Anda di halaman 1dari 110

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelahiran prematur merupakan masalah penting dibidang reproduksi manusia

baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Sebesar

70% penyebab tingginya kematian perinatal disebabkan oleh persalinan

prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri merupakan tolak ukur

kemampuan suatu negara dalam upaya menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.( Suspimantari,C. 2014 )

World Health Organization (WHO), Pada Tahun 2015 Angka Kematian Ibu

(AKI) mencapai 216/ 100.000 KH disebabkan karena beberapa faktor diantaranya

pendarahan, infeksi, hipertensi, komplikasi saat persalinan dan aborsi tidak aman,

penyebab lainya yaitu malaria dan AIDS pada kehamamilan, sedangkan Angka

Kematian Bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat

kesehatan anak. Kematian neonatal menyumbang 45% dari kematian balita pada

tahun 2015. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal didunia

antara lain Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) 29 %, Sepsis dan Peneumonia

25%, Aspiksia dan Trauma 23 % dan lain lain 23%. BBLR menempati penyebab

kematian bayi pertama di dunia dalam periode awal kehidupan karena bayi lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram sangat rentan terjadi infeksi ( WHO,

2015)
2

Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan

mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian

prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal.

Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka

dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per

tahun yang artinya sekitar 2,2 - 2,6 menit bayi meninggal, penyebabnya antara

lain yaitu Asfiksia (49-60%), Infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), Trauma

persalinan (2-7%), dan Cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2015).

Jumlah AKB di Provinsi Jawa Barat masih tinggi. Jumlah AKB mencapai 3240

per 1000 ( 3,01%) KH, sedangkan menurut Depkes yang menjadi penyebab

langsung kematian bayi di Jawa Barat sebagian besar di sebabkan Asfiksia 85,8%

(858), Infeksi dan BBLR 111,6% (1166), Tetanus 1,5% (15), Kelainan kongenital

32,9% (329). (Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2014 Table.5).

Berdasarkan Data Tahunan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Karawang Tahun 2016 melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI )

sebanyak 53 kasus / 100.000 KH, penyebabnya di antaranya yaitu Hipertensi

dalam Kehamilan, Perdarahan , Infeksi,dan lain lain. Angka Kematian Bayi

(AKB) di Kabupaten Karawang Tahun 2016 sebanyak 143 kasus penyebabnya

diantaranya BBLR Sebanyak 74 kasus ( 51,8 %), Kasus Asfiksia sebanyak 44

kasus ( 30,8%), Kelainan Kongenital sebanyak 10 kasus (7,0 %), Infeksi atau

Sepsis sebanyak 3 kasus (2,1 %) dan penyebab lainnya sebanyak 12 kasus (8,3

%). ( Dinkes Kabupaten Karawang 2016).


3

Berdasarkan data yang terdapat di Puskesmas Telagasari Kabupaten Karawang

Tahun 2016 terdapat Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 5 kasus yang

menyebabkan Puskesmas Telagasari menjadi urutan ke dua dengan Angka

Kematian Ibu (AKI) tertinggi di Kabupaten Karawang. Penyebabnya diantaranya

yaitu disebabkan oleh HAP 1 Kasus ( 25%), Meningitis 1 Kasus ( 25%), KET 1

Kasus (25%), Serta kejadian kematian pada ibu post partum 2 kasus yaitu Post

Partum Tb Paru (25%) dan Sepsis (25%). Angka Kematian bayi (AKB ) di

Puskesmas Telagasari tidak ada. ( Laporan KIA Tahun 2016).

Faktor- faktor penyebab persalinan prematur ( Mochtar 2010) seperti sosial

ekonomi rendah, gizi kurang, anemia, trauma fisik, perokok/ kecanduan obat,

hipertensi/ preeklamsi, diabetes militus, infeksi saluran kemih, serviks

inkompletus, kelainan rahim, infeksi intrauterine, bakterial vaginosis, kehamilan

ganda, riwayat persalinan preterm sebelumnya, usia ibu < 18 tahun atau > 40

tahun, faktor fisik, stress psikologik, kehamilan di luar nikah, perdarahan ante

partum ( solusio plasenta, plasenta previa, ketuban pecah dini ), cacat bawaan

janin, polihidramnion, gemeli, dan oligohidramnion. Persalinan prematur sulit di

duga dan sulit dicari penyebabnya, sehingga sukar dapat di terapkan dengan pasti

( Mochtar, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun Laporan Tugas Akhir

yang berjudul “Gambaran Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Ny V G1P0A0

Gravida 34 Minggu Dengan Persalinan Prematur Di Wilayah Kerja Puskesmas

Telagasari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang Tahun 2017.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu

Bagaimana Gambaran Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Ny V G1P0A0 Gravida

34 Minggu Dengan Persalinan Prematur Di Wilayah Kerja Puskesmas Telagasari,

Kabupaten Karawang pada tahun 2017?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran asuhan kebidanan pada Ny V G1P0A0 Gravida 34 minggu

dengan persalinan prematur di wilayah kerja Puskesmas Telagasari, Kabupaten

Karawang pada tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan sebelum rujukan

pada persalinan Ny V G1P0A0 dengan persalinan prematur di

wilayah kerja Puskesmas Telagasari tahun 2017.

1.3.2.2 Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan

di Rumah Sakit pada Ny V G1P0A0 dengan persalinan prematur

di wilayah kerja Puskesmas Telagasari tahun 2017.

1.3.2.3 Mengetahui penatalaksanaan asuhan masa nifas pada Ny V

G1P0A0 dengan riwayat persalinan prematur di wilayah kerja

Puskesmas Telagasari tahun 2017.


5

1.3.2.4 Mengetahui penatalaksanaan asuhan Bayi Baru Lahir dengan

riwayat persalinan prematur pada Ny V G1P0A0 di wilayah kerja

Puskesmas Telagasari tahun 2017.

1.3.2.5 Mengetahui kualitas asuhan kebidanan yang di berikan bidan

pada pemeriksaan Kehamilan dan Kunjungan Nifas (KF) pada

Ny V G1P0A0 dengan riwayat persalinan prematur wilayah kerja

Puskesmas Telagasari tahun 2017.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk Tempat Penelitian

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar

pelayanan yang telah di tetapkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

di Puskesmas Telagasari khusunya pelayanan kebidanan.

1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan

Penulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan dan menambah

wawasan bagi seluruh civitas Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan

Karawang.

1.4.3 Untuk Profesi

Diharapkan dapat memperoleh gambaran penatalaksanaan asuhan

kebidanan mengenai persalinan prematur dan penatalaksanaan bayi baru lahir

dengan BBLR secara optimal. Serta menambah wawasan dalam memberikan

asuhan kebidanan dan menerapkan ilmu pengetahuan sesuai tugas dan fungsi

profesi.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Persalinan Prematur

2.1.1. Definisi Persalinan Prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37

minggu ( Antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.

( Prawiroharjo,Sarwono 2009).

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37

minggu ( Depkes R.I, 2013 ).

Persalinan prematur dapat di artikan dari mulainya kontraksi uterus yang teratur

yang di sertai pendataran dan/ atau dilatasi serviks serta turun nya bayi pada

kehamilan yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu sejak hari pertama

haid terakhir ( Oxson & Forte, 2010).

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang

dari 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram. ( Ida

ayu, 2010 ).

2.1.2 Klasifikasi Prematur

2.1.2.1 Klasifikasi Bayi Prematur Menurut Golongan Usia

Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World

Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir

dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur


7

terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi menjadi tiga

golongan. Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus

menstruasi terakhir. (Bobak Low dermilk dan Jensen, 2005).

Bayi prematur diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain:

1. Bayi Derajat Prematur di Garis Batas (Border Line Prematur)

Berat badan bayi 2500 gr dengan masa gestasi 37 minggu. Masalah yang

sering muncul pada golongan ini adalah adanya ketidak stabilan tubuh,

kesulitan menyusu, ikterik, respiratory distress syndrome (RDS) mungkin

muncul. Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak,

dan genetalia kurang berkembang.

2. Bayi Prematur Sedang (Moderately Prematur)

Masa gestasi antara 31- 36 minggu dengan berat badan 1500- 2500 gram.

Masalah yang biasa muncul dalam golongan ini adalah adanya ketidak

stabilan tubuh, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan

menyusu. Seperti pada bayi prematur di garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih

tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak

3. Bayi Sangat Prematur (Extremely Prematur)

Masa gestasi antara 24 –30 minggu dengan berat badan berkisar antara 500- 1400

gram. Hampir semua bayi prematur dalam golongan ini memiliki masalah

komplikasi yang berat. Ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat

tipis, dan sering kali kedua matanya berdempetan


8

2.1.3 Etiologi Persalinan Prematur

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifactorial. Kombinasi

keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai

seperti distensi uterus berlebih, ketuban pecah dini atau trauma. Banyak kasus

persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan mediator

biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan

serviks yaitu :

a. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada Ibu maupun

janin, akibat stress pada Ibu atau janin.

Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada

primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik

maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-

Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.

Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan

mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan

mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing

Hormone(CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone(ACTH),

prostaglandin dan reseptor oksitosin.

b. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari

traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.

Mekanisme kedua adalah decidua - chorio -amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang

menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab


9

potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi intraamnion akan terjadi

pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8,

dan TNF -α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang

aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon -hormon ini

bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin)

yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan

pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan

pecahnya kulit ketuban.

c. Perdarahan desidua

Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan

plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan

mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua

menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase

akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian

trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.

d. Peregangan uterus patologik

Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa

disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang

disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme

ini dipengaruhi prostaglandin.

(Pimantari,cahya 2013).
10

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan

prematur harus di cermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi,

menyebabkan persalinan prematur atau seorang Dokter terpaksa mengakhiri

kehamilan pada saat kehamilan belum genap bulan. (Menurut Mochtar dalam

Buku Ilmu Kebidanan tahun 2014)

Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan prematur adalah:

A. Janin dan plasenta

1. Perdarahan trimester awal

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan muda sebelum usia kehamilan 24 minggu.

2. Perdarahan Antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa).

Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 24

minggu hingga sebelum kelahiran bayi. Perdarahan antepartum

menyebabkan seperlima bayi lahir dengan prematur dan juga menyebabkan

bayi yang dilahirkan mengalami cerebral palsy. Penyebab paling sering dari

perdarahan antepartum adalah plasenta previa dan solusio plasenta. Pada

penjelasan sub bab prematur sebelumnya telah dijelaskan bahwa perdarahan

pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa

(protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin

dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi

miometrium dan menginduksi.

3. Ketuban pecah dini (KPD), Infeksi lain, dan Bakteriuri

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan,

sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan <37 minggu disebut
11

Ketuban Pecah Dini (KPD) kehamilan prematur. Ketuban pecah dini kehamilan

prematur terjadi pada 1% -3% dari seluruh kehamilan dan bertanggung jawab

untuk sepertiga dari semua kelahiran prematur. Ketuban pecah selama persalinan

secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.

4. Distensi Uterus ( Hidramnion dan Gemeli).

Gemeli dan kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih

intrauteri. Kehamilan ganda dianggap mempunyai risiko tinggi karena dapat

menyebabkan komplikasi lebih tinggi untuk mengalami hiperemesis

gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hidramnion,

persalinan dengan prematuritas, pertumbuhan janin terhambat.

Fisiologi dari kehamilan ganda yaitu dua ovum yang dibuahi pada saat

hampir bersamaan atau berasal dari satu ovum yang mengalami

pemecahan disaat dini. Persalinan prematur pada kehamilan ganda dapat terjadi

dikarenakan terjadinya overdistensi, maka retraksi akibat ketegangan otot

uterus makin dini sehingga dimulailah proses Braxton Hicks, kontraksi makin

sering dan menjadi HIS persalinan.

5. Oligohidramnion

Garmel, dkk. (2010) mengamati bahwa janin yang berkembang baik dengan

oligohidramnion sebelum usia kehamilan 37 minggu memiliki resiko kelahiran

kurang bulan tiga kali lipat tetapi tidak ada resiko hambatan pertumbuhan di

kemudian hari atau kematian janin

6. Pertumbuhan janin terhambat

7. Cacat bawaan janin


12

B. Ibu

1. Penyakit berat pada Ibu

2. Diabetes mellitus

3. Preeklampsia/hipertensi.

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dan

disertai dengan proteinuria, sedangkan eklampsia adalah preeklampsia yang

disertai dengan kejang dan atau koma. Preeklampsia meningkatkan risiko

terjadinya solusio plasenta, persalinan prematur, Intrauterine Growth Retardation

(IUGR), dan hipoksia akut. Preeklampsia menyumbang sekitar 15% dari semua

kelahiran prematur.

Preeklampsia/eklamspia didasari oleh beberapa teori, namun teori yang saat ini

paling banyak digunakan adalah teori iskemia plasenta, radikal bebas dan

disfungsi endotel. Berdasarkan teori ini terjadi kegagalan “remodeling arteri

spiralis” sehingga menyebabkan plasenta mengalami iskemia dan terjadi disfungsi

endotel. Spasme pembuluh darah arteriola yang menuju organ penting dalam

tubuh dapat menyebabkan mengecilnya aliran darah yang menuju retroplasenta

sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2 dan nutrisi pada janin.

Hal ini menyebabkan terjadinya vasospasme dan hipovolemia sehingga janin

menjadi hipoksia dan malnutrisi. Hipoksia menyebabkan plasenta mengtransfer

kortisol dengan kadar yang tinggi ke dalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol

yang tinggi akan mensintesis prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang

menyebabkan timbulnya kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya kulit

ketuban, sehingga bayi sering terlahir prematur.


13

4. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin

Infeksi saluran kemih adalah tumbuh dan berkembangbiaknya mikroba dalam

saluran kemih dalam jumlah bermakna. Pada wanita hamil dikenal 2 keadaan

infeksi saluran kemih yakni:

a. Bakteriuria asimtomatik (asymptomatic bacteriuria, covert

bacteriuria) adalah terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa

menimbulkan manifestasi klinis

b. ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik.

Lebih dari 30% penderita bakteriuria simtomatis yang tidak diobati akan

menyebabkan berkembangnya kelahiran bayi prematur dengan berat badan lahir

rendah sekitar 1,5 sampai 2 kali lipat. Faktor risiko meningkatnya infeksi saluran

kemih dapat dikarenakan oleh Perubahan morfologi kehamilan dan Kebiasaan

menahan berkemih.

5. Stress psikologik

Setres merupakan suatu keadaan yang menuntut pada respon individu, karena

peristiwa atau rangsangan yang menggangu keseimbangan. Setres telah di kenal

sebagai faktor yang sangat penting yang dapat mengakibatkan terjadinya

persalinan prematur. Selain fisik dan kesehatan ibu hamil, kondisi hamil saat

menjalani psikis juga memicu lancar tidaknya kehamilan. Tekanan batin atau

tekanan yang berat harus di hindari oleh wanita hamil karena dapat menjadi

penyebab terjadinya persalinan prmatur. Selain itu, adanya trauma oleh

kecelakaan atau kekerasan yang di alami selama mengisi juga berisi pemicu

persalinan preterm.( Cuningham 2005).


14

6. Kelainan bentuk uterus atau serviks

7. Riwayat persalinan prematur sebelumnya/abortus berulang

8. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)

9. Kurang Gizi ( anemia), kekurangan Zn dan Asam Folat

Kekurangan gizi pada ibu dapat berkontribusi pada peningkatan insidensi

kelahiran prematur dan pertumbuhan retardasi janin serta peningkatan resiko

kematian ibu dan morbiditas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Theresa O Scholl et. al,2012) bahwa pada ibu anemia memperlihatkan

adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kelahiran prematur p

=0,02. Teori yang mendukung menurut (Rosso dalam Amiruddin ,2006)

menjelaskan bahwa malnutrisi pada ibu ditemukan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan fungsi plasenta, ukuran plasenta yang kecil dan kandungan

DNA yang tereduksi. Hal ini menunjukan bahwa ukuran plasenta kecil maka

transfer zat gizi untuk janin rendah, akibatnya pertumbuhan janin terhambat

sehingga mengakibatkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.

10. Penambahan berat yang kurang saat hamil

C. Faktor Sosial Budaya

1. Perokok atau penyalah gunaan obat ( alkohol, Kokain,dsb)

Konsumsi obat – obatan pada saat hamil, peningkatan penggunaan obat – obatan (

antara 11% dan 27 % wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi telah

meningkatkan makin tingginya insiden kelahiran prematur, BBLR, defek

kongenital, ketidak mampuan belajar dan gejala putus obat pada janin. ( Bobak,

2004)
15

Prilaku seperti penggunaan obat – obatan seperti kokain telah di laporkan

memainkan peranan penting pada kejadian dan hasil akhir bayi dengan berat lahir

rendah ( Cuningham, 2005)

Penelitian yang di lakukan oleh ( amiruddin R, 2006) menunjukan ibu – ibu yang

terpapar rokok baik ibu yang meroko maupun terpapar rokok selama kehamilan

memiliki kemungkinan 2,313 kali lebih besar mengalami persalinan prematur

dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar rokok selama kehamilan. Ibu hamil

yang terpapar rokok berpeluang melahirkan bayi prematur 43,6 %.( Amirruddin

R, 2006)

2. Pendek kurus

3. Umur < 18 tahun atau .> 40 tahun

Pada usia kurang dari 20 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan yang

mengancam keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebabkan pada usia muda organ-

organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal dan secara psikologis

belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa sehingga akan

berpengaruh terhadap penerimaan kehamilannya yang akhirnya akan berdampak

pada pemeliharaan dan perkembangan bayi yang dikandungnya. Sedangkan pada

ibu yang tua, terutama pada ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun merupakan

resiko tinggi pula untuk hamil karena akan menimbulkan komplikasi pada

kehamilan dan merugikan perkembangan janin selama periode kandungan. Secara

umum hal ini karena adanya kemunduran fungsi fisiologis dari sistem tubuh

(Cunningham, 2006).

4. Tidak / Kurang mau periksa antenatal care


16

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di RSUP Dr, Hasan Sadikin

Bandung diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan

(ANC) mempunyai resiko mengalami kejadian persalinan prematur sebesar 3,1

kali (95%) di bandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan.

