page 1 / 13
Pendahuluan
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara
komersial di daerah tropis. Kegunaannya sebagian besar untuk konsumsi rumah
tangga dan sebagian lagi diekspor ke negara-negara beriklim dingin dalam
bentuk kering. Cabai kering ter sebut digunakan untuk bumbu penyedap saus
dan
produk-produk makanan kaleng.
Tanaman cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi dan berbagai
jenis tanah. Namun, kiranya sulit untuk suatu varietas unggul dalam segala
lingkungan. Karena itu perlu diusahakan bermacam-macam varietas unggul
untuk sesuatu lingkungan tertentu. Misalnya varietas jatilaba cocok untuk
dataran rendah dan medium hanya pada musim kemarau karena varietas ini
sangat peka terhadap penyakit antraknosa yang banyak menyerang pada musim
penghujan.
Dibandingkan dengan C. frutescens (cabai rawit), ternyata C. annuum (cabai
besar) lebih penting. Spesies lain, C. pubescens (cabai gendot), terdapat juga di
dataran-dataran tertentu. Spesies ini dikonsumsi pada saat buah masih muda,
berwarna hijau tua. Ke dalam C. annuum tercakup cabai paprika yang mulai
dibudidayakan dalam areal yang masih sangat sempit.
Untuk areal tanaman cabai seluas 232.000 ha diperlukan tidak kurang dari 70 ton
benih. Sebagian petani cabai masih menggunakan benih lokal yang berasal dari
pertanaman sebelumnya dan sebagian kecil menggunakan benih hibrida F1 yang
diimpor. Walaupun tanaman cabai termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri (
self-pollinated crop), tetapi karena morfologi bunganya yang terbuka maka
keberhasilan persilangan hanya sekitar 56%. Oleh karena itu, hampir semua
varietas lokal dalam pertanaman merupakan populasi yang bersegregasi dengan
keseragaman yang bervariasi. Apalagi kadang-kadang petani sengaja menanam
cabai lebih dari satu varietas dalam satu lahan sehingga persentase persilangan
akan cukup besar. Salah satu alasan petani menanam lebih dari satu varietas,
biasanya campuran antara varietas berumur genjah dan berumur dalam, adalah
untuk mengantisipasi fluktuasi harga yang tajam. Melalui cara tersebut, petani
dapat panen dalam jangka waktu yang lebih lama. Harapannya harga rendah pada
awal panen dapat diimbangi dengan harga tinggi pada periode-periode panen
berikutnya. Akibat dari cara terakhir ini adalah tercemarnya mutu benih secara
genetik akibat persilangan antar varietas dan atau secara fisik bila benih
pertanaman ini digunakan untuk pertanaman berikutnya. Benih yang berasal dari
pertanaman ini disebut benih bersari bebas atau open-pollinated seeds (benih
OP).
Selain benih OP, akhir-akhir ini juga dikenal hibrida F1 seperti hot beauty dan
hero long chili. Benih hibrida ini adalah benih yang diproduksi secara khusus dan
menggunakan paling sedikit dua tetua atau induk yang telah teruji sebelumnya.
Benih hasil silangan kedua tetua tersebut disebut benih hibrida. Untuk
menghasilkan benih hibrida tersebut, dilakukan persilangan secara manual.
Pada umumnya, untuk pembudidayaan varietas hibrida memerlukan cara yang
intensif. Hasil yang didapatkannya pun lebih tinggi daripada kedua tetuanya
dan memiliki keseragaman tinggi.
Dalam penelitian biaya produksi usaha tani cabai di daerah Brebes, Jawa
Tengah, didapatkan hasil bahwa usaha tani cabai merupakan usaha tani yang
memberi harapan menguntungkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 51%
biaya produksi digunakan untuk pestisida sehingga petani melakukan
pengendalian secara kimiawi dan intensif. Melalui cara tersebut petani dapat
menghasilkan cabai sebanyak 12 ton/ha. Di daerah lain, yaitu Bekasi dan
Rembang, dengan pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif
didapatkan hasil sebanyak 2-4 ton/ha. Dalam pembudidayaan tersebut,
besarnya biaya pestisida hanya 3-4%
dari biaya produksi total. Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pertanaman cabai
hampir selalu terserang penyakit cendawan Colletotrichum sp. yang
mengakibatkan kerusakan sampai 65%. Di India, penyakit tersebut
mengakibatkan penurunan hasil antara 20-35% pada tahun 1966 dan antara 20-
60% pada tahun 1967. Di seluruh dunia, penyakit ini menjadi penting dan
mengakibatkan kegagalan total pertanaman cabai.
Beberapa sifat tanaman cabai yang dapat digunakan untuk membedakan antar
varietas diantaranya adalah percabangan tanaman, perbungaan tanaman,
ukuran ruas, dan tipe buahnya.
1. Percabangan tanaman
2. Pembungaan Tanaman
Bunga pada tanaman cabai terdapat pada ruas daun. Jumlahnya bervariasi antara
1.8 bunga tiap ruas, tergantung spesiesnya. Berikut ini rata-rata jumlah bunga
pada
masing-masing varietas tanaman cabai.
3. Ukuran ruas
Ukuran ruas tanaman cabai bervariasi dari pendek sampai panjang. Makin
banyak ruas makin banyak jumlah bunganya. Diharapkan bahwa tanaman
dengan jumlah ruas yang lebih banyak akan dapat meningkatkan hasil,
sepanjang ukuran buah tetap sama.
