Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al qur’an pedoman bagi umat islam, Al qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada
nabi muhamad Saw. Dimana kedudukan al qur’an dalam umat islam sangatlah penting. Karena al
Qur’an dapat membantu kita di alam kubur nanti. Tidak hanya itu al Qur’an merupakan penenang
bagi yang membacanya dan penyejuk jiwa.

Al qur’an juga sebagai inspirasi peradaban kemajuan umat islam,pada zaman dulu umat islam
sukses mewujudkan peradaban islam berkat inspirasi al qur’an, namun sekarang umat islam
masa kini belum mampu membawa atau mewujudkan peradaban rahmatalil a’lamin dengan
inspirasi al qur’an yang sama. Al qur’an juga sebagai sumber hukum moral,bimbingan ibadah dan
doktrin keimanan.

Beraneka ragaman penafsiran al qur’an dan berbagai bentuk corak penafsiran di pada
zamannya. Sistematis dalam memahami al qur’an dengan adanya berbagai persyaratan terhadap
al qur’an maka tidak mengherankan bila al qur’an sebagai sumber ajaran islam. Dan dari segi
material memang bisa dilakukan dengan antara ayat ayat dengan hadist nabi.

Pada zaman sekarang keanekaragaman corak penapsiran al qur’an karena umat islam sudah
menyebar diberbagai wilayah yang di barengi dengan terjadinya perkembangan ilmu
pengetahuan dan berkembangnya berbagai aliran dan pemikiran.sehingga terjadinya perbedaan
pendapat atau perbedaan penafsiran al qur’an. Pada masa nabi,beliau adalah Mufasir tunggal
karena belum munculnya keberagaman corak dalam penapsiran.

Disini juga dalam menelusuri al qur’an dan budaya adalah sebuah komonikasi dua arah karena
dalam komonitas islam maupun slalu saja terdapat bentuk bentuk kehidupan dan pola pola
prilaku ,tindakan aktivitas masyarakat yang mengacu pada al qur’an.

Al qur’an juga sebagai perumusan modarisme atau daya fikir dan daya pandang tentang suatu
realitas atau suatu permasalahan berdasarkan al qur’an . membangun eksprimen ilmu
pengetahuan tentang al qur’an. Al qur’an sebagai paradima kehidupan karena al qur’an
mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan manusia. Al qur’an juga sesungguhnya
menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan cara berfikir.

B. Rumusan permasalahan
a. Mengidentifikasi keanekaragaman corak penapsiran al qur’an
b. Menelusuri adanya dialetikaal qur’an dan budaya
c. Merumuskan paradigma al qur’an tentangmoderatisme.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tentang ‘’
memahami al qur’an sebagai inspirasi peradaban ‘’ makalah ini saya ajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan agama islam. Pada kesempatan ini saya mengucapkan trimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselsaikan tepat pada waktunya.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna . oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari para pembaca kesempurnaan makalah ini dapat memberikan impormasi dan bermanfaat
untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR IS ............................................................................................................ii

BAB I PEENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah ...................................................................................1


B. Rumusan masalah.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Memahami al qur’an sebagai inspirasi peradaban............................................2


B. Mengidentifikasi keanekaragaman corak penafsiran al qur’an.........................2
C. Menelusuri adanya dialetika al qur’an dan budaya...........................................2
D. Merumuskan paradigma al qur’an tentang moderatisme.................................2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAPTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

Memahami al qur’an sebagai inspirasi peradaban


A. Pengertian al qur’an sebagai peradaban

Al qur’an memiliki tempat yang sangat penting dalam keehidupan kaum muslimin dimuka
bumi ini.tidak hanya di tempat terpencil bahkan diseluruh pelosok dimuka bumi ini,karena aal
qurr’an meempunyai peradaban yang bersifat historis dan universal dan disini juga al qur’an
sebagai sumber hukum pedoman moral,bimbingan ibadah dan doktrin keimanan. Dari enam
rukun islam yang kita imani yaitu hanya dua saja yangtidak ghoib pertama nabi muhamad
Saw.karena nabi muhad adalah sosok histori yang dimana nabi muhamad slalu ada dengan
memahami sebagian kecil dari keseluruhan riwayat hidupnya. Kedua al qur’an slalu ada pada stiap
kehidupan umat muslim dimuka bumi ini. Karena al qur’an slalu kita baca dan kaji kandungannya.
Dengan demikian,pintu gerbang yang terbukka untuk mendalami ajaran allah Swt adalah
melalui kitab suci aal qur’an.ttidak ada sebuah teks yang melahirkan teks teks lain yang tterhitung
jumlahnya,kecuali teks suci al qur’an.yang juga sangat menarik direnungkan ,begitu kita membuka
dan meembaaca teks ayat suci al qur’an,al qur’an sennddiri menyuruh pembacaannya untuk
menggantikan pesan dirinya dengan teks teks kauniyah,yaitu wahyu tuhhan yang terhampar
dalam alam semesta.
Sejak awal muladiwhyukan,al qur’an sangat menekankan betapa vitalnya mengubah pola
berfikirnya bangsa arab yang hidup dalam budaya ilitrasi agar mendayagunakan nalar untuk
melakukan riset,membaca jejak jejak kebesarannya yang terhampar didalam semesta.
Kehadiran sosok nabi muhamad Saw dan al qur’an telah mengubah orrientasi cara berfikir
masyarakat arab kala itu. Tradisi dan energi saling berperang antar suku diubah menjadi kekuatan
kompergen lalu diarahkan untu membangun peradaban baru yang bersifat konsompolit,melewati
batas entensis dan tritori dan tritori primordial mereka.
Karenanya,pusat pusat peradaban islam bemunculan diberbagai wilayah diluar mekah dan
madinah,tempat al qur’an diwahyukan. Madinah juga mengandung makna.meskipun rasulullah
memegang kepemimpinan tertinggi dan absoulut,namun beliau meletakan dasr dasr masyarakat
partisipaasip dan kontraktual yang ada pada abad modern menjadi reprensi dan jalan utama
pemmikiran politik.
Pesan taohid telah mengubah jalan fikir atau menset mereka sehingga yang tadinya slalu
berorientasi pada kepentingan suku dan ethis.
Berkat pesan alkur’an yang mendorong umat islam dimuka bumi ini untuk slalu mencintai
dan menghargai ilmu pengetahuan dan menjunjung tinngi peradaban.

