Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Pemeriksaan D-Dimer Pada Pasien Stroke Dengan Alat EDAN CT 3 di


Laboratorium RSUD Budhi Asih

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :
1. Alya Yunikas H (061811005)
2. Anggie Rhamadan ( )
3. Anisa Yahya (061811009)
4. Anisa Sekar Maji
5. Halimah Nurul Istiqomah (061811022)
6. Lili Hairani (061811036)
7. Nur Syahwidad (061811051)
8. Rehezkiel sasha natasya (061811057)
9. Reynita dwi chaerunissa (061811059)
10. Reza Ananda Nugroho (061811060)
11. Ririn tyas mining (061811061)
12. Shelda Mellynia (061811065)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 TujuanPenelitian .......................................................................3
1.3 Manfaat .....................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah .....................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................4


2.1 Stroke
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Gejala
2.6 Pengobatan

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke atau dikenal dengan penyakit serebrovaskuler, merupakan
penyakit neurologik yang terjadi karena gangguan suplai darah menuju ke
otak. Ada dua tipe stroke yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke
iskemik banyak disebabkan karena trombotik atau sumbatan emboli,
sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah di suatu bagian otak (Wayunah & Saefulloh, 2018).
Menurut taksiran World Health Organization (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia
sudah terjangkit stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Sebanyak
28,5% penderita meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total. Hanya
15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan (LF Nasution, 2013).
Stroke merupakan penyakit yang menempati urutan ketiga terbanyak
setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab
kecacatan tertinggi di dunia. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke
iskemik merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%,
diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan
subaraknoid dengan angka kejadian masing-masingnya sebesar 38,5%, 7,2%
dan 1,4% (Dinata, Safrita, & Sastri, 2013).
Faktor yang dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor risiko
yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko
yang tidak dapat diubah diantaranya peningkatan usia dan jenis kelamin.
Faktor risiko yang dapat diubah antara lain hipertensi, diabetes melitus dan
dislipidemia (Dinata et al., 2013).
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak
(Kabi, Tumewah, & Kembuan, 2015). Peningkatan risiko stroke dihubungkan dengan Low
Density Lipoprotein (LDL) yang tinggi, kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah

1
serta rasio kolesterol LDL dan HDL yang tinggi akan diperkuat bila ada faktor risiko stroke yang
lain (Agusti, Yacob, & Fridayenti, 2014).
D-dimer adalah produk degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas
pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik dan untuk menilai adanya pemecahan
bekuan atau proses fibrinolitik. Fibrinolisis adalah proses aktivitas enzym hidrolitik plasmin
untuk mencerna fibrin dan fibrinogen yang secara progresif mereduksi bekuan (trombus).
Plasmin menyebabkan degradasi fibrin, meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang
terlarut. Fibrin degradation product (FDP) yang dihasilkan berupa fragmen X, Y, D dan E. Dua
fragmen D dan satu fragmen E akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer. Hasil
pemeriksaan kadar D-dimer yang normal mempunyai nilai sensitifitas dan nilai ramal negatif
yang tinggi untuk kedua keadaan tersebut.
Indikasi pemeriksaan kadar D-dimer yang selama ini dilakukan adalah : disseminated
intravascular coagulation (DIC); menyingkirkan deep vein thrombosis (DVT), pulmonary
embolism (PE), venous thrombosis (VT) dan arterial thrombosis (AT); sebagai pertimbangan
pada pemberian terapi antikoagulan untuk pasien trombosis; dan sebagai parameter tambahan
untuk penyakit jantung koroner. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, ditemukan bahwa
kadar D-dimer meningkat pada fase akut stroke. Ada pula yang menyebutkan bahwa kadar D-
dimer plasma (bersama dengan tekanan tekanan darah arteri rata-rata) merupakan predictor
independen perkembangan stroke iskemik. Penelitian Kosinski menemukan bahwa kadar D-
dimer berkorelasi negatif dengan durasi gejala stroke iskemik.
Pemeriksaan D-dimer saat ini dilakukan dengan metode latex enhance turbidimetric test.
Metode ini merupakan modifikasi dari metode latex agglutination (LA) konvensional; dan
memiliki sensitivitas serta spesifisitas yang sangat baik untuk mendeteksi kadar D-dimer. Nilai
cut off D-dimer dengan metode ini adalah 500 μg/L. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
nilai diagnostik pemeriksaan kadar Ddimer plasma terhadap CT scan sebagai baku emas dalam
mendiagnosis stroke iskemik. Uji diagnostik yang dilakukan akan mendapatkan hasil berupa
sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal positif, nilai ramal negatif dan likelihood ratio.

2
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Stroke dan bagaimana cara
pemeriksaan D-dimer untuk mendiagnosa penyakit Stroke.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah
wawasan mengenai pemeriksaan D-dimer menggunakan Alat EDAN dalam mendiagnosis
penyakit stroke .

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Stroke ?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan D-dimer ?