4. Buah cabai
Buah cabai bervariasi antara lain dalam bentuk, ukuran, warna buah, tebal kulit
buah, jumlah rongga buah, permukaan buah, dan tingkat kepedasan. Preferensi
konsumen buah segar bervariasi. Untuk konsumen buah segar bervariasi dari
kesukaan terhadap jenisnya: cabai besar atau cabai keriting; terhadap kepedasan:
pedas atau tidak; dan lain-lain. Untuk konsumen industri sudah ada kriteria
tersendiri sesuai dengan tujuan penggunaannya: untuk saus, tepung, atau yang
lainnya.
Sasaran Pemuliaan
Dari survei ke Pasar Cibitung, Bekasi, dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta,
didapat informasi mengenai kualitas buah cabai yang dikehendaki konsumen.
Informasi tersebut digunakan sebagai salah satu acuan dalam menentukan sasaran
kualitas buah cabai dalam perbaikan kualitas. Berikut ini kriteria cabai yang
berkualitas sesuai dengan keinginan petani maupun konsumen.
A. Cabai besar
1) Hasil: lebih baik dari jatilaba (OP) dan hot beauty (hibrida).
2) Umur: lebih genjah dari jatilaba (OP) dan hot beauty (hibrida).
3) Bentuk dan ukuran: kurang lebih sama dengan varietas prembun, tit super,
atau hot beauty (panjang 10-11 cm; diameter 13-15 mm).
4) Permukaan: halus, rata.
7) Rasa: pedas.
B. Cabai keriting
3) Bentuk dan ukuran buah: ramping, lurus, panjang 11-15 cm, diameter 8-10
mm.
5) Rasa: pedas.
Dalam usaha perbaikan daya hasil juga dilakukan dengan perbaikan komponen
hasil. Dalam hal ini dilakukan dengan mentransfer sifat fasiculate untuk
meningkatkan jumlah bunga per ruas. Sifat fasciculate adalah sifat tanaman cabai
dengan buku memendek dan terdapat 4-8 bunga atau buah pada satu ruas. Sifat ini
dikendalikan satu gen resesif, yaitu fa, dan bisa dipindahkan ke dalam cabai besar.
Selain itu juga dilakukan persilangan untuk mengintroduksi sifat percabangan
kompak dengan harapan dapat memperbanyak jumlah ruas sehingga jumlah bunga
lebih banyak.
Penyakit antraknosa menimbulkan gejala busuk buah yang dicirikan oleh adanya
bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, yang selanjutnya meluas menjadi
busuk lunak, pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang
terdiri dari sekelompok seta dan konidium jamur, pada serangan yang berat
dapat menyebabkan buah mengering dan keriput sehingga buah yang seharusnya
berwarna merah menjadi seperti jerami. Serangan yang terjadi pada biji akan
menyebabkan kegagalan biji untuk berkecambah, pada kecambah dapat
menimbulkan rebah kecambah (damping off) serta pada tanaman dewasa dapat
menimbulkan mati pucuk dan infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan busuk
kering pada batang.
3. Perbaikan resistensi terhadap cekaman lingkungan
Salah satu cekaman lingkungan adalah hujan. Pada umumnya, cabai besar
sangat terpengaruh produktivitas dan kualitas hasilnya jika ditanam pada
musim hujan.
Pada saat musim hujan, bunga dan buah rontok. Selain itu, tanaman juga mudah
terserang penyakit antraknosa. Berbeda dengan cabai besar, cabai rawit
mempunyai toleransi lebih besar terhadap keguguran bunga atau buah oleh hujan.
Tahapan Pemuliaan
a. Persiapan
Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu
disediakan alat-alat sebagai berikut : pisau kecil yang tajam, gunting kecil, pinset
dengan ujung yang tajam, alkohol (75-85%) atau spiritus dalam botol kecil untuk
mensterilkan alat-alat tersebut, gelas atau cangkir untuk tempat benang sari, kuas
untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik.
b. Kastrasi
Kastrasi adalah membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang
akan diemaskulasi, dari kotoran, serangga, serta mahkota dan kelopak. Alat
kastrasi adalah gunting atau pinset. Kastrasi dilakukan sesaat sebelum emaskulasi.
Kastrasi dimulai dengan memotong bagian ujung dari kuncup bunga dengan
pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan jelas dari atas.
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai putiknya turut
terpotong atau rusak.
Kemudian mahkota dari kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan
menggunakan sebuah pinset sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila
perlu semua mahkota dibuang.
c. Emaskulasi
Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina,
sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.
Emaskulasi dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan
fertil.
Dengan sebuah pinset benang sari cabai dapat dibuang satu per satu sampai
habis. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk
mengebiri bunga harus steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu
dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap sampai
kering dan bersih. Setelah melakukan emaskulasi, pada tangkai bunga segera
digantungkan sebuah label yang telah diberi nomor.
d. Penyerbukan
e. Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diserbuki tidak terserbuki oleh serbuk sari
asing. Dengan demikian betina harus ditutup, misalnya dengan isolatif.
f. Pelabelan
Ukuran dan bentuk label berbeda, tergantung janis tanamannya. Pada dasarnya
label terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label antara lain
tertulis informasi tentang: 1) Nomor yang berhubungan dengan lapangan,
2) waktu persilangan, 3) Nama tetua jantan dan betina, 4) Kode pemulia/penyilang.
Hasil seleksi (pada no 2) dan hibridisasi (No 3) dalam masing-masing metode yang
diterapkan, perlu tahapan evaluasi. Prosedur untuk evaluasi cabai baik di kebun
percobaan maupun kebun petani, digunakan panduan tertentu.