Anda di halaman 1dari 56

KETUA PROGRAM STUDI

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

SILABUS DAN KURRIKULUM NASIONAL


DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
TAHUN 2015
SILABUS DAN KURIKULUM NASIONAL
PROGRAM PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS BEDAH DI INDONESIA

BE
I DA
s
:)
o t^ ?o
: o
o z
SU o

Igel

JANUARI 2015

KOLEGruM ILMU BEDAH INDONESIA


Ala$at :

Merura E.a, l,Entai l4l


Jalan SelEn Raya 135 -137
Jakana 10410, lndooesia
Tilp:021-34830387,
Situs web: www.kibi.or. id
BAB I

PENDAHULUAN

I.I SEJARAH PENDIDIKAN BEDAH

Pendidikan Dokler Spesialis Bedah di Indonesia dimulai sejak tahun 19.12 dengan
konsep magang (bersifal instructional. institllttonal basedl. Sesuai korsep ini.
seseorang dinilai layak sebagai seorang ahli bedah setelah mengikuti senior da.lam
suatu kurun waktu tertentu dan memperoleh brevet.Pendidikan seperti ini
berlurgsung hingga dibentuli suatu lfiibaga yang mengalur penhal mengenai
pendidikar bedah pada tahun 1967, yaitu Majelis Nasional Penilai Ahli Bedah
(MNPAB):bersamaan denganberdirinya organisasi profesi ahli bedah (lkatan Ahli
Bedah Indonesi4 disingkat IKABI).Pada tahun 1977, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudal aan bersama Departernen
Kesehalan, Majelis Ahli. Ikalan Dokter Indonesia dan Perhrmpunan Dokter Ahli
merumuskan Sistem Pendidikan Tinggr Bidang Kedokteran (scientific
curriculum) yang diterapkan pada Katalog Program Studi Ilmu Bedah l978.Pada
perkembangan selanjutnl a- MNPAB disebut Kolegium Ilmu Bedah Indonesia
(KIBI) Mular pada tahun 1980, pendidikan doLter spesialis bedah lebih mengarah
pada suatu potdidikan formalbemuansa akademik (universirybase{ yang
diuamai nuansa akademik yang lidak lama kemudian mengacu ke suatu bentuk
pendidikan vang berorientasi pada masalah (problem based learning). Oleh
karena itu. KIBI menvusun Katalog Pendidikan Bedah Tahun 1992, kemudian
direvisi pada tahun 1997, dan penyelenggaraan pendidikan doher spesialis bedah
dilakukan oleh universitas melalui lakultas kedokteran dan rumah salit
pendidikan. Oleh karena itu disusunlah silabus dan kurikulum pendidikan dokter
spesialis bedah oleh KIBI dan program studi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah
dr berbagai unir ersitas di lndonesia.

Pendidikan ilmu bedah mengalami perubahan pesat sejali ditetapkannya Undang-


undang no 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedol(eran. Melalui undang-undang
ini, Kolegium llmu Bedah Indonesia sebagai lembaga independur di bidang
profesi bedah menetapkan standar kompetensi dokler spesialis bedah dan
pendidikan bedah di lndonesia, menyusun kurikulum pendidikan bedah di tingkat
nasional, melakukan regulasi berkenaan dengan penerapan kurikulum, melakukan
evaluasi, membina dan mendorong pusat-pusat pordidikan untuk maju dan
berkembang dalam penl'elenggar,un program pendidikan bedah di Indonesia.
Dengan demikian KIBI menetapkan sistem pendidikan dokter spesialis bedah
berbasis kompetensi (competence based) dengan sistem modul pada lahun 2006.

Selain itu terdapat pula perubahan pesat di dalam pendidikan spesialis dari
berbagai cabang keilmuan di dalam ilmu bedah, yailu ilmu bedah ortopedi,
urologr. ilmu bedah plastik, ilmu bedah kardiotoraks, serta ilmu bedal anak dan
pendidikan subspesialis, 1'aitu bedah digesti-l bedah onkologi. kepala dan leher-
serta bedah vaskular. Perkembangan ini telah mendorong peran dokler spesialis
bedah umum memiliki kompetensi utama pada bedah emergensi. baik lrauma
maupun non trauma dan berbagai kompetorsi bedah elektif pada kasus-kasus

Kolegiu.n Itnu Bedah Indonesia


pen)"akit bedah yang secara insidensi sangat tinggr dan dapat dilakukan di semua
tipe rumah saliit. Hal ini menlebabkan perubahan signifikan di dalam sistem
pelayanan bedah oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di berbagai
lasilitas kesehatan di Indonesia yang telah terbagi menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan tingkat I, II, dan lll.

Demikian pula dengan telah diterapkannnva Sislem Jaminan Kesehatan Nasional


dan Sistem Rujukan Nasional pada tahun 2014 telah mengubah strategi dan pola
pelal'anan bedah spesialis dan subspesialis. Dalam hal ini KIBI telah menetapkan
bahwa seorang dokler spesialis bedah umum memilikr peran di PPK 2 yaitu di
rumah sakit tipe C dan B di lndonesia dengan kompelensi utama \ailu
men;-elesaikan berbagai penyaliit dan kelainan bedah pada PPK2. baik kasus
bedah emergensi maupun elektil Dengan diberlaliukannya hal-hal tersebut di
atas, KIBI telah melaliulian berbagai kursus nasional bag para peserta didik
sehingga pada tahun 2012 dilakukan revisi penyempumaan kunkulum berbasrs
kompetensi yang telah ditetapkan pada tahun 2006.

Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokleran, Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudal'aan Republik Indonesia no 49 tahun 2014. PP
No 4. Tahun 2014, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi, serta Permendikbud No 73 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan KKNI di Perguruan Tinggi menetapkan bahwa Program
Pendidikan Dokter Spesialis Bedah di lndonesia diselenggaralian di Fakultas
Kedolleran Umversitas Negeri sebagai salah salu Pendidikan Dokter Spesialis I
(PDSpl) dibawah koordinasi Wakil Dekan Bidang Pendidikar\ Kolegium Ilmu
Bedah Indonesia (KIBI) dan Direllur RS Pendidikan. Koordinalor Program Srudi
(KPS) adalah sebagai penanggung jawab pelalisanaffi program tersebut di setiap
universitas. KPS beke4asama dengan Kepala Departemen melaliukan koordinasi
dengan staf depa(emen bedah larnnl'a di dalam menj alankan program pendidikan
dan pelatihan dalam pola tertentu. Oleh sebab itu KIBi melaliukan revisi silabus
dan kurikulum nasional pada tahun 2015 ini sehingga sesuar dengan berbagar
undang-undang dan peraluran yang telah disebutkan di a1as.

Buku silabus dan kurikulum nasronal ini disusun sebagai panduan bagr semua
pemangku kepentingan di dalam penyelenggaran pendidikan dokter spesialis
bedah (umum) di berbagai program studi di Indonesia selungga kurikulum di
berbagai pusat pendidikan memiliki kurikulum inti yang sama (90%) dengan
penambahan kurikulum lokal tidak lebih dari l0 % dari kunkulum nasional dan
diselesaikan dalam 8 semester t'ang secara total mrnimal mempunyai beban 72
SKS. Oleh karena itu. buku panduan pendidikan dokter spesialis bedah (petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis) perlu diterbitkan oleh K?S sebagar pen.vesuaian
terhadap situasi dan kondisi dari masing-masing pusat pendidikan.

I.2 BATASAN
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Bedah Indonesia adalah
institusi pendidikan dokler Spesialis yang mengemban tugas Kementerian Risel-

3
Kolcgiun trnu Bedrh Indonosi.
Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (KIBI)
untuk menghasilkan dokter spesialis bedah yang profesional berstandar global
sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan program pemerintah dalam
rangka memberikan pelayanan bedah paripuma yang merata di seluruh wilayah
Indonesia dan sejajar dengan dokter spesialis bedah lulusan institusi pendidikan
dari luar negeri.

I.3 NII,AI DASAR


l. Nilai-nilai Pancasila yang meliputi nilai-nilai Ketuhanar! Kemanusiaan.
Persatuan, Keraliyataq Keadilan.
2. Nilar-nilai keilmuan yang meliputi rulai uruversalitas dan objektivitas
ilmu, kebebasan akademik dan mimbar akademih penghargaan alas
kenyataan dan kebenaran guna keadaba4 kemanfaatan dan kesejahteraan.
3. Nilai-nilai kebudal.aan yang meliputi nasionalis, toleransi, hak asasi
manusi4 dan keragaman.
4. Etika profesionalisme dokler spesialis bedah.
5. Pattent SaJbB) menjadi dasar pela)'anan paripuma kepada pasien.
6. Core Yalues'. Profesionaftsme, Kepeduliaq Kepuasan Pelanggan,
Kewirausahaan. Transparansi, Keadilan.
7 . Core belief. Kejujural Kebersamaan, Kemandiriarl Optimisme,
Keramahan.

I.4. TUJUAN Pf,NDIDIKAN (RANAH KELUARAN)


l. Ranah Kognitif, _"-ang berisi perilaku-perilaliu -vang menekankan aspek
inteleklual. seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir
unluk menegaklian diagnosis dan memutuskan penatalaksanaan dan
kasus-kasus penyakit dalam lingkup keilmuan be.dah baik bedah
emergensi maupun non emergensi.
2. Ranah Psikomotor, berisi perilaku-perilaku -vang morekankan aspek
kaerampilan motorik
e Penalalaksanaan kegawatdaruratan pasien terancam jiwa pada
kasus-kasus lingkup bedah.
. Penatalaksanaan perioperatif sebelum dan selelah pembedahan.
. Teknik operasi 1'ang didasan pengelahuan anatomi, fisiologi,
indikasi. kontraindikasi, hal-hal .vang perlu diperhatikan langkah-
langkah atau tahaper setiap leknik operasi.
3. Ranah Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekanlan aspek perilaliu
profesional yang meliputi keterampilan berkomunikasi dan berempati
dalam interaksi dangan pasien. teman sejawat, staf pengajar, dan semua
pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.

.+
Kolesium Ilmu Bcd.h Indoncria
BAB II
PELAKSANAAN PENDIDIKAN
(KURIKULUM NASIONAL)

II. I TAHAPAN PENDIDIKAN


Sesuai dengan Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedoklerar dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia no 49 tahun 20121, malia penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis
bedah diselenggarakan oleh universitas dengan alredilasi paling sedikit B di
iakultas kedokteran terakreditasi A dan rumah sakit pendidikan utama beserta
berbagai rumah sakit satelit, afrliasi dan wahana pendidikan lainnya dengan masa
studi 8 semester dan beban studi l4;l SKS.

Sesuai dengan peraturan tersebut di alas maka dasar penghitungan SKS ditetapkan
sebagai berikut:
1. Satu semester : setara dengan 16 minggu kerja
2. Salu SKS kegiaan tatap muka untuk peserta didik adalah:
a" 50 meniVminggu :perkuliahani responsi /tutonal
b. 50 menit /minggu : kegiatan tugas terstruklur dan tidak te{adwal
c. 60 meruVminggu : kegiatan akademik pese(a didik secara mandiri
3. Satu SKS kegiaan praktikum di laboratorium : 3 jan/minggu di
laboratorium
4. Satu SKS ke{a lapangan (Dedsite teaching dan operasi) : 4 jam tugas di
lapangan atau sejenisnya
5. Satu SKS penlusunan tesis : 4 jam /lnri selama 25 hari ke4 a-

A, TAHAP BEDAH DASAR (SEMESTER I, IL III)


a. PraBedah Dasar(l2 SKS)

Durasi Matcri
,1
bulan Balasan:
Tahap Pra Bedah Dasar adalah suatu kegiatan
pendidikan ilmu dan ketrampilan dasar bedah 1'ang
menjadi kompetensi dasar para peserta didik pemula
(lunior) di dalam melaksanakan praktek profesi bedah
yang baik di rumah saliit pendidikan.

Tuiuan pembelaiaran
Setelah mengrkuti kursus pra bedah dasar para peserta
didik dapal:
1. Menjelaskan ilmu-ilmu dasar bedah dan ilmu bedah
dasar, serta melakukan ketrampilan klinik dasar
bedah den benar

5
Kolcgium Ilmu Bedah lndonesia
2. Men jelaskanberbagai aspek etik, hukurn, dan
profesionalisme vang relevan dengan praktik ilmu
bedah yang baik.
3. Menlusun proposal penehtian dalam bidang ilmu
bedah

Tpprk I
Topik{opik yang dibahas mencakup 8 modul, yaitu :
l. Ilmu Dasar Bedah:
a- Infroduksi dan sejarah Ilmu Bedah
b. Analomi, Fisiologi, Patologi, Mikobiologi
panyakit dan kelainan bedah
c.
Farmakologi
d. Radioanatomi
2. Ilmu Bedah Dasar, Anestesiologi dan Radiologi
3. Ketrampilan Klinik Dasar Bedah
4. llmu Dasar Umum dan Humamora :

a" Filsafat llmu,


b. Epidemiologi Klinik.
c. Metodologi Penelitian Bedall
d. Biostatistik
e. Ilmu Bedah Berbasis Bukti
f Etik, Bioetik, Hukum Ilmu Bedah
g. ProfesionalismeBedah
h. Keselamatan pasien, dokter dan personel
kesehatan
i. Hubungan inter persona.l
j. Komunikasi
5. Prinsip metode pendidikan bedah

Metode Pembelaiaran:
Kuliah Mini,Tutorial, Diskusi Kelompok, Pralitikum,
Pelatihan Ketrampilan, dan Kursus.

