Anda di halaman 1dari 10

STANDAR KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS GURU MATEMATIKA

SMP PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

Oleh:

Faiqotul Himmah1, Abdur Rahman As’ari2, Dwiyono2


Universitas Negeri Malang1-Jalan Semarang No.5, Malang
Prodi Pendidikan Matematika - Universitas Negeri Malang 2
E-mail: Faiqotul93@gmail.com. 085646620262

Abstrak

Makalah ini menyajikan deskripsi tentang standar komunikasi matematika tulis


guru matematika SMP dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linier dua
variabel (SPLDV). Standar komunikasi matematika tulis yang dibuat yaitu berupa
analisis dari hasil pekerjaan guru pada soal SPLDV, yang nantinya standar tersebut akan
digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika tulis siswa. Adapun
penelitian ini dilakukan kepada satu orang guru matematika pada jenjang SMP, yang
memiliki kriteria telah mengajar lebih dari 10 tahun, memiliki sertifikat guru profesional
(guru sertifikasi) dan memiliki latar belakang pendidikan pada bidang pendidikan
matematika. Guru diminta untuk mengerjakan instrumen dari peneliti, yaitu sebuah tes
individu berupa soal materi SPLDV yang dikerjakan dengan tiga karakteristik jawaban
yang berbeda, yaitu jawaban yang memiliki nilai A, B dan C. Setelah proses
pengambilan data, selanjutnya peneliti menganalisis dan memperoleh hasil berupa
standar komunikasi matematika tulis guru yang terdiri dari 3 standar.

Kata kunci: komunikasi matematis, komunikasi matematis guru, SPLDV

Komunikasi adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap orang,
dengan komunikasi yang baik seseorang mampu memahami dan berinteraksi dengan
orang lain secara tepat, karena komunikasi sebagai alat transmisi pesan kepada lawan
bicara maupun orang sekitar. Saunders and Mills (1999) berpendapat bahwa
keterampilan komunikasi dapat didefinisikan sebagai transmisi pesan yang melibatkan
pemahaman bersama antara konteks dimana komunikasi berlangsung. Komunikasi
memiliki kaitan yang erat dengan pembelajaran matematika. Seperti yang telah
dikemukakan dalam NCTM (2000), bahwa komunikasi mempunyai esensi erat dan
mendasar dalam pembelajaran matematika, dengan komunikasi, siswa dapat berbagi
gagasan dan menjelaskan konsep matematika yang telah dimilikinya. Melalui
komunikasi, siswa juga mampu merefleksikan gagasannya sebagai objek-objek,
memperbaiki konsep yang mereka miliki, berdiskusi dan mengasah kemampuan.
Komunikasi juga membantu menbangun dan memperbaiki gagasan individu hingga
bersifat universal. Menurut Sari (2015), bahwa matematika memiliki peran sebagai
bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat.
Oleh sebab itu komunikasi dapat dijadikan sebagai wadah yang tepat untuk terwujudnya
komunikasi anatara siswa, guru maupun orang lain baik dalam hal belajar mengajar juga
dalam hal permasalahan sosial.

