Anda di halaman 1dari 27

LAPO

ANG
MAG
RAN
LAPORAN MAGANG

PT. ANDALAS WAHANA BERJAYA


KABUPATEN DHARMASRAYA

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI PUPUK
ORGANIK PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Oleh:

TIARA RUSLAN
1810241020

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
DHARMASRAYA
2021
LAPORAN MAGANG

PT. ANDALAS WAHANA BERJAYA


KABUPATEN DHARMASRAYA

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK TANDAN KOSONG KELAPA


SAWIT(Elaeis guineensis Jacq.)SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT

Oleh:
TIARA RUSLAN
1810241020

Dosen Pembimbing: Dr. IRWIN MIRZA UMAMI, S.P ., M.P

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
DHARMASRAYA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL:

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK TANDAN KOSONG KELAPA


SAWIT (Elaeis guinansis Jacq) SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT

Menyetujui:
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. Irwin Mirza Umami, SP., MP Ferdiansyah, S.Tp


NIP. 198707182014041001

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua UP.Kuliah Praktek/Magang


Universitas Andalas Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Dr. Ir. Indra Dwipa, MS Dr. Yulmira Yanti, S.Si, MP


NIP. 196502201989031003 NIP. 197806232006042002

Tanggal Seminar:
2 Juni 2021

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada Dosen
Pembimbing Kuliah Praktek Magang dan Asisten Kebun serta Mandor dan
kepada semua pihak yang telah terlibat serta membimbing dalam menyelesaikan
pembuatan laporan ini sebagai tugas untuk melengkapi tugas magang di PT.
ANDALAS WAHANA BERJAYA KAB. DHARMASRAYA. Tanpa bantuannya
mungkin laporan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, agar
laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Terima kasih.

Dharmasraya, 7 Juli 2021

Tiara Ruslan

iii
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2Tujuan..............................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Tanaman Kelapa Sawit...................................................................................3
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit.........................................................5
2.3 Tandan Kosong Kelapa Sawit........................................................................6
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..............................................................8
3.1 Organisasi Instansi/Perusahaan......................................................................8
3.2 Peralatan.........................................................................................................9
3.3 Pelaksanaan Pekerjaan....................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................10
4.1 Pengaplikasian Tandan Kosong Sebagai Pupuk Organik................................10

BAB V PENUTUP................................................................................................12
5.1.Kesimpulan...................................................................................................12
5.2.Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
LAMPIRAN...........................................................................................................14

iv
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

v
1. Dokumentasi........................................................................................ 18
2. Logbook Magang................................................................................ 20

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit memiliki potensi bisnis perkebunan yang sangat


menguntungkan. Kelapa sawit merupakan bahan baku berbagai macam industri
seperti industri sabun, industri lilin, industri pembuatan lembaran-lembaran timah
dan industri kosmetik. Selain itu, kelapa sawit juga dimanfaatkan dalam industri
makanan dan industri kimia. Industri makanan seperti industri mentega, cokelat,
eskrim dan minyak goreng. Sedangkan industri kimia, kelapa sawit dimanfaatkan
dalam industri shampo, lotion, pomade, vitamin dan beta karoten. Produktivitas
dari komoditas kelapa sawit sangat menguntungkan sehingga banyak hutan dan
lahan yang lama terbengkalai dikonservasi agar dapat dijadikan perkebunan
kelapa sawit. Peningkatan luas lahan untuk perkebunan sawit dan banyaknya
kebun yang memasuki masa replanting menyebabkan kebutuhan bibit semakin
tinggi. Tidak hanya kebutuhan bibit yang meningkat namun juga butuh
penyediaan bibit yang sehat, potensinya unggul dan tepat pada waktunya. Untuk
mendapatkan bibit yang baik perlu adanya kondisi yang mendukung
pertumbuhannya di pembibitan, seperti ketersediaan unsur hara pada medium
tanam. Agar pertumbuhan bibit kelapa sawit normal dibutuhkan unsur hara N, P,
K dan Mg yang cukup dan seimbang. Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit
akan diikuti degan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Dalam
proses produksi minyak sawit, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan
limbah terbesar yang dihasilkan. TKKS yang dikomposkan dapat dimanfaatkan
sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman sawit itu sendiri saat pembibitan.
Keunggulan kompos TKKS mengandung unsur hara yang dibutuhkan kelapa
sawit (N, P, K, Mg, Ca dan C) dan tidak mudah tercuci oleh air yang meresap
dalam tanah (Indriani, 2007). Setiap ton TKKS mengandung unsur hara yang
setara dengan 3 kg urea, 0,6 kg RP, 12 kg MOP, dan 2 kg kiserit (Darmosarkoro
dan Winarna, 2001).