Kursus-kursus Bedah Dasar ( I L) hari)


a
Basic Surgical Skills Courses (Versi The
Royal College of Surgeons of Edinburgh)
b. Kursus Perioperatif
c. Kursus Nurisi Perioperalif (LLL- ESPEN)
d. Kursus stoma dan perawatan luka
e. Kursus USG FAST

6
Kolcgium nnu Bedah lndonesi!
b. Tahap Beda} Dasar ( 42 SKS)

Durasi Materi
l4 bulan Batasan:
Tahap bedah dasar adalah pendidikan dan pelarihan ilmu
dan ketrampilan prosedur bedah dasar berbagai cabang
disiplin ilmu dan profesi bedah di rumah sakit
pendidikan utama beserta jejaringry-a.

Tqiuau peobelajaran:
Setelah menyelesaikan tahap rotasi bedah dasar, peserta
didik akan
mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan bedah dasar
berbagai cabang disiplin prolesi bedah pada perau,atan
pasien bedah.

Topik:
Rotasi bedah dasar dilaksanakan pada divisi-divisi
cabang ilrnu bedah sebagai berilut :
1. Bedah Digestif (2 bulan)
2. Bedah Onkologi. Kepala dan Leher (2 bulan)
3. Orthopaedi (1 bulan)
4. Urologi (l bulan)
5. Bedah Plastik (1 bulan)
6. Bedah Anak (l bulan)
7- Bedah Kardiothoraks (l bulan)
8. Bedah Saraf (l bulan)
9. Bedah Vaskular (l bulan)
10. Bedah emergensi (2 bulan- di IGD)
I l. Perawalan intensif bedah (l bulan, di ICLD

Jadwal rotasi seliap semester dilentukan oleh


koordinator program studi dengan memperhatikan
fasilitas pendidikan yang tersedia (rumah sakit pusat
pendidikan utama dan/alau rumah saliit satelit)

Melode pembelararan:
I Tutorial (Referal)
? Diskusi dan refleksi kasus
Bedsite Teaching
4 Telaah kitis jumal
5 Seminar
6
7 Manajemen penoperatif pada pasien
8 Pelarihan ketrampilan dan prosedur bdah di
laboratorium llinik dan di kamar operasi.
9 Jaga Malam on sire di IGD

7
Kolesium Imu Bedah Indonesia
Metode Uiian:
l.Ujian tulis pilihan berganda
2. Mini CEX
3. OSCE (Objective Structured Clinical
Examilwlion)
4. DOPS (Direct Observation of Procedure)
5. PBA (Procedure Based Assessment)

Keqialan aliademik:
L Sidang Proposal Penelitian Tesis
2. Presentasi/publikasi I kary,a ilmiah

B. TAHAP BEDAH LANruT (SEMESTER IV, V, VL VIL VID


a. Tahap Bedah Lanjut I (36 SKS)

Durasi Materi
l2 bulan Balasan:
Tahap bedah dasar lanjut I adalah pendidikan ilmu bedah
dan pelaiihan prosedur bedah lanjut berbagai cabang
disiplin ilmu dan profesi bedah di rumah sakit pendidikan
utama beserta jejaringny'q sehingga mampu menetapkan
manajemen bedah di bawah supervisi konsullan.

Tuiuan Pembelajaran:
Setelah menyelesaikan tahap rotasi bedah laryut I, peserta
didik akan mampu menetapkan manajemen bedah pada
berbagai jenis penl,aliit atau kelainan bedah di barvah
supen isi konsultan.

Tooik:
Tahap ini akan meliputi modul-modul topik pada divisi
1. Bedah Digestif (2 bulan)
2. Bedah Onkologi, Kepala dan Leher (2 bulan)
3. Orthopaedi (2 bulan)
,1. Bedah Plastik (l bulan)
5 Bedah Saraf(l bulan)
6. Urologi (1 bulan)
7. Kardiothoraks (l bulan)
8. Bedah Anak (l bulan)
9. Bedah Vaskuler (1 bulan)

Metode pembelaiaran
1. Tutorial (Referal)
2. Diskusi dan refleksi kasus
3. Bed Side Teaching

IJ
Kolcsium Ilmu Bedah Indoncsia
4. Telaah kitis jumal
5. Seminar
6. Manajemen perioperatif pada pasien
7. Pelatihan ketrampilan dan prosedur bedah di
laboratorium klinik dan di kamar operasi.
8. Jaga Malam oz sila di IGD
9. Kursus-kursus di Semester IV:
a. Kursus DSTC (Defnitive Surgical
Trauma Care)
b. Basic Laparoscopic Surgery Course
(BSS ID
c. Gastrointestinal Endoscoplt Course

Metode Uiian:
l. Ujian tulis pilihan berganda
2. PBA (Procedure Based Assessment)
3 Mini CEX

Kega!34 :\ka{qmi\-
1. Ujian Nasional I (Bedah Dasar ) di scmester lV
2. Prescntasi/publikasi hasil penelitian di Semester V

b. Tahap Bedah Lanjut II (5.1 SKS)

Durasi Materi
I tl bulan Batasan:
Tahap bedah dasar lanjut II adalah pendidikan ilmu
bedah dan pelatihan prosedur bedah lanjut berbagai
cabarg disiplin ilmu dan profesi bedah di rumah sakit
pendidikan utama besetu jejaringnya, sehingga mampu
menelapkan manajemen bedah secara mandiri.

Tuiuan Pernbelaj aran:


Setelah menyelesaikan tahap rotasi bedah lanjut II,
peserta didik akan mampu menetapkan manajemen
bedah pada berbagai jenis penl akit atau kelainan bedah
secara mandiri.

Too_rk:
Tahap ini akan meliputi modul-modul topik pada divisi
I Bedah Digestif (2 bulan)
2. Bedah Onkologi, Kepala dan Leher (2 bulan)
3 Orthopaedi (2 bulan)
4 Bedah Saraf (1 bulan)
5 Urologi (l bulan)

9
Kolegium trmu Bed.h lndonesia
6. Kardiothoraks (l bulan)
7. Bedah Anak (l bulan)
8. Bedah Vaskuler (l bulan)
9. Bedah Plastik (l bulan )
10. Manajemen Bedah Mandiri di RS Jejaring ( 5
bulan)
11. Presentasi / publikasi tesis (l bulan)

Metode pembelajaran:
l. Tutorial (Referat)
2. DisLusi dan refleksi kasus
3. Bedsite Teachrng
4. Telaah kitis jumal
5. Seminar
6. Manajemen perioperatif pada pasien
7. Pelatihan ketrampilan dan prosedur bedah di
laboratonum Uinik dan di kamar operasi.
8. Jaga Malam on srle di tGD

Melode Ujian:
.1. Ujian tulis pilihan berganda
-5. PBA (Procedure Based Assessment)

Keeiatan Akademik
l.Ujian Nasional II (Bedah Lanjut ) di semester
VIII
2. Presenlasi/publikasi hasil penelitian di Semester
VIII

l0
Kolegium lnu B€d.h Indonesia
BAB III
SILABUS PENDIDIKAN

III.I TA}IAP PRA BEDAH DASAR

l. MODUL PENDIDIKAN l: Ilmu Dasar Bedah

1.1. Batasan
IImu dasar bedah yang mempunyai dasar dan relevan di dalam ilmu dan
prosedur bedah yang meliputi prinsip anatomi, fisiologi, patologi.
mikrobiologi, farmaliologi, serta radioanalomi.

1.2. Tujuan Umum:

Setelah mengrkuti kegiatan ini. peserta PPDS akan mampu menjelaskan


tentang analomi dan fisiologl terapan pada ilmu bedah, parologi penl'akit
dan kelainan beda[ mikrobiologi pada infeksi bedall farmakologi.
radioanatomi yang relevan dengan penyakrt bedah, se(a menerapkannya
pada prinsip-prinsip penatalalisanaan bedah. (K2)

13. Materi:

1.3. r Sejarah dan Perkembangan Ilmu Bedah


1.3.2 Komep Dasar Mekanisme Peny''akit Bedah

1.3.3. Pengantar Anatomi Bedah

I.3.3.1. Embriologi dan tumbuh kembang


t.3.3.2. Anatomi permukaan tubuh
1.3.3.3. Anatomi berbagai sistem organ
1.3.3.4. Analomi pencitraan (Inaging Arutomi)

1.3.4. Fisiologi

I3..1.1 Fisiologi dasar sel: lntegrasi dan Koordinasi


t.3.1.2 Homeostasis & Mekanisme kontrol
1.3.4 3 Integrasi fungsi organ
I.3.1.4 Metabolisme dan Termoregulasi
I .3.4.5 Perdarahan dan slok hipor olemia

ll
Kolesjum trmu Bedah Indonesia
1.3.4.6. Keseimbangan cairan dan elektrolit, dan terapi cairan
perioperatif
1.3.4.7. Keseimbangan asam basa
1.3.4.8. Hemostasis: PerdaraharL Koagulasi, dan Transfusi Darah
1.3.4.9. Nutrisi perioperatif

1.3.5. Parologr

1.3.5.1. Cidera sel (Cell Injury)


t.3.5.2. Nekosis dan apoptosis
1.3.5.3. Trauma
1.3.5.4. Imunologi dasar
1.3.5.5. Penyakit autoimun
1.3.5.6. Inllamasi, SIRS, dan MODS
t.3.5.7. Respon intestinal dan hepar pada trauma
1.3.5.8. Respon endolain dan metabolisme pada trauma
1.3.5.9. Respon imun pada traurna
1.3.5.10 Penyembuhan luk4 Jaringan dur Fibrosis
t.3 5.l1 Infeksi, dan Sepsis
1.3.5.12 Penyakit Vaskuler
1.3.5.l3 Kelaimn pertumbuharl diferensiasi dan morfogenesis
1.3.5.14 Genetika:

1.3.5.14.1. Klasifikasi otosomal resesif, domnan dan sex linked


recessive
1.3.5.14.2. Klasifikasi sex ft7 ked dominan & multigenik
1.3.5.14.3. Genetikmolekuler
1.3.5.14.4. Farmakogenetik

1.3.5.15 Genetika molekuler pada Neoplasrna: genom DNA, Siklus


Sel, Apoptosis, Telomer.
1.3 5.l6 Patogoresis dan Biologi Neoplasma: defek gen, aktivasi
proto-onkogen. rnaLtivasi gen supresor- inisiasi- promosi.
progresi, metastasis, dm sindroma paraneoplastik.
L3 5.17. Klasifrkasi Neoplasma ..,

L3.5.18. Gradasi histopatologi dan stadium pada kanker


1.3.5.19. Respon imun pada kanker
1.3.5.20 Prinsip pemeri-lrsaan histoparologl, potong beku, dan
immunohistokimia.

t2
Kolegium nmu Bedah Indonesia
L3.6. Mikobiologi

1.3.6.I Diversifikasi mikoorganisme pada infeksi bedah (aliut dan


kronik)
1.3.6.2 Patogenesis infeksi baklerial, infeki lokal dan sepsis
1.3 6.3 lnfeksi padajaringan lunak: selulitis, abses. fasciitis
nekrotikans. gas gangren.
1.3.6.4. lnfeksi nosokomral dan Surgical Site In/bction
1.3.6.5. Respon imun pada infeksi bedah
1.3.6.6 Genetika dan Biologi molekuler mikoorganisme
1.3.6.7 . Antimikoba
1.3.6 8. Kontrol terhadap mikroorganisme dan mekanisme resistensi
antibiohka pada mikoorganisme
1.3.6.9 Prinsip-prirsip pencegahan infeksi: disinfeksi. stenlisasi,
tindalian a dan anti septik.

1..1. Farmaliologi

1.4.1.1 Farmakologi pada kasus bedah trauma: analgetik, antibiotik4


obat kardiovaslllar, dan obat aneslhesia.
1.4.t.2 Farmakologr pada kasus bedah sepsis
1413 Terapi rasional antibiotik pada infeksi bedah: terapeutik
empirik dan profilaksis
1.4.1.4 Farmakologi antibiotika pada pasien-pasien kritis
1.4. I .5 Farmakologi obal-obat inotropik dan vasoaltif pada pasien
kitis
1.4.t.6 Farmakologi kemoterapi
t.4.t.7 Farmakologi obat anti epilepsi, anti koagularl dan penyakit
endokrin.

