Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI C8


_______________________________________________________________________
_

Satus Taksonomi dan Morfologi Gurita Cincin Biru (Hapalochlaena

lunulata) Quoy & Gaimard, 1832 (Cephalopoda, Octopoda)

Nova Mujiono
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Telp: 021-8765056.
e-mail : nova.mujiono@lipi.go.id

Abstrak
Gurita cincin biru termasuk binatang Cephalopoda berkaki delapan, sehingga
termasuk dalam bangsa Octopoda, suku Octopodidae dan marga Hapalochlaena.
Tubuhnya relatif kecil, yaitu hanya sebesar bola golf. Pada mantel dan tentakel terdapat
pola cincin berwarna biru dan pada bagian tengahnya berwarna kuning terang, sekilas
sangat kontras dengan warna coklat tubuhnya. Terdapat tiga jenis gurita dalam marga
ini. Ciri utamanya dapat berupa pola cincin dan pola garis yang keduanya sama-sama
berwarna biru terang. Dalam paper ini akan diuraikan mengenai aspek taksonomi dan
morfologi Hapalochlaena lunulata berdasarkan spesimen di MZB.

Pendahuluan

Kelas Cephalopoda terdiri dari 7 kelompok bangsa, diantaranya adalah Octopoda


Leach, 1818. Octopoda merupakan kelompok moluska yang dikenal dengan octopus
atau gurita. Tubuhnya terbagi dalam 2 bagian, yaitu organ mantel dan organ motorik.
Organ mantel mencakup kepala, mata, sistem pencernaan, syaraf pusat, reproduksi
dan peredaran darah. Organ motorik berupa 8 buah lengan tentakel, berfungsi sebagai
penggerak. Di bagian ventral tentakel terdapat sucker (penghisap) yang berfungsi
sebagai alat peraba dan penangkap mangsa. Pada posterior tentakel terdapat selaput
web.
Bangsa Octopoda terdiri dari 14 suku. Gurita cincin biru termasuk suku
Octopodidae Orbigny, 1840 dengan type speciesnya adalah Octopus vulgaris Cuvier,
1797. Gurita cincin biru merupakan type species dari marga Hapalochalaena Robson,
1929. Spesimen holotypenya (MNHN 4-12.973) yang berasal dari Papua New Guinea
disimpan di Museum National d’Histoire Naturelle, Paris. Spesies ini pertama kali di
deskripsi tahun 1832 dengan nama Octopus lunulatus, kemudian tahun 1929 direvisi

257
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
_______________________________________________________________________
_
oleh Robson menjadi Hapalochlaena lunulata (Adam, 1954). Nama inilah yang terus
dipakai hingga sekarang.
Marga Hapalochlaena mempunyai ciri ukuran tubuh yang kecil, dengan bagian
mantel dan kepala dihiasi pola cincin atau garis, pada hewan yang hidup akan berwarna
biru terang. Tentakel pendek, sekitar 1,5-3 kali panjang mantelnya (Carpenter & Niem,
1998). Selain H. lunulata (greater blue-ringed octopus), dua jenis gurita lainnya dalam
marga ini adalah H. maculosa Hoyle, 1883 (lesser blue-ringed octopus) dan H. fasciata
Hoyle, 1886 (blue-lined octopus) (Smithsonian Institution, 2001). Semua anggota marga
ini sangat berbahaya, bahkan bagi manusia. Banyak dilaporkan kasus gigitannya yang
berakibat fatal seperti kelumpuhan atau bahkan kematian (Potter & Short, 2006).

Morfologi
Gurita cincin biru memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibanding jenis gurita lainnya.
Pada posisi diam dan tentakel melingkar, ukurannya hanya sebesar bola golf.
Sedangkan apabila tentakelnya terentang lurus, maka panjang total tubuhnya dapat
mencapai 20 cm (Anonim, 2007). Namun kebanyakan individu yang dijumpai jarang
mencapai ukuran tersebut (Watters & Stommel, 2004). Panjang maksimal mantelnya
mencapai 5 cm, panjang tentakel mencapai 7 cm atau sekitar 1,5-2 kali panjang mantel
(Day, 2003; Carpenter & Niem, 1998). Lengan kanan ke-3 gurita jantan termodifikasi
menjadi hectocotylus dan berfungsi sebagai alat reproduksi. Ujung hectocotylus berupa
ligula, dimana tidak terdapat sucker.
Noktah berupa cincin biru tersebar di bagian mantel, kepala dan tentakel.
Diameter cincin dapat mencapai 1,2 cm atau sekitar 40% dari panjang mantel
(Carpenter & Niem, 1998). Jumlah cincin di sekitar mantel kurang dari 25 buah. Disaat
diam warna cincin tidak terlalu tebal dan mencolok. Warna dasar tubuhnya seringkali
gelap, dari coklat sampai abu-abu. Seringkali terdapat papillae pada permukaan
kulitnya sehingga tubuhnya kelihatan berkulit kasar. Namun disaat merasa terganggu
atau terancam predator warna cincin akan menebal dan bertambah terang, ditambah
ada 2 lingkaran hitam yang berada di bagian dalam dan luar tiap cincin biru ini sehingga
akan nampak semakin jelas. Warna dasar tubuh ikut berubah menjadi kuning
keemasan atau oranye tua. Kemampuan merubah warna ini dikarenakan pengaturan
pigmen chromatophore yang ada dalam kulitnya (Caldwell,2000). Untuk dapat
memperoleh gambaran tentang morfologinya, maka akan disajikan tabel morfometri
spesimen yang ada di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB).

258
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
_______________________________________________________________________
_

Gambar 1. Morfologi tubuh Hapalochlaena lunulata (Gambar : Mujiono, 2007)


Keterangan: kiri : tampak dorsal, tengah : tampak ventral, kanan :
organ hectocotylus pada lengan III kanan. R : tentakel bagian kanan, L
: tentakel bagian kiri.

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata panjang total 6,23 cm, panjang mantel
2,53 cm, lebar mantel 1,56 cm. Rata-rata panjang total gurita jantan 6,5 cm, betina
6,025 cm. Rata-rata panjang ligula pada jantan 0,18 cm. Rata-rata panjang tentakel
berkisar 3,31-4,26 cm, atau sekitar 1,5 kali panjang mantel. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Day, 2003 dan Carpenter & Niem, 1998.
Karakter lainnya yang teramati yaitu jumlah cincin pada bagian mantel sekitar 25
buah, disekitar mata dan web 10 buah dan pada tiap tentakel 14-16 buah. Diameter
cincin 0,3 cm atau sekitar 12% panjang mantelnya. Jumlah sucker pada tiap tentakel
sekitar 60 buah dan tersusun atas dua baris. Sucker dengan diameter besar terdapat
dari mulai mulut sampai dengan separuh panjang tentakel, sisanya dengan ukuran lebih
kecil.
Adam (1954) selama Ekspedisi Siboga berhasil mengkoleksi 17 spesimen gurita
ini dari perairan laut di Indonesia. Rata-rata panjang total gurita jantan 7,13 cm (6,5-7,9
cm), betina 7,2 cm (6,2-8 cm). Rata-rata panjang mantel 1,87 cm (1,4-2,5 cm), lebar
mantel 1,38 cm (1,05-1,9 cm). Tentakel dorsal maupun ventral mempunyai urutan dari
terpendek sampai terpanjang 4.3.2.1.

Tabel 1. Morfometri spesimen Hapalochalaena lunulata di MZB

CEP039- CEP039-
REG 1 CEP057 CEP122 CEP154 2 CEP144 CEP277 Rata2
SEX ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂
W 8.88 4.67 7.26 7.66 5.15 7.94 10.82 7.48
TL 5.7 4.7 6.6 7.1 4.4 7.1 8 6.23
ML 2.8 1.7 2.5 2.6 2.3 2.8 3 2.53

259
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
_______________________________________________________________________
_
MW 1.6 1.2 1.4 1.6 1.3 1.2 2.6 1.56
MR 4.8 3.7 5.1 5 3.8 3.8 5.1 4.47
Web 0.7 0.9 1.4 0.9 0.9 0.9 1.3 1.00
Ligula - - - - 0.17 0.25 0.14 0.19
R1 3.5 2.6 2.9 3.7 2.2 4.3 4.6 3.40
R2 3.7 3.2 3.4 4.2 2.7 5.2 2.4 3.54
R3 3.1 3.8 2.9 4.5 2.4 4.2 2.3 3.31
R4 3.2 1.2 3.7 4.4 2.8 5.4 5.4 3.73
L1 2.9 2.3 3.5 3.3 2.5 4.3 4.7 3.36
L2 4.1 3 2 4.2 2.6 4.9 4.4 3.60
L3 3.8 3.4 4.6 5 3 5.2 4.8 4.26
L4 4.5 3 1.8 3.8 2.1 5.2 5 3.63

Keterangan : W : berat (gr);TL : panjang total; ML : panjang mantel; MW : lebar mantel; MR : keliling
mantel; R : tentakel kanan; L : tentakel kiri. Selain W (berat); semuanya dalam cm. Angka
yang tercetak tebal menandakan bahwa anatomi organ tersebut tidak sempurna, bisa
karena putus atau mengalami regenerasi.

Gambar 2. Kanan : Ukuran tubuh Hapalochlaena lunulata , dengan perbandingan uang


logam Rp.500 di bawahnya. Kiri : Perbesaran dari ligula pada hectocotylus.
(Foto: Mujiono, 2007)

Dibanding dengan dua jenis lainnya, H. lunulata dapat dibedakan berdasarkan


morfologinya. H. maculosa mempunyai panjang maksimal mantel mencapai 5,7 cm.
Panjang tentakel berkisar 1,5-2,5 kali panjang mantel. Saat diam, warna tubuhnya abu-
abu dengan maculae besar berwarna coklat. Pada daerah dibawah mata sampai
dengan web terdapat sekitar 10 cincin biru kecil. Diameter cincin birunya kurang dari 2
mm. Terdapat sekitar 50-60 cincin biru di sekitar mantelnya. H. fasciata mempunyai
panjang maksimal mantel 4,5 cm. Panjang tentakel berkisar 2-3 kali lipat panjang
mantel. Saat diam, warna tubuhnya abu-abu terang. Pada bagian mantel terdapat pola
garis, bukan cincin, yang berwana biru (Carpenter & Niem, 1998; Caldwell, 2000).

Habitat dan Persebaran


Gurita cincin biru sering ditemukan di perairan dangkal pada kedalaman 0-20 m
dibawah atau celah terumbu karang atau di sela-sela koloni rumput laut yang ada di
kawasan perairan intertidal. Gurita cincin biru tersebar di sepanjang perairan laut tropis

260
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
_______________________________________________________________________
_
di kepulauan Indo-Malaya mulai dari perairan Philipina, Jepang, Indonesia, Papua New
Guinea, kepulauan Solomon dan Vanuatu (Carpenter & Niem, 1998;Nordsieck, 2005).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan koleksi spesimen yang ada di MZB, hewan ini dapat
ditemukan di perairan Selat Banda (CEP057); Pulau Ayer, Kepulauan Seribu (CEP144,
CEP154 dan CEP277), Pulau Gorong, Maluku (CEP122), sedangkan CEP039-1 dan
CEP039-2 tidak diketahui lokasi pastinya. Ekspedisi Siboga berhasil menemukan di
beberapa tempat, yaitu Labuan Pandan (Lombok), Laut Seram, Teluk Sanana
(Sulawesi), Ternate, Teluk Jakarta, Ambon dan Flores (Adam, 1954).
Gurita ini punya kebiasaan unik yaitu sering masuk bersembunyi di dalam kaleng
atau botol minuman yang berada di dasar atau bahkan bersembunyi di dalam cangkang
Bivalvia yang telah kosong (Stevenson, 2006). Kebiasaan lainnya yaitu membenamkan
hampir seluruh bagian tubuh ke dalam pasir. Kemampuan menyamarkan diri
(kamuflase) dengan lingkungan membuat mereka sangat sulit dibedakan dengan
lingkungannya (Potter & Short, 2006).

Kesimpulan dan Saran

Gurita cincin biru ( H. lunulata Quoy & Gaimard, 1832 ) termasuk dalam suku
Octopodidae dan memiliki karakter morfologi tubuh berukuran kecil (rata-rata panjang
6,23 cm, bobot 7,48 gr) dan terdapat pola cincin dengan diameter 0,3 cm sebanyak 25
buah di bagian mantel dan kepala, 10 buah di bagian mata dan web, 14-16 buah pada
tiap tentakel. Sucker tersusun dua baris dengan jumlah sekitar 60 buah tiap tentakel.
Karena keterbatasan jumlah spesimen yang ada di MZB, maka perbandingan
morfometri yang kami lakukan masih kurang mewakili proporsi morfologi sebenarnya.
Karena itu apabila pembaca menemukan gurita jenis ini agar dapat menghubungi
penulis atau mengirimkan ke Museum Zoologi Bogor di Cibinong agar dapat disimpan
dengan baik dan memberikan tambahan data morfologi bagi jenis ini.

Daftar Pustaka

Adam, W. 1954. Cephalopoda 3E Partie : IV. Cephalopodes a l’exclusion des genres


Sepia, Sepiella et Sepioteuthis. E.J. Brill, Leiden.
Anonim, 2007. WorTD's most poisonous octopus the size of a golf ball
http://www.didyouknow.cd/animals/octopus.htm. Diakses 15 Juni 2007.
Caldwell, R.L, 2000. Death in pretty package : the blue-ringed octopuses. Freshawater
and Marine Aquarium Magazine. 23(3) : 8-18

261
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
_______________________________________________________________________
_
Carpenter, K.E & Niem, V.H. 1998 (Eds). FAO species identification guide for fishery
purposes : The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 2.
Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. Rome, pages : 687-1396.
Day, C. 2003. Mantle Length of Hapalochlaena lunulata.
http://www.cephbase.utmb.edu/ spdb/mantlelength.cfm?CephID=616. Update 26
November 2003. Diakses 15 Juni 2007.
Nordsieck, R. 2005. Blue Ring Octopuses Hapalochlaena spec
http://www.weichtiere.at/Mollusks/Kopffuesser/blauring.html. Diakses 15 Juni 2007
Potter, D & Short, J. 2006. Blue-ringed Octopus. Fact Sheet. Queensland Museum
Learning.
http://www.qm.qTD.gov.au/inquiry/factsheets/blue_ring_octopus200611.pdf.
Update November 2006. Diakses 15 Juni 2007
Smithsonian Institution. 2001. Current Classification of Recent Cephalopoda.
http://www.mnh.si.edu/cephs/newclass.pdf. Update 4 Mei 2001. Diakses 15 Juni
2007.
Stevenson, J. 2006. Blue Ringed Octopus Habitat http://www.users.bigpond.net.au/
je.st/bro/habitat.html. Update Juni 2006. Diakses 15 Juni 2007
Watters, M.R & Stommel, E.W. 2004. Marine neurotoxins : envenomations and contacs
toxins. Current Treatment Options in Neurology. 6 : 115-123

262

Anda mungkin juga menyukai