Anda di halaman 1dari 7

1. Bagaimana anatomi fisiologi dari sinus dan apa saja fungsinya?

2. Mengapa pasien mengeluhkan hidung tersumbat, lender mengalir yg tdk dapat


dikeluarkan disertai bau amis?

Hidung Tersumbat
Dimulai dg inflamasi mukosa hidung khususnya kompleks ostiomeatal (KOM).
Secara skematik patofisiologi RS  Inflamasi mukosa hidung  pembengkakan
(udem) dan eksudasi  obstruksi (blokade) ostium sinus  gangguan ventilasi dan
drainase,resorpsi oksigen dalam rongga sinus  hipoksia (oksigen menurun,pH
menurun,tekanan negatif)  permeabilitas kapiler meningkat 
transudasi,peningkatan eksudasi serous,penurunan fungsi silia retensi sekresi di
sinus atau pertumbuhan kuman.

Bau Amis
Adanya proses inflamasi yang disebabkan adanya infeksi virus  infeksi bakteri 
infeksi organ2 yang membentuk KOM (kompleks ostiomeatal)  edema  mukosa-
mukosa yang saling berhadapan akan menempel satu sama lain  silia tidak bergerak
 penyumbatan ostium  penghambatan drainase sinus.
Selain itu, penyebab terjadinya hidung tersumbat juga bisa dikarenakan oleh septum
deviasi, polip kavum nasi, hipertrofi konka, dan adanya tumor di dalam hidung.

3. Mengapa pasien mengeluh nyeri kepala dan nyeri telinga dan disekitar wajahnya?
dan terasa lebih berat Ketika pagi hari disertai cuaca dingin?
Inflamasi mukosa hidung ( infeksi virus dan rinitis alergi)  pembengkakan (udem)
dan eksudasi  obstruksi (blokade) ostium sinus  gangguan ventilasi dan
drainase,resorpsi oksigen dalam rongga sinus  hipoksia (oksigen menurun,pH
menurun,tekanan negatif)  permeabilitas kapiler meningkat 
transudasi,peningkatan eksudasi serous,penurunan fungsi silia  retensi sekresi di
sinus atau pertumbuhan kuman  keluhan biasanya terjadi pagi hari dan akan
berkurang pada siang hari  karena pada malam hari terjadi penimbunan sekret
dalam rongga hidung dan sinus, serta adanya stasis di vena.

- Nyeri sekitar wajah =


Sinusitis atau radang sinus paranasal dibagi menjadi empat berdasarkan lokasinya,
a. Sinusitis maksilaris : nyeri daerah maksila (sakit gigi, bawah kelopak mata,
dan kepala). Nyeri alih pada dahi dan depan telinga.
b. Sinusitis frontalis : nyeri daerah belakang dan atas mata, dahi, atau seluruh
kepala.
c. Sinusitis ethmoidalis : nyeri daerah belakang mata, kantus medius, bola mata,
pangkal hidung, dan sakit kepala. Terasa semakin sakit jika pasien
menggerakan bola matanya. Nyeri alih pada pelipis/parietal.
d. Sinusitis sfenoidalis : nyeri daerah belakang mata tetapi lebih sering pada
vertex kepala. Bisa pada occipital, belakang bola mata, daerah mastoid.

4. Mengapa pada pasien diberi antibiotic analgetic dan antipiretik keluhan tidak
membaik?
Bisa terjadi akibat resistensi Antibiotik, Bakteri Tidak Sensitif Terhadap Antiobiotik
Yang telah diberikan, Bisa Juga Sinusitis Kronik

Bisa juga Karena Faktor Predisposisi Dari Host/Pasien Belum tertangani, sehingga
Rhinosinusitis tidak tertangani walau dengan obat-obatan, pada pasien yang tidak
memiliki factor predisposisi yang bervariasi Rhinosinusitis dapat sembuh sendiri
bahkan ketika terjadi Sinusitis Akibat Infeksi Bakteri, bisa karena kelainan pada gigi,
kelainan komplek osteomeatal dst, sehingga berpotensi menjadi Sinusitis Kronik yang
memerlukan Intefensi Bedah.

5. Apa saja tanda dan gejala penyakit pada di scenario?


6. Bagaimana patofisiologi pada penyakit di atas?
7. Apa saja etiologi dan factor predisposisi dalam timbulnya penyakit di scenario?

8. Apa saja px penunjang yg dapat dilakukan sesuai dgn scenario di atas?


Pemeriksaan fisik
 Suhu meningkat
 Adanya hiperemi dan daerah sembab sekitar hidung dan orbita
 Pemeriksaan rongga mulut  terdapat karies pada gigi rahang atas
 Rinoskopi anterior :
o Adanya edema dan atau obstruksi mukosa di meatus media
o Sekret mukopurulet. Jika sekret nampak pada meatus media  sinus
maksila, frontal atau ethmoid anterior
o Kelainan anatomis  deviasi septum, polip nasal, hipertrofi konka
 Rinoskopi posterior : Adanya sekret purulen pada nasofaring
 Otoskopi : deteksi adanya komplikasi pada telinga (tuba oklusi, efusi ruang
telinga tengah atau kelainan membran timpani (inflamasi, ruptut)).