1.4.2. Radioanatomi:
14Zl Radioanatomi organ pada foto sinar X dengan d ut lanpa zat
kontras
1.4.2.2. Radioanatomi organ pada pemeriksaan ultrasonografi
1.4.2.3. Radioanatomi organ pada pemeriksaan CT Scan
1.4.2.4. Radioanatomi organ pada pemeriksaan MRI

l3
Kolegiur mu Bcdah Indonosi!
2. MODUL PENDIDIKAN II: Ilmu Bedah Dasar

2.1. Batasan
Ilmu bedah dasar adalah meliputi ilmu dan ketrampilan dasar klinik yang
diperlukan di dalam melakukan penatalaksanaan pasien bedd baik tahap
perioperatif maupun intra operalif

2.2. Tujuan Umum


Setelah mengikuti modul ini, peserta didik akan alian mampu

Manjelaskan teon klinik umum yang befiubungan dengan


penatalaksanaan pasien bedah, (K2)
Melakukan berbagai ketrampilan klinik dasar bedah di dalam
perawatab pasien bedah. (P4)

23. Materi
2.3.1.t Patolog dan masalah klinik berbagai pen-v-aliit dan kelainan
bedah pada bedah digestif, onkologi. orthopaedi, urologi,
bedah saraf, bedah anali, bedah plastik, bedah
kardiothoraks, bedah vaskular, dan bedah kepala leher.
2.3.1 .2 Prinsip pengelolaan trauma dan kondisi kritis:

2.3.1.2 1 Tata kerja dan tindakan pencegahan dalam Ruang


Perawatan lntensif
2.3.1.2.2. Trauma massal
2.3.1.2.3. Sistem skor pada trauma
2.3.1.2.4. Dukungan metabolik dan nutrisi pada penderita trauma
2.3.1.2.5. Systemic Inflammatory Response Syulrome
2.3.1.2.6. Gagal organ multipel pasca trauma
2.3.1.2.7. Palofisiologi dan pencegahan ARDS pada penderita
trauma
2.3.t 28. Pencegahan dan penanganan infeksi pasca trauma
2,3129 Perawalan pra dan pasca bedah
2.3 12.1(\ Pemantauan dan pengelolaan syok perdarahan dan
koagulopati
2.3.1.2.11 Terapi nutrisi p eriop eratif
2.3.1..2.t2 Indikasi dan pemantauan pemasangan ventilator
2.3.1.2.73 Dasar-dasar anestesi pada kasus bedah elektif dan
darurat

2.3.1.3 Skrining dan Registrasi kanker


2.3.1.1 Prinsip terapi kanker: pembedahan, radioterapi, kemoterapi,
immunoterapi, dan terapi hormonal.

2.3.t.5 Dasar-dasar kelrampilan bedah


2.3.1.6 Luka gigitan binatang, tetanus, gas gangren

l.+
Kolesium Imu Bedah Indonesia
2.3.1.7 . Kamar bedah dan tatacara kerja kamar bedah
2.3. t.8. tnfeksi bedah
2.3.1.9. Infeksinosokomial
2.3.1.10. Asepsis dan antisepsis
2.3.1 .11 . Malisud dan tujuarl cara pengambilan dan pemeriksaan
PA"/FNAB
2.3.1.12. Transplantasi organ

2.3.2 Dasar-dasar persiapan pemerikaan dan pembacaan foto polos, dan


foto polos dengan kontras
2.3.3 Dasar-dasar persiapan pemeriks&rn dan pembacaan CT Scan
2.3.4 Dasar-dasar persiapan pemeriksaan dan pembacaan MRI
2.3.5 Dasar-dasar persiapan pemerikaan dan pembacaan USG abdomen
2.3.6 Dasar-dasar danjenis radioterapi, tehnik, dan evaluasi hasil radiasi,
proteksi radiasi

3. MODUL PENDIDIKAN III: Ketrampilan Klinik Dasar Bedah

3.1. Batasan

Ketrampilan klinik dasar bedah adalah ketrampilan pemeriksaan klinik yang


meliputi aramnesis dan pemeriksaan fisik diagnostik, serta prosedur beda}
dasar I'ang menjadi kompetensi esensial bagi setiap dokter spesialis bedah.

3.2, Tujuan Umum:

Setelah menyelesaikan modul ini para peserta didikan akan mampu


melakukan ketrampilan klinik dan prosedur bedah dasar sesuai dengan
standar terbaik.

33. Materi
3.3.1. Bantuan hidup dasar pada trauma
3.3.2. Ventilasi Mekanik
3.3.3. Persetujuan pasien berdasarkan informasi (I4formed Consent)
3.3.4. Pemerikaan klinik (anamnesis dan fisik diagnostik):
3 .3 .4 .1 . Bedah Digestif:
3.3.4.1.1. Abdomenakut
3.3.4.1.2. Iklerusobstruktiva
3.3.4.1.3. Perdarahan saluran cema atas dan bawah
3.3.4.1.4. Massaintraabdomen
3.3.4.1.5.Obstrukiintestinal
3.3.4.1.6.Benjolan di lipat paln
3.3.4.2. Bedah Onkologt, Kepala dan Leher:
! 3.3.4.2.1. Benjolan di palu dara
l5
Kolegim Ilmu Bedah Indonesia
3.3.4.2.2. Benjolan di leher
3.3.4.2.3. Tukak atau lesi di kulit
3.3.4.2.4. Benjolan di jaringan lunak
3.3.4.2.5. Trauma maksilofasial dan leher
3.3.4.3. Orthopaedi:
3.3.4.3.1 . Fraktur arlang dan disklokasi
3.3.4.3.2. Sindromakompartemenakut
3 .3 .4 .3 .3 . Tumor tulang
3.3.4.4. Urologi:
3.3.4.4.1. Lower Urinary Tract Symptoms
3.3.4.4.2. Obstruksi saluran kemih alas
3.3.4.4.3. Hematuria dan inkontinensia urin
3 .3 .4 .5 . Kardiothoraks :
3.3.4.5.1. Trauma thorals: pneumothoraks, hematothoraks,
dan tamponade jantung
3.3-4.6. BedahVaskular:
3.3.4.6.1. Oklusi arteri perifer
3.3.4.6.2. Varisestungkai
3.3.4.7. Bedatr Anak
3.3.4.7.L. Obstruksi usus pada neonatus dan anak
3.3.4.1 .2. Malformasi anorektal
3.3.4.7 .3. Hernia dan borjolan pada skotum
3.3.4.8. BedahPlastik:
3.3.4.8.1. Sumbing bibir dan langitan
3.3.4.8.2. Luka Bakar
3-3.4.8.3. KontraLtur
3.3.4.9. Bedah Saraf:
3 .3 .4 .9 .l . Trauma Kepala
3.3.4.9.2. Glasgow Coma Scale
3.3.5. Prosedur bedah:
3.3.5.1. Ketrarnpilan bedah dasar (Bas ic Surgical Skilk)
3.3.5.2. Trakeostomi
3.3 .5.3.Insersi chest tube
3.3.5.4. Pemasangan jalur intravena: konvensional maupun melalui
prosedur pembedahan
3.3.5.5. Pemasangan jalur vena sentral
3.3.5.6. Pembalutan
3.3.5.7. Pembidaian
3.3.5.8. Traksi kulit dan tulang

I6
t olegium Ilmu Ilodah Indonesja
4. MODUL PENDIDIKAN IV: Ilmu dasar umum dan humaniora

4.1. Batasan

Ilmu dasar umum adalah ilmu-ilmu dasar yang menjadi komponen area
kompetensi dolter spesialis bedah sehingga dapat menj alankan profesinl a
dengan praktek bedah terbark dan mampu mengembangkan ilmu bedah
melalui penelitian ilmu bedah. Ilmu-ilmu dasar umum tersebut melipuli
Filsafat Ilmu, Epidemiologi Klinilg Metodologi Penelitian Bedall
Biostatistilq Ilmu Bedah Berbasis Bukti serta humaniora 1'ang meliputi Etik,
Bioelik. Huhum llmu Bedah. Profesionalisme Bedah. Keselamatan pasien.
dolcer dan personel kesehatan. Hubungan inter personal. dan Komumkasi.

4.2. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan modul ini, para peserta didik akan mampu:


. menjelaskan konsep filsafat ilmu, metodologr penelitian kedokteran,
biostatistika" etika penelitian, bioetik, serta menerapkannya di dalam
bentuk penel itrar mandin
. menganalisis hasil-hasil penelitian kedokteran dengan menerapkan
praktek bedah berbasis buLti.
. menjelaskan berbagai aspek etili, bioetili, hukum kesehatan yang
terkait denga.n berbagai masalah perioperatif
. menjelaskan profesionalisme bedah.
. menerapkan dasar-dasar hubungan antar personal dan komrmikasi
profesi dalam pralcek bedah yang baik.
r Menjelaskan prirsip-prinsip dasar keselamatan pasieq dokler, dan
perseonal kesehatan.

4.3. Materi

4.3.1. Filsafat ilmu dan epidemiologi klinik

4.3.1.1 . Pengantar filsafat ilmu dan epidemiologi klinik


4.3 1.2. Dasar-dasar epidemiologr klinik
4.3 t.3. Metode ilmiah
4.3.1.4. Maode penalaran

4.3.2. Metodologi penelitian bedah

4.3.2.1. Pengantar melodologi penelitian (pengertiar! fungsi,


lujuan)
4.3.2.2. Sain dan penelitian ilmiah
4.3.2.3. Deduki-induki
4.3.2.4. Jenis-jenis penelitian ilmiah (penelitian epidemiologi)

t7
Kolcgium Ilf,u Bed.h Iidonesia
4.3.2.5. Penelitian eksperimenta.l
1.3.2.6 Proses panelitian (identifi kasi, perumusan masalah, tujuan.
kerangka korsep, perpustakaan)
Sampling
1.3.2.8. Pengumpulan data (instrumen pengukuran wawancara)
4.3.2.9. Uji coba instrumen, validitas, rehabilitas instrumen
4.3.2.t0 Pengolahan dan analisis data
4.3.2.11 Etika Penelitian
4.3.2.t2 Formulasi usulan penelitian
4.3.2.13 Rancangan laporan penelitian
4.3 2.14 Seminar proposal penelitian

4.3.3. Biostatistik

4.3.3.1. Pengantar statistik


4.3.3.2. Dala (pengumpulan dan pengotahan)
4.3.3.3 Statistik deskipsi
1.3.3.1 Teori probabilitas
4.3.3.5. Sampling dan distribusi
1.3.3.6. Stalistika inferenslal teon eshmasi
4.3.3.7 . Pengujian hipotesis, pemilihan uji statistik
4.3.3.8. Statistik parametrik (uji-1)
4.3.3.9. Analisis data nominal (u.;i X-2, uji eksak lisfter)

4.3.4. Itmu bedah berbasis bulti dan telaah kritis penelitian bedah

4.3.4.1. Prinsip-prinsip ilmu bedah berbasis buLti


4.3.4.2. Telaah krilis: Penelitian Penyebab dan risiko
4.3.4.3. Telaah kritis: Penelitian klinik diagnosis
4.3.4.4. Telaa} kritis: Penelihan klinik terapi
4.3.4.5 Telaah kritis: Penelitian KJiruk prognosis

4.3 5 Humaniora:
4.3.5.1 . Etika profesi
4.3.5.2. Hubungan interpersonal dokler-klien
4 .3 .5 .3 . Hulum kedokteran
4.3.5.4. Aplikasi hukum kedokteran dalam praltek
4.3 .5 .5 . Etik keperawatan
4 .3 .5 .6 . Etik rumah sakit
4.3.5.7. Etika pada mati balang otak
4.3.5.8. Dasar-dasarbioetik
4 .3 .5 .9 . End o.f Life Care
4.3.5.10. Komunikasi interpersonal
4.3.5.1 I . Profesionalisme dan prakek bedah yang baik
4.3.5.12. Keselamalan pasien
4.3.5.13. Keselamalan dokter dan personel kesehatan

l8
Kolegium Ilmu B€drh Indonesi,
5. MODUL PENDIDIKAN V: Metode Pendidikan Bedah (Belaiar dan
Mengajar)
5.1. Batasan

Metode pendidikan bedah adalah ilmu dan ketrampilan di dalam proses belajar
dan mengajar ilmu bedal di berbagai sarana dan prasarana pendidikan.

5.2. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan modul im, para peserta didik akan mampu menerapkan
berbagar metode betajar dan mengajar di dalam pendidikan ilmu bedah.

5.3. Materi

5.3.l. Pengantar metode belajar mengajar


5.3.2. Cara menyajikan kasus
5.3.3. Cara membuat transparans i
5.3_4. Metode tulorial, diskusi kelompok dan bed side teaching
5.3.5. Metode pelalihan ketrampilan klinik dan prosedur bedah
5.3.6. Praktekrole play

6. Metoda Pembelajamn Tahap Pra Bedah Dasar:

Metoda penyelenggaraan kegiatan ini adalah berbasis pada metoda


pembelajaran berbasis masalah (Pro blem Rased Leamrng), yaitu meliputi:

6. 1.1. Diskusi: Kegiatan diskusi dilakukan dalam beberapa car4 yaitu sebagar
berikut:

6. 1.1.1. Diskusi kasus :

adalah pembahasan suatu masalah kasus yang berkaitan dengan tema


suatu topik modul sehingga menjadi '"Irigger Case" (kasus pemrcu)
yang dapat menjadi 1i1ik arval unluk mengidantifikasi berbagai
subtopik pembelqaran yang diperlukan sehingga dapat mempe{elas
aspek patogenesis. patofisiologi, dan dasar pemikiran pilihan
pengelolaan bedah pada kasus-kasus yang berhubungan dengan topik
tersebut. Seorang tulor alian menjadi moderator diskusi yang alian
melibatkan kelas dan memberikan panduan menuju pembahasan
berbagar aspek yang menjadi tujuan pernbelajaran pada lopik modul
yang bersangkutan. Jumlah peserta didik diusalrakan tidali melebihi 40
orang pada suatu sesi diskusi. Walitu 1'ang disedialian untuk kegiatan
ini adalah 55 menit.

l9
Kolcg'uft Il,nu B.dah I onesii
6.1.2. Tutodal:

Penyaj ian suatu subtopik dari suatu modul oleh peserta didik di barvah
panduan oleh seorang fasilitator/lulor, i-ang terdiri dari makimum 30
menil presentasi dan 25 menit diskusi.

(r. 1.3. Praktikum:

Kegiatan ini
bertujuan memberikan pengalaman belajar pada suatu
subtopik sehingga tercapai peningkatan pemahamar. Kegiatan
praklikum dilakukan untuk berbagar subtopik patologi melalui
demonstrasi berbagai gambaran parologi malroskopik maupun
mikoskopik.

6. I.4. Kuliah Mini:


Dilaksanakan selama 55 menit, 1'ang terdiri dari kuliah didaltik
(malisimum 40 menit) oleh nara sumber dan dilanjutkan dengan diskusi
kelas selama 15 menit.

