Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS RESIKO PERBANKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR


DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2015 – 2019

Bagus Aji Pratama


S422108002

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Indonesia
e-mail: bagusajipratama1996@student.uns.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh resiko Beban Operasional (BOPO), risiko
permodalan (CAR), risiko likuiditas (LDR), risiko pasar (NIM), risiko kredit (NPL) terhadap
Return On Assets (ROA). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
berjumlah 44 perusahaan perbankan. Pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling
merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti yaitu yang
melaporkan annual report selama periode pengamatan 2015-2019 dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia berjumah 32 bank. Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder dari
laporan keuangan perbankan pada periode 2015 hingga 2019. Hasil penelitian menunjukkan
resiko biaya operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, resiko
permodalan (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, resiko likuiditas (LDR)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, resiko pasar (NIM) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA, resiko kredit (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA.
Kata kunci: ROA, BOPO, CAR, LDR, NIM, dan NPL

PENDAHULUAN bank mempunyai peran dalam dua sisi yaitu


menghimpun dana dari masyarakat yang
Dalam pertumbuhan perekonomian kelebihan dana, serta menyalurkan dana
suatu negara, salah satu lembaga yang kepada masyarakat yang kekurangan dana.
berperan penting dalam mendorong Dengan adanya intermediasi tersebut maka
pertumbuhan ekonomi adalah bank. Bahkan bank dapat mendorong peningkatan taraf
pertumbuhan perekonomian disuatu negara hidup rakyat banyak. Fungsi utama bank
dapat diukur dengan pertumbuhan bank di adalah menghimpun dana dari masyarakat,
negara tersebut. Menurut Undang-Undang menyalurkan dana kepada masyarakat serta
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, bank memberikan pelayanan dalam bentuk jasa
adalah badan usaha yang menghimpun dana perbankan (Ismail, 2013).
dari masyarakat dalam bentuk simpanan Peranan perbankan saat ini sangat
dan menyalurkannya ke masyarakat dalam dominan dengan sistem keuangan, bahkan
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk perbankan saat ini juga mempunyai peranan
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf yang penting untuk menunjang kemajuan
hidup rakyat banyak. Dengan demikian, perekonomian dalam suatu Negara. Bank
adalah suatu badan usaha yang bergerak memprediksi posisi keuangan dan kinerja
di bidang keuangan atau jasa keuangan. dimasa depan dan hal-hal lain yang
Dalam dunia perbankan, Bank merupakan langsung menarik perhatian pemakai seperti
sektor ketat yang diatur oleh Bank pembayaran deviden, upah, pergerakan
Indonesia sebagai bank sentral yang ada di harga sekuritas dan kemampuan perusahaan
Indonesia karena bank memiliki operasional untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh
dengan melibatkan banyak pihak di tempo. Kinerja merupakan hal penting yang
masyarakat. Sehingga pemahaman dan harus dicapai oleh setiap perusahaan
pengelolaan bank yang baik tentunya akan dimanapun, karena kinerja merupakan
mendorong sistem keuangan yang baik. cerminan dari kemampuan perusahaan
Sistem keuangan yang baik akan dalam mengelola dan mengalokasikan
berpengaruh positif pada kinerja perbankan sumber dayanya.
dan tingkat profitabilitas. Menurut Menurut pendapat Sofyan (2003),
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 18 / kinerja perbankan dapat diukur dengan
POJK.03 / 2016 tentang Penerapan menggunakan rata-rata tingkat bunga
Manajemen Risiko bagi Bank Umum terdiri pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan,
atas 8 (delapan) jenis risiko yaitu risiko dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut
kredit, risiko pasar, risiko operasional, lagi dalam penelitiannya menyatakan
risiko likuiditas, risiko hukum, risiko bahwa tingkat bunga simpanan merupakan
stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko ukuran kinerja yang lemah dan
reputasi. menimbulkan masalah, sehingga dalam
Tingkat profitabilitas suatu bank penelitiannya disimpulkan bahwa
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor profitabilitas merupakan indikator yang
eksternal. Faktor internal meliputi paling tepat untuk mengukur kinerja suatu
perputaran kas, risiko operasi, risiko kredit, bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan
risiko pasar, kecukupan modal, dan risiko adalah rate of return equity (ROE) untuk
likuiditas. Sedangkan faktor eksternal perusahaan pada umumnya dan return on
meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai asset (ROA) pada industry perbankan.
tukar, tingkat inflasi, volatilitas tingkat Return on Asset (ROA) memfokuskan
bunga, sekuritas, treasury management, kemampuan perusahaan untuk memperoleh
globalisasi, persaingan antarbank maupun earning dalam operasi perusahaan,
lembaga keuangan nonbank, perkembangan sedangkan Return on Equity (ROE) hanya
teknologi, dan inovasi instrumen keuangan mengukur return yang diperoleh dari
(Yulistiani & Suryatini, 2016). investasi pemilik perusahaan dalam bisnis
Kinerja perusahaan dapat dilihat tersebut (Mawardi, 2005). Sehingga dalam
melalui berbagai macam variabel atau penelitian ini ROA digunakan sebagai
indikator. Variabel atau indikator yang ukuran kinerja perbankan. Return On Asset
dijadikan dasar penilaian adalah laporan (ROA) merupakan salah satu rasio
keuangan perusahaan yang bersangkutan. profitabilitas yang digunakan untuk
Apabila kinerja sebuah perusahaan publik mengukur efektivitas perusahaan dalam
meningkat, nilai keusahaannya akan menghasilkan keuntungan dengan
semakin tinggi. kinerja perusahaan dapat memanfaatkan total aset yang dimilikinya.
diukur dengan menganalisa dan Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
mengevaluasi laporan keuangan. Informasi Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
posisi dan kinerja keuangan dimasa lalu 2001, maka standar ROA yang baik adalah
seringkali digunakan sebagai dasar untuk sekitar 1,5%.
Beberapa faktor yang bepengaruh suatu bank akan mempengaruhi kinerja
terhadap kinerja bank adalah BOPO, CAR, bank tersebut.
LDR, NIM, dan NPL. Menurut ketentuan Net Interest Margin (NIM)
Bank Indonesia, BOPO merupakan mencerminkan resiko pasar yang timbul
perbandingan antara total biaya operasi karena adanya pergerakan variabel pasar,