Pemeriksaan penunjang
- Transiluminasi : menilai adanya kelainan pada sinus maksila.
Pemeriksaan ini dapat memperkuat diagnosis RS apabila terdapat
perbedaan hasil transiluminasi antara sinus maksila kiri dan kanan.
- Pemeriksaan Radiologis : Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah foto
sinus,CT scan (GOLD STANDAR) dan MRI (KEGANASAN).
CT scan  untuk evaluasi penyakit lebih lanjut apabila pengobatan
medikamentosa tidak memberi respon seperti yang diharapkan. Kelainan
pada sinus maupun kompleks ostiomeatal dapat terlihat dengan jelas
melalui pemeriksaan ini.
- Endoskopi Nasal : pemeriksaan tambahan yang sangat berguna dalam
memberikan informasi tentang penyebab RSK. Dengan endoskopi nasal
dapat diketahui lebih jelas kelainan didalam rongga hidung,termasuk
memeriksa ostium sinus dan kelainan pada kompleks ostiomeatal
- Sitologi nasal, biopsi, pungsi aspirasi dan bakteriologi
- Tes alergi
- Tes fungsi mukosiliar : kliren mukosiliar, frekuensi getar siliar mikroskop
elektron dan nitrit oksida
- Penilaian aliran udara nasal (nasal airflow): nasal inspiratory peakflow,
rinomanometri, rinometri akustik dan rinostereometri
- Tes fungsi olfaktori: threshold testing
- Laboratorium : pemeriksaan CRP ( C-reactive protein)

9. Apa dd dan dx pada scenario di atas?


Dx : rhinosinusitis akut viral

Post Nasal Drop (+)


Buntu Hidung/Congestion (+)
Panas (+)
Rasa Penuh (+)

DD :
10. Apa tatalaksana dan edukasi sesuai dgn penyakit di scenario?
1) Pasien dan atau keluarga perlu mendapatkan penjelasan yang adekuat
mengenai penyakit yang dideritanya, termasuk faktor risiko yang diduga
mendasari.
a. Pada pasien perokok, sebaiknya merokok dihentikan.
b. Bila terdapat pajanan polutan sehari-hari, dokter dapat membantu
memberikan anjuran untuk meminimalkannya, misalnya dengan pasien
menggunakan masker atau ijin kerja selama simtom masih ada.
c. Pasien dianjurkan untuk cukup beristirahat dan menjaga hidrasi.
Pasien dianjurkan untuk membilas atau mencuci hidung secara teratur
dengan larutan garam isotonis (salin).

11. Apa prognosis dan komplikasi dari penyakit di atas?


- Kelainan orbita
Penyebaran infeksi ke orbita paling sering terjadi pada sinusitis etmoid, frontal, dan
maksila. Gejala dan tanda yang patut dicurigai sebagai infeksi orbita adalah: edema
periorbita, selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata. Kelainan dapat mengenai satu
mata atau menyebar ke kedua mata.
- Kelainan intracranial
Penyebaran infeksi ke intrakranial dapat menimbulkan meningitis, abses ekstradural,
dan trombosis sinus kavernosus. Gejala dan tanda yang perlu dicurigai adalah: sakit
kepala (tajam, progresif, terlokalisasi), paresis nervus kranial, dan perubahan status
mental pada tahap lanjut.
- Komplikasi lain, terutama pada rinosinusitis kronik, dapat berupa: osteomyelitis sinus
maksila, abses subperiosteal, bronkitis kronik, bronkiektasis.
Sumber :
Krisna, P. et al. (2018) ‘Karakteristik Penderita Rinosinusitis Kronis yang Rawat
Jalan di Poli THT-KL RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016’, E-Jurnal Medika,
7(12), p. 2. Available at: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/45060.
Husni, T. (2015) ‘Diagnosis dan Penanganan Rinosinusitis’, J Majority, pp. 212–229.
Available at: http://conference.unsyiah.ac.id/TIFK/1/paper/viewFile/783/78
Lima, Sabrina & Ferreira, Ana & Brant, Tereza. (2017). Isotonic Saline Nasal
Irrigation in Clinical Practice: A Literature Review. Fisioterapia em Movimento. 30.
639-649. 10.1590/1980-5918.030.003.ar04.
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Sitinjak, N. et al. 2015. Karakteristik Penderita Rinosinusitis Kronik Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2015. FKM USU

Anda mungkin juga menyukai