6.1.5. Pelatihan Ketmmpilan Klinik:

Dilaksanakan laboratorium ketrampilan klinik (bila tersedia) dan


di
melalur metode pembelajaran " Competenc-v Based 'l'raining '
(Pelatihan berbasis kompetensi) -vang meliputi partisipasi aktif peserta,
fokus pada ketrampilan klinik spesifik secara komprehensif (kognisi.
psikomotor, dan sikap), terdapatnya peran fasilitator, dan penilaian
performa pese(a didik secara langsung. Unluk mencapai hal tersebut
malia tahapan proses pelatihannya adalah sebagai berikut:

Tahap I : Slandarisasi

Setiap prosedur ketrampilan klinik dibagi menjadi beberapa tahapan


utam4 dan kemudian tahapan tersebut dibag lagi menjadi langkah-
langkah lang paling efisien dan aman berdasarkan bukti ilmiah 1'ang
terbaik, sehingga pada akhim_""a akan menjadi suatu panduan belqjar
beserta daftar tiliknya.

'lahap 2.. Pelaksanaan pelatihan.

Pelatihan dilaksanakan melalui tahapan sebagar berikut:


1. Presentasi oleh instruktur klinik untuk akuisi prosedur.
2. Demonstrasi oleh instruktur klinik dihadapan para peserta
3. "Coaching": Peserta melakukan prosedur di bawah supen isr
instrullur.

2{l
Lolegium IImu l].dah Ldonesi,
zl. Latihan mandiri.
5. Evaluasi.

6.1.6. Kursus:

Adalah kegiaran pelatihan pada salu topik masalah bedah atau


ketrampilan bedah yang didesain oleh KIBI untuk memberikan standar
penyelesaian masalah bedah dan/atau metode standar teknik
ketrampilan bedah kepada para peserta didik yang dilaksanalian dalam
l-3 han. Para peserta didik mendapatkan sertifikat kompetensi dalam
setiap hursus baik l.ang berstandar nasional maupun internasional.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara langsung oleh KIBI alau Prodi
dengan sertifikasi oleh KIBI. Kursus-kursus yang diselenggaralian
adalah sebagai berikut:
(r.1.6.1. Basic Surgical Skills Courses (Versi The Royal College of
Surgeors of Edinburgh)
6. I .6.2.
Kursus Perioperatif Bedah Emergensi
6.1.6.3. Kursus Nutrisi Perioperatil (LLL- ESPEN)
6. 1 .6.4. Kursus stoma dan perawatan luka
6. I .6.5. Kursus USG FAST

7. Fonnat dan jadwal kegiatan setiap minggu:

Jam Senin Selasa Rabu Ifumis .lum'al


IDiBD ID/BD, KK ID/BD ID/BD, KK MKDU

P resenlas i,i P resentasi/' P resentas i,/ Presentasi/ Kuliah Mini


Diskusi Disk-usi Diskusi Diskusi (0).00-r0.00)

12.00-13,00
Pendalaman Ketrampilan Seminar
materi ilmu
dasar
t 4.00- t 5.00 Diskusi Seminor
kelompok kelomook

Keterangan

2t
Kolesium trmu Benah Indonesia
ID- Ilmu Dasar Bedah
IB: IB Ilmu Bedah Dmar
KK: Ketrampilan Klinik
MKDU = Ilmu Kuliah Dasar Umum dan Metode Belajar mengajar

8. Kriteria Staf pengajar

l. Nara sumber : adalah staf purgampu bidang ilmu tertentu yang terdapat
sebagai topik atau subtopik pada sualu modul belajar dan bertugas
menyusun modul dm membuat ' BLUE PRINT" dan soal-soal ujian
kursus.
2. Tutor atau fasilitator: adalah staf yang bertugas untuk memberikan
fasilitasi pada kegialan presentasi atau diskusi kelompok.
3. lnstrxktur klinik atau praktikum: adalah staf yang memberikan pelatihan
karampilan klinik atau praf,tikum patologi

III.2 TAHAPBEDAHDASAR
Kompetensi lang harus dicapai pada tahap ini adalah kompetensi pada ranah
kognitif pada berbagar masalah dan penl akit bedah dan prosedur bedah esersial
bagi dokter spesialis bedah umum pada berbagai cabang ilmu bedah.

Ranah kompetensi kognitif

l. Bedah Digestif

a- Pemberian makan dini pada penderita pasca bedah (Early Reco'very After
Surgery)
b. Patofisiologi nyeri pada kelarnan biliodigestif
c. Fungsikeseimbangan flora nornul pada traktus gastrointestinal
d. Kolestasis
e. Mekanisme pertahanan mukosa
f. Respon hepar dan raltus gastrointestinal pada trauma
g. Faktor penyebab dan patogenesis dari karsinoma usus besar
h. Hematochesia
i. Sepsis enterobalterial
j. Infeksi intraabdominal
k. Obstrutsiintestinal
l. Surgical approacft bedah digestif

2. Kepala dan Leher

a- Fisiologi hormon (tiroid dan paratiroid)


b. Paratiroidisme
c. Hipertiroidisme
d. Jaringan limfe kepala dan leher

zz
Kolegi[n Ilnu Bedrh Indonesia
e. Obstruksi jalan nalas bagian atas
I Faktor penyebab dan patogenesis kanker rongga mulut
g. Kalker kepala dan leher
h. Maloklusi dan koreksi
i. Surgical approach bedah /r eatl & neck
3. Onkologi Bedah

a- Karsinogenesis
b. Skrining kanker
c. Pencegahan kanker
d. Deteksi dini kanker
e. Penentuan stadium kar ier
f Prinsip Onli.ologi Bedah
g. Pemilihan modalitas terapi untuk pendenta kanker
h. Dulimgan nutrisi untuk penderita kanker
i. Terapi palialildan penanganan nyeri kanker
j. Surgical approach bedah paludara

'1. Bedah AnaI

a- Respon endokrin dan metabolik pada pembedahan anak


b. Penanganan cairan dan elektrolit pada pembedahan anak
Infeksi ba,vi dan neonatus
d. Dukungan nutrisi pada pembedahan anak
Pencegahan hipotermi pada pembedahan anak
I Diagnostik prenatal dan pembedahan intra uterin
s. Konsiderasi hematologik pada pembedahan anak
h. Konsiderasi pemafasan pada penderita perioperatif anak
i. Konsiderasi kardiovaskuler pada p enderita eflo anak
j Kelainan kongenital traktus urinarius)+
I
5. Bedah Thoralis Kardiothoraks
A EKG
b. Monitoringhemodinamik
c. Ventilasi mekanik dan terapi oksigen
d. Transfusi intrabedah dan pasca bedah
e. Surgical approach bedah thoraks
6. Bedah Vaskular
a Oklusi pembuluh darah
b. Kelainan pembuluh r ena

7. Bedah Plastik
a. Penanganan luka abrasi. terbuka, laserasi
b. Trauma *'ajah
c. Patofisiologi luka balar
d. Resusitasi dan terapi awal pada luka bakar

23
Kolegium lmu Bedah Indoncsia
e. Patofisiologt dan pencegahan jadngan parut
I Smoke inhalation
g. Prinsip dasar dan macam tandur kulit
h. Prinsip dasar dan macam Z-plasty
i. Prinsip dasar dan macam rotation flap
j. Prinsip dasar dan macam pedicle flap
k. Prinsip dasar dan macam free flap
l. Prinsip dasar dan macam graft
m. Prinsip penanganan dan perawatan celah bibir dan celah langit

8 Bedah Saraf

a. Patofisiologi dan penanganan peningkatan tekanan intrakanial


b. Perubalmn patofisiologi pada lesi saraf perifer
c. Penyembuhan jaringan pada lesi saraf perifer
d. Prinsip dasar reparasi saraf periGr
e. Patofisiologi dan penanganan trauma kepala
f. Pemeriksaan neurologis dan monitoring neurologis di ICU
g. Skoring gangguan kesadaran serta implikasinya
h. Patofisiologi dan diagnosis hemaloma epidural
i. Prinsip dasar penanganan fraktur depresi
j. Patofisiologi dan diagnosis hidrosefalus
k. Pengenalan kelainan kongenital bedah saraf
l. Mati batang otak
m. Surgical approach bedah saraf

9 Urologi
a. Urodinamik
b. Persiapan pemeriksaarg pembacaan IVP,sistografi dan uretrografi
c. Infeksi faltus urinarius
d. Obstruksi traltus urinarius bagian das dan bagian bawah
e. Batu urinarius, patofisiologi dan pencegahan
f Patofisiologi gagal grnjat altut
g. Keganasan pada traltus unnarius
l<elarnan kongenital tral(us urinanus)+
i.
I
lnkontinensia
j. Acute scrohrm
k. Dasar diagnosis dan penanganan varikokel dan hidrokel
l. Kateterisasi, perawatan dan komplikasi
m. Surgical approach bedah urologi

10. Orthopaedi

a. Responjaringan muskuloskeletai terhadap penl aliil dan tmuma

2-l
Kolesium Ilmu Bcdah lndonosia
b Biomekanik fraktur
c. Penyembuhan tulang
d Prinsip umum penanganan fiaktur
e. Komplikasi fraktur dan p enanganannya
f. Cederajanngan lunak (otot, tendon dan ligamentum)
g. Penyembuhan jaringan hmak (otot, tendon dan ligamentum)
h. Rehabilitasi pada trauma musculoskeletal
Osteomielitis akut dan kronis
J Tumor muskuloskeletal
k Pengenalan kelainan kongenital orthopaedi
l pengenalan penyakit degeneratif orthopaedi
m. Surgical approach ekstrenutas supenor
n. Surgical approach ekstremitas inferior

Ranah Kompetensi Psikomotor dan Afektif

d Bedah DigesriJ:

1 . Manaj emen hemia


2. Manajemen Appendisitis
3. Manajemen obstruksi usus
4. Manajemen perioperalif cidera organ padat intra aMominal
5. Manajemen perioperatif cedera organ berongga intra-abdominal
6, Manajemen perioperatif karsinoma kolorektal
7. Ma4jemen perioperatif ilterus obstruktil
8. Manajemen perioperalif infeksi intraabdominal: peritonitis dan abses
9. Mengerjakan, mencatat dan melaporkan assessmenl dan evaluasi penderita
kelainan gastrointestinal
10. Evaluasi dan diagnosis penderita akut abdomen
I l. lnterprelasi pefibar,aan imaging'.
I l.l .
Akul Abdomen (Identifikasi Udara Bebas, Obstruksi Usus Halus, Ileus,
Obstruksi Kolon, Volwlus)
1 I .2. Upper GI Series

11.3. Barium Enema (identifikasi neoplasma, tanda-tanda iskemla)


I 1.4. USG dan CT-Scan Abdomen
12. Evaluasi dan penanganan problem luka abdom@ (infeki, eviserasi, fasiitis,
dehisensi)
13. Koordinasi perawatan pra dan pasca bedah penderita akut abdomen
14, Merawat fistel abdomen dan proteki jadngan sekitar terulama kulit
15. Asistensi penutupan laparotomi; menguasai teknik panjahitan
16, Evaluasi penderita emergensi dorgan problem tralrtus gastrointestinal
17. Asistensi operasi lambung, usus halus, usus besar dan anorektum
18. Melakukan operasi:

25
(olesiurn Imu U.dah lndonesia
18.1. Apendektomi
18.2. Hemronhapy inguinal dan umbilikal
18.3. Hemoroidektomi
18.4. Fisurehomi dan FistuleLlomi Anal
18.5. Insisi dan Drenase Abses Perireltal
t9. Bertanggung j awab terhadap perawatan:

19.1. Pipa nasogastrik


19.2. Pipa intestinal (pipa rekturn pipa gastrostomi, pipajenunostomi)
19.3. Drain Intra abdominal
19.4. Fistulalntestinal
19.5. Kolostomi
20. Evaluasi dan penanganan kebuhrhan nutrisi penderita bedah sampai frmgsi
gastrointestin al normal kembali
21. Melakukan analisa dan pemeriksaan fisik penderita bedah dengan kelainan
hepar dm saluran empedu
22. Meminta dan menginterpretasi pemeriksaaan laboralorium dan radiologi untuk
evaluasi pasien dengan ilderus:

22.7. Alkali postrarase


22.2. SGOT, SGPT, PT dan PTT
22.3. USG
22.4. ERCP
22.5. PTC
22.6. MRCP
23. Membantu perawatan perioperatif penderita operasi hepatobilier
24. Asistensi operasi hepatobilier
25. Melal:ukan anarnnesa dan pemeriksan yang tertuju pada kelainanpankreas
26. Meminta dan interpretasi pemeriksaan laboraorium dan imaging wfiuk
evaluasi penyakit pa*reas

26.1. amilase dan lipase serum


26.2. amilase urin
26.3. CT scan
264 USG
26.5. ERCP
27. Membantu penanganan penderita panlceatitis akut
28. Membantu penanganan perioperatif penderita yang menjalani pembedahan
pankreas

b. Bedah Anak

1. Manajemen perioperaltf malformasi anoreklal


2. Manajemen penoperalif penlakit Hirscprung
3. Manajemen penoperatif stenosis pilorus hlpertofi
4. Manajemen perioperatifatresia duodenum