Hasil penelitian Marlinda (2008) menunjukkan bahwa pemberian kompos


TKKS 1,5 kg/tanaman pada pembibitan kelapa sawit main nursery selama empat
bulan yang 2 diberikan bersamaan dengan pengisian tanah ke dalam polybag
memberikan interaksi terbaik untuk tinggi tanaman pada pertumbuhan bibit
kelapa sawit varietas DxP yang berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan. Kompos TKKS memiliki sifat sebagai bahan pembenah tanah yang
mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan mampu
menjadikan tanah menjadi subur serta gembur, dengan demikian sistem perakaran
semakin baik dan perakaran tanaman semakin luas. Perakaran yang baik
menyebabkan sistem perakaran semakin luas, sehingga jangkauan akan semakin
luas untuk menyerap unsur hara dalam media tanam. Kandungan mikroba dalam
tanah mampu mendekomposisi bahan organik serta mampu mensintesis
unsurunsur dalam bahan organik seperti K, N dan Mg menjadi bahan yang
tersedia dan dapat diserap oleh bibit kelapa sawit (Rikwan, 2012).
Kompos TKKS dapat diaplikasikan untuk berbagai tanaman sebagai pupuk
organik, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk anorganik.
Pemberian pupuk anorganik pada kelapa sawit cukup besar. Pupuk anorganik
memiliki unsur hara yang tinggi dan lebih cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk
anorganik yang sering digunakan pada fase pembibitan yaitu pupuk anorganik
majemuk NPKMg. Menurut Mangoensoekarjo (2007), pupuk majemuk dapat
menyediakan berbagai unsur hara dalam satu kali aplikasi untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi tanaman secara cepat dibandingkan dengan pupuk tunggal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan magang ini adalah untuk mengetahui
apa manfaat dari penggunaan tandan kosong terhadap pertumbuhan kelapa sawit.

1.3 Manfaat
Dengan kegiatan magang ini diharapkan mahaiswa dapat mengetahui
bagaimana cara pengaplikasian limbah TKS (tandan kosong sawit) yang baik dan
benar serta mengetahui apa saja manfaat penggunaan limbah tandan kosong
kelapa sawit di lapangan.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies
kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,
Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa
negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit
(Adlin,2008)
Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan
berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa
sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras
(epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan
mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan
keras (endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung
minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan
berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut
plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah
tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi
akar (Aiman,2000).
Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Klasifikasi Tanaman kelapa sawit
dapat diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyt
Sub divisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Ordo : Arecales
Familia : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Andri,2015).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang


memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi
negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap
tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang
dijual. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar,
batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Badan Pusat
Statistik,2015).

3
a. Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil)
yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari
biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk
akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder,
tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna
umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm,
akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap
air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm
dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Djojosuwito,2002).
b. Batang
Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan
umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi
pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang
tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga,
dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya
bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan
lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh
pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang,
semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Effendi,2011).
c. Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap
sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk
susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa
sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak
daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa
sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah
daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan
membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-
50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur
5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara
20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa
sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas
hasilnya per satuan luas tanaman (Fauzi , 2002).
d. Bunga
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12 - 14
bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga
jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.
Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena

4
memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.
Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk).
Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal
perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun
tidak menghasilkan infloresen (Hakim,1986).
e. Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah
(mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang
disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti,
mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses
pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih
6 bulan.Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Risza, 1994). Biasanya
buah ini yang digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati yang digunakan
oleh manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak
sawit (diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji
buah) (Harahap,2005).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit


Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan
faktor teknis agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi
kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga 5
faktor tersebut selalu dalam keadaan optimal. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi kelapa sawit adalah iklim.Faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat
tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara-Selatan 12
derajat pada ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut (dpl). Beberapa unsur
iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari,
suhu, kelembapan udara, dan angin (Hardjowigeno,2003).