a. Al qur’an sebagai sumber hukum


Al Qur’an sebagai sumber hukum yang utama dalam islam kata sumber dalam artian ini
hanya dapat digunakan untuk al qur’an maupun sunah. Karena keduanyamerupakan wadah yang
dapat di timba hukum syarak’. Apabila terdapat suatu suatu kajian,maka pertama kali harus dicari
sumber hukum dalam al qur’an.
dan selanjutanya di ikuti oleh sunah. Alqur’an merupakan sumber dan tiyang agama islam,
yanmg di dalamnya terdapat berbagai kaedah yang tidak akan berubah dengan perubahan jaman
dan tempat. Alqur’an juga mengandung hukum-hukum gelobal dan penjelasan mengenai aqidah
yang benar, di samping sebagai hujah yang tetap berdirinya agama islam. Maka alqur’an memuat
sisi –sisi hukum yang mencakup berbagai bidang
1. Hukum-Hukum i’tiqadyah, yaitu hukum yang berkaitan dengan kewajiban orang
mukallaf, dan ketetapan allah ( qadha dan qadar )
2. Hukum-Hukum moral/dan ahlak,yaitu hhukum-hukum yang berhubungan dngsn
perilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya dengan sifat- sifat keutamaan dan
menjauhkan diri dari sifat tercela yang menyebabkan kehinaan.
3. Hukum-Hukum amaliah yaitu segala aturan hukum yang berkaitan dengan segala
perrbuatan, perjanjian dan muamalah sesama manusia. Segi hukum inilah yang
lajimnya di sebut dengan fiqih alqu’an dan itulah yang di capai dan di kembangkan
oleh ilmu ushul fiqih.
b. Al qur’an sebagai pedoman atau petunjuk

Al qur’an adalah kalamullah yang di turunkan kepada nabi muhamad Saw secara
mutawatir ( bersambung ) dengan perantara malaekat jibril dan berpahala bagi yang
membacanya. Al qur’an diturunkan secara ber angsur angsur tujuannya agar lebih mudah
dipahami dan di hapal serta di amalkan.

Dan di antara ayat ayat al qur’an itu,terdapat sejumlah ayat yang berkaitan dengan
peristiwa atau pertanyaan dari para sahabat rasulullah Saw. Di antaranya,seperti
permintaan umar bin khatab agar rasulullah Saw berdakwah secara terang terangan,dan
tidak lagi sembunyi sembunyi. Kemudian, kisah seorang buta yang meminta kepada
rasulullah Saw agar menerangkan tentang hukum hukum allah. Namun, karena sedang
menerima tamu, rasul merasa kurang senang menerangkanya dan terlihat wajahnya
kurang ceria.

Al qur’an sebagai petunjuk kaum muslimin dan muslimat di muka bumi ini, Al qur’an juga
sebagai pemisah antara hak dan batil atau antara yang benar atau yang salah.

B. Mengidentifikasi keanekaragaman corak penapsiran al qur’an

Corak penapsiran al qur’an tidak terlepas dari perbedaan,kecendrungan,inters,motifasi


mufassir perbedaan misi yang diemban pebedaan kedalaman,dan ragam ilmu yang
dikuasai,perbedan masa lingkungan,serta perbedaan situasi dan kondisi dan ssebaggainya.
Ssemua ini menimbulkan sebagai corak penafsiran yang berkembang menjadi aliran yang
bermacam macam dengaan metode metode yang berrbeda beda.

1. Metode tafsir

Perkembangan ilmu pengetahuan telah sedemikian pesatnya, sehinggaa dari faktor ini saja
pemahaman terhadap redaksi al qur’an dapat berbeda beda. Namun apa yang dipersembahkan
oleh para ahli berbagai displin ilmu sangat berpariasi dari segi kebenarannya . maka bertitik tolak
dari prinsip prinsip larangan penafsiran al qur’an secara spekulatif, maka penemuan ilmiah yang
belum mapan tidak dapat di jadikan dasar dalam penafsiran al qur’an.

