Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASWAJA

“AQIDAH ASWAJA”

Dosen Pengampu : Miftahul Asror, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

 NIMAS LULUK ALFARIDA


 RAFA’ NAFISAH ZAHRA
 ISFA RODHIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA TUBAN

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Selama penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari beberapa pihak,
oleh karena itu penulis berterima kasih kepada :

1. Bapak Miftahul Asror, S.Pd.I, M.Pd,


2. Bapak Muslimin, S.Pd.I, M.Pd,
3. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung kita
4. Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin..

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tuban, 12 Oktober 2021

penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN ISI 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 PENDAHULUAN 4

1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 4
3. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

1. Pengertian Sifat Wajib, Sifat Mustahil, dan sifat jaiz bagi Allah 5
2. Pembagian Sifat Wajib, Sifat Mustahil, dan Sifat Jaiz bagi Allah 5
A. Pembagian Sifat Wajib Bagi Allah 5
B. Pembagian Sifat Mustahil Bagi Allah 9
C. Pembagian Sifat Jaiz Bagi Allah 10
3. Pengertian dari sifat wajib, sifat mustahil, dan jaiz bagi Nabi 11
A. Pembagian sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jai bagi nabi 11
4. Kerancuan pembagian tauhid uluhiyyah, ruhubiyyah, dan asma was-shifat 14

BAB III PENUTUP 15

1. Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Inti dari ajaran agama islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu, dalam
berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim
adalah mempelajari tauhid. Tujuan dibentuknya ilmu tauhid adalah usaha pemahaman
yang dilakukan para ulama tentang aqidah islam yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan Hadis. Dan usaha itu adalah menetapkan, membela aqidah islam, serta menolak
aqidah yang salah dan yang bertentangan dengan aqidah islam.

Tauhid membahas ajaran-ajaran dasar dari agama islam. Setiap orang yang
ingin mengetahui seluk beluk agama islam secara mendalam, perlu mempelajari
tauhid. Mempelajari tauhid akan memberikan keyakinan yang berdasarkan pada
landasan kuat, yang tidak mudah diombang ambing oleh peredaran zaman.

Tauhid sebagai masalah awal yang harus dipahami oleh umat islam, dalam
salah satu ruang lingkupnya mencoba menjelaskan melalui dalil-dalil naqli dan ‘aqli
segala hal yang berkaitan dengan Tuhan. Dalam makalah ini, penyusun akan
menjelaskan Aqidah Aswaja.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sifat wajib, sifat mustahil, dan jaiz bagi Allah?
2. Apa saja sifat wajib, sifat mustahil, dan jaiz bagi Allah?
3. Apa pengertian dari sifat wajib, sifat mustahil, dan jaiz bagi Nabi?
4. Apa saja sifat wajib, sifat mustahil, dan jaiz bagi Nabi?
5. Apa Kerancuan pembagian tauhid uluhiyyah, rubuhiyah, dan asma was-shifat?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz bagi
Allah.
2. Untuk mengetahui sifat apa sajakan yang termasuk sifat wajib, sifat mustahil,
dan sifat jaiz bagi Allah.

4
3. Untuk mengetahui pengertian dari sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz bagi
Nabi.
4. Untuk mengetahui sifat apa sajakan yang termasuk sifat wajib, sifat mustahil,
dan sifat jaiz bagi Nabi.
6. Untuk mengatahui kerancuan pembagian tauhid uluhiyyah, rubuhiyah, dan
asma was-shifat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sifat Wajib, Sifat Mustahil, dan sifat jaiz bagi Allah

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat yang memiliki sifat
yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat
wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib Aqli) dan berdasarkan dalil Naqli (Al-
Qur’an dan Hadis).

Sifat Mustahil Bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah
SWT., sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal
maupun dalil naqli.

Sifat jaiz Bagi Allah, Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud
dengan sifat jaiz bagi Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada
Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan
kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan
alam ini, jika dia tidak menghendaki alam ini.

2. Pembagian Sifat Wajib, Sifat Mustahil, dan Sifat Jaiz bagi Allah1

A. Pembagian Sifat Wajib Bagi Allah

Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi allah terdiri Atas 20
sifat. Sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:

a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah. Sifat
nafsiyah ini ada satu, yaitu Wujud.
b. Sifat Salbiyah, yaitu yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak
dan patut bagi Allah SWT, sebab Allah maha sempurna dan tidak
memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat salbiyah adalah :
1. Qidam

Sifat qidam (Terdahulu) adalah wajib bagi Allah. Artinya, bahwa Allah
tidak ada pemulaan bagi Nya dan wujud Allah tidak didahului sifatNya.

Allah Berfirman:
1
Sa’id Hawwa.2005.Allah keberadaan,kekuasaan,dan AsmaNya.(Jakarta:Rineka Cipta), hlm. 188
6
Artinya: “Dialah yang awal dan yang akhir, yang lahir dan yang batin,
dan dia Maha mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)

2. Baqo’

Sifat baqo’ adalah sifat yang wajib adanya didalam dzat Allah. Artinya,
bahwa Allah tidak ada akhir bagi Nya (kekal). Allah berfirman: “ Tiap-
tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Baginya lah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al-Qashash:88).

3. Mukholafatuhu lil hawadis

Wajib bagi Allah memiliki sifat mukholafatuhu lil hawadis artinya


tidak menyerupai makhluk. Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan
makhluk merupakan suatu ibatrat mengenai hilangnya sifat jism,sifat
benda,sifat kulli (keseluruhan), sifat juz’i (sebagian) dan beberapa hal
yang menapat pada allah taala. Sebagai mana yang ditegaskan didalam
al-qur’an:

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah Maha
mendengar lagi maha melihat.” (Asy-syura:11)

4. Qiyamuhu binafsihi

Wajib bagi Allah bersifat Qiyamuhu binafsihi (Berdiri sendiri). Arti


sifat ini dijelaskan melalui dua perkara.

1. Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan


ditempati.
2. Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan-aturan).
5. Wahdaniyah ( Allah maha Esa)2

Allah adalah Tuhan yang maha Esa tentang ketuhanannya, sifat-


sifatnya dan perbuatannya. Pernyataan ini didasarkan atas dalil Al-
Qur’an surat Al-Ikhlas:1

“Katakanlah: Dialah yang maha Esa.” (Q.S Al-Ikhlas:1).

2
Hamzah Ya’qub.1978.Ilmu Ma’rifah. (Surabaya: PT.Bina Ilmu), Hlm. 82
7
c. Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang
termasuk sifat ma’ani ada tujuh yaitu:
1. Al-Qudrah

Al-Qudrah (Maha Kuasa) adalah sifat yang wajib bagi allah karena
sifat ini adalah sifat kesempurnaannya. Seandainya tuhan tidak
kuasa,tentulah kebalikannya makin lemah. Sesuatu yang lemah tentu
diingkari ketuhanannya. Maka tetaplah bahwa Allah itu maha kuasa
dan mustahil lemah. Seperti dalam Al-Qur’an:

Artinya : “Sesungguhnya allah berkuasa atas tiap-tiap sesuatu”


(Q.S Al-Baqoroh:20).

2. Irodat

Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat (Berkehendak). Dengan


sifat ini Allah menentukan perkara yang mungkin dengan sifat
iradat itu, dalam arti sebagian perkara yang mungkin wujudnya.
Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan sesuatu sesuai
dengan iradatnya. Artinya : “Sesungguhnya perkataan kami
terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami hanya
mengatakan kepadanya: “ kun (jadilah), maka jadilah ia.” (An-
Nahl: 40).

3. Al-‘ilm (Allah Maha Tahu)3

Serbagaimana dimaklumi bahwa ilmu adalah kesempurnaan bagi


yang berwujud, maka pastilah tuhan itu maha tahu, tentulah dia
tidak dapat dinamakan tuhan karena berarti bodoh. Tuhan yang
maha tahu itulah sumber segala ilmu. Dialah yang menganugrahkan
setetes ilmu kepada manusia. Oleh karena itu pastilah tuhan maha
tahu, yang dalam hubungan ini dijelaskan dalam Al-Qur’an.

‘’Sesungguhnya Allah mengetahui tiap-tiap sesuatu.” (Q.S Al-


Baqoroh: 231).

3
Ibid. Hlm. 85
8
4. Hayat

Hayat artinya hidup, yakni bahwa Allah Maha Hidup. Dalilnya


firman Allah Swt (Q.S Al-Furqoon: 58).

“Dan bertawakkalah kepada Allah yang hidup (kekal) yang


tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah dia
Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hanba-Nya.”’

5. Sama’4

Sama’ artinya Maha Mendengar. Sebagaimana dalam Al-Qur’an


yang artinya:

“Dan allah, ialah yang maha mendengar, yang maha


mengetahui.” (Q.S Al-Maidah:76).

6. Bashar

Bashar artinya Maha Melihat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam


al-qur’an yang artinya:

“Tiada apapun yang serupa dengan dia(Allah) dan dialah yang


maha mendengar dan maha melihat.” (Q.S Asy-Syura:11).

7. Kalam

Kalam artinya berkata-kata atau bercakap-cakap. Dalilnya (Q.S An-


Nisa: 164).

“Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang tidak kami


kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara
langsung kepada Musa dengan langsung”.

d. Sifat Ma’nawiyah, adalah kelaziman dari sifat ma’ani.Sifat


Ma’nawiyah tidak dapat berberdiri sendiri,sebab setiap ada sifat ma’ani
tentu ada sifat ma’nawiyahjumlah sifat Ma’nawiyah sama dengan
jumlah sifat ma’ani, yaitu ;
1. Qodiran (maha Kuasa),adalah sifat yang selalu menetap pada
qudrat Allah.
4
Ibid. Hlm. 87
9
2. Muridan ( maha Berkehendak) adalah sifat yang melazimi sifat
iradat Allah.
3. ‘Aliman ( maha Mengetahui) yang melazimi sifat “ilmu Allah.
4. Hayyan ( maha hidup ) yang melazimi sifat hayyat Allah.
5. Sami’an ( maha mendengar), yang melazimi sifat sama’ Allah.
6. Bashiran ( maha melihat), yang melaimii sifat bashor Allah.
7. Takliman ( maha berbicara), yang melazizmisifat kalam Allah.

B. Pembagian Sifat Mustahil Bagi Allah

a. Sifat Mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam (Tiada)

b. Sifat Mustahil dari sifat Salbiyah ada lima, yaitu:

1. Hudus ( ada yang mendahului)

2. Fana’ ( berakhir)

3. Mumatsalatuhu lil-hawadist ( ada yang menyamai)

4. Ihtiyajuhu lil gairihi ( memerlukan yang lain)

5. ta’addud ( berbilang)

c. Sifat Mustahil dari sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:

1. ‘Ajzun (Lemah)

2. Karahah Karahah ( terpaksa)

3. Jahlun ( bodoh)

4. Mautun ( mati)

5. Samamun ( tuli)

6. ‘Umy ( buta)

7. Bukm ( bisu)

d. Sifat Mustahil dari sifat ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:

10
1. Kaunuhu ‘ajiyan ( zat yang lemah)

2. Kaunuhu karihan ( zat ysng terpaksa)

3. Kaunuhu jahilan ( zat yang sangat bodoh)

4. Mayyitan ( zat yang mati)

5. Kaunuhu ashamma ( zat yang tuli)

6. Kaunuhu ‘ama ( zat yang buta)

7. Kaunuhu abkama ( zat yang bisu)

C. Pembagian Sifat Jaiz Bagi Allah

Berbeda dengan sifat wajib dan sifat mustahil, sifat jaiz bagi allah
hanya satu, yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, Artinya:

“Memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuat-


Nya.”

Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu


yang boleh terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan dan
berbuat sesuatu yang dia kehendaki.

3. Pengertian dari sifat wajib, sifat mustahil, dan jaiz bagi Nabi.

Para rasul utusan Allah manusia-manusia yang diutus Allah Swt. Ke bumi
untuk menyampaikan risalah ilahi supaya manusia bisa tercerahkan dan mengikuti
jalan yang lurus. Karena itulah, berbeda dengan manusia pada umumnya, ada sifat
wajib,mustahil, dan jaiz bagi rasul.

A. Pembagian sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jai bagi nabi.
11
a. Sifat Wajib Rasul

Sifat wajib ini ada 4, berikut uraiannya:

1. Shidiq

Shidiq artinya selalu benar. Para rasul selalu berkata yang benar, baik
benar dalam menyampaikan wahyu yang bersumber dari Allah Swt, maupun
benar dalam perkataan-perkataan yang berhubungan dengan persoalan
keduniaan.

2. Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya. Para rasul senantiasa menjalankan


tugas kenabiannya sesuai dengan tugas yang diberikan Allah Swt.
Kedepannya.

Demi terlaksananya tugas ini, mereka selalu menjaga jiwa dan raganya
dari perbuatan-perbuatan dosa sehingga kepercayaan umat manusia terhadap
dirinya senantiasa terjaga.

3. Tabligh

Tabligh artinya menyampaikan perintah dan larangan, yaitu rasul selalu


menyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi
Muhammad Saw dan tidak disampaikan kepada umatnya.

4. Fathonah

Fathonah artinya cerdas. Maksudnya para rasul memiliki memiliki


kecerdasan dalam menjalankan amanah,tugas, dan tanggung jawab sebagai
seorang rasul. Mereka mampu memahami persoalan umat sekaligus
memberikan jalan keluarnya.

Mereka mampu menghadirkan hujjah atau argumentasi bagi orang-


orang yang menantangnya. Mereka juga mampu menanamkan kebenaran ke
dalam hati orang yang masih ragu kedepanya.

b. Sifat Mustahil Rasul

12
Rasul juga memiliki sifat mustahil, yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki
oleh rasul sebab mereka adalah orang pilihan yang terjaga, terpelihara, atau
terhindar dari dosa (ma’sum).

Sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat wajib. Sifat mustahil rasul
juga ada empat, berikut penjelasannya:

1. Kidzib artinya bohong atau berdusta.

Rasul tidak mungkin berbohong, karena yang disampaikan oleh


rasul adalah kebenaran, baik perkataan maupun perbuatan.

2. Khianat artinya bertentangan dengan janji.

Rasul tentunya tidak mungkin berkhianat terhadap apa yang


diperintahkan Allah SWT.

3. Al-Kitman artinya menyembunyikan rahasia.

Tentunya rasul tidak mungkin menyembunyikan kebenaran


yang diperintahkan Allah SWT.

4. Al-Baladah artinya bodoh.

Rasul juga tidak mungkin seorang yang bodoh.

c. Sifat Jaiz Rasul

Selain sifat wajib dan mustahil, rasul juga memiliki sifat jaiz, yakni sifat
yang boleh terjadi pada diri rasul.

Sifat jaiz ini hanya ada satu yaitu al-‘aradhul basyariyah. Yang dimaksud
dengan al-‘aradhul basyariyah adalah sifat-sifat yang sama dengan manusia pada
umunya.

Rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu
seperti berikut.

a. Ishmaturrasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah
dalam kemampuan pemahaman agama.

4. Kerancuan pembagian tauhid uluhiyyah, ruhubiyyah, dan asma was-shifat

13
Konsep pembagian tauhid ini muncul pada abad 7 hijriyah dan dicetusksn oleh
ibnu taimiyah. Sebelum eranya, ketiga macam tauhid ini sudah jamak diketahui tetapi
bukan sebagai klasifikasi baku dari sebuah konsep ketauhidan. Sebelum muncul istilah
pembagian tiga tauhid, konsep tauhid dipahami kaum muslimin dengan sangat baik
dalam ajaran ahlus sunnah wal jama’ah. Dengan pembagian semacam itu dalam
tingkatan tertentu orang-orang musyrik pun bisa dikaragorikan bertauhid. Aneh sekali
kedengarannya.

Pembagian tauhid kepada uluhiyyah, rubuhiyyah, dan asma’ wa ash-shifat


sebenarnya dibuat pertama kali oleh ibnu taimiyah. Tidak ada siapapun dar para ulama
sebelumnya yang telah membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut. Dengan kreasinya
ini, ibnu taimiyah lalu mengkafirkan umat islam hanya karena mereka melakukan
tawassul dan tabarruk dengan para nabi atau dengan orang-orang saleh. Menurut ibnu
taimiyah, mereka adalah orang-orang yang tidak paham tauhid uluhiyyah. Mereka,
para pelaku tawassul dan tabarruk menurut ibnu taimiyah, hanya memahami tauhid
tauhid ruhubiyyah saja, yaitu pengakuan bahwa allah adalah pencipta segala sesuatu,
nihil dari tauhid uluhiyyah.

Kreasi pembagian tauhid dari ibnu taimiyah di atas sepenuhnya diikuti oleh
Muhammad bin abdul wahhab, perintis gerakan yang dikenal dengan nama
wahabiyyah. Muhammad bin abdul wahab ini bahkan juga menghidupkan berbagai
kontrofesi dan faham-faham ekstrim dari Muhammad bin abdul wahab sendiri.

BAB III

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat yang memiliki
sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib Aqli) dan berdasarkan
dalil Naqli (Al-Qur’an dan Hadis).

Sifat Mustahil Bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat
Allah SWT., sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan
dalil aqal maupun dalil naqli.

Sifat jaiz Bagi Allah, Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang
dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak
ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas
dengan kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak
menciptakan alam ini, jika dia tidak menghendaki alam ini.

Para rasul utusan Allah manusia-manusia yang diutus Allah Swt. Ke bumi
untuk menyampaikan risalah ilahi supaya manusia bisa tercerahkan dan mengikuti
jalan yang lurus. Karena itulah, berbeda dengan manusia pada umumnya, ada sifat
wajib,mustahil, dan jaiz bagi rasul.

Konsep pembagian tauhid ini muncul pada abad 7 hijriyah dan dicetusksn oleh
ibnu taimiyah. Sebelum eranya, ketiga macam tauhid ini sudah jamak diketahui tetapi
bukan sebagai klasifikasi baku dari sebuah konsep ketauhidan.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Sa’id Hawwa.2005.Allah keberadaan, kekuasaan, dan asmaNya.


(Jakarta:Rineka Cipta), hlm. 188
 Hamah Ya’ub.1978.Ilmu Ma’rifah. (Surabaya: PT. Bina Ilmu), Hlm. 82
 Ibid. Hlm. 85
 Ibid. Hlm. 87

16

Anda mungkin juga menyukai