Hasil penilitian yang dilakukan oleh Ariana (2011) menemukan ibu yang tidak

melakukan pemeriksaan ANC memberi resiko 2,8 kali secara signifikan terhadap

kelahiran prematur di bandingkan dengan yang mendapatkan pelayanan ANC

tidak dapat mendeteksi secara dini masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini

menunjukan bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan ANC tidak dapat

mendeteksi informasi penting yang berhubungan dengan kehamilannya terutama

upaya pencegahan stress ibu, yang akan berdampak terhadap persalinan prematur.

5. Keturunan ( pengalaman melahirkan prematur / orang tua yang juga

melahirkan prematur).

Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda resiko paling kuat

dan paling penting. Berdasarkan data healt technology Assesment Indonesia

Tahun 2010 bahwa insiden terjadinya persalinan prematur selanjutnya setelah 1x

persalinan prematur meningkat hingga 14,3 % dan setelah 2x persalinan prematur

meningkat hingga 28%. Wanita yang mengalami persalinan prematur memiliki

resiko untuk mengalaminya kembali pada kehamilan selanjutnya.

6. Ras Berkulit Hitam

Perbedaan antara angka kelahiran prematur untuk orang berkulit hitam dan

berkulit putih tetap ada walaupun status sosioekonomi bukan merupakan suatu

faktor resiko. Hal ini menggambarkan fakta bahwa wanita berkulit hitam
17

cenderung di golongkan dalam ekonomi menengah bawah yang dapat

meningkatkan angka berat badan lahir rendah.(Helen,Varney. Edisi 4. 2007)

7. Faktor Trauma Fisik

A. Melakukan Hubungan Seksual

Melakukan hubungan seksual dapat terjadi trauma karena menimbulkan

rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi uterus sperma yang

mengandung hormon postaglandin merupakan hormon yang dapat merangsang

kontraksi uterus ( Bobak, 2004).

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden ibu bersalin yang

mengalami trauma pada persalinan prematur (Kasus) lebih besar (58,5%)

di bandingkan pada persalinan normal (Kontrol). Hasil ini menunjukan bahwa

trauma ibu merupakan faktor resiko terhadap terjadinya persalinan prematur,

dimana dari hasil pengujian menunjukan bahwa ibu bersalin yang mengalami

trauma mempunyai peluang 5,020 kali mengalami persalinan prematur di

bandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami trauma ( Ariana, 2011)

B. Terjatuh

Setelah berhubungan badan, terpukul pada perut atau mempunyai luka bekas

oprasi/ pembedahan seperti bekas luka sc merupakan trauma fisik pada ibu yang

mempengaruhi kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi

kehamilan adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga kehamilan ibu

terganggu ( Oxorn, 2005). Menurut saifuddin dalam buku pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal tahun 2009.


18

2.1.4 Epidemiologi Persalinan Prematur

Angka kejadian persalinan prematur pada umumnya adalah sekitar 6 – 10

%. Hanya 1,65 % persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu

dan 0,5% pada kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun, kelompok ini

merupakan dua pertiga dari kematian neonatal. Kesulitan utama dalam persalinan

prematur ialah perawatan bayi prematur, yang semakin muda usia kehamilannya

semakin besar morbiditas dan mortalitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa

umur kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan dengan risiko kematian

perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat bayi >1500 gram

keberhasilan hidup sebesar 80%. Pada umur kehamilan <32 minggu dengan berat

lahir <1500 gram angka keberhasilan hanya sekitar 59%. Hal ini menunjukkan

bahwa keberhasilan persalinan prematur tidak hanya tergantung umur kehamilan,

tetapi juga berat bayi lahir.

Permasalahan yang terjadi pada persalinan prematur bukan saja pada kematian

perinatal, melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik

kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang

sering terjadi adalah RDS (Respiratory Distress Syndrome), perdarahan

intra/periventrikuler, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko-pulmonar,

sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering

berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga

dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik,

dengan melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur, maka
19

menunda persalinan prematur, bila mungkin masih tetap memberi suatu

keuntungan. (Menurut Mochtar dalam Buku Ilmu Kebidanan tahun 2014)

2.1.5 Patofisiologi Persalinan Prematur

Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 5

golongan yaitu :

a. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus – Hifofisis – Adrenal baik pada ib

maupun janin, akibat stres pada ibu atau janin.

b. Inflamasi/infeksi sistemik

c. Perdarahan plasenta

d. Peregangan yang berlebihan pada uterus

e. Kelainan pada uterus atau serviks

2.1.6 Diagnosis Persalinan Prematur

Menegakkan diagnosis persalinan preterm terlalu cepat atau lambat

mempunyai risiko meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatus.

Pada kenyataannya kurang dari 50 % ibu hamil yang didiagnosis

mengalami persalinan preterm melahirkan bayinya dalam l minggu setelah

diagnosis ditegakkan. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak

benar – benar merupakan ancaman proses persalinan. Hal ini menunjukkan


20

bahwa tidak mudah menentukan diagnosis persalinan preterm.

(Panduan Pengelolaan persalinan pretrem Nasional,POGI 2011).

Diagnosis persalinan preterm dapat dilakukan dengan:

A. Anamnesis : penentuan usia kehamilan, faktor risiko (riwayat obstetri,

perdarahan, infeksi).

B. Gejala dini persalinan preterm"

1. Nyeri perut bagian bawah ( low abdominal pain/ crams)

2. Nyeri pinggang belakang ( low backache)

C. Tanda persalinan preterm

1. Kontraksi uterus : intensitas, frekuensi, durasi. His yang regular dengan

interval tiap 8-10 menit yang disertai perubahan serviks. Prediksi

persalinan preterm yang hanya berdasarkan kontraksi uterus sulit

karena:

a. Hanya 5% kontraksi tampak pada gambaran kardiotokografi

(KTG).

b. Pada kehamilan biasa terjadi kontraksi Braxton-Hicks.

2. Kriteria Creasy dan Heron:

Kontraksi uterus 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam satu jam, dan disertai

dengan salah satu keadaan di bawah ini:

a. Pecahnya kantung amnion

b. Pembukaan serviks >2 sentimeter


21

c. Pendataran serviks >50%. Pendataran dan pembukaan serviks

dinilai dengan pemeriksaan berkala.

d. Peningkatan cairan vagina

e. Presentasi janin rendah sampai spina isiadika

f. Terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu

2.1.7 Penatalaksanaan Persalinan Prematur

Dalam mengelola persalinan prematur yang pertama yaitu mencari penyebabnya

dan menilai kesejahteraan janin yang dapat dilakukan secara klinis, laboratoris,

ataupun ultrasonografi meliputi pertumbuhan berat janin, jumlah dan keadaan

cairan amnion, presentasi dan keadaan janin/ kelainan kongenital.

Ibu hamil yang mempunyai risiko terjadi persalinan prematur dan atau

menunjukkan tanda-tanda persalinan prematur perlu dilakukan intervensi untuk

meningkatkan neonatal outcomes. Manajemen persalinan prematur bergantung

pada beberapa faktor :

a. keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat

bilamana selaput ketuban sudah pecah.

b. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan

mencapai 4 cm.

c. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah

persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan

berlangsung bila TBJ > 2000 gram atau kehamilan > 34 minggu.

d. Penyebab komplikasi persalinan prematur.

e. Kemampuan neonatal intensive care facilities.


22

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan prematur, terutama

mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus prematur adalah :

A. Menghambat proses persalinan prematur dengan pemberian

tokolisis. Alasan pemberian tokolisis pada persalinan prematur

adalah :

1. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.

2. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk

menstimulir surfaktan paru janin

3. Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang

lebih lengkap

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolis adalah :

a. Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg oral diulang 2-3

kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat

dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.

b. Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan

salbutamol, dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai

efek samping lebih kecil.

c. Sulfas magnetikus dan antiprostaglandin (indometasin) jarang

dipakai karena efek samping pada ibu ataupun janin.

d. Untuk menghambat proses persalinan prematur selain

tokolisis, perlu membatasi aktivitas atau tirah baring.


23

B. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid

Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru

janin, menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventikular, yang

akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana

usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah :

1. Betametason : 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam

2. Deksametason : 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam.

C. Dilakukan pencegahan terhadap infeksi

Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya

infeksi seperti KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah : eritromisin

3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3

hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin, tidak

dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC. ( Menurut Mochtar

dalam Buku Ilmu Kebidanan tahun 2014)

Gestasi kehamilan pada persalinan prematur mempengaruhi penatalaksanaannya.

Secara umum, semakin muda usia gestasi, semakin tinggi kemungkinan penyebab

infeksi, yang sering kali diikuti dengan persalinan dan pelahiran yang cepat.

Seksio sesarea bayi prematur sefalik tidak mengurangi morbiditas janin atau

trauma dan berkaitan dengan morbiditasnya. Sudah diterima secara umum bahwa

cara pelahiran yang usia gestasinya kurang dari 26 minggu, tidak akan mengubah

prognosis. Memperpanjang kehamilan hingga lebih dari 34 minggu tidak akan

memperbaiki prognosis neonatus. oleh karena itu, biasanya tidak ada upaya yang
24

dilakukan untuk menghentikan persalinan jika kehamilan sudah mencapai usia 34

minggu.

Asuhan yang terampil diperlukan oleh ibu dan janin selama persalinan. Ibu

dihadapkan pada krisis emosional yang tidak diharapkan karena interupsi

kemajuan normal kehamilan. Dalam prematuritas yang ekstrem (22-25 minggu),

angka mortalitass perinatal yang tinggi memberi arti bahwa ibu dan pasangannya

harus menghadapi kemungkinan kematian atau disabilitas bayi mereka. Diskusi

lengkap tentang kemungkinan prognosis dan perlu tidaknya upaya resusitasi harus

dilakukan klinis senior yang terlibat dalam pemberian asuhan, dan tentu saja

orang tua. Pemantauan frekuensi jantung elektronik yang kontinyu sulit untuk

diinterpresentikan jika usia kehamilan kurang dari 30 minggu sehingga

pemantauan ini harus digunakan dan di interpresentasikan secara cermat.

Variitabilitas data dasar dapat menurun pada CTG. ( Menurut Myles

dalam Buku Ajar Bidan Tahun 2011).

D. Metode Persalinan

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio

sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan

Ibu. Prematur janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea.

Oleh karena itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetri.

Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat

dipertimbangkan. Setelah kehamilan 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi

karena morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.

Tabel 2.1 SOP Persalinan Prematur Di Pelayanan Kesehatan


25

Konfirmasi umur kehamilan


Polindes Konseling
Berikan endimetasin perektal
Rujuk
Konfirmasi umur kehamilan
Melakukan perkiraan berat badan janin
Puskesmas Menilai apa masih mungkin diberikan tokolitik
Konseling
Berikan tokolitik , Rujuk
Periksa USG umur kehamilan, presentasi, malformasi, lokasi
plasenta, dan kesejahteraan janin
Penilaian apakah masih bisa dipertahankan (kontraksi uterus,
pembukaan serviks)
Tentukan adanya faktor komplikasi klinis
Bisa dipertahankan Tidak bisa dipertahankan
Tirah baring Pemberianobat-obatan pematangan paru janin:
Rumah - Pemberian obat § Deksametason 5mg tiap 12 jam IM sampai
Sakit tokolitik 2 dosis
- Evaluasi § Betametason 12 mg tiap 24 jam IM sampai
berkala 2 dosis
§ Monitor keadaan janin, evaluasi persalinan
§ Bila ada fetal distres, letak sungsang- DC
§ Bila janin baik, monitor persalinan
§ Awasi pemberian anastesi dan analgesi
§ Lakukan episiotomi yang cukup lebar
§ Konsultasi dengan neonatologis
§ Perawatan intensif bayi
§ Termogulasi/ metode kanguru
(Saifuddin. 2009. Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. jakarta: Yayasan Bina Pustaka, hal 304)

2.1.8 Asuhan Penatalaksanaan Bidan Pada Bayi Prematur

Perawatan paripurna bayi prematur tidak hanya mengatasi kondisi medis yang

sering terkait dengan prematuritas namun juga memperhatikan aspek selama

perawatan yang dapat memengaruhi luaran seorang bayi prematur. Penanganan

kondisi medis sebaiknya dilakukan dengan cermat dengan pertimbangan bayi

prematur rentan terhadap cedera, terapi yang tidak adekuat atau terlalu agresif,

dapat mengakibatkan luaran setelah perawatan menjadi buruk atau terjadi


26

komplikasi. Menurut rukiyah dkk (2012), penatalaksanaan bayi prematur

meliputi:

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

A. Perawatan suhu bayi dalam inkubator

Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan ketat karena bayi prematur mudah

mengalami hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungi dengan

baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh sebab itu suhu

tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat. Perawatan bayi prematur harus

dirawat dalam inkubator untuk menjaga kehangatan bayi,

B. Perawatan Metode Kangguru ( PMK)

Bayi prematur membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian kehidupan

diluar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk tetap hangat dan

mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu cara untuk menolong bayi

mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap kontak kulit dengan

bayinya. Perawatan metode kangguru adalah satu cara agar BBLR terpenuhi

kebutuhan khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu

tubuh.

2. Perawatan nutrisi pada bayi prematur

Bayi prematur seringkali tidak mendapat dukungan nutrisi yang cukup karena

imaturitas usus tidak selalu memungkinkan untuk menerima asupan serta

ketidakstabilan hemodinamik dan metabolik, sehingga menyebabkan kurangnya

nutrisi selama minggu-minggu pertama kehidupan, sebagai akibatnya bayi

prematur mengalami gangguan pertumbuhan setelah lahir dan sekitar 40-95% dari
27

bayi berat lahir rendah masuk dalam kategori kecil untuk usia kehamilan pada saat

pulang. Hal ini dikaitkan dengan luaran jangka pendek maupun panjang yang

buruk.

Bayi dengan usia gestasi >34 minggu umumnya dapat menyusu langsung dari ibu

karena refleks hisap dan menelannya sudah cukup baik. Bayi dengan usia gestasi

32-34 minggu memiliki refleks menelan yang cukup baik, namun refleks

menghisap masih kurang baik sehingga ASI dapat diperah dan dapat diberikan

dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet. Sementara pada bayi dengan

usia gestasi <32 minggu belum memiliki refleks hisap dan menelan yang baik,

maka ASI perah diberikan dengan menggunakan pipa orogastrik. Pemberian

minum dengan jumlah 60 – 80 ml/kg berat badan/hari, dapat ditingkatkan 15-20

ml/kg berat badan/hari, diberikan maksimal 180-200ml/kg berat badan/hari,

pemberian setiap 2-3 jam sekali tergantung usia koreksi bayi

3. Pencegahan Infeksi dengan Ketat

Bayi prematur rentan terhadap infeksi Rumah Sakit karena imaturitas sistem

imun, sering mendapat tindakan invasif, serta perawatan lama di Rumah Sakit,

makin rendah berat lahir dan usia gestasi, makin tinggi risiko infeksi. Septikemia

merupakan infeksi yang paling sering dijumpai di unit perawatan neonatus (45-

55%), diikuti oleh infeksi saluran pernapasan (6-30 %), dan infeksi saluran kemih

(8-18 %). Strategi pengendalian infeksi rumah sakit meliputi praktik kebersihan

tangan, pencegahan infeksi aliran darah akibat penggunaan kateter vena sentral,

dan terapi secara bijaksana, peningkatan pertahanan tubuh bayi prematur,

Perawatan kulit dan pemberian nutrisi enteral (ASI). Kebersihan tangan telah
28

diketahui dapat mengurangi angka infeksi dan direkomendasikan oleh Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) sebagai metode yang paling efektif untuk

mencegah penyebaran infeksi rumah sakit.

2.1 Letak Sungsang

2.2.1 Definisi Persalinan Letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

( Sarwono, 2013)

Kehamilan atau persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang)

dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus

uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul

atau simfisis (Manuaba, 2012).

2.2.2 Tanda dan gejala letak sungsang

Berdasarkan literature Cunningham 2013, yaitu:

1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat

dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.

2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus

uteri.

3. Punggung dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian

kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian

yang kurang budar dan lunak.

4. Menunjukan bokong terfiksasi di dalam simfisis


29

5. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

2.2.3 Macam-macam Letak Sungsang

Macam-macam letak sungsang adalah sebagai berikut:

a. Presentasi bokong murni (frank) : Ekstremitas bawah janin fleksi pada

panggul dan lutut ekstensi, sehingga kaki berada di atas dekat dengan

kepala

b. Presentasi bokong komplet: presentasi dengan fleksi pada pinggul dan

lutut dengan kaki di samping bokong.

c. Presentasi bokong inkomplet adalah salah satu atau kedua panggul dan

salah satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah bokong

sehingga kaki atau lutut merupakan bagian terendah di dalam jalan lahir

(Cunningham,2013.Obstetri Williams).

2.2.4 Komplikasi Presentasi Bokong

Komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin adalah sebagai berikut :

A. Komplikasi pada ibu : Perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi

B. Komplikasi pada bayi

1. Asfiksia bayi. Dapat disebabkan oleh :

a. Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban –lender

b. Perdarahan atau oedema jaringan lunak

c. Kerusakan medula oblongata

d. Kerusakan persendian tulang leher

e. Kematian bayi karena asfiksia berat


30

2. Trauma persalinan

a. Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas

b. Kerusakan alat vital: limpa, hati, paru-paru atau jantung

c. Diskolasi fraktur persendian tulang leher: fraktur tulang dasar

kepala, fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata, hidung, atau

telinga, kerusakan pada jaringan otak.

C. infeksi pada persalinan

a. Persalinan berlangsung lama

b. Ketuban pecah pada pembukaan kecil

c. Manipulasi dengan pemeriksaan dalam ( Manuaba, 2012).

2.2.5 Etiologi letak sungsang

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap

ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah

air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan

leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,

letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin

tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong

dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong

dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala

berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.


31

Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup

bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup

bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.

Dari banyak kasus tidak ada penyebab yang jelas untuk malpresentasi atau

malposisi. Bayi prematur dari pertumbuhan janin terhambat merupakan faktor

yang dapat meningkatkan kejadian presentasi bokong. Bayi prematur dengan usia

gestasi < 37 minggu dan bayi post matur > 42 minggu sangat mempengaruhi

presentasi janin dalam uterus ( Boyle, 2011).

Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang

diantaranya :

1. multiparitas,

2. hamil kembar,

3. hidramnion,

4. oligohidramnion

oligohidramnion indeks cairan ketuban atau amnion fluid index ( AFI) <5 cm hal

ini menjadi predisposisi presentasi bokong karena sejumlah cairan ketuban,

gerakan janin di batasi dan janin terjebak dalam presentasi di asumsikan pada

trimester kedua ( Boyle, 2011)

5. hidrosefalus,

6. plasenta previa, dan panggul sempit.

7. kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.


32

8. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula

menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di

daerah fundus. (Saifuddin, 2012).

2.2.6 Penatalaksanaan Persalinan sungsang

Persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu: Persalinan Spontan. Manual Aid.

dan Ekstraksi Sungsang.

1. Prosedur pertolongan persalinan normal dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap pertama : Fase lambat, fase ini hanya untuk melahirakan

bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.

2. Tahap kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai

lahirnya mulut.

3. Fase Ketiga : Fase lambat, karena kepala akan keluar dari ruangan

yang bertekanan tinggi (uterus) kedunia luar yang tekanannya lebih

rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan.

2. Prosedur manual aid dibagi 2 tahap yaitu:

1. Tahapan pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan

dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua, lahirnya bahu dengan lengan yang memakai tenaga

penolong. ada beberapa cara/teknik untuk melahirkan bahu dan

lengan ialah :

a. Klasik

b. Mueller

c. Lovset
33

d. Bickenbach

3. Prosedur Ekstrasi Sungsang yaitu:

A. Teknik Ekstraksi Kaki

1. Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-

bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan

lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.

2. Kedua tangan penolong memegang betis janin.

3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin

dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu

panjang dan jari lain didepan paha.

4. Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter

depan lahir.

5. Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha

ditarik terus curam ke bawah.

6. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai

teknik pegangan Femuro-Pelviks, sehingga badan janin

ditarik kebawah sampai pusar lahir.

7. Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara

persalinan yang sama seperti pada manual aid

B. Teknik Ekstraksi Bokong

1. Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah

letak bokong murni dan bokong sudah berada didasar

panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.


34

2. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian

kecil janin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan

dipelipatan paha depan.

3. Jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan

paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.

4. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Femuro-

Pelviks, kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara

manual.

Table 2.2

SOP Penanganan Persalinan Sungsang

Langkah klinik
A. Persetujuan Tindakan Medik
B. Persiapan Sebelum Tindakan
I. PASIEN
1. Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
2. Mengosongkan kandung kemih, rektum serta membersihkan daerah
perineum dengan antiseptik
II. INSTRUMENT ( Bahan Dan Alat )
a. Perangkat untuk persalinan
b. Perangkat untuk resusitasi bayi
c. Uterotonika ( Ergometrin Maleat, Oksitosisn)
d. Anestesi Lokal ( Lidokain 2%)
e. Cunam piper. Jika Tidak ada , sediakan cunam panjang
f. Semprit dan jarum no 23 (Sekali pakai)
g. Alat – alat infus
h. Povidon lodin 10 %
i. Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi
III. PENOLONG
1. Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata
pelindung
2. Cuci tangan hinga siku dengan sabun di bawah air mengalir
3. Keringkan tangan dengan handuk DTT
4. Pakai Sarung Tangan DTT
5. Memasang Duk
C. TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS SUNGSANG
1. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai besarnya pembukaan,
35

selaput ketuban dan penurunn bokong serta kemungkinan adanya


penyulit
2. Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his
 Mengedan dengan benar : mulai dari menarik nafas dalam,
Katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong ke abdomen dan
anus . Kedua tangan menarik lipat lutut, angkat kepala dan lihat
ke pusar
3. Pimpin berulang kali hinga bokong turun kedasar panggul . lakukan
episiotomi saat bokong menbuka vulva dan perineum sudah tipis
4. Melahirkan Bayi
a. Cara Bracht
 Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam secara bracht
( kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari
– jari yang lain memegang daerah panggul )
 Sementara langkah ini di lakukan , asisten
melakukan perasat Wigand M Wingkel.
 Jangan melakukan intervensi , ikuti saja proses keluarnya
janin
 Bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi
Scapula , bahu atau kepala maka segera lanjut ke
metode manual aid yang sesuai
 Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian
dada
 Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula
inferior, tampak di bawah simfisis ( dengan mengikuti
gerak rotasi anterior yaitu punggung janin di dekatkan ke
arah perut ibu tanpa tarikan) di sesuaikan dengan lahirnya
badan bayi
 Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut , hidung dahi dan
kepala
 Pada umumya , bayi dengan presentasi bokong
memerlukan perawatan segera setelah lahir
sehingga siapkan keperluan tersebut sebelum
memimpin persalinan

 Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk


hangat , bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat di
potong
 Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk
laktasi / kontak dini
D. MANAJEMEN KALA III
1. Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi
2. Luka episiotomi / robekan perineum dijahit
3. Beri uterotonika atau medikamentosa yang di perlukan
4. Awasi kala IV
36

5. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas


E. DOKUMENTASI
F. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
G. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien , segera buat instruksi bila di
perlukan
Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam kolom yang tersedia
2. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai dilaksanakan dan masih memerlukan perawatan
3. Jelaskan pada petugas tentang perawatan , jadwal pengobatan dan
pemantauan serta gejala – gejala yang harus di waspadai
Sumber : Saifuddin, 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

2.3 Berat Badan Lahir Rendah

2.3.1 Definisi Bayi berat lahir rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat

lahir kurang dari 2500 gram. ( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Saifuddin, 2010 ).

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) atau low birth weight infant ( LBWI ) adalah

bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. ( Asuhan

Neonatus Bayi dan Balita, Fitramaya, 2010 )

2.3.2 Klasifikasi BBLR

Bayi berat lahir rendah diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

1. Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500-2500 gram

2. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gram

3. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) , berat lahir < 1000 gram.

Menurut Pantiawati ( 2010 ) bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi

menjadi dua golongan :


37

1. Prematur murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia

kehamilan atau di sebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan

(SMK ).

2. Dismaturitas (small for gestasion age) adalah bayi baru lahir dengan

berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

kehamilannya yaitu berat badan dibawah persentil pada kurva

pertumbuhan intrauterin biasanya disebut dengan bayi kecil untuk

masa kehamilan ( KMK )

2.3.3 Etiologi Berat Bayi Lahir Rendah

Sering faktor penyebab tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor

penyebabnya tidaklah berdiri sendiri, antara lain adalah :

1. Faktor Ibu: riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit

jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur Ibu kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,

paritas, infeksi, trauma,plasenta previa dan lain-lain.

2. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban

pecah dini,

3. Faktor – Faktor lain : Keadaan sosial ekonomi yang rendah, meroko ,

peminum alkohol, bekerja berat selama kehamilan, obat- obatan

keras,dll.
38

2.3.4 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-

negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan

90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35

kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas

dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat

bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%,

hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-

17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5

%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program

perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7 %.

2.3.5 Tanda dan gejala

a. Sebelum bayi lahir

1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, persalinan

prematur, dan lahir mati.

2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

3. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,

gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak

lanjut.
39

4. Pertambahan berat badan Ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang

seharusnya.

5. Sering dijumpai kehamilan dengan oliogohidramnion, hyperemesis

gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum, atau

perdarahan antepartum.

b. Setelah bayi lahir

1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine secara klasik tampak

seperti bayi yang kelaparan. Tanda- tanda bayi ini adalah tengkorak

kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau

tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat- lipat, mudah diangkat.

Abdomen celung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali

pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

2. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu verniks

kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak

87U7HHlunak, mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like),

abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus

otot hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparan.

3. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intra

uterine. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat

dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan

pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya.

Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat- alat

dalam lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat


40

badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup diluar rahim, namun

tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi

matur dengan berat badan normal. ( Menurut Mochtar dalam buku

Sinopsis Obstetri tahun 2011).

2.3.6 Komplikasi Bayi Baru Lahir Rendah

Berbagai komplikasi yang akan terjadi pada Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)

meliputi:

a. Hipotermi

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil

yaitu 36 C sampai dengan 37 C, segera setelah lahir bayi di harapkan pada suhu

lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberikan

pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi, hipotermi dapat terjadi karena

kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi

panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,

lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,

permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga

mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermi : Suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin, akral dingin,

dan sianosis.

b. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukan bahwa

hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50 % pada bayi matur : Glukosa merupakan


41

sumber utama energi selama masa janin, glukosa yang diambil janin tergantung

dari kadar gula darah Ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa, bayi aterm dapat mempertahankan

kadar gula darah 50 – 60 mg/dL selama 72 jam pertama, bayi berat lahir rendah

dalam kadar 40 mg/dL. Ini disebabkan cadangan glikogen yang belum

mencukupi, Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan kurang dari 20

mg/Dl.

Tanda klinis hipoglikemia : gemetar atau tremor, sianosis, apatis, kejang, tangisan

lemah atau melengking, kelumpuhan atau letergi, kesulitan minum, terdapat

gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung.

c. Perdarahan intracranial

Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir, merupakan wilayah

yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intracranial :

1. Kegagalan umum untuk bergerak normal

2. Refleks morro menurun atau tidak ada

3. Tonus otot menurun

4. Letargi

5. Pucat (anemis) dan sianosis

6. Apneu

7. Kegagalan menetek dengan baik

8. Muntah yang kuat

9. Tangisan bernada yang tinggi dan tajam


42

d. Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur

segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalamai gawat janin

akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan

dengan keadaan Ibu, talipusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah

persalinan.( Saifuddin, 2010 dalam buku pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal tahun 2009)

2.3.7 Penatalaksanaan BBLR

Mengingat belum sempurnanya alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan,

perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka

yang perlu diperhatikan adalah :

a. Pengaturan suhu

Bayi dimasukkan dalam inkubator. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhu

untuk bayi dengan BB kurang dari 2 kg adalah 35oC, dan untuk bayi dengan berat

badan 2-2,5 kg adalah 34 oC, agar dia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar

37 oC kelembaban inkubator 50-60%.

Suhu inkubator dapat diturunkan 1 oC per minggu untuk bayi dengan berat badan

2 kg dan secara berangsur-angsur dapat dilakukan atau diletakkan ditempat tidur

dengan suhu lingkungan 27-29 oC. Prematur mudah dan cepat sekali menderita

hipotermi bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan

oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat
43

badannya. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi ( 36ºC - 37ºC )

adalah dengan memasukkan bayi dalam inkubator dengan suhu yang diatur.

b. Makanan

Pada bayi prematur, refleks hisap, telan dan batil belum sempurna. Kapasitas

lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,

disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori 110 kg/kal/hari

agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Oleh karena mudahnya terjadi

regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada bayi BBLR maka hal-hal dibawah ini

harus diperhatikan pada pemberian minum bayi tersebut.

1. Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan

lambung atau dalam posisi setengah duduk di pangkuan perawat

atau dengan meninggikan kepala dan bahu.

2. Sebelum susu diberikan, untuk mencegah perut kembung, bayi

diberi minum sedikit-sedikit dengan perlahan-lahan dan hati-hati

3. Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan diatas pundak

selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan

kemudian di tidurkan pada sisi kanan atau tidur dalam posisi

tengkurap.

4. Bila bayi biru atau mengalami kesukaran bernafas pada waktu

minum, kepala bayi harus segera di rendahkan 30º, cairan di

mulut dan di faring di hisap.

5. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat

menyusui, ASI dapat dipompa dan dimasukkan dalam botol steril.


44

Bila ASI tidak ada, ganti susu dengan susu buatan yang

mengandung lemak yang mudah dicerna oleh bayi (lemaknya dari

middle chain trigly ceride) dan mengandung 20 kalori/30 ml air

atau sekurang-kurangnya bayi dapat 110 kal/kg BB/hari.

c. Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi bayi dan erat kaitannya dengan

daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan

dengan ketat pada setiap hari.

Tabel 2.3 SOP Penatalaksanaan Bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah

KRITERIA Berat lahir bayi <2500 gram


KATEGORI Bayi berat lahir sangat rendah Bayi berat lahir rendah
(BBLSR) (BBLR)
PENILAIAN Berat lahir <1500 gram Berat lahir 1500 – 2500
gram
PENANGAN
AN
PUSKESMAS  Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
 Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat. Pertahankan tetap hangat.
 Berikan lingkungan hangat dengn cara kontak kulit
ke kulit dan/bungkus BBLSR dengan kain hangat.
 Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi.
 Kepala bayi ditutup topi.
 Beri oksigen.
 Tali pusat dalam keadaan bersih.
 Tetesi ASI bila dapat  Beri ASI. Bila
menelan. Bila tidak tidak dapat
dapat menelan, menghisap, bisa
langsung dirujuk. menelan langsung
 Rujuk ke rumah sakit. tetesi langsung
dari puting.
 Bila tidak dapat,
langsung dirujuk.
45

RUMAH  Sama dengan diatas


SAKIT  Beri minum dengan sonde/tetesi ASI.
 Bila tidak mungkin, infus Dekstrose 10% +
Bicarbonas Natricus 1,5% = 4 : 1
Hari I : 60 cc/kg/ Hari
Hari II : 70 cc/ Kg/ Hari
 Antibiotika (lihat anjuran antibiotika dalam Bab
infeksi)
 Bila tidak dapat menghisap putting susu/ Tidak
dapat menelan langsung/ sesak / kebiruan/ tanda –
tanda hipotermia berat, terangkan kemungkinan
akan meninggal.
Sumber : Saifuddin, 2010 dalam buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal tahun 2009)
46

BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kronologi kasus

3.1.1 Identitas pasien

Nama : Ny. V usia 16 tahun, Suku Bangsa Sunda, Agama Islam, Pendidikan

terakhir SD, pekerjaan ibu sebagai Ibu Rumah Tangga, golongan darah Ibu B,

Alamat rumah di Desa Pasir Talaga RT 12, RW 04 Kec, Telagasari. Kabupaten

Karawang

Nama Suami : Tn S usia 17 tahun, Suku Bangsa Sunda, Agama Islam, Pendidikan

terakhir SD, Golongan darah belum di periksa dan bekerja sebagai Buruh, Alamat

Rumah : Desa Pasir Talaga RT 12/ RW 04 Kec, Telagasari. Kabupaten

Karawang

Status perkawinan sekarang : kawin, pernikahan pertama dan lamanya rumah

tangga baru 3 bulan, serta ibu memiliki alergi makanan yaitu telor dan susu.

3.1.2 Perjalanan asuhan persalinan

3.1.2.1 Perjalanan Asuhan Persalinan Prarujukan

Ny V datang ke Puskesmas Tanggal 20 Maret 2017 pukul 9: 00 WIB diantar

keluarganya mengatakan hamil anak pertama,belum pernah keguguran, usia

kehamilan 8 bulan, mengeluh nyeri perut bagian bawah dan mules – mules sejak
47

pukul 01 : 00 WIB , belum keluar air – air dan lendir bercampur darah dari jalan

lahir.

Bidan melakukan pengkajian data untuk dokumentasi SOAP dan pemeriksaan

fisik pertama kali di Puskesmas pukul 09: 10 WIB. keadaan ibu baik, kesadaran

compos mentis, status emosional stabil dan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital

didapatkan tekanan darah 120/80 mmhg, Respirasi 20 kali/ menit, Suhu tubuh ibu

36,8C, Nadi 78 x/ menit , BB 60 kg, lingkar lengan atas 24,5 cm, serta dilakukan

pemeriksaan abdoment TFU : 26 cm, pada pemeriksaan leopold teraba

presentasi janin yaitu bokong, DJJ 142 x / menit, HIS 2 x dalam 10 menit lamanya

34 detik, pembukaan 1 cm, ketuban utuh dan hasil laboratorium protein urine

negatif. Dokter poned menganjurkan bidan melakukan konsul dengan sistem

rujukan SI JARI EMAS serta memberikan informasi kepada keluarga akan di

lakukan rujukan karena sudah ada pembukaan dan sesuai HPHT usia kehamilan

ibu belum cukup bulan, serta hasil USG presentasi terbawah janin bokong,

sehingga dilakukan sistem rujukan dengan SI JARI EMAS. Sesuai advise

gateway SI JARI EMAS lakukan pemasangan infus RL 20 tpm, segera lakukan

rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah, ibu di rujuk menggunakan Ambulance

Puskesmas Telagasari oleh bidan dan mahasiswa, dengan diagnosa rujukan

sementara G1P0A0 Hamil 34- 35 minggu, Letak sungsang Oligohidramnion, Obat

yang sudah di berikan tidak ada.


48

3.1.2.2 Perjalanan Asuhan Kebidanan di Rumah Sakit

ibu sampai di RSUD pada pukul 10: 00 WIB menggunakan Ambulance

Puskesmas Telagasari dirujuk oleh bidan dan mahasiswa, dengan diagnosa

rujukan sementara G1P0A0 Hamil 34- 35 minggu, Letak sungsang

Oligohidramnion, Obat yang sudah di berikan tidak ada.

Pemeriksaan di ruang IGD Kebidanan Pukul 10 :00 WIB. Hasil pemeriksaan di

dapatkan TD : 110/ 70 mmhg, Suhu : 36,8, Nadi : 80 x / menit, Respirasi : 20 x /

menit, TFU : 26 cm, pada pemeriksaan leopold teraba bagian terbawah janin

bokong, Frekuensi HIS : 4 x/ 10 menit, interval HIS : 1 menit, durasi : 42 x /

menit, intensitas : sedang, DJJ 140 x/ menit , kekuatan sedang dan regular. Setelah

itu dilakukan pemeriksaan dalam, vulva vagina tidak ada kelainan, porsio teraba

tipis, pembukaan 4 cm, ketuban utuh, presentasi bokong, penurunan bagian

terendah hodge II, tidak ada bagian yang menyertai. kemudian di lakukan

observasi kemajuan persalinan, kesejahteraan janin dan kesejahteran ibu

menggunakan patograf.

Pada pukul 11 : 00 WIB Ibu di pindahkan ke ruang bersalin untuk di lakukan

pemeriksaan penunjang (USG) oleh dokter spog didapatkan hasil pemeriksaan

USG yaitu Usia kehamilan 33- 34 minggu, ketuban kurang cukup, presentasi

bokong. Setelah itu bidan melakukan pemeriksaan tanda- tanda vital ibu, TD :

110/70 Mmhg, S : 36,8 c , R : 21 x / menit, Nadi 80 x/ menit, pemeriksaan leopold

teraba presentasi janin bokong, DJJ 143 x/ menit kemudian di lakukan

pemeriksaan frekuensi HIS : 5 x 10 / menit, interval 1 menit, durasi 46 detik,


49

intensitas: kuat. vulva vagina tidak ada kelainan. portio teraba tipis, pembukaan 6

cm, keadaan ketuban utuh , presentasi bokong, penurunan bagian terendah hodge

III dan tidak ada bagian yang menyertai. Selanjutnya dilakukan observasi

kemajuan persalinan ibu dan kesejahteraan janin

Pada pukul 12 : 00 WIB Ibu mengeluh mulas – mulas yang semakin sering dan

kuat, sudah keluar lendir bercampur darah, belum keluar air – air dari jalan lahir.

Bidan melakukan pemeriksaan dalam dan hasil pemeriksaannya Vulva vagina

tidak ada kelainan, porsio teraba tipis, pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi

bokong, penurunan bagian terendah hodge III, tidak ada bagian yang menyertai,

pemeriksaan DJJ 146 x / menit serta bidan menganjurkan ibu tidur dengan posisi

miring dan mengajarkan teknik relaksasi.

Pada pukul 12: 30 WIB ibu mengeluh mules – mules yang semakin sering dan

merasa seperti ingin BAB, sudah keluar lendir bercampur darah, ketuban pecah

spontan bercampur mekonium serta sudah ada dorongan meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol dan vulva sudah membuka kemudian bidan melakukan

Pemeriksaan dalam kembali. Hasil pemeriksaan portio tidak teraba, Pembukaan

Lengkap (10 cm), ketuban pecah spontan, presentasi bokong dan penurunan

bagian terendah hodge III sehingga dokter menganjurkan memimpin meneran,

setelah itu melakukan episiotomi setelah bokong membuka vulva dan perineum 5

– 6 cm, pertolongan persalinan sungsang di lakukan secara pervaginam dengan

metode manual aid


50

Pukul 12: 50 WIB bayi lahir spontan tidak segera menangis, jenis kelamin

perempuan, apgar score pada 1 menit pertama dengan score 6 dan 5 menit kedua

dengan score 8, bayi mengalami asfiksia ringan, bidan melakukan

penatalaksanaan langkah awal resusitasi pada bayi, plasenta lahir lengkap 6 menit

setelah bayi lahir dan di lakukan penjahitan perineum grade 2 dengan teknik

jelujur dan di lakukan observasi 2 jam post partum, serrta advise dokter yaitu

observasi keadaan ibu, observasi jumlah perdarahan, pindah pasien ke ruang

perawatan setelah 2 jam observasi dengan terapi obat cefadroxsil 2x 500 gr,Asam

mefenamat 3x 500 gr dan sf 1 x 360 gr.

3.1.3 Riwayat kehamilan

Data yang terdapat pada buku kesehatan ibu dan anak, ibu hamil anak pertama

(G1P0A0), hari pertama haid terakhir ibu pada tanggal 20-8-2016, Taksiran

persalinan pada tanggal 27-5-2017, selama kehamilan ibu memeriksakan

kehamilannya 2 x dan 1 x pemeriksaan USG, ibu memeriksakan kehamilannya

untuk yang pertama kali pada usia kehamilan 5 bulan, status TT : tidak pernah di

lakukan imunisasi TT, Tablet Fe yang ibu dapatkan selama kehamilan ± 60 tablet

dan menjelang persalinan tablet fe tersisa banyak ± 25 tablet. Ibu mengkonsumsi

tablet fe dengan air putih pada saat menjelang tidur 1x1 tetapi tidak rutin

diminum setiap malam, Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit. Lamanya

pernikahan 3 bulan.

Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan 3x selama kehamilan di BPM Bd A,

selama 3x pemeriksaan Ibu mengeluh mual, pusing, batuk, dan sering BAK,
51

Bidan memberikan pendidikan kesehatan mengenai asupan nutrisi yang bergizi,

tanda bahaya kehamilan, ketidaknyamanan pada kehamilan dan menganjurkan Ibu

untuk melakukan pemeriksaan golongan darah serta keluhann batuk yang ibu

rasakan di Puskesmas Telagasari, menganjurkan ibu untuk melakukan

pemeriksaan USG ke dokter obgyn untuk mengetahui presentasi janin dan

kesejahteraan janin

Kenaikan berat badan Ibu selama hamil 8 kg selama kehamilan ibu di lakukan

pemeriksaan laboratorium sebanyak 1 kali yaitu pada saat usia kehamilan 28

minggu dengan hasil Hb:10,2 gr%, Protein urin negatif Glukosa Urine negatif

serta lingkar lengan ibu 24,5 cm

Aktivitas ibu selama kehamilan melakukan pekerjaan berat, berdagang

mengangkat barang barang berat serta melakukan pekerjaan rumah tangga ,

Pola makan Ibu 2 kali sehari porsi makan sedang, jenis makanan yang Ibu

konsumsi nasi, sayuran,mie instan. Ibu alergi mengkonsumsi telor, ibu minum

dalam sehari kurang lebih 8 gelas per hari ibu banyak mengkonsumsi minuman

bersoda. Perilaku kesehatan ibu sering mengkonsumsi obat – obatan warung dan

jamu, ibu mengatakan tidak menerima kehamilannya dan merasa tertekan karena

hamil di luar nikah

Jenis pakaian yang ibu gunakan selama kehamilan menggunakan baju pendek,

Celana jeans serta ikat pinggang. Pola aktivitas seksual ibu 3 kali dalam

seminggu, terakhir melakukan hubungan seksual 1 hari yang lalu, setalah 12 jam

melakukan hubungan seksual Ibu merasakan mulas.


52

3.1.3.1 Hasil Pemeriksaan USG pada kehamilan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kehamilan pada pemeriksaan ke tiga Tanggal 14 -

03- 2017 ibu melakukan pemeriksaan USG di antar bidan desa dalam rangka

Skrining Kehamilan di Puskesmas Telagasari oleh Dokter SPOG. Hasil

pemeriksaan USG usia kehamilan ibu 34 minggu, ketuban kurang, presentasi

janin bokong, dan teraba adanya kontraksi tetapi tidak sering, sehingga dokter

menganjurkan untuk di lakukan rujukan ke rumah sakit untuk di lakukan

pematangan paru karena sudah ada kontraksi, usia kehamilan ibu belum cukup

bulan , air ketuban kurang serta presentasi bokong. Bidan menganjurkan keluarga

untuk di lakukan rujukan ke rumah sakit akan tetapi keluarga menolak karena

tidak mempunyai perlengkapan surat surat jaminan kesehtan, sehingga tidak di

lakukan rujukan oleh bidan.

3.1.4 Perjalaan Asuhan Pada masa Nifas

Pada tanggal 20 maret 2017 pukul 15 : 30 WIB ibu di pindakan ke ruang

perawatan nifas, setelah 6 jam masa nifas bidan menanyakan keluhan ibu, ibu

mengatakan masih terasa lemas setelah persalinan dan merasakan masih terasa

perih pada jahitan di kemaluan ibu. Bidan melakukan pengkajian data dan

pemeriksaan tanda- tanda vital ibu dengan hasil Nadi : 83 x / menit , Suhu : 36,7

C, R : 19 x/ menit, TD : 120 / 70 Mmhg, konjungtiva merah muda, sklera tidak

ikterik, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan KGB,

tidak ada pembengkakan vena jugularis, payudara tidak ada benjolan, puting susu

menonjol, colostrum ada, TFU : 2 jari di bawah pusat, konsistensi uterus keras,
53

genetalia tidak ada odema, pengeluaran lochea rubra, luka perineum grade II,

keadaan luka perineum tidak ada tanda – tanda infeksi. Kandung kemih teraba

tidak penuh, setelah itu bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu untuk

belajar miring kanan dan miring kiri, menganjurkan ibu untuk tidak menahan

kencing serta belajar kekamar mandi sendiri, menganjurkan keluarga untuk

memberikan minum dan makan yang ibu inginkan agar keadaan ibu cepat pulih,

memberikan pendidikan kesehatan bahwa tidak ada makanan pantangan untuk ibu

nifas, menganjurkan makan putih telor minimal 4 dalam sehari dan banyak

mengkonsumsi lauk pauk. Serta bidan memberikan terapi obat sesuat advise

dokter.

Pada Tanggal 22 Maret 2017 Pukul 16 : 00 WIB dilakuan pengkajian di ruang

perawatan nifas (KF 2) pada hari ke 3, ibu sudah tidak di pasang infus dan jumlah

cairan yang telah habis sebanyak 3 plabot, bidan mengatakan berdasarkan advise

dokter ibu sudah boleh pulang karena berdasarkan pemeriksaan keadaan ibu

sudah baik. TD : 120/ 80 Mmhg, S: 36,8 C. N: 80 x / Menit , R: 19 x/ Menit, TFU

: 3 Jari di bawah Pusat. Hasil laboratorium Hb 11,2 gr/dl. bidan memberikan

pendidikan kesehatan mengenai perawatan payudara dan perawatan perineum,

menganjurkan ibu bahwa tidak ada pantangan makanan serta tidak ada pantangan

untuk istirahat pada siang hari.

Pada tanggal 29 maret 2017 pukul 10 : 00 WIB KF 2, Hari ke 10 post partum.

Berdasarkan hasil wawancara Ny V mengeluh lemas dan payudara terasa

kencang, masih belum terbiasa menyusui, payudara sebelah kiri lecet dan ibu

tidak mengetahui jadwal kunjungan nifas serta bidan tidak melakukan kunjungan
54

nifas kerumah, kemudian penulis melakukan pemeriksaan fisik, hasil

pemeriksaaa TD: 110/ 70 Mmhg, N: 78 x / menit, R: 20 x/ menit, S: 36,8 C,

konjungtiva sedikit pucat, payudara teraba kencang dan penuh, TFU sudah tidak

teraba , Pengeluaran Lochea serosa, keadaan luka perineum sudah kering dan

tidak ada kelainan, penulis mengajarkan ibu perawatan payudara sebelum

menyusui dan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu pentingnya

pemberian ASI eksklusif kepada bayi secara on demand setiap 2 jam sekali atau

apabila payudara teraba kencang dan penuh dan berikan ASI Eksklusif selama 6

bulan pertama kehidupan bayi. mengajurkan ibu untuk memeriksakan keadaanya

selama nifas ke rumah bidan atau tempat pelayanan kesehatan terdekat apabila

bidan tidak datang untuk kunjungan rumah pada kunjungan selanjutnya yaitu

1 minggu yang akan datang.

Pada hari rabu tanggal 5 april 2017 pukul 16 : 00 WIB KF 3, Hari ke 16 post

partum ibu mengatakan tidak memeriksakan keadaannya ke bidan atau tempat

pelayanan kesehatan terdekat serta tidak ada bidan yang melakukan kunjungan

kerumah. Ibu mengeluh lemas dan keadaan payudarannya masih sedikit lecet dan

belum terbiasa menyusui. kemudian penulis melakukan pemeriksaan TD : 110/ 70

Mmhg, S: 37 c, R: 20 x/ Menit, N 81 x/ Menit, konjungtiva terlihat sedikit pucat,

payudara terlihat lecet, TFU sudah tidak teraba, pengeluaran ASI lancar, keadaan

luka perineum baik. Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai

pemberian ASI secara on demand dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan

payudara sebelum menyusui dengan memijit puting susu hingga ASI keluar

kemudian oleskan pada bagian puting susu yang lecet, mengajarkan ibu cara
55

melakukan pemijatan pada payudara ( brestcare) serta memberikan pendidikan

kesehatan mengenai nutrisi yang baik untuk ibu nifas .

Pada tanggal 20 April 2017 pukul 10 : 00 WIB (KF 4 ) Hari ke 32 post partum,

ibu melakukan pemeriksaan ke Puskesmas Telagasari untuk memeriksakan

keadaanya , ibu mengatakan tidak ada keluhan dan keadaan payudara ibu baik,

ASI keluar lancar, bidan melakukan pemeriksaan TD 110/ 70 Mmhg, N : 80 x /

menit , R: 21 x/menit, S: 36,7 C, Bidan menganjurkan ibu untuk menggunakan

alat kontrasepsi dan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI

eksklusif .

3.1.5 Perjalanan Bayi Baru lahir

Pada hari pertama tangggal 20 Maret 2017 Pukul 12: 50 WIB ( KN 1) bayi lahir

spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, frekeunsi jantung > 100 x /

menit, pernafasan 42 x / menit , jenis kelamin perempuan, berat badan 2220 gram

, panjang badan 44 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 28 cm apgar score

pada 1 menit pertama dengan score 6 dan 5 menit kemudian dengan score 8, tali

pusat tipis, kulit tipis, GDS : 63 , kemudian bidan langsung membawa bayi ke

infarm warmer untuk di hangatkan. Bidan melakukan konsultasi dengan dokter

jaga, advise dokter pukul 13 : 15 WIB : Observasi Keadaan umum bayi,

pemberian Neo k 1 mg, Ampicilin 2x 100 gram, Gentamicin 5 gram ,Pemenuhan

nutrisi 12 x 5 cc / oral serta memberikan asuhan PMK.


56

Pada hari ke dua tanggal 21 maret 2017 pukul 09 : 00 WIB bidan melakukan

pemeriksaan fisik dan observasi tanda – tanda vital, keadaan bayi sudah membaik,

bayi menangis kuat, tonus otot kuat, keadaan kulit tipis dan warna kulit

kemerahan, berat badan bayi mengalami kenaikan 2280 gram, panjang badan 44

cm, frekuensi jantung 146 x / menit , pernafasan 46 x / menit, suhu tubuh bayi

36,7 c, pergerakan bayi aktif , bayi di berikan ASI sebanyak 12 x 15 cc / oral.

Bidan tetap melakukan observasi ketat tanda – tanda vital setiap 1 jam sekali,

serta tetap melakukan advise dokter : Terapi Ampicilin 2 x 100 mg, lanjutkan

asuhan PMK,

Pada hari ke tiga Tanggal 22 Maret 2017 pukul 09 : 00 WIB ( KN 2) bidan

melakuakn pemeriksan fisik, keadan bayi sudah membaik, bayi menangis kuat,

tonus otot kuat, keadaan kulit tipis dan warna kulit kemerahan, berat badan bayi

mengalami kenaikan 2300 gram, panjang badan 44 cm, lingkar kepala 30 cm,

lingkar dada 28 cm, frekuensi jantung 148 x / menit , pernafasan 48 x / menit,

suhu tubuh bayi 36,9 c, pergerakan bayi aktif , bayi diberikan asi sebanyak 12 x

15 cc / oral. keadan tali pusat belum puput dan tidak ada tanda infeksi. Bidan

tetap melakukan observasi ketat tanda – tanda vital setiap 1 jam sekali. Serta tetap

melakukan advise dokter : Terapi Ampicilin 2 x 100 mg, lanjutkan PMK, Serta

Advise Dokter bayi boleh di lakukan rawat gabung dengan ibu serta sudah di

perbolehkan pulang karena berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan bayi sudah

baik. Sebelum bayi pulang bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga mengenai perawatan bayi baru lahir rendah, pendidikan kesehatan


57

mengenai personal hygine serta pentingnya pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan

pertama kehidupan bayi secara on demand.

pada hari ke 10 , Rabu 29 Maret 2017 pukul 10 :00 WIB, ibu mengatakan tidak

ada kunjungan yang di lakukan bidan, serta penulis melakukan pemeriksaan fisik

di dapatkan hasil pemeriksaan keadaan bayi sudah membaik, berat badan bayi :

2450 gram, panjang badan : 44 cm, lingkar kepala 30 cm, linggkar dada 28 cm,

bayi menangis kuat, tonus otot kuat, keadaan kulit tipis dan warna kulit

kemerahan dan mengelupas, frekuensi jantung 148 x / menit , pernafasan 48 x /

menit, suhu tubuh bayi 36,7 c, tarikan dinding dada tidak ada, tali pusat sudah

puput pada hari ke 5, tidak ada infeksi tali pusat, pergerakan bayi aktif , system

saraf pada bayi normal, serta penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai

metode kangguru, personal hygine pada bayi, pemenuhan nutrisi bayi dengan

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi secara on

demand, dan menganjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari.

Pada hari ke 15 ,Senin 3 April 2017 pukul 16:00 WIB, penulis melakukan ( KN

3) dan melakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil pemeriksaan keadaan bayi

sudah membaik, berat badan bayi semakin membaik 2540 gram, panjang badan :

44 cm, lingkar kepala 30 cm, linggkar dada 28 cm, bayi menangis kuat, tonus otot

kuat. Keadaan kulit tipis dan warna kulit kemerahan, frekuensi jantung 146 x /

menit , pernafasan 42 x / menit, suhu tubuh bayi 36,7 c, tarikan dinding dada tidak

ada, pergerakan bayi aktif , system saraf pada bayi normal, serta penulis

memberikan pendidikan kesehatan mengenai personal hygine, kebutuhan nutrisi

bayi dan menjaga kehangatan bayi.


58

3.2 Pembahasan

3.2.1 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Dari data pemeriksaan ibu berusia 16 tahun selama kehamilan ibu memeriksakan

kehamilannya 3 x, status TT : tidak pernah di lakukan imunisasi TT, Tablet Fe

yang ibu dapatkan selama kehamilan ± 60 tablet dan menjelang persalinan tablet

fe tersisa banyak ± 25 tablet. Kenaikan berat badan Ibu selama hamil 8 kg Serta

selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak 1 kali

yaitu pada saat usia kehamilan 28 minggu dengan hasil Hb:10,2 gr% dan

terdiagnosa Anemia

Faktor- faktor penyebab persalinan prematur ( Mochtar 2010) seperti sosial

ekonomi rendah, Gizi kurang, anemia, perokok/ kecanduan obat, hipertensi/

preeklamsi, diabetes militus, infeksi saluran kemih, serviks inkompletus, kelainan

rahim, infeksi intrauterine, bakterial vaginosis, Kehamilan ganda, Riwayat

persalinan preterm sebelumnya, usia ibu < 18 tahun atau > 40 tahun, Faktor fisik,

Stress psikologik, perdarahan ante partum ( solusio plasenta, plasenta previa,

ketuban pecah dini), cacat bawaan janin, polihidramnion, gemelli dan

oligohidramnion.

Pada usia kurang dari 20 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan yang

mengancam keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebabkan pada usia muda organ-

organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal dan secara psikologis

belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa sehingga akan
59

berpengaruh terhadap penerimaan kehamilannya yang akhirnya akan berdampak

pada pemeliharaan dan perkembangan bayi yang dikandungnya

Hasil penilitian yang dilakukan oleh Ariana (2011) menemukan ibu yang tidak

melakukan pemeriksaan ANC memberi resiko 2,8 kali secara signifikan terhadap

kelahiran prematur di bandingkan dengan yang mendapatkan pelayanan ANC.