dengan total pendapatan operasi. Efisiensi dimana hal tersebut dapat merugikan bank.
operasi dilakukan oleh bank dalam rangka Berdasarkan peraturan Bank Indonesia
untuk mengetahui apakah bank dalam salah satu proksi dari risiko pasar adalah
operasinya yang berhubungan dengan usaha suku bunga, yang diukur dari selisih antar
pokok bank, dilakukan dengan benar suku bunga pendanaan (funding) dengan
(sesuai dengan harapan pihak manajemen suku bunga pinjaman yang diberikan
dan pemegang saham) serta digunakan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah
untuk menunjukkan apakah bank telah selisih antara total biaya bunga pendanaan
menggunakan semua faktor produksinya dengan total biaya bunga pinjaman dimana
dengan tepat guna dan berhasil guna dalam istilah perbankan disebut Net Interest
(Mawardi, 2005). Dengan demikian Margin (NIM) (Mawardi, 2005). Dengan
efisiensi operasi suatu bank yang demikian besarnya NIM akan
diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi laba-rugi Bank yang pada
mempengaruhi kinerja bank tersebut. akhirnya mempengaruhi kinerja bank
Capital Adequacy Ratio (CAR) tersebut.
adalah rasio keuangan yang berkaitan Non Performing Loan (NPL) adalah
dengan permodalan perbankan dimana perbandingan antara total kredit bermasalah
besarnya modal suatu bank akan dengan total kredit yang di berikan kepada
berpengaruh pada mampu atau tidaknya debitur. Bank dikatakan mempunyai NPL
suatu bank secara efisien menjalankan yang tinggi jika banyaknya kredit yang
kegiatannya. Jika modal yang dimiliki oleh bermasalah lebih besar daripada jumlah
bank tersebut mampu menyerap kerugian- kredit yang diberikan kepada debitur.
kerugian yang tidak dapat dihindarkan, Apabila suatu bank mempunyai NPL yang
maka bank dapat mengelola seluruh tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik
kegiatannya secara efisien, sehingga biaya pencadangan aktiva produktif
kekayaan bank (kekayaan pemegang maupun biaya lainnya, dengan kata lain
saham) diharapkan akan semakin semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal
meningkat demikian juga sebaliknya tersebut akan mengganggu kinerja bank
(Muljono, 1999). Dengan demikian Capital tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan
Adequacy Ratio (CAR) mempunyai oleh Yurdakul (2014), meningkatnya risiko
pengaruh terhadap kinerja bank. kredit perbankan dipengaruhi oleh
Sementara Loan to Deposit Ratio meningkatnya jumlah uang yang beredar,
(LDR) merupakan rasio yang mengukur tingkat pengangguran, tingkat inflasi dan
kemampuan bank untuk memenuhi tingkat suku bunga. Apabila bank
kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga memberikan kredit yang mempunyai risiko
semakin tinggi LDR maka laba bank kecil maka pada umumnya akan
semakin meningkat (dengan asumsi bank menghasilkan keuntungan yang besar.
tersebut mampu menyalurkan kreditnya Sebaliknya, apabila bank memberikan
dengan efektif), dengan meningkatnya laba kredit yang mempunyai risiko besar maka
bank, maka kinerja bank juga meningkat. akan menghasilkan keuntungan yang kecil.
Dengan demikian besar-kecilnya rasio LDR Agar dapat memiliki kemampuan
manajemen risiko keuangan yang baik Rata-rata Total Asset
maka penting bagi bank untuk mengetahui
seberapa besar risiko-risiko perbankan Rasio ROA yang bernilai positif
berpengaruh terhadap kinerja keuangan menunjukan bahwa total aktiva yang
bank. digunakan untuk operasional bank mampu
memberikan laba bagi bank tersebut.
KAJIAN TEORI Sedangkan ROA yang bernilai negatif
menunjukan total aktiva yang digunakan
Kinerja Keuangan tidak mampu memberikan keuntungan
Kinerja perbankan dapat dinilai (rugi). Berdasarkan Surat Edaran Bank
dengan menggunakan pendekatan analisis Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25
rasio keuangan. Tingkat kesehatan bank Oktober 2011 besarnya rasio Return On
diatur oleh Bank Indonesia dalam Surat Asset (ROA) minimal 1,5%.
Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP
31 Mei 2004 kepada semua bank umum Risiko Operasional (BOPO)
yang melaksanakan kegiatan usaha secara Menurut IBI (2016) risiko
konvensional perihal sistem penilaian operasional merupakan risiko yang
tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan diakibatkan karena ketidakcukupan
Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 dan/atau tidak berfungsinya proses
tanggal 12 April 2004 tentang sistem internal, kesalahan manusia,
penilaian tingkat kesehatan bank umum, kegagalan sistem, dan/atau adanya
bank wajib melakukan penilaian tingkat kejadian eksternal yang memengaruhi
kesehatan bank. Penilaian kinerja perbankan operasional bank. Penyebab risiko
mencakup intermediasi, profitabilitas, risiko operasional diantaranya karena
dan lain-lain (Rahim, 2014). sumber daya manusia, proses, sistem,
dan kejadian eksternal. Rasio untuk
Return On Asset (ROA) mengukur risiko operasional adalah
Return On Asset (ROA) digunakan Beban Operasional terhadap
untuk mengukur profitabilitas bank karena Pendapatan Operasional atau BOPO.
Bank Indonesia sebagai Pembina dan BOPO merupakan perbandingan
pengawasan perbankan lebih mengutamakan antara biaya operasional dengan
nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan pendapatan operasional. Pada
asset yang dananya sebagian besar dari prinsipnya bank berperan sebagai
simpanan masyarakat. “Semakin besar perantara dalam menghimpun dana
Return On Aset (ROA) suatu bank, semakin dan menyalurkan dana masyarakat,
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai sehingga biaya dan pendapatan
bank, dan semakin baik pula posisi bank operasional bank didominasi oleh
dari segi penggunaan asset”. (Dendawijaya, biaya bunga dan hasil bunga (Dewi,
2005). Return on Asset (ROA) dipilih 2015). Apabila biaya operasional
sebagai indikator pengukur kinerja meningkat maka akan berakibat pada
keuangan perbankan adalah karena Return turunnya laba sebelum pajak sehingga
On Asset digunakan untuk mengukur profitabilitas bank akan menurun.
efektifitas perusahaan didalam Menurut Manikam &
menghasilkan keuntungan dengan Syafruddin (2013) kegunaan BOPO
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. adalah mengukur tingkat efisiensi
Total Laba sebelum pajak bank dalam melakukan kegiatan
ROA = x 100% operasinya. Jika nilai BOPO besar
maka mengindikasikan bahwa term liquidity risk. Sebagai contoh
profitabilitas bank menurun. Begitu kewajiban jangka pendek seperti bank
juga sebaliknya, jika nilai BOPO kecil terlambat membayar gaji karyawan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terlambat membayar listrik, dan lain-
profitabilitas bank meningkat. lain. Menurut Rustam (2017) risiko