26
Kolegium Imu B€d,h Indonesia
5. Manajemen perioperatifatresi ileum
6. Manajemen perioperalifatresia esofagus
7. Manajemen perioperatifomlalokel
8. Evaluasi meliputi hetero anamnesa- pemerilsaan fisik penderita dengan
kelainan bedah pada anak
9. Meminta dan intepretasi pemeriksaan penunjang diag'nostik (laboratoriurn
imaging) pandeita dangan kelainan bedah pada anali
10. Melalt:ukan tindakan bedah sederhana:
.
10.1 insisi abses
10.2. vena seksi
10.3. kolostomi(dibawahbimbinganXlcAsP3)
10.4. apendektonu
10.5. hemiotomi
10.6. sirkumsisi
I l. Mampu mengklasifikasi kelainan kongenital bayi, mengetahui asalny4 dan
kebutuhan tindakan pembedahan:
l1.l. Stenosis pilorus, malrotasi, atresia intestinal, entero kolitis, nekrotisan,
ileus mekonium, penyakit Hirschpnmg, anus imperforalus
11.2. Hernia di afrakmatika
I 1.3. Hernia umbilikalis dan inguinalis, omfalokel
11.4. Gastroskissis
11.5. Eltropi buli, Undesceruled tesfti, hlpospadi
I 1.6. Hidrokel

c Bedah Onlologi. Kepala dan Leher

1. Manajemen perioperatifstruma nodosa


2. Manajemen perioperatifkarsinoma tiroid
J Manajemen perioperatifkarsinoma rongga mulut
4. Manajemen perioperatiftumor kelenjar liur
5. Manajemen perioperatifliigroma leher
6. Manajemen perioperatiflimfadenopati Ieher
7. Manajemen penoperatiftumor jinak payudara
8. Manajemen penoperatifturnor ganas payudara
9. Manajemen perioperatifbasalioma
l0 Manajemen penoperatif melanoma maligna
11 Manajemen penoperatif ka$inoma sel skwamosa
12 Manajemen perioperatif turnor jinak jaringan lunak
13 Manaiemen perioperatif tumor ganas jaringan [unak
14 Melalukan pemeriksaan kepala dan leher termasuk intra oral
15 Evaluasi penderita penyakit tiroid dan paratiroid
15. l Anamnesa
15.2.riwayat keluarga
1 5.3 . pemeriksaan hsik
15.4. pemeriksaan tambahan
16 Melal-ukan perawatan pra dan pasca bedah tiroid dan paratiroid
17 Asistensi operasi tiroid dan parattroid

27
Xolesium Imu Bedah Indonesia
18. Merencanakan secara komprehensi penanganan penderita dengan
kelainan tiroid dan paratiroid
19. Evaluasi penderita trauma wajah termasuli fraktur maksilofasial dan
laserasi
2l) Mampu morangani problem jalan nafas secara darural
20.1 . Intubasi
20.2. Krikotirotomi
20.3. Trakeostomi
2t Melakukan terapi sialadenitis
22 Merawat luka kontaminasi daerah kepala leher termasuk gigitan
binatang
23 Melakukan biopsi terbuka kelenjar getah bening, tumor kepala dan
leher termasuk rongga mulut
24 Melakukan evaluasi benjolan dikepala leher dan merencakan terapi
r"ang tepal
25 Meminta dan interpretasi pemerik,aan imaging (X-ray, USG. CT-Scan,
MRI) pada kelainan kepala dan leher
26 Evaluasi dan terapi abses/ infiltrat daerah kepala leher
27 Menegalikan diagnosis fraktur ma.lisilofaksial
28 Penanganan perioperatif fialdur maksilofalisial
29 Asistensi operasi daerah kepala leher
29.1. operasi kelenjar liur
29.2. diseksi leher radikal
29.3. fralturmaksilofasial
29.4. eksisi kanker rongga mulut
30 Melakukan FNA
3l Melakukan anamnesa untuk evaluasi penderita dengan kelainan
paludara :

31.1. faktor resiko


31,.2. problempayudarasebelumnya
3I.3. keluhan pada pal,r.rdara yang ada
32 Melakukan pemeriksaan fi sik payudara
53 Mela}ukan prosedur sederhana pada pqudara
33.1. FNA tumor paludara
33.2. Drainase abses payudara
33.3. Cutting needle biopry tumor payudara
33.4. Open biopsy fimor payudara
34 Identifi kasi tumor payudara (fi broadenom4 fi brokistilqmastitis, dan
kanker)
35 Interpretasi tanda keganasan pada mafirrrcgram (stellate. micro
calcrfcarion)
36 Melakukan eksisi fi broadenom4 fi brokistik paludara
37 Mampu memilih dan mengirim spesimen pembedahan untuk
pemeriksaan patologi
38 Mampu menentukan indikasi pemeriksaan reseptor esrogen dan
progesteron
39 Edukasi penderita untuk pemeriksaan pa).udara sendin

2L
Kolegium nmu Bcdah Indorcsia
40 Mampu melakukan anamnesa dan pemerikaan hsik penderita dengan
tumor kulit
4l Mampu membedalian secara klinis antara tumor kulit jinak dan ganas
42 Mampu melakukan anamnesa dan pemerikaan fisik penderita dengan
tumor jaringan lunak
:13 Mampu membedalian secara klinis antara tumor janngan lunak jinak
dengan ganas
14 Mampu melal:ukan biopsi pada lumor ganas k-ulil dan jaringan lunali
.15 Mampu melaliukan eksisi tumor jinak kulit dan jaringan h.mali
sederhana.

d. Bedah Kordio thorala

I . Manaj emen perioperalif hematothoraks


2. Manajemen penoperalif pneumothoraks
3. Manajemen penoperatif tumor mediastinum
4. Manajemen penoperalif trauma jantung
5. Evaluasi penderita dengan kelainan thoraks
6. Meminta dan interpretasi pemeriksaan penunjang pada kelainan thoraks
7. Menegakkan diagnosis dan menentukan penanganan awal dari fraltur kosta"
stemurL skapul4 kavil:ula
ll. Evaluasi panderita yang akan menjalani pembedahan thoraks dengan
mempertimbangkan faltor resiko, macam operasi, fungsi paru-paru dan
komplikasi pasca bedah
9. Managemen persiapan prabedah panderita yang akan dilakukan bedah thoraks
10. Menge{ akan:
l0.l Pemasangan chest tube
.

10.2 Thoraco centesis


I 0. 3. Kanulasi vena sentral

e. Redah Vaskular

1. Manajemen perioperalif oklusi pembuluh darah arteri


2. Manajemen perioperatif varises
3. Manajemen perioperatif trauma vaskular

4. Evaluasi pasien dengan penyakit vaskular


5. Asistensi pembedahan varises
6. ligasi dan striping
7. penanganan ulkus varikosis
8. penanganan trombosis vena
9. Asistensi operasi arnputasi dengan perhatian pada
9 I level demarkasi
9.2. kontrol sepsis

29
Kolegium trmu Bcdah Indonesir
10. Mampu melakukan kontrol pembuluh darah menggunakan:
10.1 .1. klem arteri
l0.l.2. ballone kataer
11. Asistensi operasi t hromboenda rt erectomy dut t hrombeclomt'
12. Asislensi operusi AV-shunt
I 3. Asistensi operasi simpatektomi
14. Melakukan assessment prabdah dan perawatan pasca bedah porderita yang
drlaliukan prosedur bedah vaskular

J. Bedah Plastik & Relanstruk\i

l Manajemen perioperatif celah bibir


z Manajemen peri operatil celah langit-langlt
J Manajeman perioperati I hemangioma
4 Manaj emen perioperatif kontrallur
5 Manajemen perioperatif luka bakar
6 Manajemen perioperatrf hipospadia
7 Manajemen perioperatif trauma wajah
8 Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik penderita
9 Meminta dan interpretasi pemeriksaan labor*ois dn irnaging untuk
menunjang diagnostik
10 Evaluasi dan terapi luka abrasi dan luka bakar yang sederhana
11 Terapi luka terbuka dan luka laserasi
12 Membantu penanganan drm perawatan perioperalif kelainan kongenital
(celah bibir. celah langit-langit, hipospadia)
.t3
Melakukan perawatan luka
14. Melakukan debrideman luka terbuka dan luka bakar
15. Membantu resusitasi, evaluasi dan terapi awal penderita luka bakar
16. Melakukan operasi tandur L:ulit
17. Melakukan/ap Lr:lit lokal sederhana untuk penutupan luka
t8. Membantu evaluasi dan perencanaan terapi untuk:
18.1. perlukaan tangan
18.2. kelainan kongenital
18.3. luka baliar
I9 Manajemen trauma wajah termasuk fraltur makilofasial danlaserasi

g. Bedah SaraJ

I Manajemen perioperatil cedera otak


2 Manajemen perioperalil cedera korda spinalis
J Manajemen perioperatil meningokel
1 Manaj emen penoperati f meningokel
5 Manajemen perioperatil hidrosefalus
6 Manajemen perioperatif tumor otak
7 Manajemen perioperatil tumor mielum
8 Manajemen penoperatif HNP

30
Kolegium lnu B€dah Indonesia
9. Melakukan anamnesa dan pemenksaan penderita dengan berbagai
tingkat gangguan kesadaran
10. Meminta pemenksaan penunjang diagnosis serta interpretasi pada
pendenta cedera kepala
1 i. Asistensi prosedur bedah saraf terbalas:Kraniotomi, laminektomi,
eksisi tumor abses. hemalom4 diskus. Sftzn ting pada hrdroselalus
12. Melakukan pembedahan (dibawah bimbingan) (K3A3P3) :Reparasi
laserasi kulit kepala

h. (/rologi

1. Manajemar perioperatif hidrokel


2. Manajemen perioperatif varikokel
J. Man4lemen perioperatif BPH
4. Manajemen perioperarif trauma ginjal
5. Manaj emen perioperatif trauma uretra
6. Manajemen perioperatif trauma buli
7. Manajemen perioperatif batu saluran konih
8. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita dengan penyakit bedah
urologi
9. Melakukan pemeriksaan dan membual diagnosa banding dari acate
scrotum
10. Menangani gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asarn basa
11. Assessment pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur,
termasuk permintaan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
t2 I(ork up d,ur muencarakan terapi yang tepat pda kelainan urologr:
12.1 . hematuria
12.2. obstrultif uropari
12.3. infeksi
12.4. batu
12.5. tumor ginjal
12.6. karsinoma prostat
13. Melalokan kateterisasi buli
14. Melakukan evaluasi diagnosis dan terapi penderita trauma traldus
urinarius
15. Interpretasi CT-Scan dan IISG pada rauma tral:tus urinarius
t6. Melakukan operasi torsi testis, varikokel, hidrokel (dibawah
bimbinganXK3A3P3)
17. Meminta pemeriksaan IYP, CT-Scan. USG pada kasus urologi yang
tepat
18. Melakukan dan interpretasi uretrogram pada trauma uletla
19. Melalukan dan interpretasi sistogram pada trauma buli

3l
Kolecium lrnu Bedah Indoncsia
20 Melakukan sistostomi (troikar dan terbuka) (dibawah bimbingan)
(K3A3P3)

a. Orthopaedi

l. Manajemen penoperalif fraLlur femur


2. Manajemen perioperalif fraktur kruris
3. Manajemen perioperatif frallur pelvis
4. Marujemen perioperalif fraktur humeri
5. Manajemen penoperatif antebrakii
(r. Manajemen perioperatif fraLlur vertebra
7. Manajemen perioperalif osteosarkoma

8. Melakukan anamnesa dan pemeriksaaan fisik penderita dengan kelainan


orthopaedi:
8.1 . trauma
8.2. kelarnan kongenital
8.3 - pertyakrt degeneratif
8.4. proses inflamasi
8.5. neoplasma
9. Meminta dan interpretasi pemeriksaan penunjang diagnosis yang tepat
(laboratorium dan inaging) untuk kelainan orthopaedi:
9.1. I ab oralorium prabeda]t
9.2. X-ray
9.3. CT-Scan
9.4. MRI
I 0. Melakukan immobilisasi vertebra servikalis
I l. Melaliukan penanganan traurna or*ropaedi pada ekstremitas (dibawah
bimbingan)(K3A3P3):
11.1. Splinting fraktu tertutup
11.2. Reposisi tertutup pada fraktur
11.3. Reposisi pada dislokasi
I 1.4. Pemasangan tra!.si
I1.5. Pemasangan Casls
11.6. Debrideman patah tulang terbuka
12. Monitor tanda sindroma kompartrnor pada trauma orthopaedi dan melakukan
terapi yang tepat seperti fasiotomi bila ada indikasi
13. Monitor gejala sindroma emboli lemak dan memberikan terapi yang tepat
14. Melakukan aspirasi sendi (dibawah bimbingan) (K3A3P3)
I 5. Membantu penanganan amputasi:
15.1. menentukan level amputasi
15.2. melakukan amputasi eksfrimitas bawah (dibawah bimbingan)
(K3A3P3)
15.3. rehabilitasiamputasi

32
Kolesium Ilmu B€dah lndonesia
III.3 TAHAP BEDAH LANJUT

III.3.I Bedah Digestif (K3A3P5)

Menangani penderita dengan kelainan bedah pada trallus digestivus


- karsinoma lambung
- karsinoma kolorel(al
- karsinoma panlreas
- cedera organ padat intra-abdominal
- cedera organ berongga intra-abdominal
- kolelitiasiVkolestasis
- peritonitis umum
- radmg granulomatosa usus

a- Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:


- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
- Meminta dan mmginterpretasi pemeriksaan panunjang
(laboraloris,
imaging, d,ut biopsi )
b. Membenkan terapi, ternuruk merenc€nakan terapi penunjang
c. Melakulian perawatan pre-operatif dan post-operatif
d. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan mernnganinya
e. Melakukan follou-up pendenta

2. Melakukan operasi :

a- Reseksi dan anastomosis usus


b. P enanggulangan trauma hepar

c. Paunggulangan perforasi organ berongga


d. Splenektomi
e. Drenasepankrealitis
f. Kolesistektomi/ kolesistektomi laparoskopik
g. Gastroenterostomi
h. Operasi Miles
i. Operasi Hartmann
i. Hemikolektomi
k. Biliodigestive shunt
/. Asistensi operasi : Whipple, reseki hepar, LAR advance
laparoscopic surgery
m. Endoskopi gastrointestinal