Metode yang di gunakan dalam berbagai objek ,baik berhubungan dengan suatu
pembahasan permasalahan,berhubungan dengan pemikiran maupun penalaran akal.atau
pekerjaan fisikpun tidak terlepas dari suatu metode. Dengan demikian metode
merupakan salah satu sarana untuk mecapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Dalam
suatu cara yang teratur dan berfikir baik baik untuk mecapai pemahaman yang benar
tentang apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat ayat al qur’an yang diturunkan kepada
nabi muhamad Saw.

Di dalam metode ini tafsir al qur’an berisi seperangkat kaidah atau aturan yang harus
diindahkan ketika penafsiran ayat ayat al qur’an. Tafsir serupa ini dinamakan dengan
tafsir bi al-ra’y al-mahdh yaitu tafsir berdasarkan fikiran. Di dalam metode tafsir ini ada
dua istilah yang digunakan yaitu metologi tafsir dan metode tafsir.

Pembahasan teoritis dan ilmiah mengenai metode muqrin ( perbandingan ) .misalnya


disebut dengan analisis metodologis,sedangkan jika pembahasan berkaitan dengan cara
penerapan metode terhadap ayat ayat al qur’an disebut pembahasan metodik. Dan cara
menyajikan atau mempormulasikan tafsir tersebut bdinamakan teknik atau seni
penafsiran.

Di dalam penafsiran ada beberapa kosa kata arab yang berrkait dengan metode
penapsiran seperti manhaj mempunyai pengertian yang sama dengan
metode,thariqah,ittijjah berartti arah,majhab bermakna aliran dan allauna bermakna
corak.
Seorang mufassir menafsirkan al qur’an tentu akan menggunakan corak atau warna
tertentu dari penapsiran itu sendiri,misalnya seorang filosof dalam menafsirkan suatu
ayat al qur’an tentu banyak rasio

2. Perkembangan metode tafsir

Sejarah perkembangan tafsir dimulai dari masa nabi dan para sahabat. Penafsiran ayat
ayat alqur’an pada saat ijmali, artinya tidak menandai rinciaan yang menandai. Didaalam
penafsiran merekaa pada umumnya sukar menemukan rincian secara detail, karenaa itu
tidak keliru appabila dikatakan bahwa metode ijmali merupakan metode penafsiran al
qur’an yanng pertama kkali mmuncul dalam kkaajian tafsiran al qur’aan.

Metode ini di terapkan oleh al suyuhi didalam kitabnya al jalalil,dan mirghami didalam
kitabnya taj aal tafsi. Kemudian diikuti oleh metode tahlili dengan mengambil bentuk al
ma’sur kemudian tafsir ini berkembang dan mengambiil bentuk al ra’y. Tafsir dalam
bentuk ini kemudian berkembang terus dengan pesat sehingga mmenghususkan kajianya
dalam bidang bidang tertentu, seperti fiqh,tasauf,bahasa,dan sebagainnya.

Daapat dikatakan bahwa corak corak serupa inilah diabad modern yang mmennghilami
lahirnya tafsir maudu’i atau disebut juga dengan mtode tematik. Lahir pula metode
muqarin yang disebut juga dengan metode pembandingan, hal ini ditandai dengan di
karangnya kitab kitab tafsir yang menjelaskan ayat yang hampir mirif , seperti durrat al
tanjil wa ghurat al ta’wil oleh al khatib al iskafi w.240 H dan al burhan fi taujih mutasyabah
al qur’an oleh taj al qur’an al qarmani w.505 H dan terakhir lahirnya metode tematik atau
disebut dengan maudhu’i meski pola penapsiran semacam ini telah lama dikenal dalam
sejarah tafsir al qur’an, namun menurut M. Quraish shihab, istilah metode maudhu’i yang
dikenal sekarang ini.

Lahirnya metode metode tafsir tersebut, disebabkan oleh tuntutan perkembangan


masyarakat yang slalu dinamis. Pada zaman nabi dan sahabat pada umumnya mereka
adalah ahli bahasa arab dan mengetahui dengan baik latar belakang turunya ayat asbab
an nuzul,serta mengalami secara langsung situasi dan kondisi ketika ayat ayat al qur’an
turun.

Berdasarkan kenyataan historis tersebut,dapat dikatakan bahwa kebutuhan umat islam


dikala itu terpenuhi oleh penafsiran yang sangat global, karena mereka tidak memerlukan
penjelasan yang rinci dan mendalam. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa memang pada
abad pertama berkembang metode global atau ijmali dalam penafsiran ayat ayat al
qur’an, bahkan para ulama’ yang datang kemudian melihat bahwa metode global terasa
lebih praktis dan mudah dipahami, kemudian metode ini banyak diterapkan pada metode
awal.

a. Tafsir sufi

Tafsir yang bercorak sufi ialah tafsir dengan kecendrungan mental’wilkan al qur’an selain
dari apa yang terserat, dengan berdasarkan isyarat isyarat yan nampak pada ahli ibadah
[41 } Sedangkan taswup sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian utama,yaitu:

1. Taswup teoritis merupakan yang didasarkan atas hasil pembahasan dan studi yang
mendalam. Dari klalangan tokoh tokoh taswup lahir utama yang mencurahkan waktunya
untuk meneliti, mengkaji,memahami,dan mendalami al qur’an dengan sudut pandang
sesuai dengan teori teori tasawup mereka. Mereka minta wilkan ayat ayat al qur’an
dengan tidak mengikuti cara cara untuk mentakwilkan ayat ayat al qur’an dan
menjelaskannya dengan penjelasan yang menyimpang dari pengertian tekstual yang telah
dikenal dan didukung oleh dalil syar’i serta terbukti kebenarannya dalam bahasa arab,
yaitu dalam bab prihal isyarat. Mereka berkeyakinan bahwa pengertian tekstual sama
skali bukanlah yang dikehendaki (pengertian batin,bukan tektual,itulah yang
dikehendaki.)

