Sebuah cerpen berjudul "Sungai" yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto mengkisahkan seorang pejuang kemerdekaan berpangkat Sersan yang bernama Kasim. Sersan Kasim adalah Kepala Regu 3, Peleton 2 dari kompi TNI terakhir yang akan kembali ke daerah operasinya di Jawa Barat dari Jawa Tengah. Dalam perjalanannya, Sersan Kasim bersama dengan prajuritnya berjalan kaki menempuh jarak lebih dari 300 kilometer, menuruni lembah, menaiki gunung, serta menyeberangi sungai kecil dan besar untuk menghindari tentara Belanda. Hingga mereka tiba kembali di tepian Sungai Serayu. Dalam perjalanan itulah Sersan Kasim menggendong seorang bayi, anak satu-satunya yakni Acep. Istrinya telah meninggal dunia saat melahirkan anaknya tersebut. Sebelumnya komandan peletonnya sudah menyarankan agar bayi itu dititipkan kepada penduduk desa. Jika keadaan sudah aman, para penduduk desa akan diseberangkan sedikit demi sedikit. Namun dia tetap bertekad membawa bayi itu. Sebenarnya komandannya keberatan, setelah berunding beberapa saat, akhirnya memutuskan untuk menyeberangi sungai. Sersan Kasim sadar, ia membawa resiko yang berat dengan bayinya itu. Seluruh prajurit akan mati jika anaknya tiba-tiba menangis. Akhirnya semua prajurit sudah berada di sungai dan Sersan Kasim dengan bayinya tepat berada di tengah sungai. Pada saat itu, terjadi peristiwa diluar dugaan, kaki Sersan Kasim terperosok di lubang dasar sungai. Seketika ia terkejut. Air menyentuh bayinya yang sedang tidur nyenyak dan bayi itu mulai mengeluarkan suara tangisnya. Sersan Kasim bingung, semua orang menuding kepadanya, bergantung nasib terhadapnya. Sersan Kasim mengorbankan putranya dan tangisan Acep seketika hilang. Akhirnya rombongan prajurit itu selamat menyeberangi sungai. Di sebuah desa seberang sungai, Acep diturunkan ke liang kubur. Kemudian semua mata tertuju kepada sosok Sersan Kasim yang sedang meratapi kepergian anaknya dan semua prajurit menahan haru. Mereka sadar, keselamatan menyebrang sungai karena pengorbanan Sersan Kasim. Harta satu- satunya yang paling berharga yang menjadi miliknya, telah dikorbankan untuk keselamatan semuanya.