33
Kolcsiurn lmu B€dah Indonesia
IIl.3.2 Bedah Onkologi, Kepala dan t eher:(K3A3P5)

l. Menangani penderita dengan kelarnan bedah onkologi pada

l.l. Tumor jinak payudara


1.2. Tumor jaringan lunali
I.3. Tumor jinak kulit
1.4. Karsinoma payudara
1.5. Sarkoma jaringan lunak
l.(,. Karsinoma kulit

2. Menegakkan diagrosis penderita dengan cara:


2. I . Melakukan anamnesa dan pemeritsaan fisik yang terarah
2.2. Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,
imaging. dan biopsi)
3. Membenkan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melak-ukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operalif dan menanganinya
6. Melal:ukan follow-up penderita
7. Melakukan operasi :

7.1 . Mastektomi simpel


7.2. Mastektomr modifikasi radikal
7.3. Mastektomi radikal
7.4. Eksisi luas karsinoma kulit non melanoma
7.5. Ekisi luas melanoma maligna
7.6. Ekisi luas sarkoma jaringan lunak

8. Menangani penderita dengan kelainan bedah pada Kepala dan Leher

8.1. Karsi nomarongga mulut


8.2. Tumor parotis
8.3. Karsinomatiroid
8.4. Limfadenopati
ti.5. Tumor jinak rongga mulut
8.6. Tumor jinak jaringan lunak
8.7. Ameloblastoma
8.8. Higroma leher
u.9. Struma
u.t0 Kista odontogenik
u.l I Ranula
8.t2 Kista brankiogenik
8.13 Kista dultus tiroglosus
8.14 Trauma jaringan lunak wajah
8. l5 Fraktur nasal
816 Fraktur makila
817 Fraktur zigoma

3.1
Kologium lrnu Bcdat lndonesia
8. I 8. Fralitur mandibula

9. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:


9. l. Melakukan anamnesa dan pemenksaan fisik yang terarah
9.2. Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,
imaging, dan biopsi )
10. Memberikan terapi, lermasuk merencanakan terapi penunjang
I I . Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operattf
12. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
13. Melakukan follou-up penderita
14. Melakukan operasi :

14.1 . Ismolobeklomi
14.2. Tiroidektomi total
14.3. Parotidektomi
t4.4. Maksilekromi
14.5. Hemiglosektomi
t4.6. Reseksi mandibula
).4.7. Eksisi luas dan rekonstruksi sederhana
14.8. Asislenllddical Neck Di s section ('Rl'lD)
14.9. Eksisi parsial + marsupialisasi ranula
i4.10. Eksisi tumor jaringan lunali.
14.1 I . Eksisi tumor jinak rongga mulut
14.12. Ekskokleasi kista odontogenik
14.13. Eksisi higrom4 hsta branlii ogenik
14.14. Prosedur Sislrunli (kista duktus tiroglosus)
14.15. Reposisi dan osteosintes is fraktur makilofasial
t4.t6. Repair trauma j aringan lunak wajah

lll.3.3 Bedah Anak (IkA:Ps)

Mengelola penderita dengan kelainan bedah anak


l. 1. Neonatal sepsis
1.2. Tumor ginjal
1.3. Intussusepsi
I. 1. Neonatal peritonitis
1. 5. Necrotis ing enterocolrt i s

1.6. Akesia esofagus


1.7. Stenosis pilorik hipertrofi
1.8. Atresia duodenum
1.9. Stenosis duodenum
L l0. Panlreas anulare
l.l 1. Atresia/ stenosisjejuno ileal

35
Kolegium Imu B€dah Indonesia
1.12. Meconium ileus
L 13. Malformasi anoreklal
1.14. Poyakit Hischprung
1.15. Kriptor kismus
1.16. Hipospadia
1.17 . Omfolakel, gastroskisis
1.18. Patentomphalomesentericduct
1.19. Malrotasi usus halus
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
2.1. Melakukan anamnesa dan bemeriksaan fisik yang terarah
2.2. Meminta dan menginterpretasi pemerilsaan penunjang (laboratoris,
imaging, dan biopsi )
3. Memberikan terpi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up pendenta
7. Melakukan operasi :
7.1. Kolostomi penutupan stoma pada neonatus
7.2. Operasi invaginasi laparotonu
7.3. Operasi atresia ani letak rendah
7.4. Operasi omfalokel kecil
7.5. Piloromiotomi
7.6. Reseksi dan anastomosis usus
7.7. Gastroschizis (pemasangan gastroschizis bag)
7.8. Orkidopeksi
7.9. Kordektomi
7.l0.Hidrokel
7. I l.Heniotomi

7.12.Apendektomi
7. 13. Atresia ileum (Santuti)
7. 14. Gastrostomi

III.3.4Kardiothor aks

1. Mengelola penderita dengan kelainan bedah kardiothoraks:


II Pneumothoralts
1.2. HemaloThoraks
1.3. I'lail chest
1.4. Tamponade j antung
L5. Luka tusuli dinding Thoraks
1.6. Patah tulang iga
2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
2.1. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah

36
Kolesiun Imu Bed.h Irdonesia
2.2. Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,
imaging, dan biopsi )
3. Membenkan terapi, termasuk merencalan toapi parunjang
4. Melakukan perawatan pre-operalif dan post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melakukan follow-up pendenta (rehabilitasi)
7. Melakukan operasi :

7.1. Torakotomi trauma


7.2. Osteosintesis iga

III.3.5 Bedah Vaskular

1. Mengelola penderita dengan kelainan dan pen-yalJt vaskular I'artu

l. ). Deep Yein Thrombosis (DW)


1.2. Emboli arteri akut
1.3. Fistula AV (Cimino)
1 .4. Penyakit Buerger & penyakit arteri perifer obshrktif (PAPO)

1.5. Varises
1.6. Gangren diabetik

2. Melakukan operasi:
2.1 . Stripping varises
2.2. A-V shunt
2.3. Embolektomi
2.4. Anastomosis pembuluh darah

III.3.6 Bedah Plastik& Rekonstruksi (KiA3Ps)

L Mengelola pasien dengan kelainan dibidang bedah plastik& rekonstruki

1. L Keloid
1.2. Kontraklur
1.3. Sumbing bibir
1..1.Celah langt-langit
1.5. Luka bakar
1.6. Hipospadia
L7. Fralilur ma-lisilofasial

2. Menegakkan diagrosis penderita dengan cara:


2. I. Melakukan anamnesa dan pemenksaan fisik yang terarah
2. 2. M eminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunj ang (laboratoris,

imaging, dan biopsi )


3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang

37
Kolesium Ilmu Benah Ldonesia
4. Melakukan perawalan pre-operatif dan posloperatrf
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganin.va
6. Melakukan follou.up penderita
7. Melakukan operasi :

7.1. Labioplasi
7.2. Osteosintesis lraktur malisi lofasial
7.3. Penanganan konservatrfdan operatif pada luka balia.r
7.4. Release kontraktur

III.3.7. Bedah Syaraf (I(A:Ps)

I . Megelola penderita dengan kelarnan bedah syaraf:

1. 1 . Fraktr-rr impresi tengkorali


l.2. Fralitur basis kranii
1.3. Cedera kepala ringan
1.4. Cedera kepala sedang
1.5. Hematom epidural
1.6. Cedera sumsum tulang belakang

2. Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:


2.1 . Melaliukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teraratr
2.2. Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang (laboratoris,
imaging)
3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melak-ukan perawalan pre-operatif dm post-operatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. MelakuLan lollow-up penderita
7. Melakukan operasi :

7 . L Bun hole hematoma epidural

7.2. Elevasi fraktur depresi tulang tengkorak


7.3. Reposisi fiaLturimpresi

III.3.8. Urologi GAA3P,

l. Mengelola penderita dengan kelainan bedah Urologi:

1. l. Karsinoma penis
1.2. Tumor teslis
1.., Tumor ginjal
1.4. Varikokel
t.5. Pionefrosis
1.6. bburnier gangrene
1.7. Vasektomi

I\olcsium lrnu Bedah Indonesia 38


1.8. Batu saluran kemih
1.9. Hidrokel
1.10 Benign prostar hTperplasia (B?H )
r.t1 Karsinoma prostat
't t2 Torsio testis
lt3 Ruptur uretra
114 Ruptur buli-buli
tls Trauma ureter
Lt6 Trauma ginjal
1.t7 Menegakkan diagnosis penderita dengan cara:
1.17.1. Melalukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
1.17.2. Meminla dan menginterpretasi pemeriksaan penmjang
(laboratoris, imaging, dan biopsi )
1.18 Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
l.19 Melakukan perawalan pre-operatif dan post-operatif
t.20 Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menangamnya
"t.21 Melakukan follow-up penderita

2. Melakukan operasi

2.1. Nefrostomi
2.2. Prostatektomi terbuka
z-J- Nefrektomi
2.4. Orkhidektomi
2.5. Orkidopeksi
2.6. Repair uretra anterior, buli-buli, ueter, ginjal
a1 Ligasi tinggi pada varikokel
2.8. Vesikolitotomi, ureterolitotomi, pielolitotomi
2.9. Amputasi panis
2.t0 Vasektomi

III.3. 9Or&opaedi (I(AjPs)

I . Menangani penderita dengan kelainan bedah Orthopaedi

1.1 . Tumor jinak tulang


1.2. Patah tulang terbuka
1.3 Fraltur kompresi vertebra
1.4. Frak-tur klavikula
1.5. Fraklur humerus
1.6. Fraktur suprakondiler humeri
1.7 . Dislokasi siku aliut
1.8. Dislokasi bahu aliut
1.9. Dislokasi panggul aliut
1.10 Fraktur antebrakii
l.ll Fra.klur olekrenon

39
Kolegiutn [mu Bedah Indoncsia
t.t2 Fraktur (b/1cs
I .13 Fraktur lcmur
l.t4 Fraktur palella
l15 Fraktur kruris
l.l6 Ruptur tendon aLhiles

2. Menegakkan diagnosis pendenta dengan cara:


2.1. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang terarah
2.2. Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang
(laboratons, imagr.tzg, dan biopsi )
3. Memberikan terapi, termasuk merencanakan terapi penunjang
4. Melakukan perawatan pre-operatifdan postrperatif
5. Mendeteksi komplikasi post-operatif dan menanganinya
6. Melaliukan lollow-up pendenta
7. Melakukan operasi :

7.1 .Reduki terbuka dan fiksasi intema (ORIF)


l. l. Nailing femur
7.
7.1.2. Plale & screw :tibia" radius, ulnq humerus, klavikula
7 .l.3. Tension barul wiring (TBW) pada olecranon dan patella
7.2. Eksisi tumor jinak tulang
7.3. Biopsi tulang
7.4. Disartikulasi sendi besar: pangul, bahu, lutut
7.5. Tendon repair

lll.4. Dinas di rumah sakit satelit sebagai Chief Resident

l. Melalukan manajerial pangelolaan penderita bedah di poliklini( kamar


operasi, bangsal, instalasi rawat darural dan kamar terima bedah.
2. Melakukan pelayanan bedah di rumah sakit satelit atau afiliasi.
3. Melakukan pelayanan konsultasi untuli Bagian-Bagian lain di Rumarh Sakit
Pendidikan dan Rumah Saliit Satelit
4. Melakukan kegiatan mendidik yaitu membenkan bimbingan mengenai ilmu
bedah umum pada mahasiswa fakultas kedoLleran dan siswa perawat

IIl.5. Penelitian dan Publikasi hasil penelitian

l. Melakukan penelitian dan penulisan hasil penelitian sebagai maten tesis.


2. Melakukan publikasi tesis secara oral dan tertr-rlis melalui jumal ilmiah bedah
terakreditas i.

,10
Kolegiom Ilmu Bcdah Indonesia
BAB III
EVALUASI DA]\[ UJIAN

1 Pendahuluan

Er aluasi atau penilaiar/ujian (evaluationor ossessment'emmination) adalah


proses membandingkan kinerja seorang peserta didik dengan kiteria standar yang
telal ditetapkan oleh profesi. Evaluasi alau ujian merupakan tahapan -v-ang tidak
dapat dipisahkan dan aspek terpenting di dalam kurikulum pendidikan dokter
spesialis bedah umum. Pencapaian kompetensi para peserta didik dan tingkat
keberhasilan pelaksanaan program dapat diketahui melalui proses ujian dan
evaluasi program. Ujian bagi para peserta didik dapat menjadi indikator dan
prediktor pencaparan tujuan pembelajaran di dalam kurikulum. Ujiarq baik dalam
bentuk ujian formatif maupun sumatif, dapat memberikan dampak pada proses
bel4iar para peserta didik(l.rsess;ze nt drives l rning).

Mengacu pada tujuar pendidikan dan metodologi evaluasi tersebut, para


pengelola dan penguji program pendidikan dokter spesialis bedahseyogyanya
mengetahui, memahami, dan menerapkan proses evaluasi dan ujiansesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Bedah Indonesia dengan benar
dan korsrsten. Evaluasi yang digulakan harus mengikuti kaidah evaluasi yang
menganut azas kesahihan (wlidity) dan keandalan (reliabliy), kepraklisan
(practicability), dan dampak terhadap proses pendidrkan (eduuttional imryCt\
Seluruh domain pendidikan yang terdapat pada berbagai area konpetensi dokter
spesialis bedah umum harus diuji dengan metode-metode yang tershahih. OIeh
karena itu, jenis ujian di dalam proses pendidikan harus dilaksanahan secara
bertahap, kontinyu, dan integatif selama fase-fase pendidikan di dalam
kurikulum.