Hal ini menunjukan bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan ANC tidak

dapat mendeteksi informasi penting yang berhubungan dengan kehamilannya

terutama upaya pencegahan stress ibu, yang akan berdampak terhadap persalinan

prematur.

Kekurangan gizi pada ibu dapat berkontribusi pada peningkatan insidensi

kelahiran prematur dan pertumbuhan retardasi janin serta peningkatan resiko

kematian ibu dan morbiditas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Theresa O Scholl et.al,2012) bahwa pada ibu anemia memperlihatkan

adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kelahiran prematur

p =0,02. Teori yang mendukung menurut (Rosso dalam Amiruddin ,2006)

menjelaskan bahwa malnutrisi pada ibu ditemukan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan fungsi plasenta, ukuran plasenta yang kecil dan kandungan

DNA yang tereduksi. Hal ini menunjukan bahwa ukuran plasenta kecil maka

transfer zat gizi untuk janin rendah akibatnya pertumbuhan janin terhambat

sehingga mengakibatkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.

Menurut penulis, kemungkinan faktor penyebab terjadinya persalinan prematur

pada Ny.V adalah Usia ibu yang masih muda sehingga kurang mengetahui
60

pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC) , sehingga berdampak dengan

kurangnya pemeriksaan ANC dan terjadi Anemia selama kehamilan.

Berdasarkan pengkajian lama pernikahan ibu 3 bulan, aktivitas ibu selama awal

kehamilan melakukan pekerjaan dan aktivitas berat, prilaku kesehatan ibu sering

mengkonsumsi obat – obatan warung, jamu, obat penggugur kandungan, terpapar

asap rokok dan sering mengkonsumsi minuman bersoda, ibu tidak menerima

kehamilannya dan merasa tertekan karena hamil di luar nikah. Jenis pakaian yang

ibu gunakan selama kehamilan menggunakan baju pendek, celana jeans serta ikat

pinggang. Pola aktivitas seksual ibu 3 kali dalam seminggu, terakhir melakukan

hubungan seksual terakhir 1 hari yang lalu, setelah 12 jam melakukan hubungan

seksual Ibu merasakan mules.

Konsumsi obat – obatan pada saat hamil: peningkatan penggunaan obat – obatan (

antara 11% dan 27 % wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi telah

meningkatkan makin tingginya insiden kelahiran prematur, BBLR, defek

Kongenital, ketidak mampuan belajar dan gejala putus obat pada janin ( Bobak,

2004)

Prilaku seperti penggunaan obat – obatan seperti kokain telah di laporkan

memainkan peranan penting pada kejadian dan hasil akhir bayi dengan berat lahir

rendah ( Cuningham, 2005)

Penelitian yang di lakukan oleh (Amiruddin R, 2006) menunjukan ibu yang

terpapar rokok baik ibu yang meroko maupun terpapar rokok selama kehamilan

memiliki kemungkinan 2,313 kali lebih besar mengalami persalinan prematur


61

dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar rokok selama kehamilan. Ibu hamil

yang terpapar rokok berpeluang melahirkan bayi prematur 43,6 %.

(Amirruddin R, 2006)

Setres merupakan suatu keadaan yang menuntut pada respon individu. Karena

peristiwa / rangsangan yang menggangu keseimbangan. Stres telah di kenal

sebagai faktor yang sangat penting yang dapat mengakibatkan terjadinya

persalinan prematur . selain fisik dan kesehatan ibu hamil, kondisi hamil saat

menjalani psikis juga memicu lancar tidaknya kehamilan. Tekanan batin atau

tekanan yang berat harus di hindari oleh wanita hamil karena dapat menjadi

penyebab terjadinya persalinan prematur. Selain itu, adanya trauma oleh

kecelakaan atau kekerasan yang di alami selama mengisi juga berisi pemicu

persalinan preterm.( Cuningham 2005).

Penelitian Arini ( 2010) Setelah berhubungan badan, terpukul pada perut atau

mempunyai luka bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka SC merupakan

trauma fisik pada ibu yang mempengaruhi kehamilan. Sedangkan trauma psikis

yang dapat mempengaruhi kehamilan ibu adalah terjatuh, setres atau terlalu

banyak pikiran sehingga kehamilan ibu terganggu.

Menurut penulis, kemungkinan faktor penyebab terjadinya persalinan prematur

pada Ny.V adalah faktor trauma fisik,konsumsi obat obtan warung dan (obat

menggugurkan kandungan), terpapar asap rokok serta setres yang ibu alami karen

hamil di luar nikah.


62

Ibu mengalami trauma fisik yaitu terjatuh di depan rumah 1 hari sebelum

melahirkan dan setelah itu ibu merasakan sakit perut bagian bawah , Pola aktivitas

seksual Ibu 3 kali dalam seminggu, terakhir Ibu melakukan hubungan seksual satu

hari yang lalu, setalah 12 jam post coitus Ibu langsung merasakan kontraksi.

Menurut Cuningham dalam buku Obstetri Wiliams 2011, hal ini didasarkan pada

komposisi sperma yang mengandung hormon prostaglandin. Hormon ini sering

menyebabkan kontraksi pada rahim. Sehingga dikhawatirkan mencetuskan

kejadian abortus (keguguran) atau persalinan prematur. (Cuningham,2011)

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden ibu bersalin yang

mengalami trauma pada persalinan prematur ( Kasus) lebih besar (58,5%) di

bandingkan pada persalinan normal ( Kontrol). Hasil ini menunjukan bahwa

trauma ibu merupakan faktor resiko terhadap terjadinya persalinan prematur,

dimana dari hasil pengujian menunjukan bahwa ibu bersalin yang mengalami

trauma mempunyai peluang 5,020 kali mengalami persalinan prematur di

bandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami trauma ( Ariana, 2011)

Menurut asumsi penulis terjadinya persalinan prematur pada Ny.V di sebabkan

karena ibu mengalami trauma fisik terjatuh di depan rumah hingga merasakan ada

sedikit kontraksi sebelum persalinan, serta sperma yang menimbulkan terjadinya

kontraksi
63

3.2.2 Asuhan Kebidanan pada persalinan

3.2.2.1 Asuhan Persalinan Prarujukan

Pada saat persalinan sebelum rujukan sesuai advice Dokter Poned bidan

melakukan sistem alur rujukan dengan SIJARI EMAS, bidan melakukan

pemasangan infus RL 20 tpm dan tidak memberikan obat tokolitik sesuai

instruksi medis puskesmas. Bidan memberikan asuhan kepada Ibu dengan

menganjurkan Ibu untuk istirahat dan tirah baring, dan Bidan melakukan

pemantauan HIS serta mempersiapkan perlengkapan rujukan ( BAKSO KUDO)

Menurut mochtar dalam buku Ilmu Kebidanan tahun 2013, beberapa langkah

yang dapat dilakukan pada persalinan prematur di tempat pelayanan kesehatan

dasar, terutama mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus prematur adalah

menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik pematangan

surfaktan paru janin dengan kortikosteroid dan bila perlu dilakukan pencegahan

terhadap infeksi.(Mochtar, 2013)

Menurut asumsi penulis penatalaksanaan bidan dalam sistem rujukan sudah baik

dengan melakukan gateway sistem rujukan SI JARI EMAS namun berdasarkan

teori penatalaksanaan persalinan prematur oleh bidan kurang optimal dikarenakan

tidak memberikan obat tokolitik sesuai dengan terapi medis puskesmas.


64

3.2.2.2. Asuhan Persalinan di Rumah Sakit

Ibu mengeluh mules – mules yang semakin sering , HIS adekuat, taksiran berat

janin 2320 gram dan pembukaan persalinan berlangsung cepat. Ketuban pecah

spontan pada saat pembukaan lengkap sehingga di lakukan persalinan

pervaginam dan proses persalinan dengan teknik manual Aid.

Prinsip bahwa kelahiran bokong yang prematur sebaiknya di laksanakan dengan

Sectio Caesarea adalah berdasarkan pada dua observasi. Pertama berhubungan

dengan tubuh bayi, kepala janin yang prematur secara proporsional akan lebih

besar dari pada kepala janin yang aterm. Badan dapat melewati cervix dan

panggul tapi bagian lunak jalan lahir tidak cukup berdilatsi untuk memberikan

ruang bagi kepala sehingga terjadi kemacetan. kedua, ada bukti statistik bahwa

bayi prematur dengan presentasi bokong lebih aman bila di lahirkan secara sectio

caesarea.

Menurut Prawirohardjo,2008, persalinan letak sungsang dengan pervaginam

mempunyai syarat yang harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap,

kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan taksiran berat badan janin < 3600

gram. Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak

dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah

sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di

fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang

tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan

kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra


65

indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi

kepala janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan

tidak adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan

persalinan.

Menurut asumsi penulis berdasarkan teori diatas penatalaksanaan bidan dan

dokter kurang optimal dalam penatalaksanaan persalinan prematur dengan

presentasi bokong terbukti bahwa ibu bersalin secara pervaginam, meskipun

keadaan kehamilan ibu memenuhi syarat di lakukan persalinan pervaginam untuk

presentasi bokong akan tetapi bidan dan dokter tidak mempertimbangkan usia

kehamilan ibu prematur.

3.2.3 Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Berdasarkan hasi pengkajian pada kunjungan nifas KF 2 keadaan umum ibu baik,

Ibu mengeluh lemas, payudara sebelah kiri lecet, teraba penuh dan belum terbiasa

menyusui.

Menurut Mochtar dalam buku Ilmu Kebidanan tahun 2013, bendungan air susu

dapat terjadi pada hari kedua atau ketiga ketika payudara telah memproduksi air

susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar karena

bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan,

hubungan dengan bayi kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan

waktu menyusui.

Menurut penulis ibu mengalami lemas di sertai lecet pada payudara sebelah kiri

pada bagian puting karena terlambat menyusukan,tidak menyusukan bayinya


66

sesering mungkin, teknik menyusui ibu yang salah, serta ibu menyusui hanya

menggunakan payudara sebelah kiri

Ibu mengatakan tidak ada Bidan yang melakukan kunjungan nifas kerumah dan

berdasarkan hasil wawancara Bidan hanya melakukan kunjungan nifas sampai

hari ke 7 pada setiap ibu nifas.

Menurut standar pelayanan kebidanan, Standar 15 pelayanan bagi Ibu dan bayi

pada masa nifas, Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah

persalinan, untuk membantu proses pemulihan Ibu dan bayi melalui penanganan

tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ,perawatan bayi baru

lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Menurut penulis penatalaksanaan dan pelayanan Bidan pada masa Nifas kurang

prima karena Bidan tidak melakukan kunjungan selama ibu nifas dan tidak

memberikan informasi untuk melakukan pemeriksaan ke tempat pelayanan

kesehatan terdekat apabila bidan tidak melakukan kunjungan nifas, sehingga ibu

kurang pendidikan kesehatan mengenai masa nifas terbukti bahwa ibu mengalami

bendungan asi pada hari ke 10

3.2.4 Asuhan Bayi Baru Lahir

Pada pukul 12: 50 bayi lahir spontan, keadaan ketuban pecah spontan bercampur

mekonium. nilai apgar pada menit pertama 6 dan pada 5 menit kemudian 8
67

sehingga dapat digolongkan bahwa bayi mengalami asfiksia ringan serta bidan

melakukan penghisapan lendir dengan suction.

Menurut Saefudin dalam buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

menyatakan bahwa komplikasi yang akan terjadi pada bayi baru lahir rendah

meliputi hipotermia, hipoglikemia, perdaran intracranial serta asfiksia.

Menurut penulis pada kasus ini asfiksia terjadi karena keadaan ketuban

bercampur mekonium serta asfiksia termasuk salah satu komplikasi dari

Persalinan prematur , yaitu keadaan dimana bayi tidak bernapas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir pada bayi dengan berat badan bayi yang rendah

dan keadaan ketuban bercampur dengan mekonium.

Bayi lahir spontan, warna kulit kemerahan, tipis, jenis kelamin Perempuan,

tertutup banyak lanugo atau verniks, tali pusat tipis, kulit tipis, serta bayi

mengalami aspiksia ringan.

Menurut buku neonatologi 2010, bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37

minggu, verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang

tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen

buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit

tipis, merah dan transparan.( Damanik, 2010)

Menurut asumsi penulis terbukti bahwa ibu mengalami persalinan prematur yaitu

di dapatkan keadaan bayi segera setelah lahir banyaknya Lanugo. abdomen

buncit , kulit tipis, serta keadan tali pusat tipis.

3.2.5. Kualitas Asuhan Bidan Pada Masa Nifas dan Riwayat Kehamilan
68

Bidan mengikutsertakan ibu untuk melakukan USG Skrining kehamilan di

Puskesmas Telagasari dan memberikan buku pemeriksaan kehamilan serta stiker

P4K pada kontak pertama ibu dengan bidan, tidak ada tindak lanjut asuhan yang

di berikan bidan, ibu tidak mengetahui program P4K

Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) Adalah

Kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif

suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanaan persalinan yang aman dan

persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada

kehamilan, bersalin dan nifas. Serta meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan

ibu dan bayi baru lahir ( Depkes RI 2013)

Menurut Asumsi penulis program P4K pada kasus ibu yang sejak awal kehamilan

sudah di curigai persalinan prematur dengan presentasi sungsang kurang berjalan

dengan optimal terbukti bahwa ibu tidak mengetahui prograam P4K dan bidan

kurang memfasilitasi sehingga tidak sesuai dengan tujuan program P4K.

Ibu mengatakan tidak ada Bidan yang melakukan kunjungan nifas kerumah dan

berdasarkan hasil wawancara Bidan hanya melakukan kunjungan nifas sampai

hari ke 7 pada setiap ibu nifas.

Menurut standar pelayanan kebidanan, Standar 15 pelayanan bagi Ibu dan bayi

pada masa nifas, Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah

persalinan, untuk membantu proses pemulihan Ibu dan bayi melalui penanganan

tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
69

mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ,perawatan bayi baru

lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Menurut penulis penatalaksanaan dan pelayanan Bidan pada masa Nifas kurang

prima karena Bidan tidak melakukan kunjungan selama ibu nifas dan tidak

memberikan informasi untuk melakukan pemeriksaan ke tempat pelayanan

kesehatan terdekat apabila bidan tidak melakukan kunjungan nifas, sehingga ibu

kurang pendidikan kesehatan mengenai perawatan pada masa nifas.


70

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

4.1.1 Penyebab persalinan prematur pada Ny. V kemungkinan terjadi karena

faktor post coitus karena sel sperma mengandung prostaglandin yang dapat

menyebabkan kontraksi dan beberapa faktor lainnya yaitu Anemia, konsumsi

obat- obatan, pengaruh volume air ketuban, presentasi bokong, serta faktor psikis ,

sehingga menyebabkan terjadinya persalinan prematur pada Ny.V

4.1.2 Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang meliputi tindakan pra rujukan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan sistem rujukan SI JARI EMAS akan

tetapi penatalaksanaan persalinan prematur oleh bidan kurang optimal dalam

memberikan penatalaksanaan pada kasus ini karena tidak memberikan obat

tokolitik sesuai terapi medis puskesmas

4.1.3 Penatalaksanaan asuhan kebidanan di Rumah Sakit kurang baik karena

penatalaksanaan persalinan prematur dengan presentasi sungsang tidak sesuai

dengan prinsip dan SOP, serta kehamilan pada Ny V tidak bisa di pertahankan

karena kontraksi yang semakin sering dan kuat, sehingga kehamilan tidak bisa di

pertahankan dan dilakukan pertolongan pervaginam.


71

4.1.4 Penatalaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan riwayat

persalinan prematur di Rumah sakit baik. bidan sudah memberikan asuhan sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur dan keadaan bayi membaik

4.1.5 Kuantitas dan kualitas kunjungan ANC Ny. V Kurang baik karena

pemeriksaan kehamilan ibu 3x selama kehamilan,Penatalaksanaan P4K kurang

optimal karena bidan tidak memberikan fasilitas asuhan secara prima sehingga

kurang mengoptimalkan peran serta keluarga, Kuantitas kunjungan nifas (KF)

pada Ny.V kurang baik karena pada masa nifas bidan tidak melakukan kunjungan

ke rumah pasien, dan bidan tidak mengkonfirmasi pasien untuk melakukan

pemeriksaan pada masa nifas.

4.2 SARAN

Dari hasil penelitian ini, maka muncul beberapa saran untuk pihak-pihak

tertentu,diantaranya:

4.2.1 Bagi Institusi Pelayanann

Diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas penanganan kasus persalinan

prematur dengan presentasi sungsang dan bayi baru lahir dengan BBLR dengan

mengikuti aturan yang terdapat pada standar operasional prosedur, terutama pada

saat sebelum merujuk, di tempat rujukan harus memperhatikan kemajuan

persalinan pasien dan dapat menilai tindakan yang harus dilakukan pada pasien

tersebut, pada penatalaksanaan asuhan nifas bidan harus melakukan kunjungan

rumah kepada pasien sesuai standar kunjungan nifas atau menganjurkan pasien

untuk datang melakukan pemeriksaan agar pasien tetap terpantau jika ada
72

indikasi atau masalah pada masa nifas maupun perawatan bayi baru lahir

4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan menambah buku-buku terbaru maupun jurnal mengenai persalinan

prematur agar dapat mempermudah dan menambah referensi dalam melakukan

penelitian-penelitian mengenai kasus persalinan prematur pada kesempatan

berikutnya.

4.2.3 Bagi Profesi

Diharapkan dapat memahami gambaran penerapkan asuhan kebidanan pada

kasus persalinan prematur dan komplikasi yang terjadi sesuai dengan SOP serta

dapat menambah wawasan bagi profesi dalam melakukan asuhan kebidanan.


73

DAFTAR REFERENSI

Amiruddin, Ridwan ( 2006) Resiko Asap Rokok dan Obat – Obatan Terhadap
Kelahiran Prematur Di RS Fatimah Makasar, Jurnal Medika Nusantara Jurusan
Epidemiologi, Fakultas Kesmas,Universitas Hasanuddin.
http/www.pasca,unhas.ac.id.di unduh 4 mei 2017.
Ayu.Ida. 2010. “ Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta.EGC
Bobak low dermilk dan jensen. 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas. EGC

Cunningham (2013). Obstetri William Edisi 21. Jakarta .EGC

Depkes R.I. 2013.” Pelayanan Kesehatan ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan”.Jakarta

Diane M . 2011. Buku ajar Bidan.Jakarta.EGC.