3. Apa kekurangan dan kelebihan pemeriksaan D-dimer untuk mendiagnosis penyakit


Stroke ?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
Stroke adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang
ditandai dengan gangguan fungsi otak karena adanya kerusakan atau kematian
jaringan otak akibat berkurang atau tersumbatnya aliran darah dan oksigen ke
otak. Aliran darah ke otak dapat berkurang karena pembuluh darah otak
mengalami penyempitan, penyumbatan, atau perdarahan karena pecahnya
pembuluh darah tersebut (Lily & Catur, 2016).
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu penderita stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke iskemik sebagian besar merupakan komplikasi dari
beberapa penyakit vaskuler yang ditandai dengan gejala penurunan tekanan
darah yang mendadak, takikardia, pucat, dan pernapasan yang tidak teratur,
sementara stroke hemoragic umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan
intracranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole >200 mmHg
pada hipertonik dan 180 mmHg pada nonmotonik, bradikardi, hipertensi,
riwayat diabetes mellitus, obesitas, kolesterol (Tarwoto, 2013).
2.2 Etiologi
Penyebab stroke adalah pecahnya pembuluh darah diotak atau
terjadinya thrombosis dan emboli. Gumpalan darah akan masuk kealiran darah
sebagai akibat dari penyakit lain atau karena adanya bagian otak yang cedera
dan menyumbat arteri otak, akibatnya fungsi otak berhenti dan menjadi
penurunan fungsi otak (Fransisca, 2011).
Kejadian stroke dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor risiko
stroke yang tidak dapat dikontrol terdiri atas usia, ras jenis kelamin, kebiasaan
merokok, dan faktor resiko yang dapat dikontrol terdiri atas riwayat hipertensi,
riwayat diabetes mellitus, obesitas,kolesterol (Tarwoto, 2013).

Hipertensi merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting untuk


stroke iskemik maupun stroke pendarahan. Pada keadaan hipertensi, pembuluh
darah mendapat tekanan yang cukup besar. Jika proses tekanan berlangsung
lama, dapat menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga

4
rapuh dan menjadi pecah. Hipertensi juga dapat menyebabkan aterosklerosis
dan penyempitan diameter pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah
ke jaringan otak (Indrawati, 2008).
Seseorang dengan diabetes mellitus rentan untuk menjadi ateroklerosi,
hipertensi, obeitas, dan gangguan lemak darah. Seseorang yang mengidap
diabetes mempunyai resiko serangan stroke iskemik 2 kali lipat dibandingkan
mereka yang tidak diabetes (Indrawati, 2016).
2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi stroke di dunia terdapat pada laporan WHO, sedangkan
di Indonesia, jumlah pasien dengan stroke ditemukan dalam Riset Kesehatan
Dasar oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
 Global
Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta orang
tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan
permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang di bawah 40 tahun.70% kasus
stroke ditemukan di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, 87%
kematian akibat stroke juga ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan
pada negara dengan penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang
sebanyak 42% dalam beberapa dekade terakhir.
 Indonesia
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI, 7%
atau sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat merupakan provinsi
dengan angka kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 238.001
orang, atau 7,4% dari jumlah penduduknya. Selain itu, penderita ditemukan
paling banyak pada kelompok umur 55-64 tahun.Laki-laki juga lebih banyak
mengidap stroke di Indonesia dibandingkan perempuan. Menurut Sample
Registration System (SRS) Indonesia 2014, Stroke merupakan penyakit yang
paling banyak diderita, yaitu sebesar 21,1%.
 Mortalitas
Berdasarkan WHO, stroke merupakan penyakit dengan angka kematian
tertinggi kedua di dunia, dan ketiga dalam menyebabkan kecacatan.Berdasarkan

5
laporan pola penyebab kematian di Indonesia dari analisis data kematian 2010,
penyebab kematian tertinggi adalah stroke, sebesar 17,7%
2.4 patofisiologi
Patofisiologi stroke berbeda berdasarkan jenis stroke, iskemik dan
hemorrhagik.
a. Stroke Iskemik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood
Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Nilai
kritis CBF adalah 23 ml/100 gram per menit, dengan nilai normal 50 ml/100
gram per menit. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat menyebabkan
infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF pada pasien dengan
infark adalah 4,8-8,4ml/100 gram per menit.
Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian: vaskular dan
metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh oklusi vaskular. Oklusi vaskular
yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak,
dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian
jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan
gejala pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia.
Sel-sel pada pada otak akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya
oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-tiba.
Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan
pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal ini
menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan berujung pada kematian sel
akibat edema sitotoksik. Selain pompa natrium-kalium, pertukaran natrium dan
kalsium juga terganggu. Gangguan ini menyebabkan influks kalsium yang
melepaskan berbagai neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang
memperparah iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan sawar
darah otak juga terjadi, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses
di atas, yang menyebabkan masuknya air ke dalam rongga ekstraselular yang
berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga tiga sampai 5 hari dan

6
sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk
dan terjadi inflamasi.
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan
berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa
darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan
iskemia.

b. Stroke Hemorrhagik
Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan
subaraknoid.
 Perdarahan Intraserebral
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam parenkim otak
akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah
superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian
distalnya berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis
perdarahan dan penggunaan antikoagulan seperti heparin, hipertensi kronis,
serta aneurisma.
Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan terjadinya
penekanan pada berbagai bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan
thalamus. Darah mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan
dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang akan
bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan
gejala seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil.
 Perdarahan Subaraknoid
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons,
serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga
mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral
lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid. Adanya
perluasan intraventrikuler sering berakibat fatal.