Oleh karena demikianlah keyakinan aliran batahiniah yang ekstrim, maka mereka sampai
menafikan syariat secara keseluruhan.beberapa tokoh sufi tidaklah bersifat demikian. Al
– alusy berkata ‘’ tidak sepantasnya bagi orang yang kemampuanya terbatas dan
keimanannya belum mendalam mengingkari bahwa al qur’an mempunyai bagian bagian
batin yang di limpahkan oleh allah Swt yang maha pencifta dan maha melimpah batin
batin hambanya yang dikehendaki.

2. Tasawup praktis merupakan tasawup yang dihasilkan oleh praktik gaya hidup zuhud
dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada allah. Mereka yanng bersiifat zuhud
didalam dnia dan slalu siap menghadapi kehidupan di akhirat.

Perkembangan pemikiran islam, khususnya di dalam penapsiran islam terhadap ayat ayat al
qur’an memunculkann corak penapsiran sufi. Maka tidak mengherankan bahwa corak
ppenapsiran semacam ini memang bukan hal yang baru,bahkan telah dikenal sejak awal turunya
al qurr’an kepada rasulullah Saw sehingga penafsiran yang dipakai dalam penafsiran ini umumnya
juga mengacu pada penapsiran al qur’an melalui sumber sumber islam yanng didasarkan kepada
nabi Saw.

Dalam perjalanan tafsir ini terbagi dalam dua bagian yaitu : pertama, tafsir sufy isyari’ yaitu
penapsiran al qur’an dalam bentuk ta’wil yang bersifat batini. Penapsiran ini dapat di uji
validitasnya ketika dibuktikan kesesuaiannya antara penapsiran patini dengan kenyataan
lahiriyah. Yang kedua tafsir sufi merupakan tafsir yang dibangun atas permis permis ilmiah
yang diterapkkan dalam penafsiran al qur’an

b. Corak fiqh

Bersamaan dengan lahirnya corak tafsir bil ma’tsur. Corak tafsir fiqh juga muncul pada saat
bersamaan, melalui penukilan riwayat yang sama tampa ada perbedaan di antara keduanya. Ini
terjadi lantara kebanyakan masalah yang muncul dan menjadi bahan pertanyaan para sahabat
pada sejak awal islam, sampai pada generasi selanjutnya adalah masalah yang berkaitan dngan
aspek hukm. Disini,keputusan hukum yang bersumber dari al qur’ann bisa muncul dengan cara
melakukan peenafsiran terhadapnya.

Pada awal islam, ketika menemukan sebuah masalah ,maka yang slalu dilakkukan oleh para
sahabat adalah mengembalikan permasalahannnya kepada nabi Saw. Dengan begitu nabi Saw
memberikab jawaban dan jawaban ini digambarkan sebagai bentuk penafsiran bi al ma’tsur, yang
dengan pemuatan hukum islam dapat pula disebut dengan tafsir fiqh. Oleh karena itu ,boleh
dikatakan pula bahwa tafsir fiqh muncul dan berkembang bersama dengan perkembangan ijtihad,
yang hasilnya tentu saja sudah sangat banyak, dan diteruskan dari generasi ke generasi secara
tulus sejak awal turunya al qur’an sampai masa penyusunan aliran aliran hukum islam menurut
majhab tertentu.

Pada masa pembentukan majhab,beragam peristiwa yang menimpa kaum muslimin


mengantarkan kepada pembentukan hukum hukum yang sebelumnya mungkin tidak ada. Maka
mding masing imam majhab melakukan analisis terhadap kejadian kejadian ini berddasarkan
sandaran al qur’an dan al nsunnah,serta sumber sumber ijtihad lainya.

Di antara kitab kitab yang tergolong tafsir fiqh adalah, ahkam al qur’an, karya al jassas
(w.370 H ), ahkam al qur’an, karya ibn al ‘arabi (w.543 H), dan al jami’ li ahkam al qur’an, karya al
qurtubi (w.671 H ).
c. Corak falsafi

Ialah kecendrungan tafsir dengan menggunakan teori teori filsafat,atau tafsir dengan
dominasi filsafat sebagai pisau bedahnya. Tafsir pada semacam ini pada akhirnya tidak lebih dari
diskripsi tentang teori tori filsafat. [50] dalam melakukan tafsir filsafi, dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu, dengan metode ta’wil atas teks teks agama dan hakikat umumnya yang sesuai dengan
pandangan pandangan filosofis. Dan yang kedua dengan metode penyerahan teks teks agama dan
hakikat hukumnya berdasarkan pandangan pandangan filosofis.

Tafsir falsafi berusaha menafsirkan ayat ayat al qur’an berdasarkan pemikiran atau
pandangan paa ahli falsafi,seperti tafsir bi al ra’y.

