnya pada cabai rawit

2. Pembungaan Tanaman

Bunga pada tanaman cabai terdapat pada ruas daun. Jumlahnya bervariasi antara
1.8 bunga tiap ruas, tergantung spesiesnya. Berikut ini rata-rata jumlah bunga
pada
masing-masing varietas tanaman cabai.

1. C. annuum (cabai besar) mempunyai satu bunga/ruas


2. C. frutescens (cabai rawit) mempunyai 1-3 bunga/ruas
3. C. pubescens (cabai gendot) mempunyai 1-5 bunga/ruas
4. C. baccatum (cabai ubatuba) mempunyai 1-5 bunga/ruas
5. C. chinense mempunyai 2-5 bunga/ruas

3. Ukuran ruas

Ukuran ruas tanaman cabai bervariasi dari pendek sampai panjang. Makin
banyak ruas makin banyak jumlah bunganya. Diharapkan bahwa tanaman
dengan jumlah ruas yang lebih banyak akan dapat meningkatkan hasil,
sepanjang ukuran buah tetap sama.

4. Buah cabai

Buah cabai bervariasi antara lain dalam bentuk, ukuran, warna buah, tebal kulit
buah, jumlah rongga buah, permukaan buah, dan tingkat kepedasan. Preferensi
konsumen buah segar bervariasi. Untuk konsumen buah segar bervariasi dari
kesukaan terhadap jenisnya: cabai besar atau cabai keriting; terhadap kepedasan:
pedas atau tidak; dan lain-lain. Untuk konsumen industri sudah ada kriteria
tersendiri sesuai dengan tujuan penggunaannya: untuk saus, tepung, atau yang
lainnya.

Sasaran Pemuliaan

Sasaran pemuliaan cabai terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:

1) Perbaikan daya hasil.


2) Perbaikan sifat-sifat hortikultura.

3) Prebaikan resistensi terhadap hama dan penyakit.

4) Perbaikan terhadap cekaman lingkungan, terutama terhadap kekeringan dan


salinitas tinggi.

1. Perbaikan daya hasil dan sifat-sifat hortikultura

Dari survei ke Pasar Cibitung, Bekasi, dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta,
didapat informasi mengenai kualitas buah cabai yang dikehendaki konsumen.
Informasi tersebut digunakan sebagai salah satu acuan dalam menentukan sasaran
kualitas buah cabai dalam perbaikan kualitas. Berikut ini kriteria cabai yang
berkualitas sesuai dengan keinginan petani maupun konsumen.

A. Cabai besar

1) Hasil: lebih baik dari jatilaba (OP) dan hot beauty (hibrida).

2) Umur: lebih genjah dari jatilaba (OP) dan hot beauty (hibrida).

3) Bentuk dan ukuran: kurang lebih sama dengan varietas prembun, tit super,
atau hot beauty (panjang 10-11 cm; diameter 13-15 mm).
4) Permukaan: halus, rata.

5) Kulit buah: tebal.

6) Warna buah: merah cerah.

7) Rasa: pedas.

B. Cabai keriting

1) Hasil: lebih baik dari LV-3044 atau LV-3188.

2) Umur: lebih genjah dari LV-3044

3) Bentuk dan ukuran buah: ramping, lurus, panjang 11-15 cm, diameter 8-10
mm.

4) Warna buah: merah tua

5) Rasa: pedas.

Dalam usaha perbaikan daya hasil juga dilakukan dengan perbaikan komponen
hasil. Dalam hal ini dilakukan dengan mentransfer sifat fasiculate untuk
meningkatkan jumlah bunga per ruas. Sifat fasciculate adalah sifat tanaman cabai
dengan buku memendek dan terdapat 4-8 bunga atau buah pada satu ruas. Sifat ini
dikendalikan satu gen resesif, yaitu fa, dan bisa dipindahkan ke dalam cabai besar.
Selain itu juga dilakukan persilangan untuk mengintroduksi sifat percabangan
kompak dengan harapan dapat memperbanyak jumlah ruas sehingga jumlah bunga
lebih banyak.

2. Perbaikan resistensi hama dan penyakit

Sasaran perbaikan resistensi terhadap penyakit terutama ditujukan untuk resistensi


penyakit antraknosa. Penyakit ini dapat merusak produktivitas maupun kualitas
hasil. Uji laboratorium menunjukkan adanya varietas komersial yang agak resisten,
misalnya varietas tit super.