1. Curah Hujan
Curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit yakni 2.000 – 2.500 mm
pertahun dan tersebar merata setiap tahun. Musim kemarau selama tiga bulan
ataulebih dapat menurunkan produksi kelapa sawit.Sedangkan curah hujan yang
tinggi tidak berpengaruh buruk terhadap produksi kelapa sawit, asalkan
drainasedan penyinaran matahari cukup baik (Lubis,2000).
2. Sinar Matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu
pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran

5
sangat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa
sawit antara 5-7 jam/hari. Beberapa daerah seperti Riau, Jambi, dan Sumatera
Selatan sering terjadi penyinaran matahari kurang dari 5 jam pada bulan-bulan
tertentu. Penyinaran yang kurang akan menyebabkan berkurangnya asimilasi dan
gangguan penyakit (Mangoensoekarjo,2007).
3. Suhu
Selain curah hujan dan matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit
memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28º C untuk tumbuh dengan baik.
Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18º C dan
tertinggi 32º C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah
lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin
rendah suatu tempat, makin tinggi suhunya. Suhu berpengaruh terhadap masa
pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih 6
dari ketinggian 500 m dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan
dengan yang ditanam didataran rendah (Pahan,2008).
4. Kelembaban Udara dan Angin
Kelembaban udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang
pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar.
Mengurangi kelembaban, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban adalah suhu, sinar matahari, lama
penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi (PPKS,2009).

2.3 Tandan kosong

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Potensi limbah
tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit, salah satunya adalah dapat
dimanfaatkan sebagai unsur hara yang mampu menggantikan pupuk buatan.
Limbah TKKS merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, yaitu
sekitar 6 juta ton, namun pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama
ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa.
Saat ini TKKS berpotensi sebagai pupuk kompos, pulp dan kertas, karbon
dan media tumbuh. Selama ini tankos dibiarkan melapuk di lahan kebun sawit.
Hal ini sebenarnya mengganggu pertumbuhan sawit yang akan ditanam
selanjutnya karena tankos membutuhkan waktu yang lama untuk terurai,
kemungkinan bisa sampai 6 bulan jika tanpa bantuan dekomposer. Hal tersebut
disebabkan TKKS merupakan bahan organik yang sulit terdekomposisi karena
strukturnya yang keras dan ukurannya yang besar serta kandungan lignin 17,1 %.
Lignin merupakan polimer struktural fenilpropan pada tanaman vascular
yang membuat kekakuan tanaman dan mengikat serat dinding sel bersama-sama,

6
berfungsi menurunkan permeasi air melintasi dinding jaringan xilem dan
membuat kayu resisten terhadap serangan mikoba. Lignin berikatan dengan
hemiselulosa dan selulosa membentuk segel fisik di antara keduanya, yang
merupakan barier yang mencegah penetrasi larutan dan enzim. Lignin merupakan
penghalang akses enzim selulolitik pada degradasi bahan berlignoselulose
sehingga menghambat proses dekomposisi, sehingga sering menyebabkan
penumpukan bahan organik. Sisa tanaman yang mengandung lignin lebih banyak
akan mengalami proses dekomposisi lebih lambat dibanding tanaman yang
mengandung lignin lebih sedikit sehingga TKKS membutuhkan waktu sangat
lama untuk menjadi pupuk organic (Sunarko, 2009).

7
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Organisasi Struktur Karyawan PT. AWB

a. Lokasi PT. Andalas Wahana Berjaya


Lokasi : Nagari Tabing Tinggi, Nagari Sikabau , Kec. Pulau Punjung
Nagari Sitiung, Kec. Sitiung, Nagari Koto Padang, Kec. Koto
Baru.
Jenis tanah : Podzolik Merah Kuning (PMK)
Topografi : Bergelombang
SK HGU : Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang Badan Pertahanan
Nasional Nomor 94/HGU/KEM-ATR/BPN/2018 Tentang
Pemberian Hak Guna Usaha Atas Nama PT. Andalas Wahana
Berjaya Atas Tanah di Kabupaten Dharamasraya, Provinsi
Sumatra Barat.

8
SK AMDAL : Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 660-180-2007 Tanggal
21 Mei 2007. Keputusan Kepala Bapeda 660/257/Hdsdl/BPDL-
200. Keputusan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya
Nomor : 188.45/25/KPTS/DLH/2019.

b. Batas Wilayah PT. Andalas Wahan Berjaya

Selatan: Kawasan Hutan Produksi Terbatas


Utara : Perkebunan Kelapa Sawit KUD Tebing Tinggi
Timur : Perkebunan Kelapa Sawit KUD Bunga Tanjung dan Hutan
Produksi
Barat : Perkebunan Kelapa Sawit Nusantara APL dan Kab. Solok
Selatan

3.2 Peralatan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat prakktek kerja lapangan yaitu
ember, piring plastik kecil, perlengkapan APD (Alat Perlindungan Diri seperti:
sarung tangan, sepatu bot), pisau, dan traktor.
b. Bahan
Adapun Bahan yang digunakan pada saat praktek kerja lapangan yaitu
limbah pabrik kelapa sawit berupa tandan kosong (tankos)

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pembenahan rumpukan,
2. Tandan kosong di tebar sebanyak 1 layer di sekeliling rumpukan .

9
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengaplikasian Tandan Kosong Sebagai Pupuk Organik

Tandan kosong merupakan limbah kelapa sawit yang paling banyak


dihasilkan di perkebunan kelapa sawit. Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, namun
pemanfaatannya masih terbatas. Pengolahan TKKS menjadi pupuk organik
menjadi salah satu alternatif pemanfaatan limbah TKKS yang menumpuk dan
secara ekonomis sebagai suplai unsur hara organik bagi tanaman. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa jenis dekomposer berpengaruh nyata terhadap
rasio C dan N, serta berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen pupuk organik
dan kandungan hara P, K, Ca dan Mg. Hasil Uji Duncan menyatakan bahwa
perlakuan kontrol dengan jenis dekomposer orlitani, promi dan stardec berbeda
tidak nyata tetapi berbeda nyata dengan jenis dekomposer M-Dec. Hal ini
menunjukkan bahwa jenis dekomposer M-Dec belum mampu menurunkan rasio
C/N dalam masa dekomposisi selama 3 bulan.
Hasil analisis sidik ragam rendemen TKKS menunjukkan bahwa pengaruh
jenis dekomposer ini berbeda tidak nyata.Hasil uji lanjutan Duncan, bahwa jenis
dekomposer orlitani, promi dan kontrol berbeda tidak nyata tetapi ketiganya
berbeda nyata dengan jenis dekomposer stardec dan M-dec. Bahan organik hasil
dekomposisi dengan menggunakan MDec memiliki kandungan C-organik yang
tertinggi (32,81%). Kualitas pupuk organik asal TKKS ini digambarkan dengan
kandunganhara makro tersedia yaitu 1,08% N-total, 1,32 ppm P-tersedia, 75,07
ppm K-tersedia, 731,26 ppm Ca-tersedia dan 61,64 ppm Mg-tersedia.
Adapun karakteristik tandan kosong sebagai berikut:
a. Janjang kosong merupakan sisa buah tandan sawit yang diolah dipabrik kelapa
sawit. Produksi janjang kosong adalah 23 % dari total tandan buah segar yang
diolah dipabrik kelapa sawit.
b. Janjang kosong adalah bahan organik yang mengandung sejumlah unsur hara
terutama kalium (K).
c. Janjang kosong dapat memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah.
d. Pada tanah berpasir janjang kosong dapat diaplikasikan sebagai mulsa karena
janjang kosong dapat menambah daya simpan air tanah.
Rekomendasi penggunaan tandan kosong yang dianjurkan oleh PT. AWB
sendiri adalah sebanyak 38 metrikton/ha. Masing- masing tanaman diberikan
tandan kosong sebanyak 1 layer di sekitar rumpukan. Tujuan dari hanya diberikan
satu layer adalah agar larva hama kumbang tanduk tidak berkembang biak,yang
mana tandan kosong merupakan tempat yang paling disukai oleh kumbang tanduk
untuk berkembangbiak.
Untuk langkah kerjanya sendiri tandan kosong hasil pengolahan kelapa
sawit dibawa ke lapangan menggunakan traktor. Kemudian tandan kosong yang