Al qur’an adalah sumber sumber dan pedoman hidup umat islam yang pertama, kitab suci ini
menepati posisi sentral dalam segala hal yaitu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
keislaman. Sejarah yang telah mencatat perkembangan tafsir yang begitu pesat, seiring dengan
kebutuhan dan kemampuan manusia dalam menginterprestasikan ayat ayat tuhan. Setiap karya
tafsir yang lahir pasti memiliki sisi positif dan negatif.

Penapsiran filsafi yang cendrung hanya berdasarkan logika karena peran logika begitu
mendominasi, maka metode ini kurang memperhatikan aspek retoritas kitab suci. Namun begitu
tetap ada sisi positifnya yaitu kemampuanya dalam membangun abstaksi makna makna yang
bersembunyi. Dan mendominasikan kemasyarakat luas dunia tampa hambatan budaya dn bahasa.

Ada beberapa tafsir falsafi seperti, mafatih al ghaib, karya pakhr,al razi.(w. 606 H), al
isyarat,karya imam al ghazali (w. 505 H), Rasail ibn sina (w. 370 H). [52]

d. Corak ilmi’

Adalah kecendrungan penapsiran al qur’’an dengan mempokuskan penafsiran pada bidang


ilmu pengetahuan, yakni untuk menjelaskn ayat ayat yang berkaitan dengan ilmu dalam al
qur’an.

Adapun definisi tafsir corak ilmi’ secara istilah menurut istilah menurut beberapa ulama’ di
antaranya .

1. Menurut husyn al dzahabi, tafsir yang bercorak ilmi’ adalah tafsir yang menetapkan istilah
istilah ilmu pengetahuan dalam penuturan al qur’an.
2. Pendapat dari a’bad al majid ‘abad as salam al mahrasi juga memberikan batasan sama
terhadap tafsir bi al ilmi adalah tafsir yang mufasirnya mencoba menyikap ibarat ibarat dalam
al qur’an yaitu mengenai beberapa pandangan ilmiah dan istilah istilahnya serta
menggerakan segala kemampuan dalam menggali berbagai problem ilmu pengetahuan.

3. Pendapat dari yusuf al kardhawi seperti yang di kutif oleh A mufakir muhamad,tafsir yang
bercorak ilmi’ adalah penafsiran yang menggunakan perangkat ilmu lmu konterporer, realita
realita dan teorinya untuk menjelaskan sasaran dan makna al qur’an.

Tujuan tafsir ini adalah untuk memperkuat teori teori ilmiah dan bukan sebaliknya. Alasan
yang melahirkan penafsiran bi al ilmi’ adalah karena seruan al qurr’an pada dasarnya adalah
sebuah seruanilmiah.

Beberapa contoh penafsiran al ilmi’ inii adalah tafsir al kabir atau mafatih ( fakarudin al razi ),
al jawahir fi tafsir al qur’an al karim ( taanthawi jauhari ), tafsir ayat ayat kauniyah ( abdullah
syahatah ).

e. Corak adabi’ ijtima’i (sosial masyarakat )

Memiliki kecendrungan kepda persoalan soial kemasyarakatan tafsir sejenis ini banyak
mngngkapkan hal hal yang berkaitan dengan perkembangan kebudayaan masyarakat yang sedang
berlangsung. Corak tafsir ini berusaha memahami teks al qur’an dengan cara pertama dan utama.
Selanjutnya menjelaskan makna makna yang dimaksud oleh al qur’an tersebut dengan gaya
bahasa yang indah dan menarik , kemudian berusaha menghubungkan nash nash al qur’an yang
tengah dikaji dengan kenyataan sosialdn sistem budaya yang ada.

Bentuk unsur masdyarakat ada tiga yakni,manusia,alam dan intraksi sosial. Unsur ketiga
yang harus kita kaji untuk menemukan dimanakkah letak posisi manusia dalam intraksi sosial,
sesuai dengan konnsepsi yang dikehendaki oleh al qur’an. Manusia aallah mmahluk sosial yang
memiliki ketergantungan ( interdependensi ) satu sama lain dalam kehidupannya.

Dilihat darri segi sifatnya, hubungan sosial tersebut terbagi dua yaitu,hubungan fungsional
yang berarti hubungan sosial yang lebih bertendesikan kejasaan.dan yang kedua adalah
hubungan persaudaraan yang di ikat kesamaan agam. Hubungan ini antara manusia dengan
sesamanya, berkaitan dengan perataan kesejahtraan, gesekan kebudayaan,dan berbagai bidang
kehidupan lainya. Masyarakat awam atau ulama’ menyadar relevensi terbatas yang dimilki tafsir
tafsir tradisional,tidak akan memberikan pewmecahan terhadap masalah masalah penting yang
mereka hadapi sehari hari.

Nuansa kemasyarakatan yang dimaksud adalah

a. Segi ketelitian redaksinya

b. Menyusun kandunggan ayat ayat tersebut dalam suatu redaksi dengan tujuan utama
memaparkan tujuan tujuan al qur’an yang menonjol pada baggian utama yang di
turunkanya al qur’an

c. Penafsiran ayat dikaitkan dengan sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat.

Tokoh utama corak adabi’ ijtima’iini adalah muhamad abdul sebagai peletak dasarnya,
dilanjutkan oleh muridnya rasyid ridha, diera selanjutnya adalah fazlulrahman ,muhamad arkun.

f. Corak lughawi ( bahasa )

Tafsir yang coba menjelaskan tentang makna makna al qur’an dnga menggunakan kaidah
kaidah kebahasaan. Seorang yang ingin menafsirkan al qur’an dengan pendekatan bahasa
hharus mengetahui bahhasa al qur’an yaitu bahasa arab dengan seluk beluknya. Ahmad syurbasyi
menepatkan ilmu bahasa dan yang terkait ( nahwu,sharaf,etimologi,balaghah dan qiraat. ) sebagai
syarat pertama sebagai orang mufassir.

Berbagai macam penyajian dan pembahasan dari dua klompok besar yaitu.

1. Tafsir lugawi yang murni atau lebih banyak membahas hal hal yang berkait dengan bahasa
saja, seperti tafsir ma’an al qur’an karya al farra , tafsir al jalalain karya al sayuthi dan al
mahally dan lainya.

2. Yang pemmbahasan campur baur dengan pembahasan lain seperti hukum,thnology,dan


sejenisnya. Seperti tafsir al thabary li ibn jarir al thabary, mafatih al ghaib li al fakruddin al
razy,dan sebagian besar tafsir dari awal hingga sekarang, yang termasuk tafsir al mishab
yang disusun oleh quuraish shihab.

Untuk lebih jelasnya tentang jenis dan macam macam tafsir luugawi yaitu
1. Tafsir nahwu atau i’rab al qur’an merupakan tafsir yang hanya pokus membahas i’rab
( kedudukan) setiap lafal al qur’an, sepperti kitab al tibyan fi i’rab al qur’an karya abdullah
bin husain al aakbary (w. 616 H).

2. Tafsir syaraf atau morpologi ( simiotik dan sematik ) merupakan tafsir lugawi yang pokus
membahas aspek makna kata,istiqaq dan korelasi antar kata seperti tafsir al qur’an karim
karya quraish shihab, konsep kufr dalam al qur’an karya harifudin cawidu.

3. Tafsir munasabah yaitu tafsir lughawi yang lebih menekan pada aspek antar ayat atau
surah, seperti nazhm al durar fi tanasub al ayat wa al suwar karya burhanudin al buqa’y
(w. 885 H ).

4. Tafsir al matsal ( alegori ) yaitu tafsir yang cenderung mengekspos perumpamaan


perumpamaan dan majaz dalam al qur’an seprti kitab al amatsal min al kitab wa al sunnah
karya abdullah muhamad bin ali al hakim al turmudzi (w.585 H)

5. Tafsir qira’ah merupakan tafsir membahas macam macam kiraah seperti kitab tahbir al
taisir fi qira’at al aimmah, al’asyrah kaya muhamad bin muhamad al jazry (w.843 H)

6. Tafsir kalsifikasi bahasa yaitu yang mengkaji lafal lafal yang murni bahasa arab dan yang
tidak seperti kitab al muhadzzab fi waqa’a fi al qur’an min al mua’rrab karya jalaludin al
sayuthi.

g. Corak balaghi ( kalam

Al qur’an didasarkan pada segi balaghohnya ( keindahan perkataan dan uslub al qur’a.
Contoh tafsir balaghi ialah tafsir al kasysyaf karya al zamakhsyari. Dan corak bayani yaitu
tafsir yang berkisaran tentang balaghutu al qur’an dalam bentuk ilmu bayan seperti tasbih
isti’aroh,tamsil,washal,fashal,dan cabang cabangnya seperti penggunaan makna denotasi
( haqiqi ) dan majazi ( metapor ) dan semacamnya.

h. Corak teologi ( kalam )

Tafsir dengan kecendrungan pemikiran kalam,atau tafsir yang memiliki


warnapemikiran kalam. Tafsir semacam ini merupakan salah satu bentuk penafsiran al
qur’an yang tidak hanya di tulis oleh simpatisan klompok teologis tertentu, tetapi
lebih jauh lagi merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang
teologi tertentu.
i. Corak harki

Corak yang disusun oleh seorang tokoh penggerakan umat islam. Dalam hal ini
penafsiran seorang mufasir berusaha menjelaskan maksud allah dalam al qur’an,
khususnya yang terkait dengan perubahan dan pegerakan sosial ke arah yang lebih
baik . contoh tafsir haraki adalah tafsir fi zhilalil al qur’an karya sayyid qutub.

C. Menelusuri adanya dialektika al qur’an dan budaya.

Pengertian aletika al qur’an dan budaya

Al qur’an merupakan bukti mukjizat yang paling nyata,mulia dan agung yang di turunkan
kepada nabi muhamad Saw. Bahkan al qur’an disebut dengan mu’jizat yang paling agung dari
pada mukjizat yang sebelum sebelumnya.

Ibnu khaldun dalam mukadimahnya mengatakan bahwa,bukti mukjizat yang paling


agung,paling mulia,dan paling nyata adalah al qur’an yang diturunkan kepada nabi kita muhamad
Saw. Sebab pristiwa pristiwa ajaib yang menyalahi adat kebiasaan, pada umumnya terpisah
( berbeda ) dari wahyu yang diterimanya.

Mukjizat dalam kontek wahyu tersebut tidak menyimpak dari batas batas kerangka yang
menjadi karaktristik kebudayaan dimana wahyu yang di turunkan.oleh karena itu, mukjizat nabi
isa as adalah menyembuhkan penyakit dan menghidupkan orang meninggal karena karaktristik
kebudayaan umatnya ketika itu unggul dalam dunia kedokteran.

Latas bagaimana dengan nabi muhamad Saw al qur’an di wahyukan kepaada nabi muhamad
Saw. Kemudian disampaikan keppada bangsa arab yaang memiliki keunggulaan dalam bersaair
ataupun berpuisi, maka mukjizat yang diturunkan berupa teks bahasa yang meerupakan teks
wahyu itu senddiri.

Senada dengan Nas Hamid Abu Zaid. Az Zarkasyi,1972 dalam Al Burhan fi ulumil qur’an
menyatakan demikian ( mengapa mukjizat al qur’an berupa teks ) sebab bangsa arab pandai
berbahasa dan bersilat lidah, sebagaimana ada alasan bagi munculnya mukjizat nabi isa,karena
banyak ahli kedokteran daan pada zaman nabi isa banyak tukang sihir.

sastra syair dan puisi Merupakan ontologi bangsa arab atau bisa juga disebut juga
pengetahuan tunggal bangsa arab pada masa itu. Dalam hal ini menunjukan bahwa sa’ir /
puisi merupakan teks kebudayaan dalam masyarakat arab pra islam. Dari sinilah muncul
istilah penyambutan yang berbeda untuk syair / puisi dengan al qur’an.

Secara lebih tepat, proses ini dapat disebut sebagai proses inkulturasi,sebab dialetika antara
al qur’an dan budaya mampu menanamkan nilai nilai fundamental islam yang dibawa oleh al
qur’an kedalam sebuah budaya,trutama bangsa arab. Dalam perjalanan pewahyuannya, al
qur’an yang telah meluas turun beriringan dengan kejadian kejadian tertentu dalam momen
kesejarahan bangsa arab sekaligus berperan menjadi prespon dan pemberi solusi atau dalam
ulum al qur’an disebut sebagai asbab ul nuzul. Dalam fakta inilah khalil abdul karim berani
menapsirkan pernyataan umar ibn khatab yang menyatakan bahwa bangsa arab adalah materi
islam ( al arab maddah al islam ) dengan memberikan beberapa contoh syariat islam ialah

1. Menganggab ka’bah sebagai tempat yang paling suci di mekah

2. Mempertahankan tradisi empat bulan haram ( arba’ah hurum ) yakni


dzulhijah,dzulkaidah,muharam rajab

3. Tradisi haji dan umrah

4. Poligami

5. Penggantungan nasab kepada ayah ( patrilineal )

Selain tahmil,sodiqinjuga merumuskan model dealitika al qur’an dan budaya dimasa nabi
muhamad Saw., dengan menyebut dua model dialentika lainya yaitu taghyir dan tahrim. Dan
taghyir mempunyai arti model dialentika al qur’an yang mengangkat budaya namun namun
mereka mengesutruksinya sehingga mengubah orentasi dari budaya tersebut. Salah satu
contohnya ialah sa’i. Sa’i merupakan salah satu dari rukun haji yang di nggkat dari budaya bangsa
arab. Dahulu bangsa arab jahiliah melakukan sa’i dengan tujuan memuja dua berhala yang ada di
kedua bukit tersebut. Berhala yang berada di bukit shopa yang bernama suap sedangkan
dimarwah bernama nailah.

Tatkala islam datang sa’i tidaklah dihilangkan namun tujuannya yang diubah ubah. Maka QS. Al
baqorah ( 158) menjadi bukti bahwa islam yang mengangkat dan merekontruksinya baik dari sisi
tata cara maupun tujuanya yakin sebagai syi’ar islam dan bukti ketaatan kepada allah. Selanjutnya
tahrim merupakan suatu gaya dialetika al qur’an yang mendoktruksi suatu budaya karena
dianggap replepan untuk di pertahankan serta mempertimbangkan sisi masalahat didalamnya.
Salah satu contonya adalah langgaran minuman hamer yang melalui tiga ayat al qur’an Q.S al
baqorah : 219,an nisa’ : 43 dan al maidah :90.

Tidak bisa dibayangkan al qur.an tiba tiba datang dan mendokontruksi semua aspek kehidupan
yang telah ada dalam masyarakat arab. Semisal dalam model tahmil,al qur’an menghapus teradisi
haji dan umrah,maka sudah dapat di pastikan islam akan di tolak dan tidak mendapatkan simpati
dari masyarakat.

Sebab salah satu yang menyandikan kota mekah ramai stiap tahunya adalah dengan adanya
rituaal haji dan umrah. Begitupun dalam gaya gayaa selanjutnya, jika al qur’an menjadikan budaya
sebagai salah satu strategi dan media dalam menyampaikan pesan pessannya maka ajaran islam
akan kring dan tidak mendapatkan tempat masyarakat.

D. Merumuskan paradigma al qur’an tentang moderatisme

Islam adalah agama yang moderatisme dan eksistensinya bukan agama yang ekstrim. Dalam al
qur’an alla banyak memberi isyarat akan moderatisme islam sebagai suatu agama.

Dalam surah al baqorah yang artinya ‘’ dan demikian ( pula ) kami telah menjadikan kamu
( umat islam )umat yang adil dan pilihan ,agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan
agar rasul ( muhamad )menjadi saksi atas perbuatan kamu.’’