Penyakit antraknosa merupakan kendala biologis terbesar dalam usahatani cabai


merah, karena disamping dapat menyerang tanaman, juga dapat menyerang buah
yang terbentuk, maupun setelah buah dipanen. Patogen yang menyerang buah
merupakan kendala terbesar dalam peningkatan produksi cabai merah, karena
buah dapat gugur sebelum panen atau buah menjadi busuk sebelum dan setelah
panen, sehingga mengurangi produksi buah yang dapat dipasarkan. Penyakit
antraknosa dapat berlanjut menyerang buah dalam penyimpanan di tingkat
konsumen. Oleh karena itu penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang paling
merugikan dibanding penyakit cabai lainnya.

Penyakit antraknosa menimbulkan gejala busuk buah yang dicirikan oleh adanya
bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, yang selanjutnya meluas menjadi
busuk lunak, pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang
terdiri dari sekelompok seta dan konidium jamur, pada serangan yang berat
dapat menyebabkan buah mengering dan keriput sehingga buah yang seharusnya
berwarna merah menjadi seperti jerami. Serangan yang terjadi pada biji akan
menyebabkan kegagalan biji untuk berkecambah, pada kecambah dapat
menimbulkan rebah kecambah (damping off) serta pada tanaman dewasa dapat
menimbulkan mati pucuk dan infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan busuk
kering pada batang.
3. Perbaikan resistensi terhadap cekaman lingkungan

Salah satu cekaman lingkungan adalah hujan. Pada umumnya, cabai besar
sangat terpengaruh produktivitas dan kualitas hasilnya jika ditanam pada
musim hujan.
Pada saat musim hujan, bunga dan buah rontok. Selain itu, tanaman juga mudah
terserang penyakit antraknosa. Berbeda dengan cabai besar, cabai rawit
mempunyai toleransi lebih besar terhadap keguguran bunga atau buah oleh hujan.

Tahapan Pemuliaan

Tahapan pemuliaan cabai adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan (koleksi) plasma nutfah dan mengkarakterisasi


2. Seleksi atau memilih genotipe yang diinginkan, diikuti dengan
pemurnian (penggaluran)
3. Hibridisasi atau persilangan diantara genotipe terpilih (sebagai tetua)
4. Evaluasi terhadap hasil seleksi dan atau hibridisasi

1. Mengumpulkan (koleksi) plasma nutfah dan mengkarakterisasi

Mengumpulkan plasma nutfah tanaman cabai dapat dilakukan dengan cara


eksplorasi atau mencari berbagai genotipe cabai (kultivar, landras, tipe liar) dari
pelosok tanah air, dan introduksi yaitu mendatangkan dari luar negeri. Selanjutnya
berbagai genotipe cabai tersebut dikarakterisasi berdasarkan pedoman atau
panduan Descriptors for Capsicum yang ditetapkan oleh International Plant
Genetic Resources Institute (IPGRI, 1995).
2. Seleksi atau memilih genotipe yang diinginkan, diikuti
dengan pemurnian (penggaluran)

Seleksi atau pemilihan plasma nutfah yang telah dikoleksi, berdasarkan


karakterisasi yang sudah dilakukan. Oleh karena itu plasma nutfah yang dikoleksi
harus banyak dan beragam, sehingga akan memudahkan kita dalam memilih. Pada
tanaman cabai, seleksi atau pemilihan dapat diarahkan untuk mendapatkan
varietas yang diinginkan dengan menggunakan metode pemuliaan yang baku.
Disamping itu, seleksi plasma nutfah dilakukan untuk memilih genotipe –
genotipe yang akan dijadikan tetua sebagai bahan persilangan. Dalam proses
seleksi, diikuti dengan pemurnian (penggaluran) yaitu melakukan selfing
(penyerbukan sendiri) dengan menutup individu tanaman dengan sungkup kasa
atau dengan mengisolasi individu bunga yang masih kuncup menggunakan
selotip. Penyungkupan atau isolasi dilakukan sebelum tanaman berbunga untuk
menghindari masuknya serbuk sari dari tanaman lain.

