Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KANGKER PAYUDARA

Nama : Rony Junaidi Abdillah


Nim : 2114201000043
Laporan pendahuluan

1. Definisi

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak


menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh
secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) (Wijaya & Putri, 2013).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel (Brunner & Sudart, 2015).
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan kelompok penyakit, bukan penyakit tunggal.
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kemenkes RI, 2011).
Kanker payudara atau Carcinoma Mammae adalah pembunuh kedua bagi kaum wanita
Indonesia setelah kanker rahim. Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem
pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu,
jaringan lemak, kantung penghasil susu dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa
tumbuh di tempat bagian tersebut dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi
pasti menyerang payudara (Nurcahyo, 2011).
 Tipe-tipe Ca Mammae :
Menurut European Society for Medical Encology (2018), tipe ca mammae
berdasarkan cara invasi dibagi menjadi berikut.
a. Non-invasif (in situ) Ca mammae non-invasif merupakan lesi pra malignan atau
belum menjadi kanker, tetapi dapat berkembang menjadi bentuk ca mammae yang
invasif. Lesi yang terjadi di duktus disebut Ductus Carsinoma In Situ (DCIS), yaitu
sel-sel kanker berada pada saluran payudara (duktus) tetapi belum menyebar ke
jaringan payudara yang sehat. Sedangkan Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)
merupakan keabnormalan atau perubahan pada sel-sel yang melapisi lobulus yang
mengindikasikan adanya risiko kanker payudara. LCIS atau neoplasia lobular bukan
merupakan kanker payudara, namun dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin untuk
mencegah perkembangan lesi pra malignan.
b. Invasif Ca mammae invasif merupakan kanker payudara yang telah menyebar di luar
saluran (ca mammae duktal invasif) atau lobulus (ca mammae lobular invasif). Tipe
ca mammae berdasarkan perkembangan penyakit:
 Ca mammae awal (stadium 0 IIA), yaitu tumor yang belum menyebar di luar
payudara atau kelenjar getah bening aksila. Tipe kanker ini dapat dioperasi
untuk mengangkat sel kanker, namun juga dapat dilakukan terapi sistemik
neoadjuvant pra operasi.
 Ca mammae lanjut-terlokalisir (stadium IIB III), yaitu tumor yang telah
menyebar dari payudara ke jaringan terdekat atau kelenjar getah bening. Pada
sebagian besar pasien, pengobatan untuk tipe kanker ini dimulai dengan terapi
sistemik. Bergantung pada seberapa jauh kanker telah menyebar, tumor yang
berkembang secara lokal mungkin dapat dioperasi atau tidak dapat dioperasi
(dalam hal ini pembedahan masih dapat dilakukan jika tumor menyusut setelah
terapi sistemik).
 Ca mammae metastasis (stadium IV), yaitu ketika tumor telah menyebar ke
bagian lain dari tubuh, seperti tulang, hati atau paruparu. Tumor yang menyebar
ke tempat yang jauh disebut metastasis. Kanker payudara metastasis tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dilakukan tritmen secara berkelanjutan.
 Ca mammae lanjut, yaitu istilah yang menggambarkan ca mammae local yang
tidak dapat dioperasi dan ca mammae metastasis (Jezdic, 2018).
Tabel
Stadium 0: tumor non-invasif, hanya terletak pada payudara (TisN0M0)
stadium
Stadium 1: ukuran tumor kecil dan hanya terletak pada payudara, atau terdapat
kemungkinan kecil bermetastasis ke kelenjar getah bening di dekat payudara
IA Tumor tidak lebih besar dari 20 mm dan hanya terletak di payudara (T1N0M0)
IB Tidak ditemukan tumor primer (T0) atau ukuran tumor ≤ 20 mm (T1), tetapi
mikrometastasis (tidak lebih dari 2 mm) ada di ipsilateral level I/II kelenjar getah
bening aksila masih dapat digerakkan (N1mi); tidak terdapat metastasis jauh (M0)
Stadium 2: Tumor terletak pada payudara atau kelenjar getah bening, atau keduanya
IIA  Tidak ditemukan tumor primer (T0) atau tumor tidak lebih besar dari 20 mm
(T1) ; metastasis ditemukan di kelenjar getah bening aksila level I/II ipsilateral dan
kelenjar getah bening dapat digerakkan (N1) ; tidak ditemukan metastasis jauh
(M0)
 Tumor lebih besar dari 20 mm tapi tidak lebih besar dari 50 mm (T2) dan hanya
terdapat di payudara (N0) ; tidak ditemukan metastasis jauh (M0)
IIB  Tumor lebih besar dari 20 mm tapi tidak lebih besar dari 50 mm (T2) ;
metastasis ditemukan di kelenjar getah bening level I/II ipsilateral dan kelenjar
getah bening dapat digerakkan (N1); tidak ditemukan metastasis jauh (M0) 
2. E