Dengal mempertimbangkan berbagai hal tersebut di


atas dan kebutuhan
pelal'anan bedah umum nasional di Indonesi4 malia Kolegium Ilmu Bedah
Indonesia menetapkan sistem evaluasi dan ujian progftIm pendidikan dokter
spesialis bedah. baik pada tingka lokal maupun nasional sehrngga baliu standar
pendidikan dolder spesialis bedah dapat dilaksanakan oleh berbagar pusat
pendidikan. Buku panduan evaluasi dan ujian Kolegium Ilmu Bedah Indonesia
disuswr untuk menjadi rujukan berbagai pusal pendidikan dokter spesialis bedah
umum di dalam pelaksanaan ujiar lokal, maupun nasional. Sistem evaluasi dan
ujian pada program pendidikan dokter spesialis bedah terdiri dari sistem evaluasi

.li
t ole,sium llmu B€dih lndonesia
dan ujian lokal, serta ujian nasional vang terdiri dari dua tahap yartu ujian nasional
tahap I (Bedah Dasar) dan ujian nasional tahap II ( Bedah Lanjut).

Evaluasi dan ujian lokal

lvslrrasl dan ujian lokal dilakukan dalam bentuk berbagai ujian formalif secara
periodik selama para peserta didik menjalani rolasi di berbagar divisi di rumah
sakit pendidikan utama dan jejaringn a yang terdiri dari rumah sakit satelit atau
afiliasi. Evaluasi dan ujian lokal be(ujuan unluk menilai pencapaian berbagai
modul kompetensi standar, bark dari aspek kognitii psikomolor atau ketrampilan,
serta sikap dan prilali.u profesional.

Penila.ran dilaksanakan dalam 2 (dua) bentul. )'aitu evaluasi dan ujian. Evaluasi
pencapaian kompetensi dilakukan dalam bentuk buku log. portofolio. dan evaluasi
360". Sedangkan ujian dilahukan dalam bentuk ujian kogaitif dalam bentuli ujian
tulis dan ujian lisan. dan ketrampilan psiko motor, baik dalam bentuk kelrampilan
klinik dasar perioperatif maupun ketrampilan prosedur operatii

Uj ian tulis lokal dilakanakan dalarn format ujian pilihan ganda (multiple choice
questions) dengan satu jawaban benar (single best answer) dan/atau pilihan
menjodohkan (Extended Matching Questions).Ujian esai tidak lagi menjadi
format ujian karena terdapal berbagai kelemahan di dalam aspek validitas.
reliabilitas dan praklis.

Ujian lisan dilakukan dalam bentuk penilain kemampuan analisis dan pemecahan
masalah pasien dalam bentuk cn.re based discussion (diskusi berbasis kasus).

Penilaian keterampilan (psikomotor) dilaksanakan dalam 2 (dua) bentuk. yaitu


penilaian ketrampilan klinik perawatan penoperatif (ujuh area kompetensi) dan
prosedur operatif Ketrampilan klinik perioperatrf diuji dalam bentuk Mini-CEX
dan OSCA lokal, sedangkan penilaian keterampilan prosedur operatif
menggunakan metode directb) observed procedurai skil/ (DOPS) pada tahap a\\'al
d.an Procedure Based Assessment (PBA)pada tahap bedah lanjut.

Penilaian ini drlaksanakan oleh penanggungiawab suatu paliet pendidikan (modul)


lang dicanlumkan pada portofolio peserta didik )ang dilaporkan ke Kolegium
Ilmu Bedah Indonesia oleh Ketua Program Studi Ilmu Bedah dari suatu pusat
pendidikan.

12
Kolegium trmu Bedah lndonesi,
Evaluasi Tahap I

Pada penjelasan yang dimuat da.lam kalalog ilmu bedah sebelumnya (1997),
evaluasi ini disebut Evaluasi Anlara. Evaluasi ini bertujuan menilai apakah tujuan
paket pendidikan pada lahap pertama (bedah dasar) telah tercapai. Penilaian
dilaksanakan melalui sualu uj ian yang diselenggarakan secara nasional oleh
Kolegium Ilmu Bedah tndonesia.

Evaluasi Tahap II

Evaluasi tahap ini merupakan tahap akhir dan bertujuar menentukan apaliah
peserta program telah mencapai tujuan pendidikan dokter spesialis bedah secara
komprehensif meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional dokter
spesialis Bedah Umum. Perulaian dilaksanakan melalui suatu ujian l ang
diselenggaralian secara nasional oleh Kolegium Ilmu Bedah Indonesia.

Ujian Nasional (Natio,ral Board E\antinalbn)

Ujian nasional sebagai metode untuk menjamin dan memelihara standar


kompetensi dokter spesialis bedah dilakukan secara terpusat dan terdiri dari dua
lahap, yaitu:
l. Ujian Nasional Bedah Dasar:
l) Bagian I: Ujian tulis ilmu dasar dan bedah dasar
2) Bagian II: Ujian keterampilan: OSCA (OSCE)
2. Ujian Nasional Bedah Lanjut :
3) Bagian I: Ujian tulis ranah kognitif
4) Bagian tr: Ujian profesi klinik bdah

Ujian Nasional diselenggarakan oleh Kolegium Ilmu bedah Indonesia melalui


Komisi Ujian Nasional yang berperan sebagai Direl(ur Ujian pada seliap
penyelenggaraan Ujian Nasional. Ujian diselenggarakan dalam dua hari berturut-
turut dengan jadwal sebagai beikut:
1) Hari I:
a) Bedah Dasar:
i) Ujian OSCE
b) Bedah Lanjut:
i) Ujian Profesi Long Case
2) Hari II:
a) Bedah Dasar:
i) Ujian tulis Ilmu Dasar Bedah dan Bedah Dasar ( 100 soal)
b) Bedah Lanjut:
i) Ujian Profesi Short Case
l3
Kolc,sium Ilmu Bcdah Indonesia
ii) U.1ian tulis Ilmu Bedah Lanjut (100 soal)

1) Ujian Nasional llmu Bedah Dasar

a. Tujuan:
Melal-ukan penilaian arval tentang kemampuan peserta didik di dalam
menlelesaikan masalah bedah dasar dan pemecahannya 1'ang didasari oleh
pemahaman dan penerapan ilmu-ilmu kedokteran dasar y.ang erat kaitannva
dengan ilmu bedah dasar.

b. Persyaratan:
Peserta telah menyelesaikan tahapan pendidikan semester III sesual
kurikulum Program Studi Ilmu Bedah

c Bentuk Ujian:
Ujian tulis dengan bentut pilihan ganda (multiple choice questions) dengarl
satu jawaban benar,

d. Soal Ujian
l. Ujian terdiri dari ltX) soal dengan waktu ujian l()0 menit.
2. Jenis soalpro6lem solving, soal pilihan gand a. fignette
3. Referensi
I ) R, Puta R Pabsl, Arma N. Taylor (Editor). Sobotta - Atlas of Human
Anatomy. l4h edition. Williams & Wilkins.
2) Frank H. Netter. Nfier atlas of human anatomy 5m edition. Saunders
Elsevier.
3) Agur, fuure MR; Dalley, Arthur F. Grant's Atlas of Anatomy, 126
Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
4) Kim E. Barrett, PhD, Susan M. Barman, PhD, Scott Boitano, PhD,
Heddwen L. Brooks, PhD. Ganong's Review of Medical Physiology.
23d Edition. McGrawHill Medical,
5) Vinay Kumar, Abdul K Abbas, Nelson Fausto. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. 76 edition. Library of Congress
Cataloging-irrPublication Data.
6) Norman S. Williams, Christopher J. K Bulstrode. P. Ronan O'Connell
(Editor). Bailey & Love's Short Practice of Surgery.24h edition.
Hodder Amold UK.
7) Jeffrey Nortoq Philip S. Barie, Ralph R. Bollinger. Alfred E. Chang,
Stephen Lowry, Sean J. Mulvihill, Harvey l. Pass, Robert W.
Thompson @ditor). Surgery: Basic Science and Clinical Evidence. 2"d
edition. Springer.

.++
Kolegium llmu Bedah Indoncsi!
8) F. Brunicardi, Dana Andersen, Timolhy Billiar, David tlunn, John
Hunter, Jeffrey Matthews, Raphael E. Pollock (Author). Schwartz's
Principles of Surgery, Ninth Edition. McGraw-Hill.
9) Hugh Dudle,"-, David C. Carter. R.C.G. Russell (Editor). Atlas of
General Surgery. Butterworth-Heinemann ELBS.
l0) Robert M. Zollinger. Jr. and E. Christopher Ellison. Zollinger's Atlas
of Surgical Operations. gir edition. McGraw-Hill Education.
1l) De Jong, Sjamsuhidajat. Buku ajar Ilmu Bedah Indonesia 2nd ed.
12) Sabiston DC (editor). Tertbook of surgery. 156 ed. Philadelphia: WB
Saunders Company

e Penyelenggaraan ujian
- Potyelengaraan ujian dilalsanakan seciua nasional berdasarkan
pembagian wilayah (lihat lampiran)
- Tempat ujian ditetapkan berdasarkan pembagian wilavah (lihat lampiran)

f Pengawas Ujian
Ujian diawasi oleh seorang Penga$,as Ujian yang ditunjuk oleh Kolegium
Ilmu Bedah Indonesia
Krileria Pengawas:
- Anggota Komisi Ujian KIBI

g. Penilaian
- Penilaian dilaksanakan oleh Komisi Ujian Nasional.
- Hasil Ujian diumumkan selambatnya dalam waktu 14 harike pusat
pendidikan melalui Ketua Program Studi.
- Peserta yang tidak lulus dapat mengulang selama dalam masa studi
prodinya

2) Objective Structured Clhical Exaninattun (OSCE)

a. Tujuan
Melakukan evaluasi peserta didik dalam hal keterampilan untuk pemenkaan
klinik dan prosedur tindalian bedah lang sesuai dengan lahapan pendidikan
bedah dasar.

b. Persyaratan
l. Peserta telah menl.elesaikan tahapan pendidikan semester III sesuai
kurikulum Program Studi llmu Bedah

.t5
Kolegium Ilmu Bednh Indonesia
2. Peserta telah mengikuti kursus wajib yang ditetapkan oleh Kolegium llmu
Bedah Indonesia:
1) Basic Surgiul.9f,// (BSS)
2) Wound and Stoma Care
3) Perioperatif Bedah Emergensi
4) Delinitive Surgiml Treatment Care (DSTC)
5) Long l-tfe Learning of Perioperative Nutrition by ESPEN
6) Initial Manogement of Burn Course
7) USG T.AST

c Bentuk ujian
Ujian stasi keterampilan melakukan penilaian penge{ahuan, pemahaman
dan keterampilan seorang peserta didik mengenai sualu prosedw
talalaksana (s,til/) yang dilaksanakan sehari-hari dalam praktik di klinik.
Ujian datam bentuk slasi dangan waktu 8 (delapan) murit.

d. Soal ujian
Ujian stasi keterampilan mengenai suatu prosedur dalam tatalaksana kasus
bedah dengan rincian sebagai berikut:
1) Distribusi soal
- Bedah Digestif I stasi
- Bedah Onkologi / HNB I stasi
- Bedah Ortopedi 1 stasi

- Bedah Urologi I stasi


- Bedah Anak 1 stasi

- Bedah Plastik I stasi


- Bedah Torals kardiovaskular I stasi

- BedahVaskular I stasi
- Bedah Emergensi 2 stasi
- Jumlah l0 stasi
2) Komposisi soal
- Keterampilan klinik
- Keterampilan kommikasi
- Ketrampilan prosedur
3) Referensi
Soal-soal OSCE morgacu pada:
- Modul Ilmu Bedah yang ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Bedah
Indonesia
- Buku Pegalgan wajib yang ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Bedah
Indonesia
- Buku Pegangan Kursus Kolegium llmu Bedah lndonesia

46
Kolegium lmu B./ah Irdonesia
e Penyelenggaraan ujian
l) Penyelengaraan ujian dilaksanakan sec.ua nasional berdasarkan
pembagian wilavah (lihar lampiran)
2) Tempat ujian ditetapkan berdasarkan pembagian *ilayah llihat lampiran)

f. Penilaian
l) Pada setiap soa.l keterampilan tercantum nilai (bobot) dari masing-
masing langkah tindakan yang diujikan.
2) Nilai batas lulus adalah 70
3) Nrlar suatu stasi yang merupakan modul wajib tidak dapat diwakili oleh
stasi lain (bulian nilai kumulatil); artinya gagal di satu stasi berakibat
kegagalan seluruh ujian
4) Penilaian dilaksanalian oleh asesor (sllez t assessor) yang ditetapkan oleh
Kolegium Ilmu Bedah Indonesia
Krileria asesor:
- Instruktur Kursus Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (BSS, Wound
arul Storna Care, P erioperail TNT dan atau DSTC)
5) Hasil Ujian diumumkan selambatnya dalam waltu 14 harike pusat
pendidikan melalui Ketua Progam Studi
6) Peserta yang tidak lulus dapat mengikuti ujian selanjutnya sebanyak 3
(tiga) kali, namun tidali diharuskan mengambil kesempatan pada
penyelenggaraan periode berikutnya

3) Ujian Nasional llmu Bedah Lanjut

h. Tuiuan:
Melalukan penilaianakhir tentmg rerah kogrritif mulai dari pemahamal
pealerapan dan pemecahan masalah para peserta didik di dalam
manyelesaikan masalah ilmu bedah lanjut yang telah ditetapkan oleh
kurikulum-

Persyaratan:
Peserta telah menyelesaikan tahapan pandidikan semester Vlll sesuai
kurikulum Program Studi Ilmu Bedah

j. Bentuk Ujian:
Ujian tulis dengan bentuk pilihan ganda (multiple choice questions) dengan
satu jawaban benar.