7
2.5 Gejala Stroke
Salah satu ciri stroke adalah timbulnya gejala yang sangat mendadak dan jarang
didahului oleh gejala pendahuluan (warning sign) seperti nyeri kepala, mual,
muntah dan sebagainya. Manifestasi klinik stroke atau gejala stroke yang muncul,
sangat tergantung kapada daerah otak yang terganggu aliran darah. Gejala lain yang
tampak juga bergantung pada fungsi daerah otak yang menderita iskemik tersebut.
Gejala stroke yang perlu dikenali di antaranya adalah:

 Kelemahan otot wajah yang ditandai dengan wajah turun kesalah satu sisi, terlihat tidak
simetris.
 Kelemahan separuh anggota gerak yang ditandai dengan tidak mampu mengangkat
lengan dan tungkai, lemas pada salah satu sisi.
 Kesemutan atau baal pada wajah, lengan dan tungkai pada sisi yang terganggu
 Kehilangan kemampuan berbicara atau kesulitan berbicara ditandai dengan bicara cadel,
tidak beraturan, tidak dapat memahami ucapan orang lain atau bahkan tidak mampu
bicara sama sekali.
 Kehilangan kemampuan melihat secara tiba-tiba, penglihatan kabur atau penglihatan
ganda.
 Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya.
 Gangguan fungsi keseimbangan seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi.

2.6 Pengobatan

Ada dua modalitas terapi stroke iskemik yang menjadi rekomendasi


internasional, yaitu trombolisis dan trombektomi. Pengobatan penyakit stroke ini hanya
dapat dilakukan pada beberapa jam pertama ketika seseorang terkena serangan stroke.

a.Terapi stroke trombolisis. Merupakan pengobatan penyakit stroke melalui


tindakan pemberian obat pengencer darah (Alteplase atau r-TPA).

b. Terapi stroke trombektomi. Merupakan pengobatan penyakit stroke


melalui tindakan kateterisasi pembuluh darah (endovascular mechanical

8
thrombectomy). Prosedur trombektomi ini dapat mengeluarkan bekuan darah
dari pembuluh darah otak yang tersumbat, sehingga aliran darah menjadi lancar
kembali. Tindakan trombektomi dilakukan di ruang kateterisasi (cath lab),
dengan pasien dalam kondisi sadar (cukup dengan bius lokal).

9
BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian


Pemeriksaan D-dimer menggunakan Alat EDAN CT 3 untuk mendiagnosis penyakit Stroke.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Budhi Asih . Dan tempat penelitian


dilakukan di Laboratorium .

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada 2 Juli s/d 14 Agustus 2021.

3.3 Tahap Pra Analitik

a. Menerima sampel dari tim Flebotomi

b. Mengecek kesesuaian sampel dengan form permintaan

c. Persiapan sampel : sampel yang digunakan adalah darah plasma sitrat

d. Tujuan :

e. Untuk memeriksa kadar D-Dimer dalam sampel sebagai salah satu pemeriksaan untuk
membantu diagnosis penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas

f. Metode :

Alat Edan dan D-Dimer Kit : Imunometric Assay

g. Prinsip :

1. Alat Edan dan D-Dimer Kit:


D-dimer dalam sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal
spesifik terhadap D-Dimer yang telah dilapisi pada membran alat test.
D-Dimer dalam sampel juga akan mengikat antibodi monoklonal

10
spesifik terhadap D-Dimer yang terkonjugasi dengan partikel emas yang
sangat kecil. Proses tersebut akan memberikan warna pada garis tes.

h. Alat dan Bahan Alat:

1. Alat Edan CT 3 dan D-Dimer Kit

i. Bahan:
1. Plasma Sitrat
2. Buffer detektor
3.4 Tahap Analitik

1. Siapkan sampel plasma sitrat dan disk D-Dimer

2. Isi data pasien pada information test

3. Pipet 100 µl plasma, teteskan pada well

4. Masukkan pada test cartridge, tekan standart test. Pemeriksaan dilakukan selama 15
menit

5. Hasil otomatis akan ter print out.

3.5 Pasca Analitik

1. Nilai normal : <500 ng/mL

2. Catat hasil pada buku hemostasis

11
12

Anda mungkin juga menyukai