PENDAHULUAN
tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu
putih (cajuputi oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian.
Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan
bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi
(Sunanto, 2003). Minyak kayu putih merupakan produk hasil hutan bukan kayu
(HHBK) dan termasuk produk utama tanaman kayu putih yang diperoleh melalui
proses penyulingan daun dan ranting kayu putih. Nilai ekonomi tanaman kayu
putih yang cukup tinggi ini menyebabkan kayu putih menjadi tanaman budidaya
daunnya. Melalui proses pemangkasan, daun yang sudah tua (umur 6-12 bulan)
diperuntukkan sebagai produksi daun kayu putih merupakan tegakan yang telah
dilakukan pemangkasan batang. Batang pohon kayu putih tersebut dipangkas pada
ketinggian 110 cm di atas permukaan tanah pada umur 4-5 tahun setelah
pengambilan daun kayu putih selanjutnya. Setelah dipangkas, pohon tersebut akan
1
2
system). Perlakuan pemangkasan ini akan memacu tumbuhnya tunas baru dan
target pungutan daun selama ini masih menggunakan metode konvensional yaitu
dicarikan alternatif atau metode lain dalam penaksiran daun dan ranting kayu
putih.
diameter batang. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa semakin besar
meningkatkan produksi daun dan ranting kayu putih (Laily, 2009). Semakin
banyak cabang/tunas yang tumbuh, akan semakin banyak pula daun yang
dihasilkan. Dengan asumsi tersebut, maka penaksiran produksi daun kayu putih
RPH Menggoran merupakan salah satu penghasil daun kayu putih yang
Adanya variasi kelas diameter yang besar pada tegakan kayu putih tentu akan
berpengaruh terhadap produktivitas daun kayu putih, oleh karena itu pendekatan
diameter batang untuk menaksir produksi daun kayu putih di RPH Menggoran
perlu dilakukan.
Hingga kini total luas tanaman kayu putih di Indonesia mencapai lebih
minyak kayu putih (MKP) sebesar 1.500 ton per tahun dan baru dapat dipenuhi
oleh industri dalam negri sebanyak 450 ton per tahun yang sebagian besar berada
di Wilayah Perum Perhutani dengan produksi tahunan mencapai 300 ton minyak
dengan bahan baku dari tegakan alam, serta D.I Yogyakarta 50 ton. Kekurangan
produksi MKP tersebut dipenuhi melalui import yang sebagian besar berasal dari
Luas hutan kayu putih yang ada di Yogyakarta mencapai 4.603,72 ha dan
produksi daun yang dihasilkan 4794,48 ton. Daun tersebut diolah oleh 4 pabrik
yaitu pabrik gelaran, sendangmole, kediwung dan dlingo. Minyak kayu putih yang
kayu putih yang ada di komplek hutan Sendangmole Desa Gading Kecamatan
Playen, masih terhambat masalah bahan baku berupa daun kayu putih. Pabrik
kayu putih yang memiliki empat tabung stainliess stell ini dapat mengolah 6 ton
daun kayu putih. Dengan proses selama 6 jam maka diperoleh sebanyak 60 liter
minyak kayu putih. “Jika bisa maksimal, maka ada enam kali operasi dalam
sehari, namun demikian, kebutuhan daun kayu putih masih belum tercukupi”
demikian kata Bambang Prijambada, Kepala Bidang Sertivikasi Mutu Benih
Dinas Kehutanan Provinsi DIY (Berita Daerah, 2015). Oleh karena itu, perlu
kayu putih. Kematian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
serangan hama tikus pada akar kayu putih. Selain serangan hama tikus, kematian
juga terjadi akibat ulah manusia seperti perencekan tanaman kayu putih dan
perusakan tanaman muda (Sukma, 2010). Kematian juga terjadi karena ulah
pesanggem itu sendiri. Adanya pola pangkas mati pada tegakan kayu putih yang
sudah besar, mengakibatkan datangnya semut dan rayap pada tanaman tersebut,
Agar jumlah tanaman kayu putih per hektar (n/ha) tetap terpenuhi, maka
tanaman muda. Dampak positif dari adanya praktek penyulaman yang dilakukan
yaitu produksi daun kayu putih di RPH Menggoran masih tetap stabil. Namun
kayu putih yang cukup besar atau munculnya kelas diameter yang beragam.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pelajar atau
akademisi sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat digunakan oleh pengelola hutan tanaman kayu putih
sebagai dasar untuk menaksir potensi produksi daun kayu putih, khususnya di
RPH Menggoran.