Askep Anemia
Askep Anemia
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG
September 2013
***
LAPORAN PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
Darah mengandung beberapa jenis sel yang berbeda. Yang paling banyak adalah sel darah
merah, yang menyerap oksigen dalam paru dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. Sel ini
mengandung hemoglobin, suatu pigmen merah yang membawa oksigen ke jaringan-jaringan
dan membuang bahan tidak berguna, karbondioksida. Saat terjadi penurunan jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, darah akan kurang dapat membawa jumlah oksigen yang
diperlukan oleh semua sel dalam tubuh guna berfungsi dan tumbuh. Kondisi ini disebut
anemia.
Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah dan/atau konsentrasi hemoglobin
turun di bawah normal.
II. ETIOLOGI
1. Asupan susu sapi yang berlebihan.
2. Asupan yang tidak adekuat dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung besi.
3. Ketidakcukupan jumlah hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah.
4. Kehilangan darah yang kronis.
5. Lahir dengan persediaan zat besi yang terlalu sedikit.
6. Defisiensi folat (vitamin B12).
III. PATOFISIOLOGI
Anak kecil paling sering menjadi anemik saat mereka gagal mendapat cukup zat besi
dalam makanannya. Besi diperlukan untuk produksi hemoglobin. Kekurangan zat besi
menyebabkan penurunan jumlah hemoglobin dalam sel darah merah. Seorang bayi akan
mengalami anemia defisiensi zat besi jika dia mulai meminum susu sapi terlalu dini, terutama
jika dia tidak diberi tambahan zat besi atau makanan yang mengandung zat besi. Bayi yang
tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal yang berlebihan, atau bayi dari ibu yang
kurang gizi dan kurang zat besi, juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini
resiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Defisiensi besi
pada ibu dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah dan kelahiran kurang bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronis. Pada
bayi, hal ini terjadi karena perdarahan usus kronis yang disebabkan oleh protein dalam susu
sapi yang tidak tahan panas. Pada anak semua usia, kehilangan darah sebanyak 1—7 ml dari
saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
V. PENATALAKSANAAN
1. KEPERAWATAN
Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi terdiri dari program pengobatan sebagai
berikut.
Di usia 6 bulan, bayi yang mendapat ASI harus menerima 1 mg/kg tetesan zat besi per hari.
Untuk bayi yang mendapatkan ASI yang lahir prematur atau mengalami berat badan lahir
rendah, direkomendasikan mendapat tetesan zat besi 2—4 mg/kg (maksimum 15 mg) setiap
hari yang dimulai sejak usia 1 sampai 12 bulan.
Sampai usia 12 bulan, hanya ASI atau formula bayi yang diperkaya zat besi yang harus
diberikan.
Antara usia 1 sampai 5 tahun, anak-anak tidak boleh mengonsumsi susu kedelai, kambing atau
sapi lebih dari 680 gr per hari.
Antara usia 4 dan 6 bulan, bayi harus mendapatkan sereal yang diperkaya zat besi sebanyak
dua kali atau lebih.
Pada usia 6 bulan, anak harus mendapatkan makanan sehari-hari yang kaya vitamin C untuk
meningkatkan absorpsi besi.
2. MEDIS
zat besi diberikan po dalam dosis 2—3 mg/kg unsur besi. Semua bentuk zat besi sama
efektifnya (fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat).
vitamin C harus diberikan bersama besi (vitamin C meningkatkan absorpsi besi).
zat besi paling baik diserap bila diminum 1 jam sebelum makan.
terapi diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi untuk mengisi
kembali cadangan besi.
zat besi yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi usus halus.
Lakukan transfusi darah jika memang diperlukan.
VI. PENCEGAHAN
- Menganjurkan ibu-ibu untuk memberikan ASI antara usia 0 sampai 6 bulan.
- Jangan berikan susu sapi pada bayi Anda sampai usia 6 bulan atau setahun.
- Jika anak Anda meminum ASI, berikan dia makanan yang mengandung zat besi seperti
sereal saat mengenalkan makanan padat.
- Jika bayi Anda meminum susu formula, berikan dia formula yang ditambah zat besi.
- Minum vitamin pranatal yang mengandung besi (suplementasi dengan perkiraan 1 mg/kg
besi per hari).
- Suplementasi besi harus dimulai ketika bayi akan diberikan susu pengganti.
- Pastikan anak Anda mendapat makanan yang seimbang dan memakan makanan yang
mengandung zat besi.
VII. KOMPLIKASI
1. Keterlambatan pertumbuhan (sejak lahir sampai usia 5 tahun)
2. Perkembangan otot buruk (jangka panjang).
3. Daya konsentrasi menurun.
4. Interaksi sosial menurun.
5. Penurunan prestasi pada uji perkembangan.
6. Hasil uji perkembangan menurun.
7. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
8. Memperberat keracunan timbale (penurunan besi memungkinkan saluran gastrointestinal
mengabsorpsi logam berat lebih mudah).
9. Peningkatan insidens stroke pada bayi dan anak-anak.
P: Provoking
Q: Quality
R:Regio
S: Severity
T: Time
8) Pemeriksaan fisik
) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan yang nampak pada
klien.
) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria
atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan
sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien. Serta
riwayat penyakit mata lainya.
e) Hidung
Lakukan inspeksi bentuk hidung, adanya kelainan dan fungsi olfaktori.
Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada
tenggorok.
) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta adanya pembesaran
vena jugularis.
) Thorak
Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi
pernafasan.
Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar
dan rendah.
Auskultasi.
Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi tambahan nafas.
i) Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, dan hyperinflasi suara jantung
melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat atau tidak.
j) Abdomen dan genitalia.
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta adanya tanda-tanda kelainan yang
lain. Inspeksi genitalia dan kaji adanya kelainan yang timbul.
k) Ekstrimitas.
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan adanya tanda-tanda sianosis.
Pemeriksaan penunjang.
Lakukan pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit, MCV, MCHC, konsentrasi
protoporfirin eritrosit serta Saturasi transferin dan konsentrasi feritin.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk analisa elemen darah pada penderita anemia
biasanya akan menunjukkan hasil sebagai berikut.
o Konsentrasi Hb menurun.
o Hematokrit menurun.
o MCV dan MCHC menurun.
o Keluasan distribusi sel darah merah (kadar: 14%)
o Konsentrasi protoporfirin eritrosit, 1—2 tahun: 80 µg/dl sel darah merah
o Saturasi transferin , lebih muda dari 6 bulan: 15 µg/L atau kurang.
o Konsentrasi feritin serum kurang dari 16%.
2. ANALISA DATA
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data
merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi
kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan
atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya
membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan. Contoh:
3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan diambil dari NANDA. Diagnosa untuk penderita anemia yang
biasanya muncul adalah:
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan
masukan besi.
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang pengetahuan
mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam
darah.
4. INTERVENSI
Dx.1. ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.
Tujuan:
1. pasien (keluarga) mendapatkan pengetahuan tentang gangguan, tes diagnostik dan
pengobatan.
2. Pasien mengalami stress emosional minimal.
3. Pasien menerima elemen darah yang tepat.
Kriteria waktu: 1x24 jam.
Kriteria hasil:
1. Anak dan keluarga menunjukkan ansietas yang minimal.
2. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang gangguan, tes diagnostik dan
pengobatan.
3. Anak tetap tenang.
4. Anak menerima elemen darah yang tepat tanpa masalah.
Intervensi: siapkan anak untuk tes.
R/: untuk menghilangkan ansietas/rasa takut.
Intervensi: tetap bersama anak selama tes dan memulai transfusi
R/: untuk memberikan dukungan dan observasi pada kemungkinan komplikasi.
Intervensi: dorong orang tua untuk tetap bersama anak.
R/: untuk meminimalkan stress karena perpisahan.
Intervensi: berikan tindakan kenyamanan (mis., dot, menimang, musik).
R/: untuk meminimalkan stress.
Intervensi: dorong anak untuk mengekspresikan perasaan.
R/: untuk meminimalkan ansietas/rasa takut.
Intervensi: berikan darah, sel darah, trombosit sesuai ketentuan.
R/: agar tidak menimbulkan komplikasi.
Intervensi: berikan faktor pertumbuhan hematopoietik, sesuai ketentuan.
R/: untuk merangsang pembentukan sel darah.
Dx.4. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan
masukan besi.
Tujuan: pasien mendapatkan suplai besi adekuat.
Kriteria waktu: 1x24 jam.
Kriteria hasil: Anak sedikitnya mendapatkan kebutuhan besi minimum harian.
Intervensi: berikan konseling diet pada pemberi perawatan, khususnya mengenai hal-hal
berikut: sumber besi dari makanan (mis., daging, legume, kacang, gandum, sereal bayi yang
diperkaya dengan besi dan sereal kering).
R/: untuk memastikan bahwa anak mendapat suplai besi yang adekuat.
Intervensi: beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan padat diberikan.
R/: karena terlalu banyak minum susu akan menurunkan masukan makanan padat yang
mengandung besi.
Intervensi: ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya besi adekuat dalam diet.
R/: untuk mendorong kepatuhan.
Dx.5. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi tercukupi.
Kriteria waktu: 2x24 jam.
Kriteria hasil:
1. Keluarga menghubungkan riwayat diet yang memperjelas kepatuhan anak terhadap anjuran
ini.
2. Anak diberikan suplemen besi yang dibuktikan dengan feses yang berwarna hijau.
3. Anak meminum obat dengan tepat.
Intervensi: berikan preparat besi sesuai ketentuan. Instruksikan keluarga mengenai pemberian
preparat besi oral yang tepat: berikan dalam dosis terbagi.
R/: untuk absorpsi maksimum.
Intervensi: berikan di antara waktu makan.
R/: untuk meningkatkan absorpsi pada traktus gastrointestinal bagian atas.
Intervensi: berikan dengan jus buah atau preparat multivitamin.
R/: karena vitamin C memudahkan absorpsi besi.
Intervensi: jangan memberikannya bersama susu atau antasida.
R/: karena bahan ini akan menurunkan absorpsi besi.
Intervensi: berikan preparat cair dengan pipet,spuit atau sedotan.
R/: untuk menghindari kontak dengan gigi dan kemungkinan pewarnaan.
Intervensi: kaji karakteristik feses.
R/: karena dosis adekuat besi oral akan mengubah feses menjadi berwarna hijau gelap.