Tumor lebih besar dari 50 mm (T3) dan hanya terdapat di payudara (N0) ; tidak ti

ditemukan metastasis jauh (M0) ol


Stadium III: Tumor telah menyebar dari payudara ke kelenjar getah bening yang dekat o
dengan payudara, ke kulit payudara atau dinding dada gi
IIIA  Tidak ditemukan tumor primer (T0), tumor tidak lebih besar dari 20 mm (T1),
tumor lebih besar dari 20 mm tapi tidak lebih besar dari 50 mm (T2), tumor lebih
besar dari 50 mm (T3) ; metastasis ditemukan di kelenjar getah bening level I/II
ipsilateral dan kelenjar getah bening terfiksir (N2) ; tidak terdapat metastasis jauh
(M0)  Tumor lebih besar dari 50 mm (T3) ; metastasis ditemukan di kelenjar
getah bening level I/II ipsilateral dan kelenjar getah bening dapat digerakkan
(N1), tidak ditemukan metastasis jauh (M0)
IIIB Tumor (ukuran berapa pun) telah meluas ke dinding dada atau kulit (T4); tidak
terdapat metastasis kelenjar getah bening (N0) atau terdapat metastasis di
kelenjar getah bening aksila level I/II ipsilateral dan kelenjar getah bening dapat
digerakkan (N1) atau kelenjar getah bening terfiksir (N2); tidak terdapat
metastasis jauh (M0)
IIIC Tumor dari semua stadium (T apa saja); metastasis terdapat pada kelenjar getah
bening aksilaris level III ipsilateral, pada kelenjar getah bening mamaria interna
ipsilateral dengan metastasis kelenjar getah bening aksila level I/II yang terbukti
secara klinis, atau dalam nodus limfa supraklavikular ipsilateral (N2 atau N3) ;
tidak terdapat metastasis jauh hadir (M0)
Stadium IV: Tumor sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya
Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian faktor
genetik, hormonal dan kemudian kejadian lingkiungan dapat menunjang terjadinya
kanker payudara.

Wijaya & Putri, 2013 menjelaskan, penyebab dari kanker payudara masih belum
jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan
payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familial.

1. Wanita risiko tinggi daripada pria (99:1)


2. Usia: risiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada ibu/saudara
perempuan
4. Riwayat menstrual
- Early menarche (sebelum 12 tahun)
- Late menopause (setelah 50 tahun)

5. Riwayat kesehatan
6. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan alat
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen.
7. Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen.
8. Life style: diet lemak tinggi, mengkonsumsi alcohol (minum 2x sehari), obesitas,
trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok.

3. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan
normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar
ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah
terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-
sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1. Fase induksi: 15-30 tahun


Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak
dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat
karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. Fase in situ: 1-5 tahun


Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang
bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih,
kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.

3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane
sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke
4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.

4. Fase diseminasi: 1-5 tahun


Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat
lain bertambah.
4. Patway

Penigkatan kadar progesterone genetik usia virus alcohol radiasi defisiensi imun

(usia, menarche dini, menopause,

Diet tinggi lemak, rendah serat,


Limfosit T
Oeferektomi, hamil sesudah 30 tahun,  “Linkage genetic”
Kontrasepsi oral autosomal dominant
untuk Ca Mutasi Pe Mutasi
 Deteksi kromosom 17 gen, radikal gen,
 Mutasi gen BRCA 2 ekspresi bebas ekspresi
Perubahan keseimbangan steroid  Mutasi gen supresor c-onk onkogen
tumor p 53 sel, pe Interferon
Endogen (esstadiol&progesdiol) imunitas

Jejas
jaringan
Mempengaruhi faktor pertumbuhan
Kemampuan
sel untuk
menghancurkan
dan
Gangguan proliferasi menghambat
Gangguan proliferasi
jar. Epitel sistem proliferasi sel
dengan derajat otonom
duktal
tertentu

Hyperplasia sel dg
MK: Kurang pengetahuan perkembangan atipikal

Melepaskan
Carsinoma in situ diri dari sel
Ca.primer

Masuk ke
sirkulasi
Benjolan (+) Distorsi lig Mempengaruhi jar. non Invasi pembuluh hematoggen
Invasi stoma
pd mammae cooper neoplastik utk meningkatkan limfe menyekat
RX radang (pd suplai makanan O2&merangsang drainase limfatik
Ca inflamasi) Lekukan pada proliferasi di sekitar sel Ca
Mengejar jar. yg peka Benjolan pecah Metastasis
kulit (dimpling) Kulit
sensasi nyeri, spt Hipermetabolisme
Histamin, bercawak
perioteum/pleksu syaraf ulserasi Pleura Liver
bradikinin
Deposit utk lemak
5. Klasifikasi
Kanker Payudara Berdasarkan WHO Histological Klassification of breast
tumor, kanker payudara di klasifikasikan sebagai berikut: 1) Kanker Payudara Non-
Invasif Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus
(kelenjar yang memproduksi susu) dan putting payudara}. Dalam bahasa
kedokteran disebut ‘ductal carcinoma in situ’ (DCIS), yang mana kanker belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu (Nugroho, 2011). 2) Kanker
Payudara Invasif Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta
menyerang lemak dan jaringan konektif payudara di sekitarnya. Kanker dapat
bersifat invasive (menyerang) tanpa selalu menyebar (metastatik) ke simpul limfe
atau organ lain dalam tubuh (Shadin, 2012)

6. Faktor dan resiko

 Riwayat pribadi Ca payudara


 Menarche dini
 Nullipara/ usia lanjut pada kelahiran anak pertama
 menopause pada usia lanjut
 Riwayat penyakit payudara jinak
 Riwayat keluarga dengan ca mamae
 Kontrasepsi oral
 Terapai pergantian hormone
 Pemajanan radiasi
 Masukan alcohol
 Umur > 40 tahun

7. Manifestasi klinis
Manifestasi awal berupa munculnya benjolan pada jaringan payudara.,
penebalan yang berbeda dari jaringan payudara lainnya, ukuran satu payudara
menjadi lebih besar atau lebih rendah dari payudara lainnya, perubahan posisi atau
bentuk puting susu, lekukan pada kulit payudara, perubahan pada putting (seperti
adanya retraksi, sekresi cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar area putting), rasa
sakit yang konstan di bagian payudara atau ketiak, dan pembengkakan di bawah
ketiak (Jemal, 2017). Pada tipe ca mammae inflammatory, gejala yang dapat
muncul berupa rasa gatal, nyeri, bengkak, putting payudara terbenam (nipple
inversion), kulit di sekitar payudara terasa hangat dan kemerahan, serta tekstur kulit
jeruk pada kulit yang disebut peaud'orange (Kabel & Baali, 2015).
Tipe lain yaitu Paget’s Disease adalah jenis lain dari ca mammae yang
biasanya timbul disertai gejala kemerahan, perubahan warna, atau pengelupasan
ringan pada kulit puting, kesemutan, gatal, peningkatan sensitivitas, nyeri terbakar
dan keluarnya cairan dari puting (Kabel & Baali, 2015). Tipe lain ialah tumor
phyllodes yang diklasifikasikan berdasarkan penampakkan mikroskop
memunculkan manifestasi berupa benjolan keras non-kanker yang dapat bergerak,
yang terbentuk di dalam stroma payudara dan mengandung kelenjar serta jaringan
stroma. Tumor phyllodes diklasifikasikan berdasarkan penampakkan mereka di
bawah mikroskop sebagai benigna atau maligna (Kabel & Baali, 2015). Terkadang
kanker payudara dapat muncul sebagai penyakit metastasis. Tipe ca mammae
metastasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada organ yang terkena
metastasis tersebut. Organ-organ yang umumnya terkena metastasis ca mammae
ialah tulang, hati, paru-paru dan otak. 16 Gejalanya tergantung pada lokasi
metastasis, selain itu disertai dengan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan, demam, menggigil, nyeri tulang, sakit kuning atau gejala neurologis.

8. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan
juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang
sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke
tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan
hipercalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada
paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.

9. Diagnosis

Untuk mendiagnosis kondisi, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala yang
dialami, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, dan gaya hidup pasien. Setelah itu,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kedua payudara dan kelenjar getah
bening di ketiak, untuk mengetahui ada tidaknya benjolan atau kelainan lain.
Diagnosis banding kanker payudara adalah tumor jinak payudara atau kelainan
payudara lainnya:
Tumor Jinak Payudara
Tumor jinak payudara dapat berupa fibroadenoma, tumor phylloides, atau kista
payudara.
Peradangan
Peradangan pada payudara, misalnya mastitis atau abses payudara, dapat menjadi
diagnosis banding kanker payudara.
Penyakit Payudara Lainnya
Penyakit payudara lain yang dapat menjadi diagnosis banding kanker payudara
meliputi nekrosis lemak, abses payudara, papilloma intraduktal, ektasia duktal.

10. Penatalaksanaan
 Penanganan secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada dua macam
yaitu kuratif (dengan pembedahan) dan paliatif (non pembedahan)
Tabel Penanganan Cancer Mammae
Penanganan Keterangan
Pembedahan (kuratif)
Mastektomi parsial (eksisi tumor local dan Mulai dari lumpektomi (pengangkatan
penyinaran) jaringan yang luas dengan kulit yang
terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara),
pengangkatan atau pengambilan contoh
jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
penentuan stadium; radiasi dosis tinggi
mutlak perlu (5000-6000 rad)
Seluruh payudara, semua kelenjar limfe
di lateral otot pektoralis minor
Seluruh payudara, semua atau sebagian
jaringan aksila
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor
dan minor di bawahnya, seluruh isi
Mastektomi total dengan diseksi aksila aksila
rendah
Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Sama seperti masektomi radikal
ditambah kelenjar limfe mamaria interna
Mastektomi radikal

 Pen
goba
tan
Mastektomi radikal yang diperluas
Non Pembedahan (paliatif)
Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe
regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut, pada metastase tulang,
metastase kelenjar limfe, aksila,
kekambuhan tumor local atau regional
setelah mastektomi

Adjuvan sistemik setelah mastektomi;


paliatif pada penyakit yang lanjut

Kemoterapi
Kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen, androgen, progesterone, anti
estrogen, ooforektomi, adrenalektomi,
hipofisektomi

Terapi hormaon dan endokrin


paliatf kanker payudara tidak dapat dijalankan menurut suatu skema yang kaku, selalu
dipertimabngkan kasus demi kasus. Terapi kemoterap[I diberikan bila ada metastasis
visceral terutama ke otak dan limphangitik dan jika terpai hormonal tidak dapat
mengatasi atau penyakit tersebut telah berkembang sebelumnya, dan jika tumor tersebut
ER negatif.

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama ada benjolan pada payudara dan lain-lain keluhan serta sejak
kapan riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan)
faktor etiologi/risiko.
c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker
mammae.
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone
antara lain esterogen dan progesterone, maka sebaiknya pemerikasaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi
± 1 minggu dari akhir menstruasi.
e. Inspeksi
- Simetri mammae kanan-kiri
- Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain. Inspeksi ini
juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat
apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah
bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
f. Palpasi
1) Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas, dan operabilitas.
3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila)
4) Adakah metastase nudus (regional) atau organ jauh
5) Stadium kanker (sistem TNM UIIC, 1987)
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang klinis
1) Pemeriksaan radiologis
a) Mammografi/USG mammae
b) X-foto thorax
c) Kalau perlu
(1) Galktografi
(2) Tulang-tulang
(3) USG abdomen
(4) Bone scan
(5) CT scan
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Rutin, darah lengkap, urine
b) Gula darah puasa dan 2 jam pp
c) Enzyme alkali sposphate, LDH
d) CEA, MCA, AFP
e) Hormon reseptor ER, PR
f) Aktivitas estrogen/vaginal smear
3) Pemeriksaan sitologis
a) FNA dari tumor
b) Cairan kista dan pleura effusion
c) Secret putting susu
4) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Cemas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, status
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping
terapi kanker.
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif.
d. Gangguan nutrisi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan hipermetabolik
(iritasi lambung, anoreksia)
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan

3. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping
terapi kanker.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenal
keperawatan selama 4x24 jam sebelumnya terhadap penyakit mengenai pengalaman klien
diharapkan cemas berkurang. yang dideritanya. sebelumnya akan
NOC : b. Berikan informasi tentang memberikan dasar untuk
 Anxiety prognosis secara akurat. penyuluhan dan menghindari
control c. Beri kesempatan klien untuk adanya duplikasi.
 Coping mengeksplorasi perasaannya. Beri b. Pemberian informasi dapat
Kriteria Hasil : informasi dengan emosi wajar membantu klien dalam
 Klien mampu dan ekspresi yang sesuai. memahami proses
mengidentifikasi dan d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan penyakitnya.
mengungkapkan gejala efek samping. Bantu klien c. Dapat menurunkan
cemas mempersiapkan diri dalam kecemasan klien.
 Mengidentifikasi, pengobatan. d. Membantu klien dalam
mengungkapkan dan e. Catat koping yang tidak efektif, memmahami kebutuhan
menunjukkan tehnik untuk seperti kurang interaksi sosial, untuk pengobatan dan efek
mengontol cemas ketidakberdayaan, dll. sampingnya.
 Vital sign dalam batas f. Anjurkan untuk mengembankan e. Mengetahui dan menggali
normal interaksi dan support system. pola kopinh klien.
 Postur tubuh, ekspresi g. Berikan lingkungan yang aman f. Agar klien memperoleh
wajah, bahasa tubuh dan dan nyaman. dukungan dari orang
tingkat aktivitas h. Pertahankan kontak klien, bicara terdekat/keluarga.
menunjukkan dan sentuhan yang wajar. g. Memberikan kesempatan
berkurangnya kecemasan pada klien untuk
berfikir/merenung/istirahat.
h. KLien mendapatkan
kepercayaan diri dan
keyakinan bahwa dia benar-
benar ditolong.

2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,


infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi kanker.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang
keperawatan diharapkan nyeri durasi, dan intensitas diperlukan untuk
berkurang b. Evaluasi terapi: pembedahan, merencakan asuhan
NOC : radiasi, kemoterapi, bioterapi, b. Untuk mengetahui terapi yan
 Pain Level, ajarkan klien dan keluarga dilakukan sesuai atau tidak,
 Pain control, tentang cara menghadapinya. atau malah menyebabkan
 Comfort level c. Berikan pengalihan seperti komplikasi
Kriteria Hasil : reposisi, aktivitas menyenangkan c. Untuk meningkatkan
 Mampu mengontrol nyeri seperti mendengarkan music atau kenyamanan dengan
(tahu penyebab nyeri, menonton TV mengalihkan perhatian klien
mampu menggunakan d. Menganjurkan teknik penanganan dari rasa nyeri
tehnik nonfarmakologi stress (teknik relaksasi, d. Meningkatkan kontrol diri
untuk mengurangi nyeri, visualisasi, bimbingan), berikan atas efek samping dengan
mencari bantuan) sentuhan terapeutik. menurunkan stress dan
 Melaporkan bahwa nyeri e. Evaluasi nyeri, berikan ansietas
berkurang dengan pengobatan bila perlu. e. Untuk mengetahui efektifitas
menggunakan manajemen f. Diskusikan penanganan nyeri penanganan nyeri
nyeri dengan dokter dan klien. f. Agar terapi yang diberika
 Mampu mengenali nyeri g. Berikan analgetik sesuai dengan tepat sasaran
(skala, intensitas, frekuensi indikasi seperti morfin, g. Untuk mengatasi nyeri
methadone, narkotik, dll
dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang
normal

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan


kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif.

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan asuhan a. Review pengertian klien dan a. Menghindari adanya
keperawatan diharapkan klien keluarga tentang diagnose, duplikasi dan pengulangan
mengetahui penyakitnya. pengobatan dan akibatnya. terhadap pengerahuan klien
NOC : b. Tentukan persepsi klien tentang b. Memungkinkan dilakukan
 Kowlwdge : kanker dan pengobatannya, pembenaran terhadap
disease process ceritakan pada klien tentang kesalahan persepsi dan
 Kowledge : pengalaman klien lain yang kesalahan pengertian
health Behavior menderita kanker. c. Membantu klien dalam
Kriteria Hasil : c. Beri informasi yang akurat dan memahami proses penyakit
 Pasien dan keluarga factual d. Membantu klien dan
menyatakan pemahaman d. Baerikan bimbingan kepada klien keluarga dalam membuat
tentang penyakit, kondisi, dan keluarga sebelum mengikuti keputusan pengobatan
prognosis dan program prosedur pengobatan, terapi yang e. Mengetahui sampai sejauh
pengobatan lama, dan komplikasi mana pemahaman klien dan
 Pasien dan keluarga e. Anjurkan pada klien untuk keluarga menganal penyakit
mampu melaksanakan memberikan umpan balik. klien
prosedur yang dijelaskan f. Review klien/keluarga tentang f. Meningkatkan pengetahuan
secara benar status nutrisi yang optimal klien dan keluarga mengenai
 Pasien dan keluarga g. Anjurkan klien untuk mengkaji nutrisi yang adekuat
mampu menjelaskan membrane mukosa mulutnya g. Mengkaji perkembangan
kembali apa yang secara rutin, perhatikan adanya proses-proses penyembuhan
dijelaskan perawat/tim eritema, ulcerasi. dan tanda-tanda infeksi serta
kesehatan lainnya. h. Anjurkan klien memelihara masalah dengan kesehatan
kebersihan kulit dan rambut. mulut yang dapat
mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas
kulit.

4. Gangguan nutrisi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan hipermetabolik (iritasi


lambung, anoreksia)
NOC NIC Rasional
NOC : a. Minitor intake makanan setiap a. Memberikan informasi
 Nutritional Status : food hari, apakah klien makan sesuai tentang status gizi klien.
and Fluid Intake dengan kebutuhannya. b. Memberikan informasi
Kriteria Hasil : b. Timbang ukur berat badan. tentang penambahan dan
 Adanya peningkatan berat c. Kaji pucat, penyembuhan luka penurunan berat badan
badan sesuai dengan tujuan yang lambat dan pembesaran c. Menunjukkan keadaaan gizi
 Berat badan ideal sesuai kelenjar parotis klien sangat buruk
dengan tinggi badan d. Anjurkan klien untuk d. Kalori merupakan sumber
 Mampu mengidentifikasi mengkonsumsi makanan tinggi energy
kebutuhan nutrisi kalori dengan intake cairan yang e. Mencegah mual muntah,
 Tidak ada tanda tanda adekuat distensi berlebihan,
malnutrisi e. Kontrol faktor lingkungan seperti dyspepsia yang
 Tidak terjadi penurunan bau busuk atau bising. Hindarkan menyebabkan penurunan
berat badan yang berarti makanan yang terlalu pedas, nafsu makan serta
manis, dan asin. mengurangi stimulus
f. Ciptakan suasana makan yang berbahaya yang dapat
menyenangkan misalnya makan meningkatkan ansietas.
dengan keluarga. f. Agar klien merasa seperti
g. Anjurkan teknik relaksasi, berada di rumah
visualisasi, latihan moderate g. Untuk menimbulkan
sebelum makan. perasaan ingin
h. Anjurkan komunikasi terbuka makan/membangkitkan
tentang problem anoreksia yang selera makan
dialami klien h. Agar dapat diatasi secara
bersama-sama dengan ahli
gizi.

5. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi, deficit
imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan asuhan Airway Management a. Membuka jalan nafas
keperawatan diharapkan tidak  Buka jalan nafas, guanakan b. Memperlancar jalan nafas
terjadi kerusakan integritas teknik chin lift atau jaw thrust c. Memberikan oksigen untuk
NOC : bila perlu otak yang adekuat
- Respiratory status :  Posisikan pasien untuk d. Mengetahui adanya kelainan
Ventilation memaksimalkan ventilasi bunyi nafas
- Respiratory status :  Identifikasi pasien perlunya e. Mempertahankan jalan nafas
Airway patency pemasangan alat jalan nafas yang adekuat
- Vital sign Status buatan f. Memperlebar jalan nafas
Kriteria Hasil :  Pasang mayo bila perlu
- Mendemonstrasikan batuk  Lakukan fisioterapi dada jika
efektif dan suara nafas perlu
yang bersih, tidak ada  Keluarkan sekret dengan batuk
sianosis dan dyspneu atau suction
(mampu mengeluarkan  Auskultasi suara nafas, catat
sputum, mampu bernafas adanya suara tambahan
dengan mudah, tidak ada  Lakukan suction pada mayo
pursed lips)  Berikan bronkodilator bila perlu
- Menunjukkan jalan nafas  Berikan pelembab udara Kassa
yang paten (klien tidak basah NaCl Lembab
merasa tercekik, irama  Atur intake untuk cairan
nafas, frekuensi mengoptimalkan keseimbangan.
pernafasan dalam rentang  Monitor respirasi dan status O2
normal, tidak ada suara
nafas abnormal) Terapi Oksigen
- Tanda Tanda vital dalam  Bersihkan mulut, hidung dan
rentang normal (tekanan secret trakea
darah, nadi, pernafasan)  Pertahankan jalan nafas yang
paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3. Implementasi
Adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah
kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan

4. Evaluasi 
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth
Volume 3. Jakarta: EGC.
NANDA. 2013. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Philadelphia.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) 2.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tucker, S.M,. 1998. Standar Perawatan Pasien Volume I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai