Disusun Oleh :
Asisten Praktikum :
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peta geologi menyajikan data formasi-formasi batuan pada bagian tertentu. Informasi dari
peta geologi dapat lebih spesifik baik secara susunan bawah permukaan serta kejadian
geologi yang mempengaruhinya, dapat diketahui dari sayatan geologi. Dengan adanya
sayatan geologi maka proses penginterpetasian perlapisan bawah permukaan akan lebih
dipahami dan mudah. Dalam penginterpretasian sayatan geologi tersebut perlu diulas
kembali hukum-hukum geologi serta mengasah kemampuan dalam logika geologi.
1.2 Tujuan Praktikum
Dengan dilakukannya praktikum pembuatan sayatan geologi, praktikan dapat membuat
sayatan geologi serta menginterpretasikannya
1.3 Manfaat
Agar dapat lebih dipahaminya sayatan geologi baik dari segi cara pembuatan dengan tepat
serta sesuai informasi litologi batuan. Dapat dicari dan diterapkan apperent dip dan true
dip serta direction angle. Dengan mempelajari sayatan geologi juga dapat diketahui umur
atau urutan lapisan batuan dan merekonstruksi sejarah geologi dalam sayatan tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sayatan Geologi
Dalam penyusunan dan pembuatan peta geologi dibutuhkan data-data utama seperti peta
topografi, foto udara, foto atau data satelit, dan data pendukung seperti data geofisika dan
geokimia suatu wilayah. Untuk data geofisika misalnya data gravitasi atau anomaly
magnetik suatu wilayah yang berkaitan erat dengan geologi permukaanya. Pembuatan
sayatan geologi dilakukan dalam pemetaan geologi untuk membantu dalam kembangkan
interpretasi struktur geologinya berdasarkan data topografi. Dalam penggambaran
sayatan geologi juga dapat diketahui kemiringan lapisannya, data pendukung untuk
ketahui kejadian disebuah strata (misal lipatan, patahan), perubahan ketebalan starata.
Sederhananya peta geologi dan sayatan geologi dapat saling memperkuat dalam
penginterpretasikan kenampakan permukaan maupun bawah permukaan bumi. (Coe,
2011)
Gambar 2.2 Hubungan True Dip dan Apparent Dip (Lisle, 2004)
True dip yaitu sudut kemiringan yang diukur tegak lurus dengan perpotongan bidang.
Pengukuran dip di lapangan dapat menggunakan kompas dan perangkatnya yaitu
clinometer. True dip memiliki kemiringan lereng yang paling besar.
Dalam singkapan terdapat dip yang tidak terlihat dipermukaan, mempengaruhi sudut
kemiringan yang terbentuk tidak tegak lurus dengan dipnya. Apperent dip yaitu sudut
yang terbentuk antara suatu bidang yang diukurnya tidak tegak lurus dengan perpotongan
bidang. Direction Angle atau sudut arah kemiringan yaitu sudut yang terbentuk dari strike
dengan plunging line atau sayatannya. (Lisle, 2004)
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Pensil
Pensil digunakan dalam menandakan nilai-nilai kontur, menggambar,
menghubungkan titik-titik kontur, dan menandai perbedaan lapisan litologi
3.1.3 Penggaris
Penggaris digunakan untuk membuat garis penampang serta digunakan pula untuk
membuat base line dan end line. Serta digunakan untuk menggambarkan sudut
kemiringan perlapisan batuan.
Mulai
1. Dibuat Section Line lalu diberi keterangan pada masing-masing ujung garis, misalnya K dan L
2. Digunakan kertas lain lalu diletakkan di sepanjang section line, kemudian ditandai pada kertas
tersebut titik-titik yang berpotongan dengan garis kontur, lalu dicatat nilai ketinggian masing-masing
kontur
3. Dibuat end line dan base line pada kertas milimeter blok. Panjang base line disesuaikan dengan
panjang section line, sementara tinggi end line disesuaikan dengan tinggi maksimum kontur yang ada.
Diberi nilai ketinggian pada end line, lalu diberi judul di bagian atas
4. Diletakkan kertas bantu yang telah ditandai kontur ketinggian pada base line dengan kedudukan
yang sama, kemudian diproyeksikan titik-titik kontur ketinggian sesuai dengan nilai ketinggiannya.
6. Setelah itu sayatan yang sudah terbentuk diberi litologi tiap daerah kontur dan struktur geologi seperti
arah dip dan sudut dip perlapisan litologi.
Selesai
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Lembar Peta Latihan
Secara keseluruhan dalam lembar latihan peta yang diberikan memiliki informasi sebagai
berikut. Skala pada peta yaitu 1:9090,90, terdapat arah mata angin, beberapa simbol jenis
struktur bidang peta. Untuk pewarnaan litologi perlapisan batuan menggunakan pewarnaan
berdasarkan web USGS, namun karena pensil warna yang terbatas dan hasil scan yang
kurang baik sehingga warna terkesan menyatu atau samar. Untuk sayatan geologi yang
akan diperdalam lebih jauh yaitu sayatan X-Y dsn sayatan K-L.
4.2 Sayatan X-Y
Penarikan sayatan dari titik X ke titik Y pada lembar latihan maka akan didapatkan penampang
geologi beserta litologinya. Litologi yang terlewati oleh sayatan tersebut dari yang paling muda
hingga tua yaitu mudstone, shale, sandstone, conglomerate, dolorite, dan limestone. Urutan batuan
tersebut memiliki umur tertua hingga termuda berdasarkan hukum geologi.
Proses geologi yang terjadi pada lapisan shale dan sandstone, pada sandstone seperti tereosi yang
menyebabkan pada lapisan sandstone ada yang hilang dan jika diinterpretasikan serta dihubungkan
dengan structural geologi seperti menyerupai lipatan chevron.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Untuk umur batuan pada sayatan X-Y dari yang termuda hingga tertua yaitu mudstone,
shale, sandstone, conglomerate, dolorite, dan limestone. Sayatan K-L untuk umur yang
termuda hingga tertua yaitu yaitu mudstone, shale, sandstone, conglomerate, dan
limestone. Dalam sayatan X-Y diindikasikan sejarah dimana setelah proses pengedepan
seluruh lapisan batuan terjadi intrusi dari magma batuan beku.
5.2 Saran
Perlu dipelajari kembali hukum-hukum geologi dasar beserta strukturalnya agar logika
geologi lebih terasah. Dapat diperhatikan pula besar butiran perlapisan batuan agar lebih
mempermudah interpretasi.
DAFTAR PUSTAKA
Busch, Richard.M. 2015. Laboratory Manual in Physical Geology. 10th ed. Pearson.
Coe, Angela L. 2010. Geology Field Techniques. New York : Wiley-Blackwell.
Compton, R, R. 1985. Geology in The Field. New York: John Wiley and Sons.
Lisle, Richard J. 2004. Geological Structures and Maps. Cardiff: Pergamon Press.
LAMPIRAN