3. Hibridisasi atau persilangan diantara genotipe terpilih (sebagai tetua)

Berdasarkan hasil seleksi pada kegiatan sebelumnya, dapat diidentifikasi genotipe


tanaman cabai yang diinginkan sebagai tetua. Misalnya, suatu genotipe tanaman
cabai (A) mempunyai karakter hortikultura yang unggul namun tidak tahan
terhadap penyakit. Sementara itu, ada genotipe tanaman cabai (B) yang tahan
terhadap peyakit. Oleh karena perlu dilakukan pemindahan gen pengendali
ketahanan penyakit dari tanaman (B) ke tanaman (A) melalui proses hibridisasi
(persilangan). Kemudian dipilih metode yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan
pemuliaan tanaman cabai tahan penyakit ini.

Pada garis besarnya persilangan cabai terdiri atas pekerjaan: 1) Persiapan, 2)


Kastrasi, 3) Emaskulasi atau pengebirian, 4) Polenisasi (penyerbukan), 5) Isolasi, 6)
Labelisasi (Pelabelan).

a. Persiapan
Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu
disediakan alat-alat sebagai berikut : pisau kecil yang tajam, gunting kecil, pinset
dengan ujung yang tajam, alkohol (75-85%) atau spiritus dalam botol kecil untuk
mensterilkan alat-alat tersebut, gelas atau cangkir untuk tempat benang sari, kuas
untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik.

Untuk membungkus bunga sesudah dilakukan penyerbukan dapat dipakai kantong


isolatif. Selain daripada itu perlu disediakan label dari kertas yang tebal dan
diberi nomor urut. Untuk keperluan penyerbukan silang antara jenis-jenis
tertentu sebaiknya kertas label itu mempunyai warna tertentu, misalnya untuk
persilangan A X B warna labelnya merah, untuk A X C warna labelnya putih,
untuk D X B warnanya hijau dan seterusnya dengan warna lain.

b. Kastrasi

Kastrasi adalah membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang
akan diemaskulasi, dari kotoran, serangga, serta mahkota dan kelopak. Alat
kastrasi adalah gunting atau pinset. Kastrasi dilakukan sesaat sebelum emaskulasi.
Kastrasi dimulai dengan memotong bagian ujung dari kuncup bunga dengan
pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan jelas dari atas.
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai putiknya turut
terpotong atau rusak.

Kemudian mahkota dari kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan
menggunakan sebuah pinset sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila
perlu semua mahkota dibuang.

c. Emaskulasi

Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina,
sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.
Emaskulasi dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan
fertil.

Dengan sebuah pinset benang sari cabai dapat dibuang satu per satu sampai
habis. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk
mengebiri bunga harus steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu
dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap sampai
kering dan bersih. Setelah melakukan emaskulasi, pada tangkai bunga segera
digantungkan sebuah label yang telah diberi nomor.

d. Penyerbukan

Penyerbukan adalah peletakan serbuk sari ke kepala putik. Teknik penyerbukan


biasanya dilakukan dengan menggunakan kuas, pinset, atau tusuk gigi yang steril.
Alat tersebut dicelupkan ke kumpulan polen (polen yang sudah dikumpulkan) dan
dioleskan ke stigma.

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: 1) penyesuaian waktu


berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat
berbunganya dan masaknya (anthesis dan reseptif) waktunya bersamaan. 2)
Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila
melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan
harus tepat ketika stigma reseptif.

e. Isolasi

Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diserbuki tidak terserbuki oleh serbuk sari
asing. Dengan demikian betina harus ditutup, misalnya dengan isolatif.
f. Pelabelan

Ukuran dan bentuk label berbeda, tergantung janis tanamannya. Pada dasarnya
label terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label antara lain
tertulis informasi tentang: 1) Nomor yang berhubungan dengan lapangan,
2) waktu persilangan, 3) Nama tetua jantan dan betina, 4) Kode pemulia/penyilang.

4. Evaluasi terhadap hasil seleksi dan atau hibridisasi

Hasil seleksi (pada no 2) dan hibridisasi (No 3) dalam masing-masing metode yang
diterapkan, perlu tahapan evaluasi. Prosedur untuk evaluasi cabai baik di kebun
percobaan maupun kebun petani, digunakan panduan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai