2 PB
2 PB
ABSTRAK
Tetanus merupakan penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasasi, dimana menyebabkan kematian
309.000 orang per tahunnya. Dilaporkan lebih dari satu juta kasus tiap tahunnya di negara
berkembang. Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani ditandai dengan rigiditas dan spasme otot yang periodik dan berat. Seorang
lelaki umur 46 tahun, datang dengan kekakuan seluruh tubuh sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien merasakan kekakuan pada rahangnya sehingga sulit untuk membuka mulut dan sulit
menelan, kemudian pasien merasakan tubuhnya seperti robot yang sulit untuk digerakan, sulit
berjalan, sulit berbicara dan mengalami hambatan dalam segala aktivitas. Kejang rangsang dialami
oleh pasien. Pasien memiliki riwayat demam sejak 1 minggu ini, pasien juga memiliki gigi yang
berlubang sejak 2 tahun ini. Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 110/70 mmhg,
nadi 117 x per menit, frekuensi napas 24 kali permenit, temperatur 38 0C. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan trismus, rhisus sardonicus dan spastik seluruh tubuh. Tatalaksana awal berupa primary
survey, atasi kejang dan spastik, netralisir toksin dan pemberian antibiotik. Pasien diisolasi untuk
mencegah kejang rangsang. Pasien dirawat bersama bagian Gigi Mulut dan dilakukan tindakan yang
berhubungan dengan faktor resiko karies gigi pasien.
Kata kunci: Tetanus, karies gigi, trismus
ABSTRACT
Tetanus is a vaccine preventable disease that yearly causes a total of 309,000 deaths. Reports showed
up to 1 million cases annually, mostly in underdeveloped countries. Tetanus is an acute toxemia
caused neurotoxins produced by Clostridium tetani characterized periodic and severe muscle rigidity
and spasme. A 46-years-old man, comes with a whole body stiffness felt since 7 days before entering
the hospital. Initially the patient felt the stiffness in his jaw made difficult to open his mouth and hard
to swallow, then patient feeling his body like a robot that was difficult to move, walking, difficulty
speaking and experiencing obstacles in all activities. Spasm excitatory experienced by the patient.
Patient had a history of fever since one week, patient also had a caries dentis since 2 this year. On
examination of vital sign, blood pressure obtained 110/70 mmhg, pulse 117 x per minute, breath
frequency 24 times permenit, temperature 380C. Results of physical examination obtained trismus,
rhisus sardonicus and spastik entire body. Preliminary management of primary survey, resolve
seizures and spastic, neutralize toxins and administration of antibiotics. Patients were isolated to
prevent seizure. Patients treated by Dental Division and performed actions related to dental caries risk
factors of the patient.
Key words: Tetanus, Caries Dentis, Trismus
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien membersihkan jalan nafas secara berkala.
Jenis Nilai Pasien dikonsulkan ke bagian Gigi dan
Hasil Satuan
Pemeriksaan Rujukan Mulut untuk dilakukan tatalaksana sesuai
Hematologi dengan faktor resiko pada pasien. Pasien
Hemoglobin 13,6 12,0-15,0 g/Dl kemudian direncanakan pemeriksaan
Hemotokrit 40 37-47 % lanjutan setelah trismus berkurang dan
Eritrosit 3,9 4,2-5,4 10 /mm3
3 keadaan umum stabil.
Leukosit 5,8 4,5-10,5 103/mm3
PEMBAHASAN
Trombosit 263 150-450 103/mm3 Pada pasien yang dilaporkan diatas
MCV 85 80-100 fL terdapat kekakuan otot yang terjadi diawali
MCH 26 27-31 Pg dari wajah leher, faring dan seluruh otot
MCHC 33 32-36 % ekstremitas dan batang tubuh. Kemudian
RDW 13,6 11,5-14,5 % pasien juga mengalami kejang rangsang yang
Eosinofil 1 0-6 % merupakan gejala khas dari Tetanus. 2,3,4
Tetanus atau Lockjaw merupakan
Basofil 0 0-2 %
penyakit akut yang menyerang susunan saraf
Neutrofil Batang 0 2-6 % pusat yang disebabkan oleh racun
Neutrofil Segmen 75 50-70 % tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Limfosit 15 20-40 % Clostridium tetani. Penyakit ini timbul jika
kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui
Monosit 9 2-8 %
luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi
Natrium (Na) 130 132-146 mmol/L telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali
Kalium (K) 4,6 3,7-5,4 mmol/L pusat. Kuman ini dalam tubuh berkembang
Klorida (Cl) 107 98-106 mmol/L biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain
GDS 126 < 200 mg/dL tetanospasmin yang secara umum
Ureum 16 13-43 mg/dL menyebabkan kekakuan, spasme dari otot
Kreatinin 0,60 0,51-0,95 mg/dL bergaris.1,2,3
Tampak pada pasien bahwa kekakuan
Pasien didiagnosa banding dengan yang terjadi pada tubuh terjadi secara bertahap.
Meningitis, Poliomielitis, Tetany dan Kekakuan awalnya terjadi pada otot masseter,
Retropharingeal Abses. Pasien diberikan menyebabkan kesulitan membuka mulut
tatalaksana awal berupa pembebasan jalan trismus atau low jaw. Kekakuan biasanya
nafas, oksigen 3 liter permenit, kemudian terjadi pada otot leher, faring, dan juga seluruh
pemberian terapi medikamentosa berupa otot ekstremitas, dan batang tubuh. Kekakuan
netralisasi Toksin Human Tetanus otot wajah akan memberikan gambaran rhisus
Immunoglobulin (HTIG) dosis 500 IU/IM sardonikus. Kekakuan pada otot leher
(ekstra), antibiotik dengan injeksi menyebabkan retraksi leher, kekakuan pada
Metronidazol 500 mg/6 jam i.v selama 10 hari otot faring akan mnyebabkan disfagia dan
dan Penicilin Prokain 1.200.000 iu/12 jam i.v kekakuan pada otot dada dan interkostal akan
selama 10 hari, antispasme dengan Inj menyebabkan keterbatasan dalam gerakan
Diazepam 10 mg ekstra, maintanance 80 mg/8 napas. Otot abdomen akan berkontraksi
jam dengan kecepatan 62,5 cc/jam via infus menyebabkan rigiditas yang biasa disebut
pump, kemudian setiap kejang diberikan perut papan. Kekakuan yang hebat pada otot
diazepam 10 mg/IV secara perlahan dapat punggung dapat memberikan gambaran
diulang setiap 15 menit maksimal 3 kali epistotonus. 3,4, 6,7,9
pemberian. Untuk terapi suportif pemasangan Pada pasien diatas, spasme yang terjadi
NGT dan Cateter Urin, nutrisi diberikan merupakan spasme berat yang dilakukan
melalui NGT-Diet Sonde 6x200 cc via NGT. dilakukan managemen awal pada jam–jam
Isolasi pasien ke ruang minimal rangsangan pertama berupa Primary Survey. Pemberian
cahaya dan suara, menghindari anti spasme otot (diazepam i.v 10 mg bolus
tindakan/perbuatan yang bersifat merangsang, perlahan) dan mencari sumber infeksi sebagai
termasuk rangsangan suara dan cahaya, port d entry juga dilakukan pada pasien ini.
Adapun penatalaksanaan pada 24 jam cahaya, maka spora dapat hidup di tanah
pertama yaitu pemberian Human Tetanus berbulan–bulan bahkan sampai tahunan. Juga
Imunoglobulin 500 ui, pemberian antibiotik dapat merupakan flora usus normal dari kuda,
Metronidazol i.v 4 x 500 miligram dan sapi, babi, domba, anjing, kucing, tikus, ayam
Penicilin Prokain 2x 1.200.000 ui i.v, dan manusia. Spora akan berubah menjadi
diberikan dosis pemeliharaan diazepam 80 mg bentuk vegetatif dalam anaerob dan kemudian
dalam 500 cc, Nacl per 8 jam dengan berkembang biak.3,5,7
kecepatan 62,5 cc perjam dan isolasi pasien ke Bentuk vegetatif tidak tahan terhadap
ruang khusus. panas dan beberapa antiseptik Kuman
Pasien memiliki riwayat sakit gigi dan tetanus tumbuh subur pads suhu 17°C dalam
dicurigai sebagi port d entry kuman tetanus, media kaldu daging dan media agar darah.
selanjutnya pasien dikonsulkan ke bagian Gigi Demikian pula dalam media bebas gula karena
dan Mulut, namun karena gejala akut masih kuman tetanus tidak dapat memfermentasikan
ada, terutama trismus, maka ekstraksi gigi glukosa7,8
yang mengalami karies tidak bisa dilakukan. Kuman tetanus tidak invasif tetapi dapat
Selama Perawatan 15 hari di rumah memproduksi 2 macam eksotoksin yaitu
sakit, pasien menunjukan perkembangan yang tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis
sangat berarti. Trismus dan spasme otot merupakan protein dengan berat molekul
mengalami penurunan secara perlahan. Pada 150.000 Dalton, larut dalam air labil pada
saat pasien direncanakan pulang berobat jalan panas dan cahaya, rusak dengan enzim
kekakuan sudah menghilang sebanyak 90 proteolitik, tetapi stabil dalam bentuk murni
persen. dan kering. Tetanospasmin disebut juga
neurotoksin karena toksin ini melalui
Etiologi beberapa jalan dapat mencapai susunan
Kuman tetanus yang dikenal sebagai saraf pusat dan menimbulkan gejala berupa
Clostridium tetani; kuman gram positif kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejang–
basilus berukuran panjang 2–5 um dan lebar kejang. Tetanolisin menyebabkan lisis dari sel
0,3–0,5 um, dan bersifat anaerob. Clostridium darah merah.9,10,11,12
Tetani dapat dibedakan dari tipe lain
berdasarkan flagella antigen.8,9 Patogenesis Dan Patofisiologi
Chlostridium tetani dalam bentuk spora
masuk kedalam tubuh melalui luka yang
terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja
binatang, pupuk. Cara masuknya spora ini
melalui luka yang terkontaminasi antara lain
luka tusuk, luka bakar, luka lecet, otitis media,
infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus,
tali pusat, terkadang luka tersebut hampir tak
terlihat.5,6,7 Pandi dkk (1965) melaporkan
bahwa 70% pada telinga sebagai port d’entree,
sedangkan beberapa peneliti melaporkan
Gambar 1. Pewarnaan Gram pada kultur bahwa port d'entry melalui telinga hanya
Clostridium Tetani dengan Pembesaran 6,5%.2,3
1000x 3 Bila keadaan menguntungkan di mana
tempat luka tersebut menjadi hipaerob sampai
Kuman tetanus ini membentuk spora anaerob disertai terdapatnya jaringan nekrosis,
yang berbentuk lonjong dengan ujung yang lekosit yang mati, benda–benda asing maka
bulat, khas seperti batang korek api (drum spora berubah menjadi vegetatif yang
stick). Sifat spora ini tahan dalam air mendidih kemudian berkembang.
selama 4 jam dan obat antiseptik tetapi mati Kuman ini tidak invasif. Bila dinding sel
dalam autoklaf bila dipanaskan selama 15–20 kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu
menit pada suhu 121°C. Bila tidak kena tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin
sangat mudah mudah diikat oleh saraf dan membran terminal presinap di dalam otot.
akan mencapai saraf melalui ;.1,3, 8,9 Reseptor ini merupakan suatu gangliosid
1. Secara lokal: diabsorbsi melalui selanjutnya toksin akan berinternalisasi dan
mioneural junction pada ujung–ujung naik sepanjang akson saraf perifer di dalam
saraf perifer atau motorik melalui axis otot menuju sel-sel kornu anterior segmen
silindrik ke cornu anterior susunan saraf medula spinalis yang menginervasi otot –otot
pusat dan susunan saraf perifer. Meskipun yang terinfeksi.13
demikian 20% pasien tetanus tidak memilii
riwayat luka yang jelas sebagai port d’ Manifestasi Klinik
entry . Masa inkubasi tetanus umumnya antara
2. Dari otot yang terkena luka toksin akan 3–21 hari, namun dapat singkat hanya 1–2 hari
menyebar ke otot-otot yang dekat dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin
disekitarnya sehingga daerah asal tempat pendek masa inkubasi makin jelek
toksin menyebar melalui jalur neural akan prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak
meningkat dan terjadi peningkatan jumlah tempat invasi Clostridium tetani dengan
saraf yang terlibat dalam transport toksin ke susunan saraf pusat dan interval antara luka
sistem saraf Pusat. dan permulaan penyakit, dimana makin jauh
3. Toksin yang berasal dari jaringan dengan tempat invasi maka inkubasi makin
cepat akan menyebar melalui nodus panjang.1,2,14
limfatikus regional, dan segera toksin Secara klinis tetanus, dapat muncul
tersebut akan menyebar melalui aliran dengan berbagai tipe yaitu, tetanus umum,
darah. tetanus lokal dan tetanus cephalic. Pada pasien
4. Toksin akan diserap melalui sirkulasi darah yang terjadi adalah tetanus umum. Tetanus
melalui sistem limfatik, namun juga dapat umum merupakan gambaran tetanus yang
melalui kapiler pembuluh darah di dekat paling sering dijumpai. Terjadinya bentuk ini
depot toksin. Semakin banyak jumlah berhubungan dengan luas dan dalamnya luka
toksin di dalam darah maka semakin seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang
banyak toksin yang dapat dinetralisasi dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus
karena antitoksin dapat diberikan intravena. dekubitus dan suntikan hipodermis. 1,2,3,7,15
Namun jika deposit di dalam otot lebih Biasanya tetanus timbul secara
banyak tetanus ascenden yang bersifat letal mendadak berupa kekakuan otot baik bersifat
akan terus berkembang karena transport menyeluruh ataupun hanya sekelompok
toksin ke susunan saraf sepanjang jaras otot. Kekakuan otot terutama pada rahang
saraf. (trismus) dan leher (kaku kuduk). Lima
puluh persen penderita tetanus umum akan
menunjukkan trismus. Pada 24–48 jam dari
kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke
ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama
otot masseter menyebabkan mulut sukar
dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut
'Lock Jaw'. Selain kekakuan otot masseter,
pada muka juga terjadi kekakuan otot muka
sehingga muka menyerupai muka meringis
kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus'
(alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke
luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada
Gambar 2. Mekanisme Toksin Tetanus 18 gigi), akibat kekakuan otot–otot leher bagian
belakang menyebabkan nyeri waktu
Toksin tencapai susunan saraf pusat melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga
melalui transpor retrograde sepanjang jalur memberikan gejala kuduk kaku sampai
aksonal, setelah penyebaran toksin melalui opisthotonus.12Selain kekakuan otot yang luas
otot, pertama kan berikatan dengan reseptor biasanya diikuti kejang umum tonik baik
23. mechanisms to enter neurons of the 28. González-Forero, D.; Morcuende, S.;
central nervous system. Infect. Immun. Alvarez, F.J.; de la Cruz, R.R.; Pastor,
2012, 80,1662–1669. A.M. Transynapticeffects of tetanus
24. Schiavo, G.; Matteoli, M.; Montecucco, neurotoxin in the oculomotor system.
C. Neurotoxins affecting Brain 2005, 128, 2175–2188.
neuroexocytosis. Physiol. Rev.2000, 80, 29. Bergey, G.K.; Bigalke, H.; Nelson, P.G.
717–766. Differential effects of tetanus toxin on
25. Mayo, J.; Berciano, J. Cephalic tetanus inhibitory and excitatory synaptic
presenting with Bell’s palsy. J. Neurol. transmission in mammalian spinal cord
Neurosurg.Psychiatry 1985, 48, 290. neurons in culture: A presynapticlocus
26. Herrman, H.; Brækhus, A.; Aaserud, O.; of action for tetanus toxin. J.
Aukrust, P.; Stubhaug, A.; Hassel, B. Neurophysiol. 1987, 57, 121–131.
Early treatment of tetanus-induced 30. Gonzalez-Forero, D.; de la Cruz, R.R.;
trismus with botulinum toxin A. Anesth. Delgado-Garcia, J.M.; Alvarez, F.J.;
Analg. 2008, 106, 1591. Pastor, A.M.Functional alterations of cat
27. Schwab, M.E.; Thoenen, H. Electron abducens neurons after peripheral
microscopic evidence for a transsynaptic tetanus neurotoxin injection.
migration of tetanus toxin in spinal cord J.Neurophysiol. 2003, 89, 1878–1890.
motoneurons: An autoradiographic and
morphometric study. Brain Res. 1976,
105, 213–227.