10
telah sampai di lapangan akan diturunkan di tepi jalan, barulah setelah itu tandan
kosong dimuat kedalam angkong untuk di letakkan pada tengah rumpukan.

Gambar 1. Pengaplikasian tandan kosong

11
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit (tandan kosong) secara umum telah
dilaksanakan sesuai dengan standar yang benar.
2. Tandan kosong yang digunakan yaitu 38 ton/ha, waktu pemupukan yang
dilakukan sesuai dengan waktu atau fase pertumbuhan tanaman dan musim
yang ada.

5.2 Saran
1. Semoga kedepannya PT. Andalas wahana berjaya meningkat lagi prestasinya
2. Untuk kedepannya pemanfaatan limbah tandan kosong sebagai pupuk organik
bisa dilaksanakan dengan efektif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adlin, U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis) di Indonesia. Edisi 2. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit. Medan [ID].
Aiman, N. 2000. Implementasi Mikroorganisme Efektif Terhadap Laju
Dekomposisi dan Mineralisasi Limbah Perkebunan Kelapa Sawit.Jurnal
Agrista (2) No 1:17-25.
Andri, I.G.W dan Jonatan. Ginting. 2015. Respon Pertumbuhan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery terhadap Pemberian Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4).Universitas
Sumtera Utara. Medan.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistical Yearbook of Indonesia 2015 : Produksi,
Produktivitas, dan Luas Tanaman Perkebunan Indonesia. Halaman 183.
Corley, R.H.V. 2009. How much palm oil do we need? Environ. Sci.
Policy 12:134-139.
Djojosuwito, Soedijono. 2002. Azolla Pertanian Organik dan Multiguna. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Effendi, Rustam & Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Sastyawibawa dan R. Hartono. 2002. Budidaya
Pemanfaatan dan Analisa Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Hakim, L. dan M. Sediyarsa. 1986. Percobaan perbandingan beberapa sumber
pupuk fosfat alam di daerah Lampung Utara. hlm. 179 − 194. Dalam U.
Kurnia, J. Dai, N. Suharta, I.P.G. Widjaya-Adhi, J. Sri Adiningsih, S.
Sukmana, J. Prawirasumantri (Ed.). Prosiding Pertemuan Teknis
Penelitian Tanah, Cipayung, 10−13 November 1981. Pusat Penelitian
Tanah, Bogor.
Harahap IY, Edy SS, Roletha YP, dan Nuzul HD. 2005. Peran Pemupukkan
terhadap Pertumbuhan dan Kesehatan Bibit Kelapa Sawit. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Ultisol. Edisi Baru. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Lubis, A.U. 2000. Kelapa Sawit. Teknik Budidaya Tanaman Perkebunan. Sinar.
Medan.
Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Gadjah Mada Universuty Press. Yogyakarta.
Pahan, l. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya.
PPKS. 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Panakal Batang Pada Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Artikel
Ilmiah Sudah Diseminarkan Ditingkat Nasional, Yogyakarta, 2008.
Sunarko.2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta

13
LAMPIRAN

1. Dokumentasi kegiatan magang


Dokumentasi Keterangan

Pengangkutan tandan kosong


menggunakan traktor

Tandan kosong diturunkan ke


tepi jalan

Gancu

Helm (APD)

14
Sepatu Boot

Afron (APD)

15
Sarung Tangan

16
2. Logbook Magang

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai