Sebagian pendapat menyatakan bahwa perang dingin, atau ketegangan antara AS-
Soviet dimulai sejak keduanya menjadi pemenang perang dunia II. Sementara pendapat lain
menyatakan bahwa sejak Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917, karena Soviet
kemudian mengisolasi diri. Lenin mengatakannya sebagai respon atas dikelilinginya Soviet
oleh kapitalis-kapitalis dunia. Ketidakpercayaan Soviet dengan negara-negara barat seperti
Perancis, Inggris, dan AS selain karena perbedaan ideologi juga disebabkan oleh banyak hal.
Seperti lambatnya pembuatan front barat melawan Jerman dalam Perang Dunia II,
menyebabkan jatuhnya jutaan tentara Soviet pada front timur. Jerman mendorong Soviet
hingga Stalingrad, di tepi sungai Volga selangkah lagi menuju Moskow. Soviet sendiri pada
dasarnya tidak tertarik turut berperang, namun serangan Jerman ke timur menuju kilang-
kilang minyak di Kaukasus memaksa Stalin untuk bergabung dengan sekutu.
Memenangkan perang bersama AS dan sekutu melawan Jerman, Soviet tetap
menempatkan negara barat sebagai musuh kapitalis. Upaya yang perlu dilakukan adalah
memperluas pengaruh komunisme ke negara-negara netral agar memenangi adu pengaruh
melawan blok barat. Namun Soviet dan AS masing-masing tidak ingin merusak perdamaian
antara keduanya yang dapat mengguncang dunia, sehingga berperang secara “dingin” adalah
sikap yang diambil. Meski begitu, beberapa kali ketegangan terjadi sehingga perang antara
keduanya berada di ujung tanduk.
1. Krisis Kuba
Rezim pro-AS berhasil didirikan di Kuba, setelah jatuhnya presiden Fulgencio
Batista pada 1959 oleh Fidel Castro. Hubungan antara Eisenhower (AS) dan Castro berjalan
baik selama beberapa saat, namun AS menolak pengurangan ketergantungan ekonomi Kuba
atas Amerika. Hal ini akan membuka potensi masuknya bantuan dari Eropa Timur.
Namun pada tahun 1961, Kuba mulai membuka upaya perdagangan senjata
dengan Soviet, pada tahun yang sama John F. Kennedy berupaya menguasai Kuba namun
gagal. Sehingga kekuasaan Kuba resmi berkiblat pada Eropa Timur. Februari 1962, Nikita
Kruschev memulai pemasangan rudal nuklir di Kuba. Posisi yang terlampau dekat dengan
Amerika Serikat. Amerika Serikat melakukan blockade dan ultimatum kepada Kuba dan
Soviet, beruntung pada 1964 Kruschev dijatuhkan dan kondisi di Kuba mereda.
3. Perang Korea
Stalin mendukung Kim Il Sung untuk menginvasi Korea Selatan, sementara
pasukan PBB yang terdiri dari negara-negara barat mempertahankan Korea Selatan. Perang
yang berlangsung selama tiga tahun (1950-1953) ini menjadi titik tertinggi karena berpotensi
membuka perang antara NATO dan komunis Cina.
Perang ini juga dapat berujung menjadi perang nuklir. Setelah Stalin wafat pada
1953, gencatan senjata dilakukan. Kim Il Sung menjadi diktator di Korea Utara, sementara
Rhee Syng Man memimpin totaliter Korea Selatan sampai dijatuhkan pada 1960. Kondisi
Korea Selatan baru membaik setelah kembalinya system multipartai pada 1987.
4. Perang Vietnam
Perang Vietnam adalah konflik terpanjang pada masa perang dingin, terjadi
selama 19 tahun (1955-1975). Terjadi antara Vietnam Utara (Hanoi) yang didukung komunis
dan Vietnam Selatan (Saigon) yang didukung SEATO.
Konflik ini menewaskan jutaan orang, termasuk peran Vietnam Utara dalam
perebutan kekuasaan di Kamboja. Menyebabkan diktator komunis Kamboja, Pol Pot
membantai 1-3 juta penduduk untuk menegakkan kekuasaannya. Perang gerilya yang
berlarut-larut membuat AS harus meninggalkan Vietnam, membuat Ho Chi Minh dapat
mengalahkan Vietnam Selatan dan mendirikan negara komunis.