k Soal Ujian

17
xolegiun lmu B€dah Irdonesi.
l. Ujian terdiri dari 100 soal dengan waltu ujian 100 menit.
2. Jenis soal problem soh,lrg. soal pilihan ganda^ vignctte
3. Referensi
l. Norman S Williams, Christopher J. K Bulstrode, P. Ronan O'Connell
(Editor). Ba.iley & Loves Short Practice of Surgery. 24th edition.
Hodder Amold LIK
2. Jeffrey Norton, Philip S. Barie, Ralph R Bollinger, Alfied E. Chang,
Stephen Lowry, Sean J. Mulvihill, Harvey I. Pass. Robert W.
Thompson (Editor). Surgery: Basic Science and Clinical Evidence. 2nd
edition. Springer.
3. F. Bmnicardi, Dana Andersen, Timothy Billiar, David Dunn, John
Hunter, Jeffie!' Matthews, Raphael E. Pollock (Author). Schrvartz's
Pnnciples of Surgery. Ninth Edition- Mccraw-Hill.
4. Hugh Dudley, David C. Carter, RC.G. Russell (Editor). Atlas ot
General Surgery. Butler{.orth-Heinemann ELBS.
5. Robert M. Zollinger, Jr. and E. Christopher Ellison. Zollinger's Atlas
of Surgical Operations. 9ft edition. McGraw-Hill Education.
6. De Jong, SjamsuhidEat. Buku qiar Ilmu Bedah Indonesia 2'd ed.
7. Sabiston DC (editor). Textbook of surgery. 15s ed. Philadelphia: WB
Saunders Company

Penyelenggaraan ujian
- Penyelengaraan uj ian dilaksanakan secara nasional berdasarkan
pembagian wilayah (lihat lampiran)
- Tempat ujian ditetapkan berdasarkan pembagian wilayah (lihat lampiran.l

m. Pengas as Ujian
Ujian diarvasi oleh seorang Pencar,\ as L.ijian 1'ang ditunluk oleh Kolegium
Ilmu Bedah Indonesia
Kriteria Penga*as:
Anggota Komisi Ujian KIBI

n. Penilaian
- Penilaian dilaksanakan oleh Komisi Ujian Nasional.
- Hasil Ujian diumumkan selambatnya dalam waltu 14 harike pusat
pendidikan melalui Ketua Progam Studi.
- Peserta yang tidak lulus dapat mengulang selama dalam masa studi
prodinya.

llt
Koleeium Ilmu B€dah Indoncsia
3) Ujian Profesi Bedah

a. Tujuan
Menilai daya nalar ilmiah peserta didik di dalam mengidentifikasi dan
mengatasi masalah penyaliit atau kelainan pasien bedah. Karenanya, pada
kesempatan ini ujian bulian merupakan pertany.un yang bersifat recall.
namun menanyakan hal-hal )'ang berkartan dengan pemahaman dan
penerapan ilmu dan ketrampilan bedall serta analisis dan pemecahan masalah
pasien untuk menegakkan diagnosis dan menetapkan talalaksana bedah
pasien. Pada keempatan ini akan dapat dinilai pola pikir, alasan rasional
manghadapi suatu masalah danjalan keluar yang mencerminkan jalan pikiran
seorang peserta didik menangani suatu kasus:.vang menunjukkan kelal alan
seorang dokter spesialis bedah umum.

b. Persyaratan:
l) Pesena telah lulus Ujian Tulis Ilmu Bedah Dasar dan Uiian
Kelerampilan (OSCE).
2) Peserta telah mengikuti semua kursus yang diwqjibkan dan memiliki
sertifikasi dari Kolegium Ilmu Bedah Indonesia
3) Peserta telah menjalami semua tahapan pendidikan sesuai Katalog
Program Studi Ilmu Bedah. Hal ini dinyatakan dan ditandatangani oleh
Ketua Program Studi.
4) Menyerahkan daftar modul yang sudah dilaksanakan (beserta penilaian)
yang ditandarangani oleh Ketua Program Studi.
5) Menyerahkan karya akhir dalam bentuk raskah asli yang telah
diseminarkan.
6) Dihadiri oleh Ketua Program Studi dari pusat pendidikan dimana
peserta didik menjalankan proglam

C Bentuk Ujian:
Uj ian klinik (kasus)

d. Soal Ujian
Soal ditentukan oleh Kolegium Ilmu Bedah Indonesia- terdiri dari 4 (empat)
kasus. masing-masing:
l) Kasus ma1'or (/ong case) 2 soal, masing-masing I soal bedah digestif
dan I soal onkologi
2) Iksus ninor (shortcdse) 4 soal. Dua dari beberapa cabang keilmuan
antara lain: bedah anak bedah plastik bedah kardiotoralis. bedah
vaskular, bedah ortopedi, bedah saraf. dan urologi.

19
Kolesium Ilmu Bcdah Indonclia
Penyelenggaraan ujian
1) Penyelengaraan ujian dilaksanakan secara nasional berdasarkan
pembagian wilayah (lihat lampiran)
2) Tempal ujian ditetapkan berdasarkan pembagan wilayah (lihat lampiran)

f. Penilaian
I ) Penilaian dilakukan oleh Tim Penguji yang memenuhi persyaratan sebagai
berik'ut:
a) 6 penguji nasional yang ditunjuk oleh Kolegium Ilmu Bedah
Indonesia-
b) Syarat penguji nasional ditetapkan dalam keputusan Kolegium Ilmu
Bedah Indonesia sebagaimana terlihat pada butir b) di bawah ini.
c) Kriteria Penguji Nasional:
i) Guru besar
it) Doklor
iiD Lekor Kepala
iv) Ketua Program Studi
v) Tdak berasal dari pusat pendidikan dimana peserta didik
melaksanakan program
vi) Sebagai penguji dan pendidik bedah umum paling kurang 5
tahun.
vii) Pemah mengikuti dan lulus dalan pelatihan yang dilaksanakan
Kolegium.
viii) Diusulkan oleh KPS
i*) Ditetapkan oleh Censor in chief dan dikuk-uhkfi oleh SK kerua
kolegium.

d) Pendamping penguji lokal


i) Penguji setempat adalah Dosen Penilai yang ditetapkan melalui
keputusan Ketua Departemen Bedah pada pusat pendidikan.
ii) Penguji setempal bertindak sebagar pendamping; tidak
memberikan penilaian
2) Penilaian dilakukan terhadap kompetensi analisis dan pemecahan masalah
peserta didik mengenai penyakit atau kelainan bedah yang sesuai dengan
area kompetensi dokter spesialis bedah umum.
3) WaLtu ujian sesuai ketentuan sebagai beril'ut:
a) Kasus mayor (long cdse) 2 X 30 menit
b) Kasus minor (short case) .+ X 15 menit
4) Hasil ujian dinl'atakan dalam suatu formulir khusus yang merupalian
berita acwa ujian nasional setelah rapal yang diadalian oleh para penguji
nasional. Formulir ini menyatakan lulus tidaknya peserta yang

50
Koledum flmu I]cdah Indonesi.
ditandalangan oleh penguji nasional dan Kelua Program Studi setempat.
Hasil ujian:
a) Peserta yang lulus dalam ujian. Hasil ujian dilaporkan kepada Dekan
dan digunakan sebagai dasar mengeluarkan ljazah tanda kelulusan
Program Studi Ilmu Bedah.
b) Peserta 1'ang tidak lulus ujian. Hasil ujian dilaporkan kepada Kolegium
Ilmu Bedah lndonesia.

Syarat dan Ketentuan Ujian

Pada setiap bentuk ujian, terdapat beberapa syaral yang harus dipenuhi sebelum
seorang paserta didik dapat diajukan untuk mengi kuktiny a.

Syaral umum:
- Terdaliar sebagai peserta didik di suatu Program Studi Ilmu Bedah pada suatu
Fakultas Kedoktera4 ditunjukkan dangan nomor registrasi CHS
- Telah menyelesaikan tahapan pendidikan teatentu, sebagaimana dijabarkan
pada setiap bentuk ujian
- Untuk ujian profesi, peserta didik melampirkan:
l) Portofolio
2) Dua karya ilmiah (asli)
3) Mengisi formulir peserta ujian profesi

Ketentuan
- Untuk dapat mengikuti ujian nasional, Peserta didik didaftarkan oleh Ketua
Prograrn Sludi
- Menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan, termasuk iuran
perhimpunan profesi
- Peserta didik dad satu wilayah dapat mengikuti ujian di luar wilayah tempat
PS asal berada sejauh alokasi tempat tersedia.

5t
Kolegium nmu B€dah Indonesia
Jadwal dan Tempat Ujian Nasional

Syarat tempat Ujian Nasional:


l) Pusat pendidikan prodi PPDS Dokter Spesialis Bedah yang memenuhi s1'arat
sebagar berikut:
a) Tersedia 4 ruang kamar ujian profesi beserta kelngkapan sarana dan
prasarananya
b) Tersedia l0 ruang ujian OSCE beserta sarana dan prasarananya"
c) Tersedia satu ruangan ujian ujian tulis dengan kapasitas nunimal 50 orang.

Ujian nasional diselenggarakan 4 (empat) kali dalam saahun di beberapa wtlayah.


yartu masing-masding sekali di bulan Maret, Juni, September dan November
dengan pembagian wilayah sebagai berikul:

I Wilayah I
a- Ujian nasional dilaf,rrkan pada pusat pendidikan yang telah memenuhi
persayaratan ujian nasional.
b. Diperuntukkan bagi peserta didik yang berasal dari:
l) Program Studi Ilmu Bedah Falultas Kedokterar Universitas Syah
Kual4 Aceh
2) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utar4 Medan
3) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
Padang
4) Program Studi Ilmu Bedah Falllltas Kedol:teran Universitas
Sriwidjay4 Palembang

2. Wilayah II
a. Ujia"n nasional dilakukan pada pusat pendidikan yang telah memenuhi
persayaratan ujian nasional.
b. Diperuntukkan bag peserta didik yang berasal dari:
1) Program Shrdi Ilmu Bedah Fak-ultas Kedolleran Universitas
Padjqiaraq Bandung
2) Program Sludi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesi4 Jakarta
3) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas KedoLleran Universitas
Diponegoro, Semarang
4) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedol:teran Universitas Gajah
Madq Yogyakarta

52
Kolegium tlmu Bcnrh hdonesia
3. Wilayah III
a. Ujian nasional dilakukan pada pusat pendidikan yang telah memenuhi
p ersayaratan ujian nasional.
b. Diperuntukkan bagi untuk peserta didik yang berasal dari:
I ) Program Studi Ilmu Bedah Falnltas Kedokteran Universitas
Airlangga, Surabaya
2) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Brawidjaya, Malang
3) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokleran Uruversitas Sebelas
Maret, Solo
4) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Umversitas Udayang
Bali

4. Wilayah IV
a. Ujian nasional dilakukan pada pusat pendidikan yang telah memenuhi
p ersayaratan ujian nasional.

b. Diperuntukkan bagi untuk peserta didik yang berasal dan:


I ) Program Studi Ilmu Bedah Falultas Kedokteran Universitas
Hasanuddiq Makassar
2) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi, Manado
3) Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurar. Banjarmasin
4) Program Studi Ilmu Bedah Fal:ultas Kedokteran Universitas
Mulawarmaq Samarinda

53
Kolegium Inu I]edah Indonesia
5.1 .3.2 Kompetensi Dasar llmu Bedah

Prosedur Pencapaian Kompetensi Rata-rata Pencapaian Selama


No.
Dasar (Prosedur lnti Bedah Umum) Pendidikan per Lulusan
(1) (21 (3)

1 Apendektomi (open) 20-30 kali


2 Reseksi usus 5-20 kali
3 Laparotomi 20-30 kali
4 Biopsi insisional dan eksisional 30 kali
5 Eksisi tumor jinak mamma 20 kali
6 lnsersi Pipa lntrathorakal + WSD 20 kali
7 Splenektomi 2-3 kali
I Vesicolithotomi 2-3 kali
9 Herniorrhapy 20 kal
10 Bypass enterotomi 2-3 kali
11 Perawatan luka bakar 20 kali
12 Orchidectomi 1-3 kali
13 Penutupan perforasi usus 1-3 kali
14 lleostomi dan Kolostomi 5 kali
15 Release Torsio Testis 1-2 kali
16 | Hernrotomr anak 2-3 kali
17 Hemorhoidektomi 5-10 kali
18 Sistostomi 1-4 kali
19 Nefrostom 5 kali
20 Operasi repair buli buli 1-4 kali
Total Rata-rata

5.'1.3.3 Kompetensi Lanjut llmu Bedah

No. Prosedur Pencapaian Kompetensi Rata-rata PencapaianSelama


Lanjut (Prosedur Khusus Bedah Pendidikan per Lulusan (Asistensi)
Umum)
(1) l2l I (3)
1 Appendektomi per laparoskopi 3 kali
2 Penanggulangan trauma hepar (darurat) 3 kali
3 Kolesistektomi per laparoskopi 3 kali

4 Drenase pankreatitis (darurav Trauma) 3 kali


5 Pankreatektomi distal (darurav Trauma) 3 kali
6 Torako-laparotomi (darurat dan elektif) (+ 3 kali
Trauma)
7 Cholecystectomy terbuka 3 kali
8 Mastektomi radikal 3 kali
9 ORIF tulang panjang 3 kali
I Amputasi ekstremitas 3 kali
10 Reposisi fraktur impresi cranium (daruraU 3 kali
Trauma)
11 Kraniotomi 3 kali
12 Labioplasty 3 kali
13 Operasi A-V Shunt 5 kali
14 Total Thyroidectomy 3 kali
Open prostatektomi 3 kali
to Fiksasi eksternal tulang panjang 3 kali
17 Reseksi Abdomino- perineal 3 kali
1B Hemikolektomi 5 kali
19 Nef rektomi total/partial (trauma) 3 kali
20 Release kontraktur 3 kali
Total Rata-rata

Anda mungkin juga menyukai