Dr.H Rasim.2016. Kabid bina pelayanan kesehatan. Kebijakan dinas kesehatan
dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Karawang.

Helen,Varney.2004.” Buku ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta.EGC.


Kremer,MS ( 2012). Determinants of low birth wight: Methodological
assessment metaanalysis. http ;//www.nebi.nlm,nih.gov/pubmed/3322602 Bull
World Healt Organ diuntuh tanggal 4 mei 2017.
Laporan Tahunan KIA Puskesmas Telagasari.2016.

Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri.jakarta. EGC

Manuaba, (2012) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Yayasan Bina Pustaka.


Sarwono Prawirohardjo, Cipta, Jakarta
Mochtar (2010). Ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.Jakarta

Mochtar, (2011). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi. Jakarta : EGC


Mochtar, (2014). “Ilmu Kebidanan” .Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.Jakarta

Mose, Dr johanes C. 2011.” Panduan Pengelolaan Persalinan Prematur


Nasional”. Bandung.POGI

Notoatmodjo (2012). “Buku Acuan Nasional Penelitian Kesehatan Maternal


dan Neonatal”. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.
74

Oxorn, Harry, William R. Forte. 2010” Ilmu Kebidanan Patologis & Fisiologis
Persalinan” Yogyakarta. Yayasan Essentia Medic

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu kebidanan.Bina pustaka.Jakarta

Purwana, gama. 2015.Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.Bandung


www.pusdalisbang.jabarprov.go.id diunduh tanggal 30 maret 2017 .

Saifuddin 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta Bina


Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Suspimantari, Cahya. 2013. BAB II KTI.


http://eprints.undip.ac.id/44517/3/Cahya_Suspimantari_22010110120024_BA
B_2_KTI.pdf diakses pada tanggal 14 Juni 2016 Pukul 20.00 WIB
Suspimantari C. 2014.” Jurnal Medika Muda Faktor risiko prematuritas yang
berpengaruh terhadap luaran maternal dan perinatal” di unduh pada tanggal
26 maret 2017 . http:// eprints. Undip.ac.id diakses pada tanggal 26 Maret
2017.
Suspimantari C. 2014.” Jurnal Medika Muda Faktor risiko prematuritas yang
berpengaruh terhadap luaran maternal dan perinatal” di unduh pada tanggal
26 maret 2017 . http:// eprints. Undip.ac.id diakses pada tanggal 26 Maret
2017.

Wafi. Nur .2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya.2010


WHO (World Health Organitation) 2015 “Angka Kematian Ibu dan Agka
kematian Byai ”. www.pusdatin.kemkes.go.id .diunduh tanggal 30 Maret 2017.
75
76
77

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

Nomor Register : 200317 Tanggal pengkajian: 20 Maret 2017

Nama pengkaji : Rika Monika Pukul : 9 : 00 WIB

Ny v datang ke puskesmas diantar keluarganya mengaku hamil anak pertama usia

kehamilan 8 bulan, belum pernah keguguran, mengeluh sakit perut bagian bawah dan sudah

terasa mules - mules tetapi sejak pukul 01.00 malam, belum keluar air – air dan lendir

bercampur darah dari jalan lahir, Ibu jatuh di depan rumah 2 hari yang lalu dan pergerakan janin

yang ibu rasakan aktif.

Dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif meliputi pengkajian biodata dan

pemeriksaan fisik

Nama Klien : Ny.V Nama Suami : Tn. S

Umur : 16 Tahun Umur :17 Tahun

Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Golongan Darah : B Golongan Darah : -

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat :Ds.Pasir Talaga RT 12 RW 04. Kec, Telagasari. Kab, Karawang.

Berdasarkan data sekunder yang terdapat di buku kia Ibu melakukan pemeriksaan

kehamilan 3 x selama hamil, ibu mengetahui kehamilannya pada usia kehamilan 5 bulan dengan
78

melakukan pemeriksaan urine HCG sendiri di rumah,.Hari Pertama Haid Terakhir pada tanggal

25 juli 2016, Taksiran persalinan tanggal 2 mei 2017, tidak mendapatkan imunisasi TT di

tangan selama kehamilan, Pergerakan janin yang di rasakan aktif. Tidak ada riwayat kehamilan

dan persalinan yang lalu, pada awal kehamilan ibu merasakan pusing dan mual, hubungan

seksual terakhir 1 hari yang lalu dan jatuh di depan rumah dua hari yang lalu sehingga sering

terasa sedikit mules mules.

Pada Pukul 09: 10 WIB di lakukan pemeriksaan di Puskesmas oleh bidan. Keadaan ibu

baik, kesadaran compos mentis, status emosional stabil, hasil pemeriksaan fisik didapatkan

tekanan darah 120/80 mmhg, Respirasi 20 kali/ Menit. Suhu tubuh ibu 36,8c dan nadi 78 x/

Menit , Berat badan sekarang 60 kg dan berat badan sebelum hamil 52 kg , kenaikan berat badan

8 kg dan lingkar lengan atas 24,5 cm.

Hasil Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Kepala warna rambut hitam, tidak ada benjolan,Muka tidak pucat, tidak ada

oedema, Konjungtiva merah muda,Sklera putih, Hidung tidak ada polip, bersih tidak ada

pengeluaran, Fungsi pendengaran normal, Bibir tidak pucat, tidak ada caries, tidak ada

pembengkakan kelenjar tyroid, pembesaran EKG dan pembengkakan Vena jugularis. Payudara

simetris, bersih, puting susu menonjol, tidak ada benjolan,colostrum ada dan tidak ada

pembengkakan KGB Axila.

Pemeriksaan Abdoment bentuk perut tidak sesuai usia kehamilan, Sikatrik bekas oprasi

tidak ada. TFU : teraba 3 jari di atas pusat, 26 cm. ,Leopold I Teraba bagian bulat, Keras dan

melenting, Leopold II Kanan teraba bagian keras, Memanjang ada tahanan, Kiri teraba bagian

bagian kecil – kecil janin. Leopold III Teraba bulat, lunak, tidak dapat dilentingkan ( Teraba
79

Bagian Bokong ), Leopold IV Divergen, Perlimaan 4/5. TBJ 2325 gram, Frekuensi HIS 3x/10

menit, interval 2 menit, durasi 38 detik, intensitas sedang, DJJ 38 x / menit Regular.

Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ada odema. Genetalia tidak ada oedema, varises tidak

ada, pembesaran Kelenjar Bartolin tidak ada, pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada

tanda infeksi, portio teraba menipis, pembukaan 1, Ketuban utuh, presentasi bokong,

denominator anus, penurunan hodge 1,bagian yang menyertai tidak ada, anus tidak ada

hemoroid.

Kemudian memberikan inform consent kepada keluarga bahwa sudah ada pembukaan

serta akan di lakukan rujukan karena presentasi janin bokong serta berdasarkan berdasarkan

HPHT Kehamilan ibu kurang bulan.Kemudian konsultasi dengan dokter poned dan melakukan

sistem rujukan dengan Gateway SI JARI EMAS. Sesuai advise gateway SI JARI EMAS

lakukan pemasangan infus RL 20 tpm, Segera lakukan rujukan Ke Rumah Sakit Umum Daerah

Ibu sampai di Rumah sakit pada pukul 10: 00 WIB Menggunakan Ambulance Puskesmas

Telagasari dan dirujuk oleh bidan dan mahasiswa, dengan diagnosa rujukan sementara G1P0A0

Hamil 34- 35 minggu, Letak sungsang Oligohidramnion, Obat yang sudah di berikan tidak ada.

Dilakukan Pemeriksaan Di Ruang IGD Kebidanan Rumah sakit pada pukul 10:00 WIB.

hasil pemeriksaan di dapatkan TD : 110/ 70 mmhg, Suhu : 36,8, Nadi : 80 x / Menit, Respirasi :

20 x / Menit, TFU : 26 cm, pada pemeriksaan Leopold teraba bagian terbawah janin bokong,

Frekuensi his : 4 x/ 10 Menit interval his : 1 menit Durasi : 42 x / Menit intensitas : sedang,

DJJ 140 x/ Menit , kekuatan sedang dan regular. Setelah itu dilakukan pemeriksaan dalam, vulva

vagina tidak ada kelainan, porsio teraba tipis, pembukaan 4 cm, Ketuban utuh, presentasi

bokong, Denominator anus, penurunan bagian terendah hodge II, Tidak ada bagian yang
80

menyertai. kemudian di lakukan observasi kemajuan persalinan, kesejahteraan janin dan

kesejahteran ibu menggunakan patograf.

Pada Pukul 11: 00 WIB Ibu dipindahkan ke ruang bersalin untuk dilakukan Pemeriksaan

penunjang (USG), di dapatkan hasil pemeriksaan usia kehamilan ibu 33 – 34 minggu, Ketuban

cukup, Presentasi janin bokong, Avdvise dokter lakukan pemasangan kaketer dan observasi HIS

dan DJJ. Frekuensi his : 5 x / 10 Menit Interval his 1 menit , Durasi His : 48 x / Menit , intensitas

kuat dan frekuensi DJJ 142 x/ Menit,Regullar. Vulva vagina tidak ada kelainan. Portio teraba

tipis ,Pembukaan 6 cm, keadaan ketuban utuh , presentasi bokong, Penurunan bagian terendah

hodge III dan tidak ada bagian yang menyertai. Selanjutnya dilakukan observasi kemajuan

persalinan ibu dan kesejahteraan janin.

Pada Pukul 12:30 WIB ketuban pecah spontan bercampur mekonium dan Ibu mengeluh

mules mules semakin sering dan tidak tertahan, kemudian dilakukan pemeriksaan dalam, teraba

pembukaan lengkap, advise dokter lakukan pelepasan kateter, pimpinan meneran sesuai SOP

dengan teknik manual aid, serta lakukan episiotomi

pukul 12: 50 WIB bayi lahir spontan tidak segera menangis Jenis kelamin : perempuan, apgar

score pada 1 menit pertama dengan score 6 dan 5 menit kedua dengan score 8 , bayi mengalami

asfiksia ringan, bidan melakukan penatalaksanaan langkah awal resusitasi pada bayi,plasenta

lahir lengkap 6 menit setelah bayi lahir dan di lakukan penjahitan perineum grade 2 dengan

teknik jelujur dan di lakukan observasi 2 jam post partum.serta advise dokter yaitu observasi

keadan ibu, observasi jumlah perdarahan, pindahlan pasien ke ruang perawatan setelah 2 jam

observasi post partum dengan terapi obat cefadroxsil 2x 500 gr,Asam mefenamat 3x 500 gr dan

sf 1 x 360 gr.
81

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

1. Asuhan Pada Masa Nifas 6 jam

Pada tanggal 20 maret 2017 pukul 15 : 30 WIB ibu di pindakan ke ruang

Perawatan nifas, Setelah 6 jam masa nifas bidan menanyakan keluhan ibu, ibu

mengatakan masih terasa lemas setelah persalinan dan merasakan masih terasa perih

pada jahitan di kemaluan ibu. bidan melakukan pengkajian data dan pemeriksaan

tanda- tanda vital ibu dengan hasil Nadi : 83 x / menit , Suhu : 36,7 C, Respirasi 19 x/

menit, TD : 120 / 70 Mmhg,Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, tidak ada

pembengkakan kelenjar tyroid,Tidak ada pembengkakan KGB, tidak ada

pembengkakan vena jugularis, payudara tidak ada benjolan, puting susu menonjol,

colostrum ada, TFU : 2 jari di bawah pusat, Konsistensi uterus keras, genetalia tidak

ada oeema,pengeluaran ochea rubra, luka perineum grade II, Keadaan luka perineum

tidak ada tanda – tanda infeksi. serta teraba kandung kemih tidak penuh, Setelah itu

bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu untuk belajar miring kanan dan

miring kiri, menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing serta belajar kekamar

mandi sendiri, menganjurkan keluarga untuk memberikan minum dan makan yang ibu

inginkan agar keadaan ibu cepat pulih, memberikan pendidikan kesehatan bahwa tidak

ada makanan pantangan untuk ibu nifas, menganjurkan makan putih telor minimal 4

dalam sehari dan banyak mengkonsumsi lauk pauk. Serta bidan memberikan terapi

obat sesuat advise dokter.

2. Asuhan Masa Nifas 3 Hari


82

Pada Tanggal 22 Maret 2017 Pukul 16 : 00 WIB dilakuan pengkajian di ruang

perawatan nifas ( KF 2 ) Pada hari ke 3, bidan menanyakan keluhan ibu, ibu merasa

keadaannya lebih baik, Bidan melakukan pemeriksaan fisik. Tekanan Darah : 120/ 80

Mmhg, S: 36,8 C. N: 80 x / Menit , R: 19 x/ Menit, TFU : 3 Jari di bawah Pusat.

Kontraksi uterus Keras, Genetalia tidak ada tanda – tanda infeksi, pengeluaran lochea

rubra, keadaan luka perineum baik jahitan mulai kering, asi sudah keluar lancar, ibu

sudah menyusui bayinya . Hasil laboratorium Hb 11,2 gr/dl. Bidan melakukan

konsultasi dengan dokter, berdasarkan advise dokter ibu sudah boleh pulang karena

perkembangan keadaan ibu baik. Sebelum ibu pulang bidan memberikan pendidikan

kesehatan mengenai perawatan payudara dan perawatan perineum, menganjurkan ibu

bahwa tidak ada pantangan makanan serta tidak ada pantangan untuk istirahat pada

siang hari, bidan memberikan terapi obat untuk perawatan di rumah sesuai advise

dokter yaitu cefadoxil 2x1,Asam mafenamat 3x1, Sf 1x1. Serta menganjurkan ibu

untuk memeriksakan keadaanya ke pusat pelayanan keshatan terdekat.

3. Asuhan Masa Nifas 10 Hari

Pada tanggal 29 maret 2017 pukul 10 : 00 WIB (KF 2), Hari ke 10 masa nifas.

Berdasarkan hasil wawancara penulis, ibu mengeluh payudara terasa kencang dan

masih belum terbiasa menyusui, payudara terasa kencang dan nyeri tekan pada

payudara sebelah kiri dan lecet. Ibu tidak mengetahui jadwal kunjungan nifas dan bidan

tidak melakukan kunjungan nifas kerumah. kemudian penulis melakukan pengkajian

data dan pemeriksaan fisik.

A. Aktivitas Sehari – hari.

1. Diet
83

Pola makan ibu 2x 1, porsi makan sedang, jenis makanan yang di konsumsi

nasi lauk pauk, lalap, tidak ada mkanan pantangan, perubahan pola mkan tidak

ada, ibu memiliki alergi makan telor. Minum dalam sehari 7-9 gelas (gelas

250 cc), jenis minuman yang di konsumsi air putih.

2. Pola istirahat dan tidur, ibu tidur siang 1 jam/ hari dan tidur siang kurang lebih
5- 6 jam/ hari, ibu sering terbangun di malam hari karena bayi rewel dan
ingin menyusu
3. Personal hygiene ibu Mandi 2 x sehari, Gosok gigi 2 x sehari, ganti pembalut
4-5 kali perhari, vulva hygine di basuh dari depan kebelakang setelah BAB
dan BAK, Ibu ganti pakain dalam 3 x sehari dan 2 x sehari ganti pakain
4. Eliminasi
BAK : 5 – 6 x/ hari, banyaknya 100 cc, tidak ada masalah
BAB : 1 x / Hari, konsistensi lembek, tidak ada masalah
5. Perilaku kesehatan
Ibu tidak mengkonsumsi obat – obatan terlarang, tidak mengkonsumsi
alkohol dan tidak ada obat yang sedng di konsumsi
6. Aktivitas yang sudah dilakukan ibu yaitu melakukan pekerjaan rumah dan
merawat bayi di bantu oleh sodara
B. Keadaan Psikososial
Keadaan psikologis ibu baik, hubungan dengan suami baik ,hubungan
dengan anggota keluarga baik, Tanggapan keluarga atas kelahiran bayi Baik,
hubungan dengan lingkungan baik, keadaan spiritual baik, tanggapan ibu
terhadap kelahiran anak baik, rencana ibu menyusukan bayi ASI ekslusif 6
bulan.
C. Pemeriksan Fisik
Kemudian penulis melakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil Tekanan
darah : 110/ 70 mmhg, Nadi: 78 x / Menit, Respirasi : 20 x/ Menit, Suhu:
36,8C, Muka tidak pucat, Tidak ada oedema, konjungtiva merah muda dan
sklera putih, hidung tidak ada polip, bersih, tidak ada pengeluaran, telinga
bersih, tidak ada pengeluaran, fungsi pendengaran baik ,bibir tidak pucat, tidak
84

ada stomatitis, gigi tidak ada caries,gigi bagian depan bolong, tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan kelenjar KGB, tidak
ada pembengkakan vena jugularis.
Payudara terlihat Simetris, tidak ada benjolan, Puting susu menonjol,
payudara teraba penuh, nyeri tekan dan lecet pada payudara sebelah kiri bentuk
perut membesar sesuai involusi, sikatrik bekas operasi tidak ada, TFU sudah
tidak teraba, genetalia tidak ada oedema, varises tidak ada, luka perineum sudah
kering, Pengeluaran Lochea alba, sehingga penulis dapat menegakkan
Diagnosa : Ny. V P1A0 Post Partum 10 hari Dengan Bendungan ASI
Masalah Potensial : Mastitis
Antisipasi Masalah Potensial : perawatan payudara
PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan bahwa Ibu mengalami
Bendungan ASI karena payudara teraba tegang dan Penuh sehingga harus
dilakukan Perawatan payudara ( Breast Care)
E: Ibu mengerti penjelasan bidan dan terlihat senang mendengarnya.
2. Memberikan infomed concent kepada ibu bahwa akan di lakukan
perawatan payudara E: Ibu mengerti dengan tindakan yang akan di
lakukan
3. Menyiapkan Perlengkapan Perawatan Payudara
- Mencuci tangan dengan air mengalir
- Ambil kapas yang telah di basahi baby oil, bersihkan puting dan areola
mamae pada kedua payudara
- Basahi kedua tangan dengan baby oil
- Kedua telapak tangan di letakkan di antara kedua payudara
- Pengurutan dimulai ke arah atas samping,telapak tangan kiri ke arah sisi
kiri , telapak tangan kanan ke arah sisi kanan
- Pengurutan di teruskan ke samping bawah, selanjutnya melintang,
telapak tangan mengurut ke depan kemudian kedua tangan dilepas dari
kedua payudara
85

- Telapak tangan kirir menopang payudara kiri, kemudian jari – jari tangan
kanan sisi kelingking mengurut payudara ke arah puting susu
- Telapak tangan menopang , payudara, tangan lainnya menggenggam dan
mengurut payudara dari pangkal ke arah putting susu
- Payudara di basuh dengan air hangat dan air dingin
- Setelah selesai rapihkan alat dan lakukan dekontaminasi
E: ibu mengerti dan merasa lebih nyaman

4. Pendidikan kesehatan mengenai personal hygine


Menganjurkan ibu untuk membersihkan tubuhnya seperti keramas
Mandi dengan sabun dan gosok gigi minimal 3 x sehari untu
meningkatkan kesehatan tubuhnya agar terlihat lebih segar selain it
menganjurkan ibu untuk cuci tangan setelah dan sesudah menyusui dan
merawat bayinya.E : ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan
5. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai Nutrisi dan Hidrasi
Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang mengandung
protein tinggi seperti ikan,telur, tempe tahu dan sayur-sayuran hijau agar
pengeluaran ASI lancar dan tidak ada makanan pantangan selama nifas .E:
Ibu mengerti penjelasan bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa
diberikan makanan pendamping apapun karna ASI sangat bagus untuk
tumbuh kembang bayinya.
E: Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
7. Memberikan informasi mengenai tanda-tanda bahaya ibu nifas
Memberikan informasi tanda tanda bahaya pada ibu nifas seperti
perdarahan banyak pada jalan lahir ibu, pengeluaran cairan vagina yang
berbau, sakit kepala yang hebat dan terus menerus, payudara memerah dan
panas. Apabila menemukan tanda-tanda tersebut ibu dianjurakan untuk
datang ke bidan atau tenaga kesehatan lainnya.
86

E: Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia datang ke bidan atau


pelayanan kesehatan terdekat apabila menemukan tanda bahaya seperti
yang dijelaskan oleh bidan

4. Asuhan Masa Nifas 16 hari

Pada hari rabu tanggal 5 april 2017 pukul 16 : 00 WIB( KF 3), Hari ke 16
masa nifas ibu mengatakan tidak memeriksakan keadaannya ke bidan atau
tempat pelayanan kesehatan terdekat, tidak ada bidan yang melakukan
Kunjungan kerumah. Payudara ibu tidak ada kelainan, ASI lancar.

Kemudian penulis melakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil tekanan


darah 110/ 70 mmhg, nadi 81 x / menit, respirasi 20 x/ menit, suhu 37,0 C,
muka tidak pucat, Tidak ada oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih,
hidung tidak ada polip, bersih, tidak ada pengeluaran, telinga bersih, tidak ada
pengeluaran, fungsi pendengaran baik ,bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, gigi
tidak ada caries,gigi bagian depan bolong, tidak ada pembengkakan kelenjar
tyroid, tidak ada pembengkakan kelenjar KGB, tidak ada pembengkakan vena
jugularis.
Payudara terlihat simetris, tidak ada benjolan, Puting susu menonjol, bentuk
perut membesar sesuai involusi, sikatrik bekas operasi tidak ada, TFU sudah
tidak teraba, genetalia tidak ada oedema, varises tidak ada, luka perineum sudah
kering, pengeluaran Lochea alba, sehingga penulis dapat menegakkan diagnosa:
Ny. V P1A0 Post Partum 16 hari dengan keadaan baik. masalah Potensial tidak
ada, antisipasi masalah potensial tidak ada. sehingga planning penulis
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum
ibu saat ini baik dan sehat.
E: Ibu mengerti penjelasan bidan dan terlihat senang mendengarnya.
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai personal hygine
87

Menganjurkan ibu untuk membersihkan tubuhnya seperti keramas, Mandi


dengan sabun dan gosok gigi minimal 3 x sehari untuk meningkatkan
kesehatan tubuhnya agar terlihat lebih segar selain itu menganjurkan ibu
untuk cuci tangan setelah dan sesudah menyusui dan merawat bayinya. E :
ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai Nutrisi dan Hidrasi
Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang mengandung protein
tinggi seperti ikan,telur, tempe tahu dan sayur-sayuran hijau agar
pengeluaran ASI lancar dan tidak ada makanan pantangan selama nifas E:
Ibu mengerti penjelasan bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa
diberikan makanan pendamping apapun karna ASI sangat bagus untuk
tumbuh kembang bayinya.
E: Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
5. Memberikan informasi mengenai tanda-tanda bahaya ibu nifas
Memberikan informasi tanda tanda bahaya pada ibu nifas seperti
perdarahan banyak pada jalan lahir ibu, pengeluaran cairan vagina yang
berbau, sakit kepala yang hebat dan terus menerus, payudara memerah dan
panas. Apabila menemukan tanda-tanda tersebut ibu dianjurakan untuk
datang ke bidan atau tenaga kesehatan lainnya.
E: Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia datang ke bidan atau
pelayanan kesehatan terdekat apabila menemukan tanda bahaya seperti
yang dijelaskan oleh bidan.
6. Memberitahu ibu kunjungan ulang 1 minggu yang datang, apabila ibu
mengalami keluhan segera periksakan ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat E: Ibu mengatakan akan memeriksakan keadaanya ke bidan

5. Asuhan Masa Nifas 32 Hari


Pada tanggal 20 April 2017 pukul 10 : 00 WIB (KF 4 ) Hari ke 32 post
partum , ibu melakukan pemeriksaan ke Puskesmas Telagasari untuk
88

memeriksakan keadaanya , ibu mengatakan tidak ada keluhan dan keadaan


payudara ibu baik, asi keluar lancar, bidan melakukan pemeriksaan TD 110/ 70
Mmhg, N : 80 x / menit , R: 21 x/menit, S: 36,7 c, Bidan menganjurkan ibu
untuk menggunakan alat kontrasepsi dan menmberikan pendidikan kesehatan
mengenai pemberian asi ekslusif .

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. Pengkajian Bayi Baru Lahir

Pada tangggal 20 Maret 2017 Pukul 12: 50 WIB bayi lahir spontan tidak segera

menangis, warna kulit kemerahan, frekeunsi jantung < 100 x / menit, pernafasan 38 x /

menit, apgar score pada menit pertama score 6 dan 5 menit kemudian score 8 ( bidan

melakukan penyedotan lendir) Jenis kelamin : perempuan, Berat badan 2220 gram ,

panjang badan 44 cm, Lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 28 cm, tali pusat tipis,

keadadan kulit tipis . GDS : 63 . Kemudian bidan langsung membawa bayi ke infarm

warmer di ruang perawatan bayi untuk di hangatkan. Bidan melakukan konsultasi

dengan dokter jaga, dokter mendignosa bayi mengalami asfiksia dan BBLR advise dokter

pukul 13 : 15 WIB yitu observasi keadaan umum bayi, pemberian Neo k 1 mg,

Ampicilin 2x 100 gram, Gentamicin 5 gram ,Pemenuhan nutrisi 12 x 5 cc / oral . dan

Lakukan PMK. Bidan di ruang perawatan bayi melaukan penatalaksaan bayi baru lahir

sesuai dengan advise dokter.

2. Pengkajian Bayi Baru Lahir 6 jam


89

Pada Pukul 19 : 00 WIB bidan melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir 6

jam dengan hasil pemeriksan Suhu 36,7°C, berat badan 2240 gram, nadi 140 x/menit,

panjang badan 44 cm, respirasi 40 x/menit, lingkar kepala 30 cm, tidak ada caput

succedenum dan tidak ada cepal hematoma, mata simetris,konjungtiva merah muda,

sklera tidak ikterik, Lubang hidung ada, pernafasan cuping hidung ada, serta tidak ada

kelainan, palatum ada, gusi ada dan tidak ada kelainan, tidak ada pembengkakan kelenjar

getah bening, tidak ada pembengkakan tyroid, lingkar dada 28 cm, tarikan dinding dada

tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada, pembesaran hepar tidak ada, keadaan tali

pusat nomal tidak ada tanda infeksi, genetalia normal, anus berlubang, System Saraf,

Refleks sucking kurang merespon, Refleks tonic neck Kurang aktif, Refleks

rooting ada, Refleks swallowing merespon. Refleks graps ada ,Refleks babynski

merespon. Bidan memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah

dengan memberikan asi secara peroral, menjaga kehangatan bayi, melakukan

perawatannn tali pusat dan menjaga ketat keadaan bayi untuk mengantisifasi bayi

mengalami hipotermi. Serta memberikan asuhan sesuai advise dokter.

3. Pengkajian Bayi Baru Lahir Hari Ke – 3

Pada hari ke Tiga Tanggal 22 Maret 2017 pukul 09 : 00 WIB ( KN 2) bidan

melakukan pemeriksan fisik, Keadan bayi sudah membaik, bayi menangis kuat, tonus

otot kuat, keadaan kulit tipis dan warna kulit kemerahan, Berat badan bayi mengalami

kenaikan 2300 gram, panjang badan 44 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 28 cm.

frekuensi jantung 148 x / menit , pernafasan 48 x / menit, suhu tubuh bayi 36,9 c,

pergerakan bayi aktif , bayi di berikan asi sebanyak 12 x 15 cc / oral. Keadan tali pusat

belum puput , tidak ada tanda infeksi. .bidan melakukan penatalaksanana BBLR Sesuai
90

advise dokter : Terapi Ampicilin 2 x 100 mg, lanjutkan PMK, Serta Advise Dokter bayi

boleh di lakukan rawat gabung dengan ibu serta sudah di perbolehkan pulang karena

berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan bayi sudah baik. Sebelum bayi pulang bidan

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai perawatan tali pusat,

pendidikan kesehatan mengenai personal hygine, pemberian kesehatan pemberian asi

ekslusif pada 6 bulan pertama kehidupan bayi secara on demand. Serta pendidikan

kesehatan menjaga kehangatan bayi.

4. Pengkajian Bayi Baru Lahir Usia 10 Hari

Pada hari ke 10 , Rabu 29 Maret 2017 pukul 10 :00 WIB, ibu mengatakan tidak

ada kunjugan yang di lakukan bidan, serta Penulis melakukan pemeriksaan fisik di

dapatkan hasil pemeriksaan:

Keadaan bayi baik, Berat badan bayi : 2450 gram, panjang badan : 44 cm, suhu

36,5C,Nadi 138 x/ Menit, Respirasi 20 x/ menit, Pemeriksaan kepala ubun ubun kecil

datar, lingkar kepala 30 cm, tidak ada kelainan, Konjungtiva merah muda, sklera tidak

ikterik, lubang hidung ada, tidak ada pernafasan cuping hidung, warna bibir merah

muda, palatum ada,lidah bersih, gusi ada, letak telinga terhadap mata simetris, tidak ada

pengeluaran cairan / sekret, tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada

pembengkakan tyroid, bentuk dada simetris, linggkar dada 28 cm, putting susu menonjol,

tidak ada tarikan dinding dada, abdoment simetris, tidak ada pembesaran hepar, keadaan

tali pusat sudah puput pada hari ke 5, tidak ada tanda tanda infeksi tali pusat, gerakan

aktif, jumlah jari lengkap, genetalia tidak ada kelainan, bayi menangis kuat, tonus otot

kuat, keadaan kulit bayi tipis dan warna kulit kemerahan dan mengelupas,system saraf

pada bayi normal. Serta penulis menegakan


91

Diagnosa : Neonatus Ny V Usia 10 Hari Kurang bulan dengan BBLR

Masalah potensial : Hipoglikemi,Hipotermi dan BBLSR

Antisipasi Masalah Potensial : Pemenuhan nutrisi, Menjaga kehangatan bayi

PLANNING (P)

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan

Memberitahu hasil Pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan bahwa bayi mengalami kenaikan berat badan dan panjang badan

serta keadaan bayi semakin membaik

E : ibu dan keluarga mengerti dengan Informasi yang di sampaikan

2. Informasikan mengenai pemberian asi

Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai pemberian asi sampai bayi 6 bulan

dan menganjurkan ibu memberikan asi secara on demand agar berat badan bayi

semakin bertambah dan jangan memberikan makanan tambahan apapun seperti

susu formula, madu, pisang dan lain – lain.

E: ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan

3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan bayi baru lahir berat

badan rendah dengan metode kangguru yaitu dengan memposisikan bayi di atas

perut ibu dengan posisi katak agar tubuh bayi kontak langsung dengan ibu serta

tetap jaga kehangatan bayi agar bayi tidak kehilangan panas dan memberikan

informasi bahwa metode kangguru ini bisa di lakukan oleh semua anggota

keluarga E: Ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan


92

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan suhu bayi dengan menjemur bayi

dengan telanjang pada pagi hari yaitu pukul 07:00 selama 10 – 15 menit agar bayi

tidak kuning dan menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi E: ibu

mengerti dengan informasi yang di sampaikan

5. Informasikan mengenai tanda bahaya pada bayi

Memberitahu pada ibu dan keluarga mengenai tanda – tanda bahaya pada bayi

yaitu

- Bayi tidak mau menyusu

- Suhu bayi < 36,5 atau 37,5>

- Tali pusat berwarna merah

- Bayi tidak BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam

- Warna kulit kekuningan dan kebiruan

- Menangis lemah dan merintih

Apabila ibu menemukan tanda tanda bahya tersebut pada bayi maka ibu dan

keluarga segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat untuk mendapatkan

pertolongan pertama .

E : ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan

5. Pengkajian Bayi Baru Lahir Usia 15 Hari


93

Pada hari ke 15 , Senin 3 April 2017 pukul 16 :00 WIB, ibu mengatakan tidak

ada kunjungan yang di lakukan bidan dan tidak melakukan pemeriksaan ke tempat

pelayanan kesehatan, Penulis melakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil

pemeriksaan:

Keadaan bayi baik, bayi disusui secara on demand, lama setiap kali tidur 1-2

jam/ Hari, bayi terbangun apabila BAB,BAK dan lapar, hubungan ibu dan bayi baik

Berat badan bayi: 2540 gram, panjang badan : 44 cm, suhu 36,5 c, Nadi 138 x/ Menit,

Respirasi 20 x/ menit, bayi menangis kuat, tonus otot kuat, keadaan kulit tipis dan

kemerahan, Pemeriksaan kepala ubun ubun kecil datar, lingkar kepala 30 cm, tidak ada

kelainan, Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, lubang hidung ada, tidak ada

pernafasan cuping hidung, warna bibir merah muda, palatum ada,lidah bersih, gusi ada,

letak telinga terhadap mata simetris, tidak ada pengeluaran cairan / sekret, tidak ada

pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan tyroid, bentuk dada

simetris, linggkar dada 28 cm, putting susu menonjol, tidak ada tarikan dinding dada,

abdoment simetris, tidak ada pembesaran hepar, keadaan tali pusat baik, tidak ada tanda

tanda infeksi tali pusat, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, genetalia tidak ada kelainan,

system saraf pada bayi normal. Serta penulis dapat menegakan diagnosa

Diagnosa : Neonatus Ny V Usia 15 Hari Kurang bulan dengan Keadaan baik

Masalah potensial : Tidak ada

Antisipasi Masalah Potensial : Tidak ada


94

PLANNING ( P)

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan

Memberitahu hasil Pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

bahwa keadaan bayi dalam keadaan baik dan bayi mengalami kenaikan berat badan

E : ibu dan keluarga sangat senang mendengar hasil pemeriksaan

2. Informasikan mengenai cara menjaga kebersihan bayi

Memberitahu kepada ibu bahwa harus mencuci tangan sebelum dan sesudah

memegang bayi dengan sabun dibawah air mengalir , serta mencuci tangan setelah

ibu buang air kecil dan buang air besar.

E: ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan

3. Informasikan mengenai pemberian ASI Ekslusif

Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai pemberian asi sampai bayi berumur 6

bulan dan jangan memberikan makanan tambahan apapun seperti susu formula, madu,

pisang dan lain – lain.

E: ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan.

4. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan bayi baru lahir dengan

riwayat berat badan lahir rendah yaitu dengan metode kangguru kepada keluarga

yaitu dengan memposisikan bayi di atas perut ibu dengan posisi katak agar tubuh bayi

kontak langsung dengan ibu serta tetap jaga kehangatan bayi agar bayi tidak

kehilangan panas dan memberikan informasi bahwa metode kangguru ini bisa di

lakukan oleh semua anggota keluarga E: Ibu mengerti dengan informasi yang di

sampaikan

5. Informasikan mengenai tanda bahaya pada bayi


95

6. Memberitahu pada ibu dan keluarga mengenai tanda – tanda bahaya pada bayi yaitu

- Bayi tidak mau menyusu

- Suhu bayi < 36,5 atau 37,5>

- Tali pusat berwarna merah

- Bayi tidak BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam

- Warna kulit kekuningan dan kebiruan

- Menangis lemah dan merintih

- Bayi kejang

Apabila ibu menemukan tanda tanda bahya tersebut pada bayi maka ibu dan

keluarga segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat untuk mendapatkan

pertolongan pertama .

E : ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke tenaga kesehatan

Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan kunjungan segera ke tempat

pelayanan kesehatan terdekat apabila bayi mengalami tanda bahaya di atas untuk

mencegah terjadinya bahaya yang lebih beresiko

E: ibu mengerti dengan informasi yang di sampaikan.


96
97

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

“Gambaran Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ny. V G1P0A0 Gravida 34 Minggu dengan persalinan prematur

di wilayah kerja Puskesmas Telagasari Tahun 2017”

No Tujuan Penelitian Indikator Pertanyaan Penelitian Sumber Data Kode


1. Penyebab/ faktor Usia 1. Berapa usia ibu saat ini ? Pasien V1
resiko persalinan
Paritas 2. Berapa jumlah kehamilan dan persalinan ibu saat ini ?
prematur
Riwayat 3. Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan
pemeriksaan kehamilan,pemeriksaan Laboratorium dan
kehamilan pemeriksaan USG?
4. Berapa Banyak obat penambah darah yang ibu
dapatkan selama kehamilan dan berapa banyak yang
ibu konsumsi?
Tingkah laku dan 5. Apa pekerjaan ibu saat ini ?
sosioekonomi 6. Bagaimana aktivitas ibu setiap harinya selama hamil ?
7. Apa saja makanan yang ibu konsumsi selama
kehamilan ini ?
Riwayat penyakit 8. Apakah ibu memiliki penyakit yang pernah atau
lainnya sedang di derita saat ini ?
9. Apakah ibu mengalami keluhan selama kehamilan dan
bagaimana cara ibu mengobatinya ?
10. Apakah ibu mengalami perdarahan selama kehamilan?
Faktor Sosial 11. Apakah ibu mengkonsumsi obat obatan terlarang,
Budaya meroka, jamu dan obat menggugurkan kandungan ?
12. Bagaimana tanggapan keluarga mengenai kehamilan
98

ibu ?
13. Apakah ibu memiliki riwayat jatuh selama kehamilan
dan apa yang ibu rasakan setelah terjatuh?
14. Kapan terakhir ibu melakukan hubungan seksual dan
apakah keluhan yang ibu rasakan ?
15. Apakah ada riwayat keluarga melahirkan kurang
bulan?
2. Penatalaksanaan Deteksi dini 16. Bagaimana cara bidan melakukan deteksi dini pada Pasien A1
persalinan prematur kasus persalinan prematur dengan posisi sungsang
Bidan Desa B1
oleh bidan pada ny V?
Keputusan rujukan 17. Setelah mendapatkan diagnosa Persalinan prematur
apa keputusan yang bidan lakukan ? Berikan alasan
dari keputusan tersebut ?
Pemasangan infus 18. Apakah bidan melakukan pemasangan infus pada saat
pra rujukan ?
Pemberian tokolitik 19. Apakah bidan memberikan obat tokolitik sebelum
rujukan ?Jika tidak ada alasannya ?
Proses rujukan 20. Bagaimana proses rujukan yang dilakukan oleh bidan?

3. Penatalaksanaan Pemeriksaan dan 21. Bagaimana pemeriksaan awal yang dilakukan di Bidan RS B2
persalinan prematur diagnosis awal rumah sakit ?
oleh tenaga 22. Bagaimana diagnosa yang diberikan oleh dokter ?,
kesehatan di RSUD apabila tidak sesuai dengan teori apa alasannya ?
Karawang Pemberian tokolitik 23. Apakah pasien di berikan obat tokolitik?

Penatalaksanaan 24. Bagaimana proses persalinan prematur dengan


99

persalinan presentasi sungsang di ruang bersalin?

Perawatan pada 25. Bagaimana asuhan kebidanan yang di berikan pada


masa nifas pasien dengan riwayat Persalinan Prematur pada masa
nifas di RSUD Karawang ?
4. Kuantitas dan ANC 26. Berapa kali ibu melakukan kunjungan ANC selama Pasien V1
kualitas kunjungan kehamilan ini ?
Bidan Desa B1
kehamilan, nifas 27. Pada usia berapa saja ibu melakukan kunjungan
(KF) dan kehamilan ?
kunjungan 28. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan pada
neonatus (KN) saat ibu melakukan kunjungan kehamilan ?
29. Apabila terdapat asuhan yang tidak diberikan, apa
alasan bidan tidak melakukannya ?

Kunjungan Nifas 30. Pada hari keberapa saja ibu mendapatkan kunjungan
(KF) nifas ?
31. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan pada
saat melakukan kunjungan ?
32. Apabila terdapat asuhan yang tidak diberikan, apa alasan
bidan tidak melakukannya ?
Kunjungan 33. Pada hari keberapa saja bayi ibu mendapatkan
Neonatus (KN) kunjungan neonatus ?
34. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan pada
saat melakukan kunjungan ?
35. Apabila terdapat asuhan yang tidak diberikan, apa
alasan bidan tidak melakukannya ?
100
101

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA MURNI

A. Penyebab/ faktor resiko preeklampsia berat


1. Berapa usia ibu saat ini ?
“Sekarang usia saya 16 tahun bu. ” (V1 22-03-2017)

2. Berapa jumlah kehamilan dan persalinan ibu saat ini ?


“Ini kehamilan pertama saya bu” (V1 22-03-2017)

3. Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan Laboratorium dan


pemeriksaan USG?

“periksa kehamilan baru 3 kali bu selama kehamilan ,saya periksa ke bidan desa 2 kali
dan pemeriksaan USG 1 kali satu minggu sebelum lahiran di puskesmas telagasari bu”
(V1 22 -03- 2017)

4. Berapa Banyak obat penambah darah yang ibu dapatkan selama kehamilan dan berapa
banyak yang ibu konsumsi?
“Saya mendapatkan obat penambah darah 2 tempat kecil bu, 1 tempat pertama sudah
habis bu dan yang ke dua baru saya minum 5 bu”. (V1 22-03-2017)

5. Apa pekerjaan ibu saat ini ?


“Ibu rumah tangga bu. Pas sebelum nikah dan waktu hamil muda saya kerja bantuin
mama, jualan bakso (V1 29-03-2016)
“Sekarang suami kadang kerja kadang nggak bu ( V1 22-03-2017)

6. Bagaimana aktivitas ibu setiap harinya selama hamil ?


“ waktu belum tau saya hamil Ya saya kerja bantuin mama jualan bakso bu, angkat
galon, dorong grobak ,ikaya biasa aja, nyapu, masak, nyuci. Pas udah tau hamil dan
nikah mah paling cuma masak sama nyapu aja, bu.” (V1 29-03-2017)
7. Apa saja makanan dan minuman yang ibu konsumsi selama kehamilan?
102

“makanan apa aja bu yang ada, paling sering makan bakso,tahu tempe ,kadang sayuran
.kalau jualan bakso siang siang kan panas bu saya sering minum minuman bersoda kaya
marimas, sprite,coca-cola.”
(V1 29 -03-2017)

8. Apakah ibu memiliki penyakit yang pernah atau sedang di derita saat ini?
“Ngga punya. Di keluarga gak ada yang punya penyakit kaya gitu.” (VI 22-03-2017)

9. Apakah ibu mengalami keluhan selama kehamilan dan bagaimana mengatasinya ?


“ iya bu saya sering pusing ketika berdiri, ketika awal awal kehamilan, tetapi saya tidak
pergi periksa saya takut, hanya tiduran aja bu di rumah .” (V1 29 -03-2017)
10. Apakah ibu pernah mengalami perdarahan selama kehamilan ?
“ tidak pernah perdarahan bu waktu hamil “ ( V1 22-03- 2017)

11. Apakah ibu mengkonsumsi obat obtan terlarang, meroka, jamu dan obat
menggugurkan kandungan ?

“ iya bu, saya malu hamil diluar nikah, waktu saya telah 4 atau 5 bulan gitu gak haid
saya sering pake jeans yang ketat dan sabuk pingang, saya iket kenceng banget bu
soalnya perut keliatan buncit , lalu saya sering minum minuman yang ada sodanya kaya
sprite, cocacola ,dan obat warung kaya bodrek dan oskadon karena saya sering pusing
bu, lalu pernah konsumsi obat yang katanya buat ngelancarin haid sama bisa buat
ngegugurin kandungan juga , saya dapet dari temen bu gak tau nama obatnya apa saya
cuma di kasih satu tapi tidak ada darah yang keluar. setelah itu saya test pack sendiri
ternyata saya hamil, saya pikir saya telat haid biasa. ( 29-03-2017)
12. Bagaimana perasaan ibu dan tanggapan keluarga mengenai kehamilan ibu ?
“saya takut dan malu banget saya hamil bu dan gak tau juga harus gimana,ketika mama
saya tau saya hamil, mama saya marah banget bu.dan keluarga saya minta pertanggung
jawaban dari pacar saya, saya menyesal saya bu kasian liat orang tua saya, saya pun
takut yang menghamili saya tidak bertanggung jawab maka saya berniat menggugurkan
kehamilan saya “ (V1 29-03-2017)
103

13. Apakah ibu memiliki riwayat jatuh selama kehamilan dan apa yang ibu rasakan setelah
terjatuh?

: “saya pernah mengalami jatuh bu di depan rumah 2 hari sebelum lahiran, saya lemes
ketika itu tanahnya licin bu habis ujan, saya jatuh ketika mengusir kucing, ke plesek bu
hingga saya duduk di tanah, sakit pantat dan perutnya bu “ (V1 22 -03-2017)

14. Kapan terakhir ibu melakukan hubungan seksual dan apakah keluhan yang ibu rasakan ?

“ saya malu bu. Hubungan kaya gitu malemnya bu, 1 hari sebelum lahiran waktu malam
minggu, awalnya gk ada keluhan apapun bu tapi lama kelamaan kerasa mules bu tapi
jarang, perut rasanya begah bu..” ( V1 29-03-2017)

B. Penatalaksanaan Persalinan Prematur sebelum Rujukan

1. Bagaimana cara bidan melakukan deteksi dini pada kasus persalinan prematur dengan
posisi sungsang pada ny V?

“ waktu itu ada pemeriksaan USG oleh dokter kandungan saya disuruh datang ke
puskesmas sama bu bidan.waktu saya hamil ada 8 bulanan” lalu disuruh di rujuk tapi
nggak bu, soalnya saya belum punya KTP (VI 22-03-2017)

“ iya Ibu langsung rujuk pasiennya ke poned, waktu ada program skrining USG
kehamilan resti di Puskesmas Telagasari satu minggu yang lalu ibu menyarankan pasien
datang untuk di lakukan USG, Karena waktu periksa hamil kerumah bu, Presentasi
janinnya bokong. Berdasarkan hasil USG seharsnya segera di rujuk neng pasiennya , ibu
udah menyarankan sama keluarga segera di rujuk soalnya sungsang dan
oligohidramnion tapi keluarga menolak pasiennya belum punya KTP, Surat Jaminan
Kesehatan, KIS,sama biaya .( B1 30-03-2017)

2. Setelah mendapatkan diagnosa Persalinan prematur apa keputusan yang bidan lakukan ?
Berikan alasan dari keputusan tersebut ?
104

“Bu bidan mah suruh langsung di rujuk bu, Katanya takut bayinya kenapa kenapa.”
(V1 29-03-2017)

“Ya ibu langsung rujuk ke rumah sakit . harusnya segera setelah ada usg waktu itu,
Karena kan kehamamilannya preterm,sungsang juga ya udah jangan pikir panjang
langsung rujuk ke RSUD.takut bayinya nanti asfiksia ” (B1 30-03-2017)

3. Apakah bidan melakukan pemasangan infus pada saat pra rujukan ?


“Iya di infus Bu.” (V1 29-03-2017)
“Pasti di infus donk, sesuai advise gateway.” (B1 30-03-2017)

4. Apakah bidan memberikan obat tokolitik sebelum rujukan ?Jika tidak ada alasannya ?

“nggak bu gak dikasih.” (A1 29-03-2017)

“nggak teh gak di kasih.advise gatewaynya pemasangan infus aja langsung rujuk ” (B1
30-03-2017)

5. Bagaimana proses rujukan yang dilakukan oleh bidan?


“Ya pas dibilang suruh di rujuk saya sama keluarga langsung setuju. walaupun ngga ada
biaya bu, Terus saya belum punya KTP , ngga punya surat-surat kesehatan kaya KIS
Sama KK aja baru selesai. Takut kenapa kenapa juga saya minta bantu pegawai desa
ikut untuk mengurus surat suratnya ,berangkatnya dari puskesmas pakai ambulance.” (
SP1 29 -03-2017)
“ saya langsung di rujuk bu, yang ngurus ini itunya sodara saya, bidan sama pegawai
desa”( V1 29 - 03 – 2017)

“Pertama ibu konsul dulu sama penanggung jawab poned. Ibu langsung hubungi jari
Emas dulu. Kalo prematur dan presentasinya sungsang emang suruh langsung rujuk ke
RSUD. Terus advise jari EMAS disuruh melakukan pemasangan infuse sebelum di rujuk
105

dan segera rujuk ke RSUD. Ibu langsung aja rujuk pasiennya pake ambulance puskesmas
(B1 30-03- 2017)

C. Penatalaksanaan persalinan prematur oleh tenaga kesehatan di Rumah sakit


1. Bagaimana pemeriksaan awal yang dilakukan di rumah sakit ?
“Biasa, pasien dateng dari IDG langsung masuk ruang USG. Disitu di anamnesa,
diperiksa sama dokter residen sambil di USG.” (B2 20- 03- 2017)

2. Bagaimana diagnosa yang diberikan oleh dokter ?


“Dokter mendiagnosa ibu mengalami persalinan prematur dengan presentasi bokong, di
lihat dari HPHT usia kehamilannya 34 minggu dan berdasarkan hasil USG dari dokter
usia kehamilannya 34- 35 minggu, ketubannya cukup, Taksiran Berat janinya kecil
kurang lebih 2100 gram, presentasinya bokong”(B2 20-03-2017)

3. Apakah pasien di berikan obat tokolisis ?


“ ya nggak atuh neng, obat tokolisis kan untuk menghambat proses persalinan prematur,
kalau pembukaannya masih 1 cm, kalau pembukaan sudah 8 cm sulit dilakukan pencegahan
persalinan prematur”(B2 20-03-2017)

4. Bagaimana proses persalinan prematur dengan presentasi sungsang di ruang bersalin?


“ untuk proses persalinanya pervaginam neng, karena sesuai dengan teori syarat di
lakukannya persalinan pervaginam pada kehamilan sungsang yaitu hisnya adekuat, Taksiran
berat janinya < 3600 gram, ini kan pembukaannya sudah besar dan hisnya adekuat sehingga
dokter akan melakukan proses persalinanya secara pervaginam “ ( B20-03-2017)

5. Bagaimana Asuhan Kebidanan yang di berikan pada pasien dengan riwayat persalinan
prematur pada masa nifas di RSUD Karawang ?
“Penatalaksanaan postpartum ya tetep sesuai advise dokter seperti pemberian obat
antibiotik, tapi asuhan kebidanannya lebih ke perawatan perineum, demonstrasi nutrisi yang
terpenting melakukan asuhan PMK ( Metode Kangguru) karenakan riwayat persalinan
106

prematur pasti bayinya kecil , sehingga harus di lakukan PMK untuk menjaga suhu tubuh
bayi agar tetap stabil ” (20-03-2017)

D. Kuantitas dan kualitas kunjungan kehamilan, nifas (KF) dan kunjungan neonatus (KN)
1. Berapa kali ibu melakukan kunjungan ANC selama kehamilan ini ?
“ baru 3 kali selama kehamilan .” (V1 29-03-2017)

“ tidak teratur periksa kehamilannya, selama kehamilan periksa kehamilan ke ibu baru 2
kali dan ke puskesmas 1 kali.” (B1 30-03-2017)

2. Pada usia berapa saja ibu melakukan kunjungan kehamilan ?


“lupa bu ada di buku warna pink, saya periksa kehamilan tidak tiap bulan (V1 29-03-
2017)

3. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan pada saat ibu melakukan kunjungan
kehamilan ?
“Tensi, timbang, terus diperiksa perutnya, sama suara jantung bayinya,diperiksa
darahnya bu tapi nggak pernah di imunisasi yang di lengan bu.” (V1 29-03-2017)

“seperti biasa neng Pertama tanyakan keluhan dulu. Setelah itu ya seperti biasa, di
timbang, terus periksa tekanan darah, diperiksa LILA pas awal pemeriksaan .Terus
periksa abdomen, leopold, terus DJJ. Kalo status TT-nya belum lengkap ya di TT. Periksa
lab mah sesuai indikasi. Setelah itu ya paling konseling.” (B1 30-03-2017)

4. Apabila terdapat asuhan yang tidak diberikan, apa alasan bidan tidak melakukannya ?
“Cek HIV ya. Kalo pemeriksaan HIV itu harus ke puskesmas neng. Karena untuk di BPM
alatnya tidak tersedia. Sama tidak diimunissi waktu itu tidak ada vaksinnya. Ibu
menyarankan berulang kali tapi tidak datang ke puskesmas sama pasienya periksanya
jarang ” (B1 30-03-2017)

5. Pada hari keberapa saja ibu mendapatkan kunjungan nifas ?


107

“bidan nggak kunjungan nifas bu setelah pulang dari rumah sakit sampai sekarang
jugga” (V1 29-03-2017)
“Udah, kemaren udah ke bu bidan mau suntik kb.” (V1 20-04-2017)

“KF tidak kunjungan neng, ibu ada pelatihan jadi gk sempet .Biasanya ibu kunjungan
rumah cuma sampe hari ke 7 dan sering nganjurin pasiennya aja ke bpm ibu (B1 30-03-
2017)
6. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan pada saat pemeriksaan nifas ?
“periska biasa bu,kaya ditanya keluhan, di tensi,periksa perutnya sama luka perineum
sama sekalian di suntik kb bu ” (A1 29-03-2017)

“Yaa tanya keluhan terus kalo ada indikasi ya pasti di periksa biar lebih cepet neng. Di
periksa tensi ,abdomen,keadaan perineumnya dan pasiennya minta di suntik kb ” (B1 30-
03-2017)

7. Pada hari keberapa saja bayi ibu mendapatkan kunjungan neonatus ?


Ibu bidannya nggak ada kunjungan ke rumah bu (29-03-2017)

“KN dan KF Nya kan bareng ya jadwalnya, ibu gak lakuin kunjungan ada pelatihan, ibu
sering nganjurin ibunya ke bpm neng,ya kalau sempet ibunya kunjungan paling sampai
hari ke 7.(30-03-2017)

8. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan pada saat melakukan kunjungan ?
“Tidak ada bidan yang kunjungan ke rumah bu”( 29 03-2017)

9. Apabila terdapat asuhan yang tidak diberikan, apa alasan bidan tidak melakukannya
“Tidak ada bidan yang kunjungan ke rumah bu “( 29-03-2017)
108

DATA SEKUNDER PEMERIKSAAN ANC NY. V

Keluhan TD BB UK TFU Letak DJJ/ Tindaka Kunjungan


Tanggal Hasil Lab. Nasihat Tempat
Sekarang (mmHg) (Kg) (minggu) (cm) janin menit n Ulang

Mual, Hb: 10,2 gr Folat, pct, Periksa 1 bln


pusing , 100/70 SF rutin
06-01-17 60 kg 28 mg 28 cm W (+) Goldar : B BPM
mmhg
Batuk

Pusing, 100/70 SF Banyak


14-02-17 60 kg 32 mg 28 cm W 146 BPM 1 bln
mual mmhg istirahat

100/70 Fe 1x1
13-03-17 60 kg 35 mg 28 cm w 147 Puskesmas 2 mg
mmhg Kalk
109

PENDOKUMENTASIA KEGIATAN
110

Anda mungkin juga menyukai