MAKALAH
DOSEN PENGAMPU:
Oleh :
NURHIJRA LAHIYA
NIM: D 102 21 061
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti – hentinya penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH
SWT, Tuhan Yang Maha Esa Atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Melalui makalah ini penulis membahas mengenai
“Problematika Hukum Community Policing dan Perlindungan Hukum
Masyarakat Dalam Kajian Hukum Progresif”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidaklah terlepas
dari pihak – pihak terkait. Atas segala bantuan dan yang diberikan penyusunan
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya. Penulis menyadari bahwa ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu penulis mengharapkan masukan
dan kritik yang membangun dari dosen yang membaca makalah ini. Penulis
berharap hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membutuhkannya. Semoga makalah ini dapat meningkatkan pemahaman kita di
masa yang akan datang. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................31
3.2 Saran.......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................33
3
BAB I PENDAHULUAN
diderita oleh masyarakat dalam jumlah yang tidak sedikit akibat adanya
1
W. Hadi Utomo, “Hukum Kepolisian Indonesia”, Prestasi Pustaka, Jakarta: 2005, hlm.3
2
Topo Santoso, Polisi dan Jaksa, Pergulatan atau Keterpaduan, cet.1 Jakarta: Pusat Studi Peradilan
Pidana Indonesia, 2000, hlm. 17
3
Ibid hlm 18
4
dilaksanakan dengan konsep dan pola pembinaan dalam wujud pemberian
aktivitasnya. 4
komunitas untuk bekerja bersama secara erat dalam sebuah cara baru
lingkungan ketetangganya.
terdapat dua ciri utama dari kata-kata itu yang dapat diketengahkan yaitu :
kembali kegiatan polisi secara intern yang lebih di arahkan pada wawasan
4
Sadjijono, Hukum Kepolisian, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2006, hlm. 119
5
kemasyarakatan; kedua, kegiatan Pemolisian berpendekatan
adanya peran serta masyarakat dan hubungan baik antara polisi dengan
bersifat pro aktif dalam rangka membina hubungan baik antara polisi dan
untuk keadaan bahaya dan pendirian pos-pos mini ataupun pos polisi di
yang telah lama ada. Elemen yang dapat mengangkat community policing
juga telah ada sejak lama. Pemolisian Komunitas juga merupakan sebuah
6
jalan kaki, yang memberikan suatu kesempatan kepada mereka mengenal
hubungan baru yang positif. Banyak orang percaya bahwa polisi adalah
7
komunitas dalam upayaupaya keterlibatan dan pemecahan masalah-
masalah kamtibmas.
adalah untuk menjaga kegiatan polisi agar tetap berada pada rel yang
8
demokratis dan netral serta melakukan tugas-tugas hanya untuk
(Mee. 1988: 34). Struktur dan status kepolisian yang semula bersifat
9
sangat memberatkan pemda tingkat II dan penanganan kejahatan tidak
dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas, maka sistem
1988:34).
10
Istilah Koban pernah diganti dengan nama “Police Box“, akan
tetapi karena masyarakat Jepang merasa lebih dekat dengan istilah Koban,
jalanan dan perampokan rumahan.5 (Anna, 2018) Salah satu aktivitas yang
5
Anna, M. S. (2018, September ). Crime Prevention Through Community Empowerment: An
Empirical Study Of Social Capital In Kyoto, Japan. International Journal of Law,
Crime and Justice, 54, 89 - 101
11
orang berperan penting untuk keberhasilan strategi ini. Peran yang
6
Zikhali, W. (2019, November 04). Community Policing and Crime Prevention: Evaluating the
Role of Traditional Leaders under Chief Madliwa in Nkayi District, Zimbabwe. International
Journal for Crime, Justice and Social Democracy, 8(4), 109 - 122.
7
Italemahu, M. T. (2019, October ). Crime Prevention Through Community Policing
Interventions: Evidence from Harar City, Eastern Ethiopia. Humaniora, 31(3), 326 - 337
12
perwujudan rasa aman dalam masyarakat.Tindakan yang dilakukan antara
wilayahnya untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan petugas polisi
1988: 37)
13
masalah sosial yang ada di lingkungan komunitas. Peningkatan jumlah
14
pemerintahannya. Pemerintah menghapuskan keberadaan kekuatan militer
Eropa Kontinental dengan sistem hukum Anglo Saxon (Walter. 1981: 21)
adalah untuk menjaga kegiatan polisi agar tetap berada pada rel yang
15
terdepan kegiatan kepolisian demokratis yang dekat dengan masyarakat
dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas, maka sistem
16
kepolisian yang semula ditempatkan pada pemerintah daerah tingkat
tetapi karena masyarakat Jepang merasa lebih dekat dengan istilah Koban,
17
Koban dan Chuzaisho adalah kegiatan patroli. “Patroli” bahkan menjadi
Kepolisian Jepang dimulai pada tahun 1993. Istilah tersebut diilhami dari
18
aktif dan bekerja sama dengan petugas polisi di Koban atau Chuzaisho.
(police station.
polisi (Koban atau Chuzaiso), salah satunya adalah Dewan Koban atau
19
permasalahan. Dan juga senantiasa menumbuh kembangkan kepercayaan
sangat pesat, hubungan Polisi dengan warga yang menjadi semakin jauh
20
dalam pemolisian yang menekankan bahwa penanggulangan kejahatan
Goldstein (1979).
ulang.