Risiko Permodalan (CAR) likuiditas adalah risiko akibat
Risiko permodalan ketidakmampuan perusahaan untuk
mengindikasikan kerugian yang memenuhi hutang yang jatuh tempo
tergantung pada kualitas aset yang dari sumber pendanaan arus kas dan/
dikelola bank. Risiko permodalan atau dari aset likuid berkualitas tinggi
merupakan risiko dimana bank tidak yang dapat diagunkan, tanpa
bisa menutup kerugian yang terjadi. mengganggu aktivitas dan kondisi
Salah satu rasio yang dapat digunakan keuangan perusahaan.
untuk mengukur besar kecilnya modal Ketidakmampuan memperoleh
adalah Capital Adequacy Ratio sumber pendanaan arus kas sehingga
(CAR). menimbulkan risiko likuiditas dapat
CAR merupakan rasio modal disebabkan oleh ketidakmampuan
terhadap aktiva tertimbang menurut menghasilkan arus kas yang berasal
risiko. Rasio ini menunjukkan dari aset produktif maupun yang
seberapa jauh semua aktiva yang berasal dari penjualan aset, termasuk
mengandung risiko dapat dibiayai dari aset likuid, dan/ atau
dana modal sendiri disamping ketidakmampuan menghasilkan arus
memperoleh dana dari sumber-sumber kas yang berasal dari penghimpunan
diluar bank seperti dana dari dana, transaksi antarperusahaan dan
masyarakat, pinjaman dan lain-lain. pinjaman yang diterima.
CAR merupakan perbandingan antara Loans to Deposit Ratio (LDR)
modal dan aktiva tertimbang menurut merupakan salah satu rasio yang dapat
risiko. Apabila nilai CAR tinggi maka digunakan untuk mengukur risiko
hal tersebut mengindikasikan bahwa likuiditas. Menurut Prasetiono (2015)
modal yang dimiliki bank semakin LDR menunjukkan jumlah kredit yang
banyak karena tingkat kepercayaan diberikan bank dibiayai oleh dana
masyarakat untuk menyimpan dana di pihak ketiga serta tingkat kemampuan
bank semakin tinggi. Masyarakat bank untuk membayar kembali
merasa aman mempercayakan kewajiban kepada nasabah yang
dananya kepada bank apabila tingkat sudah memberikan dananya dengan
kecukupan modal yang dimiliki bank kredit yang diberikan kepada debitur.
tinggi. Semakin tinggi nilai CAR LDR menunjukkan perbandingan
maka akan menyebabkan peningkatan antara jumlah kredit yang telah
pada profitabilitas bank. disalurkan bank dengan dana yang
Risiko Likuiditas (LDR) diterima bank. Apabila kredit yang
Risiko likuiditas adalah risiko berhasil disalurkan oleh bank melebihi
yang diakibatkan karena bank tidak batas yang sudah ditentukan maka hal
mampu memenuhi kewajiban jangka tersebut mengindikasikan bahwa
pendeknya, sehingga aktivitas penyaluran dana berjalan secara
perusahaan akan terganggu. Risiko efisien. Sehingga bank akan
likuiditas disebut juga dengan short mendapatkan tambahan pendapatan
dari bunga yang disalurkan melalui profitabilitas yang akan didapatkan
kredit. Bank Indonesia dalam PBI bank semakin tinggi pula. Hal tersebut
No. 15/15/PBI/2013 menetapkan disebabkan karena semakin
bahwa LDR minimal bank adalah bertambahnya pendapatan bunga atas
sebesar 78% dan maksimal adalah aktiva produktif yang dikelola bank.
92%. Apabila nilai LDR tinggi maka Risiko Kredit (NPL)
bank akan mendapatkan profitabilitas Risiko kredit adalah keadaan
yang tinggi pula. dimana debitur tidak membayar
Risiko Pasar (NIM) kembali kas pokok dan lainnya yang
Menurut Rustam (2017) risiko berhubungan dengan investasi sesuai
pasar adalah risiko pada laporan posisi dengan ketentuan yang ditetapkan
keuangan dan rekening administratif dalam perjanjian kredit. Risiko kredit
akibat perubahan harga pasar, antara dapat menyebabkan masalah pada
lain risiko berupa perubahan secara arus kas dan memengaruhi likuiditas
keseluruhan dari kondisi pasar, bank karena pembayaran mungkin
termasuk risiko perubahan harga opsi. tertunda atau tidak ada sama sekali
Risiko pasar terdiri dari risiko spesifik (Greuning & Bratanovic, 2011).
dan risiko pasar umum. Risiko Menurut Undang-undang
spesifik merupakan risiko yang Nomor 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12,
diakibatkan karena pergerakan kredit adalah penyediaan uang atau
atassurat berharga individual yang tagihan yang dapat dipersamakan
disebabkan oleh faktor-faktor yang dengan itu, berdasarkan persetujuan
terkait dengan surat berharga atau atau tagihan yang dapat dipersamakan
penerbitnya. Sedangkan risiko umum dengan itu, berdasarkan persetujuan
merupakan risiko yang diakibatkan atau kesepakatan pinjam-meminjam
karena pergerakan harga pasar yang antara bank dan pihak lain yang
berpengaruh terhadap beberapa mewajibkan pihak peminjam untuk
instrumen keuangan. melunasi hutangnya setelah jangka
Rasio untuk mengukur risiko waktu tertentu dengan jumlah bunga
pasar salah satunya adalah dengan imbalan atau pembagian hasil
menggunakan Net Interest Margin keuntungan. Fungsi kredit dalam
(NIM). Menurut Prasetiono (2015) perekonomian antara lain adalah
NIM digunakan untuk mengukur meningkatkan daya guna uang,
kemampuan bank dalam memperoleh meningkatkan peredaran dan lalu
pendapatan bunga bersih dengan lintas uang, sebagai salah satu alat
penempatan aset yang tersedia. stabilitas ekonomi, meningkatkan
Apabila bank mendapatkan bunga kegairahan dalam kegiatan usaha,
atas pengelolaan aset dengan jumlah serta meningkatkan pemerataan
yang besar, maka masalah yang pendapatan (Untung, 2000).
mungkin dihadapi oleh bank dapat Untuk mengukur tingkat risiko
diminimalisir. kredit, manajemen bank dapat
Untuk melakukan evaluasi melakukan penilaian terhadap strategi
kinerja dalam mengelola berbagai pertumbuhan kredit bank, jenis kredit
risiko pada suku bunga, bank dapat yang dikeluarkan oleh bank dan
menggunakan NIM. Apabila nilai kualitas implementasi pemberian
NIM semakin tinggi, maka kredit oleh bank dengan mempelajari
daftar kredit yang disetujui, kredit dengan metode penelitian kuantitatif.
yang diperpanjang, dan konsentrasi Penelitian deskriptif merupakan penelitian
kredit (IBI, 2016). Umumnya setiap dengan tujuan untuk mengetahui nilai
bank menyalurkan kredit dengan masing-masing variabel yang sifatnya
mempertimbangkan berbagai variabel independen tanpa membuat hubungan
sebagai dasar analisis untuk maupun perbandingan dengan variabel lain.
menghindari rendahnya atau turunnya Variabel tersebut dapat menggambarkan
produktivitas aktiva produktif (kredit). secara sistematik mengenai populasi atau
mengenai bidang tertentu. Penelitian
deskriptif dilakukan dengan tujuan utama
untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan tentang suatu keadaan
secara objektif (Sugiyono, 2014). Penelitian
ini dilakukan pada perusahaan perbankan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan waktu penelitian dilakukan dari bulan
Juni 2021.