Membahas tentang komunikasi matematis, menurut The Intended


Learning Outcomes (dalam Armiati, 2009: 2), komunikasi matematis yaitu kemampuan
untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan
lainnya melalui bahasa lisan tulisan. Ini berarti dengan adanya komunikasi matematis
guru sebagai pendidik memiliki peran penting dalam mengajar agar siswa memiliki
kemampuan komunikasi yang tepat dan cermat dalam menginterpretasikan dan
mengekspresikan pemahamannya tentang konsep yang mereka pelajari. Adapun aspek-
aspek kemampuan komunikasi matematis menurut NCTM (2000) terdiri dari tiga, yaitu:
1) kemampuan menyatakan gagasan-gagasan matematika secara lisan, tulisan, serta
menggambarkan secara visual; 2) kemampuan mengin-terprestasikan dan mengevaluasi
gagasan-gagasan matematika baik secara lisan maupun tulisan; 3)kemampuan
menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol, dan struktur-strukturnya untuk
memodelkan situasi atau permasalahan matematika.
Begitu pentingnya peran komunikasi dalam pembelajaran matematika, sebagai
seorang guru matematika dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik
secara tepat dan cermat kepada siswanya, karena komunikasi yang baik antara guru dan
siswa mampu membangun keterampilan matematika siswa dalam suatu pembelajaran.
Seperti yang dikemukakan oleh Steele (dalam Sari : 2015) bahwa guru yang berkualitas
diartikan sebagai guru yang mampu memahami tingkat kemampuan berbagai ide atau
berkomunikasi dari setiap siswa yang berbeda. Menurut Qohar (2011) Mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis sejalan dengan paradigma baru pembelajaran
matematika. Pada paradigma lama, guru lebih dominan dan hanya bersifat mentransfer
ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima
transfer pengetahuan dari guru tersebut. Namun pada paradigma baru pembelajaran
matematika, guru merupakan manajer belajar dari masyarakat belajar di dalam kelas,
guru mengkondisikan agar siswa aktif berkomunikasi dalam belajarnya. Guru
membantu siswa untuk memahami ide-ide matematis secara benar serta meluruskan
pemahaman siswa yang kurang tepat. Hal ini perlunya seorang guru bidang pelajaran
matematika untuk memiliki keterampilan komunikasi dengan siswa, agar siswa juga
mampu mengkomunikasikan matematika secara tepat. Namun dalam penelitian Khan
(2017) memaparkan bahwa dari 30 guru yang diteliti hanya 3% yang memiliki
kemampuan komunikasi yang baik untuk membimbing siswanya dalam kesuksesan
akademiknya. Sedangkan dalam NCTM (2000), bahwa tugas guru sangat penting dalam
mengembangkan komunikasi dalam kelas, guru harus memiliki kemampuan yang baik
dalam menggunakan komunikasi lisan dan tulisan pada pembelajaran matematika untuk
memberikan kesempatan kepada siswa serta melatih kemampuan siswa dalam 1)
memahami masalah; 2) merumuskan informasi yang didapatkan; 3) menotasikan ke
dalam bahasa matematika; 4) berargumentasi; 5) membenarkan dugaan; 6) berpikir
kritis; 7) merefleksikan pemahaman (diskusi). Oleh karena itu, perlunya bagi seorang
guru untuk mengadopsi kemampuan komunikasi yang baik saat mengajar kepada siswa.
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) merupakan cabang matematika
yang relevan untuk menguji tingkat kemampuan komunikasi. Berdasarkan indikator
komunikasi matematis juga sesuai dengan kompetensi dasar dalam pembelajaran
SPLDV. Karena pada materi SPLDV seseorang diharapkan untuk mebawa suatu
masalah atau persoalan ke dalam bahasa matematika, memodelkannya dengan kalimat
matematika disertai simbol-simbol matematika yang memiliki makna yang luas.
Menurut wawancara peneliti kepada dosen bidang pendidikan matematika yang menjadi
narasumber dalam acara pembinaan guru matematika, bahwa kemampuan guru dalam
mengkomunikasikan secara tulisan masih perlu diperbaiki, terutama pada materi
SPLDV. Penelitian tentang komunikasi matematis sebelumnya telah dilakukan oleh
Rahmatina (2016) yang mendapati bahwa mahasiswa sebagai calon guru masih belum
mampu mengkomunikasikan kemampuan matematisnya dengan tepat, dan penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Sari (2015) yang menyatakan bahwa guru dalam
pembelajaran di kelas untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa sebagai calon
guru yang berkemampuan rendah dengan mahasiswa yang berkemuan sedang dan
berkemampuan tinggi. Dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk memperoleh standar
komunikasi matematika tulis menurut guru.

METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan standart komunikasi matematika
tulis guru matematika SMP dalam menyelesaikan SPLDV. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 19 September 2017. Karena fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui
standart komunikasi guru, sehingga peneliti meminta bantuan kepada seorang guru
matematika untuk menjadi subjek penelitian. Kriteria guru yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah guru matematika di sekolah menengah pertama yang telah
mengajar lebih dari 10 tahun, guru yang telah memiliki sertifikat guru profesional dalam
bidang matematika, juga yang memiliki background dalam bidang pendidikan
matematika (S1-Pendidikan Matematika). Diketahui guru matematika yang menjadi
subjek penelitian ini telah mengajar di MTs. Miftahul Huda sejak 2005, memiliki
sertifikat sebagai guru profesional dalam bidang matematika juga lulusan sarjana dalam
bidang pendidikan matematika.
Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu peniliti sendiri sebagai instrumen
utama dan lembar tes yang diberikan kepada subjek berupa lembar tes individu sebagai
instrumen pendukung. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
langsung oleh peneliti dengan memberikan lembar tes individu kepada subjek berupa
soal cerita materi SPLDV, peneliti meminta kepada subjek untuk memberikan kunci
jawaban atas soal tersebut dengan grading penilaian A,B dan C. Subjek diharapkan
memberikan kunci jawaban sesuai standart komunikasi matematika tulis yang akan
disesuaikan dengan hasil tes siswa. Teknik analisis data pada penelitian ini peneliti
menganalisa data bagaimana standart komunikasi matematika tulis guru yang akan
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan komunikasi matematika tulis siswa
sesuai dengan indikator-indikator komunikasi matematis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan standart komunikasi tulis guru
matematika siswa SMP pada materi SPLDV. Dalam hal ini, peneliti memberikan tes
individu kepada subjek penelitian guna mengetahui bagaimana standart komunikasi
tulis yang diberikan oleh guru kepada siswa. Adapun indikator komunikasi matematika
tulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel I Indikator Komunikasi Matematika Tulis Materi SPLDV
N Aspek komunikasi yang diamati Indikator
o
1. Kemampuan memahami masalah Memahami masalah dengan tepat, menyatakan
gagasan ke dalam bahasa matematika,
menuliskan apa saja informasi yang telah
diketahui.
2. Kemampuan tata bahasa Menuliskan masalah ke bentuk matematika
dengan variabel secara tepat, menggunakan
simbol/notasi, operasi matematika dengan baik.
3. Kemampuan mengin- Menyampaikan gagasan pada solusi
terprestasikan dan mengevaluasi penyelesaian sistem persamaan linier dua
masalah variabel dengan cermat dan tepat.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdapat tiga kategori jawaban
pada penilaian soal materi SPLDV yang telah ditetapkan oleh guru, yaitu kategori
jawaban bernilai A dengan grading nilai antara 70-100, kategori jawaban bernilai B
dengan grading nilai antara 40-70 dan kategori jawaban bernilai C dengan grading nilai
antara 0-40.
Adapun hasil tes tersebut sebagaimana gambar berikut:
Gambar 1 kategori Penilaian Grading A

Penilaian dengan grading A merupakan penilaian yang paling sempurna dengan


skor antara 70-100, oleh karena itu untuk mengukur tingkat komunikasi matematika
tulisnya juga harus menggunakan standart yang sempurna. Sebagaimana standart
penilaian yang diberikan oleh subjek penelitian menunjukkan bahwa adanya konsep
komunikasi matematika tulis yang masih kurang tepat. Pada lembar jawaban tersbut,
pertama subjek tidak menyatakan terlebih dahulu perolehan persamaan 1 dan 2,
sedangkan pembaca perlu mengetahui asal didapatkannya persamaan. Kedua subjek
tidak menjelaskan fungsi mengapa persamaan dikalikan dengan 1 dan 2, mungkin ketika
siswa saat itu mendengarkan apa yang dijelaskan guru masih bisa memahami, tapi
belum tentu siswa lain atau siswa yang mungkin belum menempuh materi bisa
memahami hal tersebut. Dengan ini dapat dikatakan bahwa standart komunikasi tulis
pada penilaian dengan grading A masih belum sempurna.
Gambar 2 Kategori Penilaian dengan Grading B
Pada penilaian dengan grading B, subjek penelitian memberikan standart
penilaian hampir sama dengan grading A. Perbedaannya subjek memberikan standart
penilaian B ketika siswa tidak menyatakan identitas variabel yaitu harga dari sebuah
permen. Selanjutnya subjek memberikan standart sama dengan penilaian A pada siswa
dalam penyampaian gagasan solusi penyelesaian SPLDV. Subjek juga
mengkategorikannya sebagai penilaian dengan gradin B ketika siswa tidak menuliskan
kesimpulan atau hasil evaluasi yang didapatkan setelah menyelesaikan masalah dan
mendapatkan solusinya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu
menginterpretasi dan mengevaluasi permasalahan dalam soal tersebut.
Gambar 3 Kategori Penilaian dengan Grading C

Pada penilaian dengan grading C, subjek memberikan standart penilaian siswa


dikatakan mendapat nilai C ketika siswa tidak menyatakan gagasan apa yang diketahui
setelah memahami persoalan. Penilaian siswa dengan grading C diukur ketika siswa
tidak menjelaskan secara cermat dan tepat proses penyelesaian masalah. Seperti pada
gambar di atas standart penilaian diukur ketika siswa tidak menginterpretasikan
gagasannya ke dalam bahasa matematika, tidak menyatakan informasi yang
didapatkannya setelah memahami soal ke dalam bahasa matematika, juga tanpa
memberi catatan yang jelas pada setiap proses penyelesaiannya. Pada gambar tersebut
juga ditetapkan standart penilaian siswa dengan grading C ketika siswa tidak
mengevaluasi informasi yang telah didapatkan setelah proses penyelesaian masalah
kedalam suatu bentuk kesimpulan.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diperoleh bahwa untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematika siswa, guru juga harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, tepat dan cermat. Guru semestinya tidak semata-mata
mentransfer ilmu mereka dalam berbicara dan memahami, tetapi juga harus mampu
melatih siswa untuk terampil dalam penyampaian pesan atau komunikasi kepada orang
lain, karena segala apa yang disampaikan oleh guru akan ditiru oleh siswa, baik yang
disampaikan secara lisan maupun tulisan demi terciptanya pembelajaran yang efektif
dan kondusif. Hal ini didukung oleh penelitian Khan (2017) yang menunjukkan bahwa
pengajaran yang efektif tidak hanya bergantung pada basis pengetahuan guru tetapi juga
berkaitan dengan metode dan gaya keterampilan komunikasi guru.
Dengan mengetahui penelitian saat ini bahwa komunikasi yang baik tidak hanya
penting dimiliki oleh guru, namun siswa juga harus mempunyai keterempilan
komunikasi yang baik. Sedangkan guru memiliki peran penting dalam mensukseskn
akademik siswa, karena komunikasi siswa adalah atas dasar apa yang disampaikan oleh
guru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dibahas di atas bahwa standart komunikasi
matematika tulis pada materi SPLDV yang telah distandarkan oleh guru adalah sebagai
berikut:
Standar Penilaian Karakteristik
A Siswa mampu memahami masalah dengan baik, menuliskan informasi-
Skor (70-100) informasi yang telah didapatkan ketika memahami permasalahan ke dalam
bahasa matematika dengan simbol-simbol dan notasi matematika secara tepat
dan cermat tanpa meninggalkan satu penjelasan yang memungkinkan
pembaca mengalami kesalahpahaman, menyampaikan gagasan dengan
bentuk solusi pemecahan masalah SPLDV dengan tepat, dan mengevaluasi
hasil solusi yang telah didapatkan berupa kesimpulan dari proses
penyelesaian.
B Siswa mampu memahami masalah dengan baik, namun sedikit kurang tepat
Skor (40-70) dalam mentransfer masalah ke dalam bahasa matematika, menyimbolkan
serta menotasikan ke dalam matematika, dan belum mampu mengevaluasi
hasil dari proses solusi yang didapatkan
C Siswa mengalami kesalahan konsep dalam mengerjakan soal, siswa belum
Skor (0-40) mampu mementransfer masalah ke dalam bahasa matematika, adanya
kekurangan dalam pekerjaan siswa dalam memenjelaskan proses pemecahan
masalah dan siswa tidak mengevaluasi hasil solusi yang didapatkan.
Saran
Berdsarkan penelitian di atas, diharapkan kepada guru maupun calon guru untuk mampu
menyampaikan dengan baik dan tepat atas segala sesuatu yang disampaikan terutama
pada proses pembelajaran baik secara lisan maupun tulisan.

RUJUKAN
Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Disajikan dalam Semnas Matematika UNPAR. Bandung.
Izzati, N. & Suryadi, D. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matemat-ika
Realistik. Makalah dipresentasi-kan pada Seminar Nasinal di Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta pada tanggal 27 November 2010.
Khan, dkk. 2017. Communication Skills of a Teacher and Its Role in The Development
of The Students’ Academic Success. Journal of Education and Practice. Vol.8,
No.1.
Prayitno, dkk. 2013. Indentifikasi Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang pada Tiap-Tiap Jenjangnya.
Makalah Himpunan Matematika Indonesia.
Qohar, Abdul. 2011. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis untuk Siswa
SMP. Makalah ditseminarkan di Lomba dan Seminar matematika XIX:
Yogyakarta.
Rahmatina, Desi. 2016. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Calon Guru
Matematika Dalam Pemecahan Masalah Bangun Ruang Sisi Lengkung.
Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY.
Sari, A. 2015. Komunikasi Matematis Tulis Mahasiswa pada Mata Kuliah Geometri
Menggunakan Penggaris Dan Busur. Jurnal Pendidikan Mateatika.
Banjarmasin: FKIP ULM
Saunders, S. dan Mill, M.A. (1999), The Knowledge of Communication Skills of
Secondary Garduate StudentTeachers and Their Understanding of The
Relationship Between Communication Skill and Teaching. NZARE/AARE
Conference Paper-Melbourne, Conference Paper Number MIL.99660
Smieskova, E. 2017. Communication Students' Skills as a Tool of Development
Creativity and Motivation in Geometry. Universal Journal of Educations
Research, 5(1): 31-35.
Steele, Carol Frederick. 2009. The Inspired Teacher : How To Know One, Grow One,
Or Be One. Virginia: the Association for Supervision and Curriculum
Development (ASCD).
The National Council of Tecahers of Mathematics. 2000. The Principles and Standarts
in School Mathematics. Reston VA: NCTM Author.

Anda mungkin juga menyukai