21
kasus-kasus tersebut. Dalam pemolisian yang berorientasi pemecahan
petugas Polisi (Safir, Howard. 1997: 69). Salah satu proyek uji coba
tentang pemolisian baru ini dilakukan oleh Polisi San Diego dengan
22
pemecahan masalah bersama warga, bila ingin berhasil dalam memelihara
23
Pada masa lalu Polisi di Inggris dilihat sebagi pekerja sukarela
Pada masa itu kepolisian merupakan sebuah instansi yang stabil, agak
beberapa kota di Inggris yang beralih menjadi Polisi Baru yang lebih
24
tuntutan akan perubahan akan pasti datang baik dari pihak kepolisian
1995: 40).
membuat polisi lebih dekat dengan masyarakat dapat dilihat dari beberapa
Hukum dan keadilan merupakan dua buah sisi mata uang yang
25
keadilan tanpa hukum menjadi lumpuh. Akan tetapi untuk mendapatkan
ditengah masyarakat.
warna dalam kehidupan bernegara yang lebih demokrasi, dan hal ini juga
membawa perubahan sistem hukum yang ada, dari model yang tertutup
26
Hukum di Indonesia telah kehilangan basis sosialnya, basis
Indonesia.
akan membangun sinergi dan kekuatan. Oleh sebab itu mendesak kekuatan
27
1.3 Tujuan Penulisan
penelitian dari sisi teoritis adalah manfaat yang dapat diberikan sebagai
sumbangan pada Ilmu Pengetahuan pada umumnya maupun pada ilmu Hukum
pada khususnya. Adapun dari sisi praktis adalah manfaat yang dapat diberikan
umumnya
28
BAB II PEMBAHASAN
intensif terhadap sistem kepolisian negara yang selama ini berlaku, yang
mereka anggap sudah gagal. Sistem lama itu dinamakan traditional policing
seperti yang berlaku di Indonesia dewasa ini, yang didasarkan pada reformasi
(locking up) semua orang yang diduga melakukan tindak kejahatan. Diilhami
oleh seorang master criminals, John Dillinger, fokus pada penjahat jelas masuk
akal. Oleh karena itu, misi polisi pada waktu itu adalah secepatnya menuju
the spot (atau paling tidak dapat mengumpulkan bukti-bukti yang mengarah
kepada penahanan).
29
perwira polisi (police officers), pada waktu bersamaan hal itu membongkar
hal ini menjadi jelas bahwa masalah kriminal kontemporer membutuhkan suatu
pendekatan berbeda.
kemitraan polisi-komunitas terlebih dahulu. Dalam kaitan ini, maka kita perlu
belajar dari Hukum Progresif. Ada tembok besar sudah menghadang hukum
hukum di Indonesia.
kaum muda, sama halnya dengan wacana-wacana hukum empirical dan kritis
lainnya. Tetapi, kekuatan wacana itu masih sangat lemah dan gampang
30
harus didorong untuk mewujudkan hal tersebut adalah menciptakan basis
hukum kontinental (rule of law) yang saat ini sesungguhnya menjadi basis
8
Abdul Hakim G. Nusantara, Politik Hukum Indonesia, (Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia, 1988), h. 24-48
31
(pemerintah dan parlemen) dalam menentukan arah hukum dalam suatu
alat yang ampuh bagi pelaksanaan ideologi dan program negara.9 Nilai-nilai
konsep keharmonisan alam semesta. Nilai – nilai ini menjadi identitas bangsa
hukum adat (common law) yang responsif. Ciri-ciri dari tradisi model common
law ialah adanya peranan besar dari lembaga-lembaga peradilan dan partisipasi
tekanan yang timbul dari partisipasi masyarakat luas dan kedudukannya yang
9
Ibid., Hlm 27
10
Gushidayat Afriandi, e. a. (2018, November 30). Tradisi Sarasehan Nilai – nilai Kearifan Lokal
Masyarakat Transmigran di Nagari Sungai Duo dalam Mewujudkan Keharmonisan Sosial.
Journal of Civic Education , 1(2), 204 - 210
11
Ibid
32
dengan model civil law dan common law tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangannya.
yang menjadi model tipe hukum common law para hakimnya selalu menjadi
feodalisme.12
karya para sarjana hukum oleh Kaisar Justianus menjadi kebutuhan hukum
kekaisaran Roma yang besar untuk mengatur penduduk dan wilayahnya yang
nilai-nilai hukum Romawi Kuno yang agung dan dianggap mampu melayani
12
John Henry Marryman, The Civil Law Tradition, (California: Stanford University Press, 1969),
hlm.17
13
Abdul Hakim G. Nusantara, Politik Hukum´Op. Cit, hlm 30
33
Menurut Suparman, penegakan hukum progresif menempatkan
struktur yang menindas baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun oleh
atau komunitas (group related equality) dan bukan individu sebagai unit
14
Suparman Marzuki, Robohnya Keadilan : Politik Hukum HAM Era Reformasi, (Yogyakarta:
Pusham UII, 2011), hlm 269-270
34
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
policing hadir dengan kegiatan yang bersifat pro aktif dalam rangka
3.2 Saran
lainnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
John Henry Marryman, The Civil Law Tradition, (California: Stanford University
Press, 1969)
Sadjijono, Hukum Kepolisian, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2006,
36