Dalam penelitian ini digunakan cara


untuk menentukan sampel data yaitu dengan
Non-Probability Sampling yaitu data yang
digunakan sebagai sampel harus memilih
Kerangka pikiran dari penelitian ini kereteria- kereteria tertentu. Pemilihan
adalah sebagai berikut : sampel melalui kereteria berdasarkan
Purposive Sampling yang merupakan teknik
pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan peneliti. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan kriteria
sebagai berikut: a) Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2015 – 2019, b) Perbankan yang melaporkan
annual report selama periode pengamatan
2015 – 2019. Berdasarkan pada kriteria
pengambilan sampel seperti yang telah
disebutkan di atas, maka jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
32 bank.
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder ini berbentuk data Panel (time
Gambar Kerangka Pikiran series dan cross section). Sumber data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN data sekunder yang bersumber dari laporan
Jenis penelitian yang dipakai dalam keuangan perbankan pada periode 2015
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
hingga 2019 yang dipublikasikan di website
Bursa Efek Indonesia melalui website
www.idx.co.id dan website resmi bank
yang bersangkutan, dari buku-buku
referensi, literatur ilmiah lainnya dengan 32
bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015 – 2019.
Menurut Gujarati dan Porter (2012),
Fixed Effect Model (FEM) mengasumsikan
bahwa terdapat perbedaan intersep antar
individu. Akan tetapi, koefisien (slope) dari
variabel independen tetap sama antar
individu atau antar waktu. Model FEM
adalah sebagai berikut :

LnROAit = β1i + β1 lnBOPOit + β2


lnCARit + β3 lnLDRit + β4 lnNPLit + Β5
lnNIMit + µit
Dengan β1 sebagai intersep, β2, β3,
dan β4 sebagai koefisien variabel
independen. Pada FEM terdapat intersep
yang berbeda-beda pada setiap individu
cross-section sehingga menunjukkan
perbedaan setiap individu tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistika Deskriptif
Tabel
Uji Deskriptif Statistika
Variable Mean Std. Dev. Min Max Observations

roa overall 1.516125 1.587374 -9.58 4.73 N= 160


between 1.421079 -3.892 4.026 n= 32
within .7423573 -4.171875 3.978125 T= 5

bopo overall 86.17738 14.86901 56.04 195.7 N= 160


between 13.26628 60.56 135.556 n= 32
within 7.037106 58.92138 146.3214 T= 5

car overall 20.70694 6.864519 8.03 66.43 N= 160


between 5.398362 10.312 39.278 n= 32
within 4.325788 1.088937 47.85894 T= 5

ldr overall 84.67762 13.96598 41.99 145.26 N= 160


between 12.96819 49.118 113.04 n= 32
within 5.577223 67.44562 116.8976 T= 5

nim overall 5.391312 1.93693 1.53 12 N= 160


between 1.834039 1.888 11.52 n= 32
within .6874737 2.777313 10.49731 T= 5

npl overall 2.30025 5.944953 .08 75 N= 160


between 2.828951 .3 16.622 n= 32
within 5.247936 -14.08175 60.67825 T= 5
Sumber: Data sekunder diolah, 2021
Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ROA Bank Konvensional tahun
2015 – 2019 sebesar 1.516125 dan nilai Standar Deviasi sebesar 1.587374. Tingkat ROA
tertinggi mencapai 4.73 dan terendah mencapai -9.58. Nilai rata-rata BOPO Bank
Konvensional tahun 2015 – 2019 sebesar 86.17738 dan nilai Standar Deviasi sebesar
14.86901. Tingkat BOPO tertinggi mencapai 195.7 dan terendah mencapai 56.04. Nilai
rata-rata CAR Bank Konvensional tahun 2015 – 2019 sebesar 20.70694 dan nilai Standar
Deviasi sebesar 6.864519. Tingkat CAR tertinggi mencapai 66.43 dan terendah mencapai
8.03. Nilai rata-rata LDR Bank Konvensional tahun 2015 – 2019 sebesar 84.67762 dan
nilai Standar Deviasi sebesar 13.96598. Tingkat LDR tertinggi mencapai 145.26 dan
terendah mencapai 41.99. Nilai rata-rata LDR Bank Konvensional tahun 2015 – 2019
sebesar 84.67762 dan nilai Standar Deviasi sebesar 13.96598. Tingkat LDR tertinggi
mencapai 145.26 dan terendah mencapai 41.99. Nilai rata-rata NIM Bank Konvensional
tahun 2015 – 2019 sebesar 5.391312 dan nilai Standar Deviasi sebesar 1.93693. Tingkat
NIM tertinggi mencapai 12 dan terendah mencapai 1.53. Nilai rata-rata NPL Bank
Konvensional tahun 2015 – 2019 sebesar 2.30025 dan nilai Standar Deviasi sebesar
5.944953. Tingkat NPL tertinggi mencapai 75 dan terendah mencapai 0.08.
Hasil Regresi Data Panel
1. Hasil Uji Hausman Test (Fixed Effect vs Random Effect)
Tabel
Uji Hausman
Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
fixed . Difference S.E.

bopo -.0997946 -.0998818 .0000872 .0022205


car -.0123634 -.0066397 -.0057237 .0026211
ldr .0039227 -.0018704 .0057931 .0030866
nim -.0304351 .0643475 -.0947826 .0274248
npl -.0007071 -.0018668 .0011597 .0002052

b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg


B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(5) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 13.77
Prob>chi2 = 0.0172

Sumber: Data sekunder diolah, 2021


Uji Hausman ini memiliki hipotesis bila nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka
model yang baik digunakan adalah fixed effect model namun jika nilai probabilitas lebih dari
0.05 maka model yang baik digunakan adalah model random effect. Dari Tabel di atas dapat
dilihat bahwa nilai probilitasnya adalah sebesar 0.0172 < 0.05 artinya model yang baik untuk
digunakan adalah model fixed effect.
2. Hasil Uji Chow Test (Fixed Effect vs Common Effect)
Tabel
Uji Chow
Fixed-effects (within) regression Number of obs = 160
Group variable: code Number of groups = 32

R-sq: Obs per group:


within = 0.8854 min = 5
between = 0.9434 avg = 5.0
overall = 0.9300 max = 5

F(5,123) = 190.06
corr(u_i, Xb) = 0.2268 Prob > F = 0.0000

roa Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

bopo -.0997946 .0033782 -29.54 0.000 -.1064815 -.0931076


car -.0123634 .0052591 -2.35 0.020 -.0227734 -.0019534
ldr .0039227 .0041039 0.96 0.341 -.0042007 .0120461
nim -.0304351 .0347597 -0.88 0.383 -.0992398 .0383696
npl -.0007071 .0043334 -0.16 0.871 -.0092848 .0078706
_cons 10.20571 .5244776 19.46 0.000 9.167542 11.24388

sigma_u .34986736
sigma_e .28572493
rho .59990016 (fraction of variance due to u_i)

F test that all u_i=0: F(31, 123) = 3.50 Prob > F = 0.0000

Sumber: Data sekunder diolah, 2021


Uji chow adalah uji yang membandingkan model mana yang lebih baik untuk
digunakan pada regresi yaitu antara model fixed effect dan common effect. Uji Chow memiliki
hipotesis bila nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka model yang baik digunakan adalah
Common effect model, namun jika nilai probabilitas lebih dari 0.05 maka model yang baik
digunakan adalah model fixed effect. Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probilitasnya
adalah sebesar 0.000 < 0.05 artinya model yang baik untuk digunakan adalah model common
effect.

3. Hasil Uji Langrange Multiplier ( OLS vs Random Effect)


Tabel
Uji Langrange Multiplier
Estimated results:
Var sd = sqrt(Var)

roa 2.519755 1.587374


e .0816387 .2857249
u .0368871 .1920601

Test: Var(u) = 0
chibar2(01) = 17.60
Prob > chibar2 = 0.0000

Sumber: Data sekunder diolah, 2021


Uji langrange memiliki hipotesis apabila nilai probabilitas < 0.05 maka model
yang paling baik digunakan adalah model random, namun apabila nilai probabilitas >
0.05 maka model OLS yang lebih baik untuk digunakan dalam regresi panel. Dari tabel
di atas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas adalah sebesar 0.000 artinya probabilitas
< 0.05 yang berarti model random effect yang paling tepat untuk digunakan dalam
regresi panel data dalam penelitian ini.
Hasil Pembahasan dan Diskusi
Uji Regresi
Fixed Effect
Fixed-effects (within) regression Number of obs = 160
Group variable: code Number of groups = 32

R-sq: Obs per group:


within = 0.8854 min = 5
between = 0.9434 avg = 5.0
overall = 0.9300 max = 5

F(5,31) = 235.82
corr(u_i, Xb) = 0.2268 Prob > F = 0.0000

(Std. Err. adjusted for 32 clusters in code)

Robust
roa Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

bopo -.0997946 .0069807 -14.30 0.000 -.1140318 -.0855573


car -.0123634 .0034802 -3.55 0.001 -.0194614 -.0052654
ldr .0039227 .0045935 0.85 0.400 -.0054457 .0132911
nim -.0304351 .1316343 -0.23 0.819 -.2989051 .2380349
npl -.0007071 .0023933 -0.30 0.770 -.0055882 .004174
_cons 10.20571 1.151975 8.86 0.000 7.856245 12.55518

sigma_u .34986736
sigma_e .28572493
rho .59990016 (fraction of variance due to u_i)

Hasil output Tabel Uji Regresi di atas yang diperoleh dari estimasi regresi pada
variabel dependen Return On Assets (ROA) dengan Fixed Effect Model dapat dilihat
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefesien
variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar -0,0997946
memiliki pengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA). Hal ini menjelaskan
bahwa apabila nilai BOPO mengalami peningkatan 1 persen maka nilai ROA (Return
On Assets) mengalami penurunan sebesar 0,0997946 satuan, dengan asumsi variabel
bebas lain bernilai tetap (ceteris paribus). Hasil pengujian Biaya Operasional dan
pendapatan Operasional (BOPO) terhadap ROA (Return On Assets) yang dimiki oleh
bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai
dengan tahun 2018 dalam penelitian ini menunjukan korelasi negatif dan signifikan.
BOPO merupakan rasio yang menunjukan tingkat efesiensi bank dalam mengelola
operasionalnnya. Perbandingan dari biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan diperoleh dari aktivitas tersebut.
Biaya Operasionalnya seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan
biaya operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional bank berasal dari bunga
yang diperoleh dari pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya.
Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa rasio BOPO mempengaruhi
rasio ROA (Return On Assets) yang dimiliki oleh Bank Umum Konvesional secara
negatif dan signifikan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai BOPO yang
dimiliki bank akan mendorong penurunan laba pada bank dan sebaliknya. Rendahnya
rasio BOPO menggambarkan bank mampu mengelola kegiatan operasionalnya secara
efesien dan dapat mendorong pertumbuhan laba yang akan diterima oleh bank.
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefesien
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar -0,0123634 memiliki pengaruh negatif
terhadap Return On Assets (ROA). Hal ini menjelaskan bahwa apabila nilai Capital
Adequacy Ratio (CAR) mengalami peningkatan 1 persen maka nilai ROA (Return On
Asset) mengalami penurunan sebesar 0,0123634 satuan, dengan asumsi variabel bebas
lain bernilai tetap (ceteris paribus). Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
negatif terhadap Return On Assets (ROA) secara signifikan. Capital Adequacy Ratio
(CAR) menunjukkan tingkat kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk
menunjang terjadinya risiko bank bermasalah. Hal ini menunjukan semakin tinggi
Capital Adequacy Ratio (CAR) maka akan dapat menurunkan profitabilitas. Hal ini
disebabkan karena modal yang dimiliki oleh bank tidak dikelola secara efektif karena
nilai aktiva berisiko (ATMR) pada perusahaan yang menjadi sampel lebih besar dari
pada modal yang digunakan untuk mendanai ATMR tersebut sehingga besarnya rasio
CAR mengurangi profitabilitas perbankan. Besarnya nilai ATMR menunjukan
ekspansi yang dilakukan perusahaan pada aktiva bernilai besar sehingga risiko yang
dimiliki juga besar, hal tersebut akan dapat mengurangi profitabilitas. Oleh karena itu,
pada penelitian ini Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki arah yang negatif terhadap
Return On Assets (ROA) perbankan.
CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan salah satu faktor penentu besarnya
volume kredit yang disalurkan kepada masyarakat dan dunia usaha. Semakin besar laba
yang diperoleh maka semakin besar pula volume kredit yang disalurkan maka akan
semakin besar pula CAR (Capital Adequacy Ratio) pada bank yang bersangkutan.
Namun demikian, apabila laba setiap tahun tidak segera dibagikan kepada pemegang
saham, maka akan terjadi penumpukan laba yang ditahan yang semakin besar
jumlahnya dari satu periode ke periode berikutnya, sehingga pertumbuhan modal tidak
dapat mengimbangi aktiva produktifnya. Hal ini berdampak pada kemampuan bank
untuk melakukan ekspansi penyaluran dana.
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefesien
variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,0039227 memiliki pengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini menjelaskan bahwa
apabila nilai LDR mengalami peningkatan 1 persen maka nilai ROA (Return On
Asset) mengalami peningkatan sebesar 0,0039227 satuan, dengan asumsi variabel
bebas lain bernilai tetap (ceteris paribus). Hasil Pengujian pengaruh Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap ROA (Return On Asset) yang dimiliki oleh Bank Umum
Konvensional pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 dalam penelitian ini
menunjukan korelasi positif dan tidak signifikan. Secara teori LDR (Loan to Deposit
Ratio) dicari dengan menggunakan rumus total kredit yang diberikan terhadap total
dana pihak ketiga yang mampu dikumpulkan oleh masing-masing bank secara individu.
Hasil dari yang diperoleh menunjukan hubungan antara Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap ROA (Return On Assets) berhubungan positif dan tidak signifikan. Hal ini
menunjukan semakin tinggi rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) akan menyebabkan
ROA (Return On Assets) semakin meningkat.
LDR merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas
suatu bank. Artinya, dengan tingkat LDR yang tinggi bank lebih memilih untuk
menggunakan dananya dalam kegiatan kredit sebagai upaya untuk memperoleh profit
yang tinggi. Dengan kata lain asset likuid lainnya yang dapat digunakan untuk
memenuhi panarikan sewaktu – waktu atas kewajiban jangka pendek bank memiliki
nilai yang rendah, hal tersebut dapat mengurangi profit guna menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap kemampuan bank dalam pemenuhan kewajiban atas dana yang
disetorkan pada bank.
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefesien
variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar -0.0304351 memiliki pengaruh negatif
terhadap Return On Assets (ROA). Hal ini menjelaskan bahwa apabila nilai NIM
mengalami peningkatan 1 persen maka nilai ROA (Return On Assets) mengalami
penurunan sebesar 0.0304351 satuan, dengan asumsi variabel bebas lain bernilai tetap
(ceteris paribus). Hasil pengujian pengaruh NIM (Net Interest Margin) terhadap
Return On Assets (ROA) menunjukan korelasi yang negatif dan tidak signifikan. NIM
(Net Interest Margin) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam mengelola aktiva produktifnya menghasilkan pendapatan bunga bersih,
pendapatan bunga bersih berasal dari bunga yang diperoleh oleh bank. Semakin besar
rasio ini maka semakin besar pula pendapatan bunga yang diperoleh bank atas aktiva
produktif yang dikelola oleh bank.
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefesien
variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar -0,007071 memiliki pengaruh negatif
terhadap Return On Assets (ROA). Hal ini menjelaskan bahwa apabila nilai NPL
mengalami peningkatan 1 persen maka nilai ROA (Return On Asset) mengalami
penurunan sebesar 0,007071 satuan, dengan asumsi variabel bebas lain bernilai tetap
(ceteris paribus).
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko
kredit (yang diproksi dengan NPL) berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan
yang di ukur dengan ROA. Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPL
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kredit macet (NPL), maka akan menurunkan
tingkat pendapatan dan laba bank sehingga ROA ikut menurun. Oleh karena besarnya
pengaruh tingkat pengembalian kredit terhadap kinerja perbankan maka diperlukan
adanya pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi dalam hal pemisahan tugas
antara fungsi penganalisa permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit dan yang
mereview kredit.
NPL (Non Performing Loan) merupakan perbandingan dari kredit bermasalah
dengan jumlah kredit yang disalurkan. NPL (Non Performing Loan) digunakan oleh
perbankan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko pengembalian
kredit oleh debitur (Dermawan,2004). Hasil penelitian parsial NPL (Non Performing
Loan) menunjukan bahwa perubahan yang terjadi pada NPL (Non Performing Loan)
akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba yang di miliki oleh Bank. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai NPL (Non Performing Loan) yang dimiliki
bank akan mendorong terjadinya penurunan laba bank dan sebaliknya.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Dari hasil analisis estimasi regresi data panel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan resiko biaya operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA, resiko permodalan (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA,
resiko likuiditas (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, resiko pasar
(NIM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, resiko kredit (NPL) berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
REKOMENDASI
Hasil dari analisis data dalam artikel ini dapat memberikan rekomendasi bagi bagi
Industri perbankan dalam hal ini Bank Umum Konvensional agar memperhatikan faktor-faktor
yang terbukti berpengaruh dalam kenaikan dan penurunan profitabilitas yang dicerminkan dari
ROA (Return On Assets). Penelitian ini menunjukan Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM) dan Non
Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Sebaiknya bank lebih
berhati-hati menjaga modal yang dimilikinya dalam menyalurkan kredit kepada calon penerima
kredit agar risiko kredit yang akan ditanggung oleh bank rendah. Bank juga sebaiknya dapat
mengedalikan Biaya Operasional dikarenakan apabila biaya operasional yang terlalu besar akan
menurunkan pendapatan yang diterima oleh bank.
Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan, diantara masih banyak faktor internal dan
eksternal yang tidak diikut sertakan sebagai variabel bebas, sehingga diharapkan penelitian
selanjutnya untuk mampu melengkapi keterbatasan yang ada pada penelitian ini. Bagi peneliti
yang ingin mengembangkan penelitian ini dapat menambah jenis variabel, periode waktu
penelitian agar sampel semakin besar dan memperluas obyek penelitian untuk mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi-Bello, Tope, ”The Performance Implications for retail banks of matching


Organization Strategies with Structure and Competition”, International Journal
of Management, 2000, vol.17, pp.443.
Bastian, I., & Suhardjono, 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat. Bank
Indonesia, 2001. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001 (online).
Daft, R.L., 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Dendawijaya, L. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia.
Dewi, L. E., Herawati, N. T., & Sulindawati, L. G. (2015). Analisis Pengaruh NIM,
BOPO, LDR, dan NPL Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum
Swasta Nasional Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 ).
e-Journal S1 Ak. Universitas Pendidikan Ganesha.
Fahmi, Irham, 2014. Analisis Laporan KeuanganCetakan Ke-2. Alfabeta,Bandung
Ferdyant, F., Zr, R. A., & Takidah, E. (2014). Pengaruh Kualitas Penerapan Good
Corporate Governance dan Risiko Pembiayaan terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah . Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis , 134-149.
Greuning, H. V., & Bratanovic, S. B. (2011). Analisis Risiko Perbankan. Jakarta:
Salemba Empat.
Ismail, (2013). Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana.
Januarti, 2017. Variabel Proksi CAMEL dan Karakteristik Bank Lainnya untuk
Memprediksi Kebangkrutan Bank di Indonesia, Jurnal Bisnis Strategi, Vol.10,
Desember,.www.ejournal.undip.ac.id/index.php/jbs diakses 18 februari 2017. Hal
1-10
Jumingan, 2014. Analisis Laporan Keuangan.: Bumi Aksara, Jakarta
Lee,C dan Hsieh, M, 2013. The Impact of Capital on Profitability and Risk in Asian
Banking. J, Int. Money Finance 32 (2), 251-281.
Manikam, J., & Syafruddin, M. (2013). Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR),Non Performing
Loan (NPL) dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Persero di Indonesia Periode
2005-2012. Diponegoro Journal of Accounting , 1-10.
Mawardi, Wisnu, 2005, ”Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umumdengan Total Asset
Kurang dari 1 Triliun)”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol.14, No.1, Juli, pp.83-94.
Muljono, Teguh Pudjo, 1999, Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktik Perbankan,
Edisi 3, , BPFE Yogyakarta.
Mushtaq, M., Ismail, A., & Hanif, R. (2015). Credit Risk, Capital Adequacy andBank’s
Performance: An Empirical Evidence from Pakistan. InternationalJournal of
Financial Management , 27-32.
Ndoka, S., & Islami, M. (2016). The Impact of Credit Risk Management in
TheProfitability of Albanian Commercial Banks During The Period 2005- 2015.
European Journal of Sustainable Development, 445-452.
Otoritas Jasa Keuangan .2016. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 18 / POJK.03 /
2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum,Jakarta
Prasetiono, A. R. (2015). Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO
Terhadap ROA dengan GCG Sebagai Variabel Kontrol . Diponegoro Journal of
Management, 1-15.
Purwanto, W.H., 2011. Risiko Manajemen Perbankan. Jakarta: CMB PRESS.. Rahim ,
B. N. (2014). Pengaruh Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)
yang Memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko Pasar Terhadap Profitabilitas,
Fungsi Intermediasi dan Risiko Perbankan . Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan,
245-262 .
Riahi-Belkaoui, Ahmed., Picur, Ronald D, 1998, ”Multinationality and Profitability :
The Contingency of the Investment Opprtunity Set”, Journal of Management
Finance, Vol.24, pp.3-14.
Rustam, B. R. (2017). Manajemen Risiko. Jakarta: Salemba Empat.
Sari, T. M., Syam, D., & Ulum, I. (2012). Pengaruh Non Performing Loan Sebagai
Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap ProfitabilitasPerusahaan Perbankan.
Jurnal Akuntansi dan Investasi.
Sudirman, I. W. (2013). Manajemen Perbankan : Menuju Bankir Konvensional yang
Profesional. Jakarta: Kencana
Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto, 2013. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Edisi
3. Jakarta : Salemba Empat
Widarjono, Agus, 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Ketiga,
Yogyakarta: Ekosenia.
Yulistiani, A. R., & Suryatini, S. (2016). Pengaruh Perputaran Kas, Kecukupan Modal
dan Risiko Operasi Terhadap Profitablitas Pada Perusahaan Perbankan di BEI . E-
Jurnal Manajemen Unud, 2108-2136 .
Yurdakul, F. (2014). Macroeconomic Modelling of Credit Risk for Banks.
Procedia, 784-793.
Werdaningtyas, Hesti, 2002, “Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas BankTake Over
Pramerger di Indonesia”, Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1, No.2, pp.24-39.

Anda mungkin juga menyukai