0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan3 halaman
Teks ini membahas struktur dan ciri kebahasaan dari teks hikayat. Struktur teks hikayat terdiri dari abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Ciri kebahasaannya adalah banyak menggunakan konjungsi, kata arkais, dan majas seperti antonomasia dan simile.
Teks ini membahas struktur dan ciri kebahasaan dari teks hikayat. Struktur teks hikayat terdiri dari abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Ciri kebahasaannya adalah banyak menggunakan konjungsi, kata arkais, dan majas seperti antonomasia dan simile.
Teks ini membahas struktur dan ciri kebahasaan dari teks hikayat. Struktur teks hikayat terdiri dari abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Ciri kebahasaannya adalah banyak menggunakan konjungsi, kata arkais, dan majas seperti antonomasia dan simile.
Hikayat merupakan teks bagian dari prosa yang mirip dengan cerpen. Oleh karena itu struktur hikayat pada dasarnya sama dengan teks cerpen. 1. Abstraksi Merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian- rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks hikayat boleh tidak memakai abstrak. 2. Orientasi Adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan dengan hikayat tersebut. 3. Komplikasi Berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada bagian ini kita bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan. 4. Evaluasi konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik tersebut. 5. Resolusi Pada bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku. 6. Koda Ini merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks cerita oleh pembacanya.
E. CIRI KEBAHASAAN TEKS HIKAYAT
Ciri kebahasaan teks hikayat antara lain sebagai berikut. A. Banyak menggunakan konjungsi Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak penggunaan konjungsi pada setiap awal kalimat. Perhatikan contoh kutipan hikayat berikut ini. Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam,Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya. Dalam kutipan tersebut, konjungsi maka digunakan hingga tiga kali. B. Banyak menggunakan kata arkais Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata- kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais. Contoh Kata Arkais Makna Kamus beroleh mendapat titah kata, perintah buluh tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu; aur C. Banyak menggunakan majas atau gaya bahasa Majas atau gaya bahasa yang sering dijumpai dalam teks hikayat antara lain sebagai berikut 1. Majas antonomasia Majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Contoh Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di negeri antah berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarahdarah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia. 2. Majas simile Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan. Contoh Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu (Hikayat Si Miskin).