Laporan Praktikum
“GENETIKA”
Judul Praktikum : Hukum Mendel
Semester/ Prodi : IV (Empat) / Pendidikan IPA
Kelas/Kelompok : A / 1 (Satu)
Dosen Pengampuh : Dr. Frida Maryati Jusuf, M.Pd
Anggota Kelompok :
1) Rahmawati Hadju (433419001)
2) Putri M. Taid (433419041)
3) Siska Monoarfa (433419004)
4) Sri amelia Ahmad (433419016)
5) Nur afni Hunggaita (433419036)
6) Jihan Eka Putri Lumingkewas (433419040)
Nilai Paraf
PRAKTIKUM 1
A. Judul :
Persilangan Monohibrid dan Dihibrid
B. Tujuan :
1. Melakukan latihan perilangan monohybrid menggunakan kacing
genetika
2. Mengamati sigbah segregasi fenotipe dalam persilangan
monohybrid
3. Membuat diagram persilangan monohybrid
4. Melakukan Latihan penggunaan uji X2
C. Dasar Teori
Peneliti yang paling populer adalah gregor johan mendel yang
lahir tahun 1822 di cekoslovakia. Pada tahun 1842, mendel mulai
mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan
dan biarawan ini menemukan prinsip-prisnsip dasar peawarisan melalui
percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.
Penelitian-penelitian mendel menghasilakan hukum mendel I dan hukum
mendel II. Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan
satu sifat beda, dengan tujuan mengetahui pada pewarisan sifat dari tertua
kepada generasi berikutnya.
Mendel melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang
ercis (Pisum sativum). Dari percobaan yang di lakukannya selama bertahun-
tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat,
yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai
suatu cabang ilmu pengetahuan. Berkat karyanya inilah, Mendel di akui
sebagai bapak genetika (Adisoemarto, 1998).
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri.
Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga,
bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula
Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan
istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar
3
sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid)
(Suryo. 2005).
Genetika populasi merupakan salah satu cabang ilmu genetika yang
menguraikan secara matematis besarnya frekuensi gen dalam suatu
populasi.Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan
antar individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang
disilangkan, terdapat dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid
dan persilangan dihibrid. Persilangan monohibrid merupakan persilangan
dengan satu sifat beda sedangkan persilangan dihibrid merupakan persilangan
dengan dua sifat beda. Persilangan dihibrid ini lebih rumit dibandingkan
dengan persilangan monohibrid karena pada persilangan dihibrid melibatkan
dua lokus. Konsep penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua
lokus adalah adanya keterkaitan antar keduanya (Wijayanto,dkk. 2013).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang
sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan
dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini
berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan
akan disegresikan kedalam dua anakan (Suryo. 2005).
Secara alamiah, semua individu dari silangan populasi yang
dihasilkan program hibridisasi susunan genetiknya akan mengalami proses
mendelisasi (fiksasi) pada setiap generasi. Oleh karena itu kondisi heterogen
– heterozigot dari suatu silangan populasi dengan keragaman maksimum pada
F2 akan beralih menjadi populasi yang heterogen – homozigot pada F6 – F7.
Generasi F2 tanaman akan mengalami segregasi sesuai dengan hukum
Mendel. Aksi dan interaksi gen yang berbeda akan membuat pola segregasi
berbeda (Maulidha dkk, 2019).
Tipe aksi gen dapat dibedakan menjadi dua yaitu interaksi antar alel
pada lokus yang berbeda (interlokus) dan interaksi antar alel pada lokus yang
sama (intralokus). Sifat yang dikendalikan oleh satu lokus dua alel perlokus
maka interaksi intralokus dominan akan menghasilkan perbandingan
4
c) Segregasi
Selama pembentukan gamet, faktor-faktor unit berpasangan
terpisah, atau terpisah, secara acak sehingga masing-masing gamet
menerima satu atau yang lainnya dengan kemungkinan yang sama. Jika
seseorang berisi sepasang faktor unit yang serupa (mis., Keduanya
spesifik untuk tinggi), maka semua gametnya menerima salah satu dari
faktor unit yang sama (dalam kasus ini, tinggi). Jika seorang individu
mengandung faktor unit yang tidak sama (mis., Satu untuk tinggi dan
satu untuk katai), maka setiap gamet memiliki kemungkinan 50 persen
untuk menerima faktor satuan tinggi atau kerdil.
Persilangan Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dari
spesies yang sama yang memiliki dua sifat berbeda. Persilangan
Dihibrid sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi
“independent assortment of genes” atau pengelompokan gen secara
bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen
sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis.
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Sama halnya dengan
monohibrid, dihibrid pun mengenal sifat dominan dan intermediet,
Contoh persilangan dihibrid misalnya dalam persilangan tanaman
biji/kacang ercis. Dimana sifat biji pertama berbentuk bulat dan
berwarna kuning, dan kedua sifat tersebut dominan terhadap sifat
lainnya. Sedangkan pada biji kedua berbentuk kisut dan berwarna hijau
(Suryo. 2005).
Hukum ini juga hanya berlaku untuk gen (pasangan alel)
yang terletak pada kromosom yang berbeda (yaitu, pada kromosom
yang tidak homolog) atau, sebagai alternatif, untuk gen yang sangat
berjauhan pada kromosom yang sama. Semua karakter kacang yang
dipilih Mendel untuk analisis dikendalikan oleh gen pada kromosom
yang berbeda atau berjauhan pada kromosom yang sama; situasi ini
sangat menyederhanakan interpretasi persilangan multi karakter kacang
polong. Semua contoh yang kami pertimbangkan dalam sisa bab ini
6
E. Prosedur Kerja
1. Persilangan monohibrid
Kancing Genetika
(Monohibrid)
Menyediakan kancing genetika 12 buah, 6
yang berwarna merah (R) dan 6 berwarna
Putih
Hasil Pengamatan
10
2. Persilangan Dihibrid
Kancing Genetika
(Dihibrid)
Menyediakan 8 model kancing genetika
yang terdiri dari 2 kancing Merah-Hijau (RB)=
(merah, bulat), 2 kancing Merah-Hitam (Rb)=
(merah oval), 2 kancing Putih-Hijau (rB)= (putih,
bulat), 2 kancing Putih-Hitam (rb)= (putih, oval)
Memasukkan model
kancinggen kedalam(rb)masing-
Putih-Hitam =
masing kantong jas lab kanan dan kiri, masing-
masing kantong diisi dengan 4 model gen yang
berbeda
Hasil Pengamatan
11
F. Hasil Pengamatan
1. Monohibrid
1) Tabel Hasil Perorangan
Data Rahmawati Hadju
30 √
31 √
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
Jumlah 7 19 14
Tabel uji X2 (Chi – Square)
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
Jumlah 8 22 10
Tabel uji X2 (Chi – Square)
X ² hitung = 0,6
X ² tabel diantara 0,70 dan 0,90 (diantara angka 0,21 dan 0,71)
Perbandingan fenotipe monohibrid : 1: 2 :1
37 √
38 √
39 √
40 √
Jumlah 15 13 12
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
Jumlah 6 18 16
Tabel uji X2 (Chi – Square)
39 √
40 √
Jumlah 9 17 14
Tabel uji X2 (Chi – Square)
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
Jumlah 3 17 20
Tabel uji X2 (Chi – Square)
Jumlah Total
Nama Setiap Kelas Jumlah total
N Mahasiswa/i Fenotipe pengambilan
RR Rr rr
o
1 Rahmawati Hadju 7 19 14 40
2 Putri M. Taid 8 22 10 40
3 Siska Monoarfa 15 13 12 40
4 Nur Afni Hunggaita 6 18 16 40
5 Sri Amelia Ahmad 9 17 14 40
6 Jihan Lumingkiewas 3 17 20 40
Total 48 106 86 240
2
a. Tabel uji X (Chi – Square)
2
Kelas Observasi Ekspetasi Deviasi (O−E)
Fenotipe (O) (E) E
RR 48 1/4×240 = 60 -12 (48−60)2
= 2,4
60
Rr 106 2/4×240=120 -14 (106−120)2
=
120
1,63
rr 86 1/4×240= 60 26 (86−60)2
=
60
11,26
Total 240 240 0 Xh2 = 15,29
Dk = n-1= 3-1 = 2
X ² hitung = 15,29
X ² tabel tidak tercantum berarti lebih besar dari angka 5,99
Perbandingan fenotipe monohybrid : 1: 2 :1
2. Dihibrid
1) Tabel Hasil Perorangan
Nama : Sri Amelia Ahmad
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
22
36
37
38
39
40
Total 21 11 6 2
a. Tabel uji X2 (Chi – Square)
1
2
3
4
23
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
24
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Total 30 5 3 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
26
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Total 25 6 5 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
28
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
29
38
39
40
Total 23 7 8 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
31
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Total 16 11 10 3
X ² hitung = 4,43
X ² tabel diantara0,10 dan 0,30 (diantara angka 3,62 dan 6,25)
Perbandingan fenotipe dihibrid: 9: 3: 3:1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
33
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Total 19 7 13 1
5 Sriamelia Ahmad 21 11 6 2 40
6 Jihan Putri 19 7 13 1 40
Lumingkiewas
Total 134 47 45 14 240
2
a. Tabel uji X (Chi – Square)
G. Pembahasan
Persilangan monohibrid adalah persilangan dua individu yang
mempunyai satu sifat beda, yaitu parental yang memilki sifat fenotif
merah (AA) dengan parental yang memilki sifat fenotip putih (aa).
Dimana sifat merah dominan dengan sifat putih. Persilangan monohibrid
berkaitan dengan hukum mendel 1 (hukum sekresi) huum mendel I
berlaku pada gamettogenesis F1xF1 yang memilki genotip heterozigot.
Persilangan monohibrid akan menghasilkan ratio fenotip 3:1 dimana 3
adalah dominan (merah) dan 1 adalah resesif (putih).
Hukum segresi merupakan pemisahan gen secara bebas, akan
tetapi data hasil pengamatan yang didapat tidak atau belum tepat dengan
bilangan yang bulat pada nilai kemungkinanan. Untuk menetukan data
hasil pengamatan diterima (baik) atau ditolak (buruk), kita mengacu pada
derajat kemngkinan dan nilai kemungkinan yang ditetapkan. Apabila hasil
X² lebih besar dari pada tabel maka hipoteisi yang didapat buruk
sebaliknya apabila hasil perhitungan X² lebih kecil dari pada tabel maka
hipotesis diterima artinya hasil yang diperoleh sesuai secara teoritis.
37
DAFTAR PUSTAKA