Kata mudarat di dalam diskursus agama islam bermuara dari bahasa arab yaitu waw,sin,dan tha’’
didalam bahasa arab kata wasatha memiliki dua cara baca yang berbeda,dengan kandungan
makna yang berbedapula.

Kedua kata tersebut dibaca dengan wasatha. Huruf sin di baca dengan harakat pathah,kata ini
menganddung beberapa arti yang saling berdekatan antara lain: pertama ia mengandung arti ‘’
sesuatu berbeda antara dua sisi’’. Kedua berarti ‘’ terbaik’’ atau ‘’paling mulia’’ dan ketiga yaitu’’
adil’’. Dari ketiga arti tersebut penulis mengungkapkan bahwa makna saling berdekatan satu sama
lainya, karena sikap adil itu adalah ‘’ tidak cendrung pada salah satu sisi ketiga yang berada di
antara dua sisi kemudian sikap adil juga tidak akan tiba dalam diri kecuali pada diri yang mulia.

Dalam memaknai kata wasatha ya menggunakan kata yang sama yaitu adil,baik,moderat,hal
ini menunjukan bahwa islam pada dasarnya memiliki karakterr yang modrat atau adil dalam
menyikapi suatu hal dalam hal ini adalah kesasian terhadap para nabi terdahulu bahwa mereka
telah menyampaikan risalahnya kepada umat mereka.
Untuk memperjelas makna wasatha yang dimaksud pada konteks ini,maka perlu kiranya sedikit
menyebutkan tafsiran ulama’ tentang ayat tersebut, salah satunya adalah apa yang dikatakan
oleh imam at thabari dalam tafsir tafsir at thabari bahwa salah wustha adalah salat asyar,lalu
stelah merajjih bahwa salah wasatha adalah asar. Ia mengatakaan’’ dikatakan demikian karena
letaknya berada di tengah tengah antaa salat wajib 5 waktu’’.

Karena itu terletak setelah dua salat subuh dan zuhur dan terletak juga pada sebelum dua salat
magrib dan isa itulah yang menjadi alasan atas pendapat tersebut.

Kemudian imam at thabari juga menjelaskan pendapat lain yang mengatakan bahwa yang
dimaksud ayat tersebut adalah salat magrib. Pasalnya yang dimaksud wasatha adalah adil antara
dua perkara . ia mengatakan adil disini adalah tidak banyak dan juga tidak sedikit jumlah
rekaatnya. Dibandingkan dengan salat pardu lainya, magrib itu berada ditengah tengah, yaitu tiga
rekaat sedangkan yang paling sedikit adalah dua dan paling banyak empat rakaat.

Didalam hadist hadist rasulullah nbanyak menyebutkan tentang kata wasatha pada beberapa
konteks yang berbeda, antara lain seperti hal lainya hadist yang diriwayatkan oleh imam bbukhari,
rasulullah Saw bersabda’’ sesungguhnya didalam surga itu terdapat 100 tingkatan yang allah SWT
persiapkan bagi para mujahid di jalan alla, dan jarak antar satu tingkatan dengan tingkatan lainnya
itu sebagaimana langit dan bumi, apabila kalian memohon maka memohonlah kepada allah Swt
agar mendapatkan syurga pirdaus,karna surga firdaus adalah surga yang paling tinggi dan mulia
tingkatannya’’.
DAFTAR PUSTAKA

Ari wilianto, ( 2020), Al qur’an sebagai sumber hukum. https:// al_qur’an


_sebagai_sumber_hukum. Diakses selasa 9 juni 2020 ( Contoh kutipan dari internet )

Abdul latif, (2017),Memahami al qur’an. https://memahami_al qur’a. Diakses 1 maret 2017.


(conttoh kutipan darijournal )

Maulana malik ibrahim,dealetika al qur’an dengan budaya. https://dealetika _ al


qur’an_dengan_budaya. Diakses minggu 27 desember 2018 ( journal )

Muh. Naanda al fateeh (2020),moderatis tentang al qur’an. https:// moderalitas_ tentang_ al


qur’an. Di akses pada tanggal 1 november 2020 (journal)
PPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MEMAHAMI AL QUR’AN INSPIRASI PERADABAN

DOSEN

H.L. HABIBURRAHMAN,M.Pd

DI SUSUN OLEH

HIJIUL MIYATI

NIM : 20710720240

SKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP HAMZAR


KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN AJARAN 2021 / 2022


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al qur’an merupakan kalamulah yagiturunkan kepada nabi muhamad Saw.yang


dimana di sampaikan kepadda umat manusia pada zaman dahulu hingga pada saat ini
al qur’an trus berkembang sehingga munculah berbagai macam penafsiran dan corak
corak penafsiran.

2. Dalam fakta al qur’an kita bisa mendapatkan pelajaran tentang berbagai macam
pendapat para pembawa terdahulu,sehingga berkembang luas berbagai macam
pendapat

3. Disini kita bisa melihat bentuk penafsiran dan corak corak yang ada di dalam
penafsiran dan bentuk pemikiran

4. Peradaban yang terjadi pada masa lampau sehingga al qur’an sebagai sumber hukum.

B. Saran

Jadi dalam memahami berbagai macam corak penafsiran dan memahami al qur’n
sebagai peradaban maka kita perlu meningkatkan pengetahuan dalam mengetahui
berbagai corak penapsiran dan peradaban al qur’an .

Anda mungkin juga menyukai