Anda di halaman 1dari 16

HAK ASASI MANUSIA ( HAM )

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu : Nevy Rusmarina Dewi, S.IP, MA.

Disusun oleh kelompok 3 :

1) Slamet Budiarso (2140210038)


2) Rahma Nuzulliani (2140210056)
3) Putri Nur Isnaeni (2140210065)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
1
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasanyang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak
jugamerupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal
yangsering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era
sebelumreformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dankita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM
pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah
tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusiayang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang
harusdihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri
adalahmerupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
aksikeseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusiamenjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(AparaturPemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Hak Asasi Manusia (HAM) ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan pemikiran HAM ?
3. Apa saja macam-macam bentuk HAM ?
4. Bagaimana permasalahan dan penegakan HAM di Indonesia ?
5. Apa saja contoh kasus-kasus HAM di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ham.
2
2. Untuk Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Ham.
3. Untuk Mengetahui Macam-macam Bentuk Ham.
4. Untuk Mengetahui Permasalahan dan Pengegakan Ham di Indonesia.
5. Untuk Mengetahui Contoh Kasus-kasus HAM di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


HAM adalah hak hak yang telah dipunyai seseorang sejak dalam
lahir.Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan YangMaha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk TuhanYang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi,dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”
Pengertian menurut para ahli
a. HAM menurut Jhon Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan kepada
manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada kekuatan di
dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar dan
suci.
b. HAM Menurut Jan Materson
Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB. Menurutnya HAM
adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia
mustahil hidup sebagai manusia.
c. HAM menurut miriam budiarjo
HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir didunia. Hak itu
sifatnya universal,karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik itu ras,
jenis kelamin, suku dan agama.
d. HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto
3
HAM adalah suatu hak yang bersipat mendasar. Hak yang dimiliki
manusia sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan.
e. HAM menurut undang-undang nomer 39 tahun 1999
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai
ciptaan tuhan yang maha esa. Hak tersebut merupakan anugrah yang wajib
dilindungi dan dihargai oleh setiap manusia.

B. Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Ham.


1. Sejarah HAM di dunia. 1
Dunia barat (Eropa) paling dahulu menyuarakan HAM, dimana
berdasarkan sejarah Hak Asasi Manusia, Inggris yang paling utama menyerukan.
Tecatat di Inggris terdapat
seorang filsuf yang mengungkapkan gagasan atau merumuskan adanya hak alamiah
(natural rights), yaitu Jhon Locke pada abad 17. Sejarah perkembangan Hak Asasi
Manusia di dunia barat ditandai dengan tiga hal penting, yaitu Magna Charta,
terjadinya revolusi Amerika dan revolusi Prancis.
a. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian anatara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan
disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh
raja kepada para bangsawan beserta keturunannya,seperti hak untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan
sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh
para bangsawan. Sejak saat itu,jaminan hak tersebut berkembang dan
menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
1
https://www.sembilanbintang.co.id/perkembangan-ham-di-dunia-internasional-maupun-
diindonesia/#:~:text=Sejarah%20HAM%20atau%20Hak%20Asasi,dari%20dunia%20Barat
%20(Eropa).&text=Pada%20masa%20itu%2Chak%20masih,Revolusi%20Amerika%20dan%20Revolusi
%20Prancis.

4
b. Revolusi Amerika (1776)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat saat melawan penjajahan
Inggris disebut Revolusi Amerika. Declarational of Independence (Deklarasi
Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka pada tanggal 4
Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi itu.
c. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut.
Declaration droits de fhomme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia
dan Warga Negara) dihasilkan Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga
hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan
(fraternite). Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin
luas. Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang menjadi
empat macam kebebasan (The Four Freedom). Konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.

2. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di indonesia2


Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan sepenuh
jiwa, serta sangat sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.Indonesia
telah ikut bersama negara lain untuk memperjuangkan HAM, memasukan rasa
kemanusian dalam perundangan, sebab hal tersebut merupakan
fundamental.Pancasila sebgai dasar negara Indonesia sepenuhnya mendukung dan
menjungjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia. Diawal kemerdekaan
Indonesia, tokoh seperti Mochammad Hatta merupakan orang yang paling vocal
dalam menyuarakan HAM.Indonesia dalam memperjuangkan haknya sebagai
bangsa harus melewati beberapa fase, seperti halnya pembentukan organisasi.
Organisasi yang didirikan tersebut mewadahi banyak orang
dimana untuk merasa sadar bersama-sama memiliki hak-hak yang harus
diperjuangkan dan dicapai. Organisa-oraganisasi yang dibangun memperjuangkan
hak-hak masyarakat dengan cara berbeda, namum pada hakikatnya memiliki
tujuan yang sama untuk menghapuskan kolonialisme di tanah Indonesia. Sehingga
dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat menjadi manusia yang seutuhnya
karena hak kemanusiaannya terpenuhi. Sebagai contoh,
Budi Oetomo memperjuangkan hak masyarakat dan kemanusian lewat
2
Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-
update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia
5
petisi-petisi dan surat yang disampaikan kepada kolonial belanda waktu itu.
Kemudian ada Sarekat Islam yang berusa memperjuangkan hak-hak kemanusiaan
dan menghilangkan diskriminasi secara rasial.

3. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia


Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia mengalami pasang dan surut
yang secara jelas dapat terlihat melalui tabel periodesasi sejarah Indonesia, mulai
tahun 1908 hingga sekarang. Pada dasarnya, konsep HAM bukanlah semata-mata
sebagai konsep tentang hak-hak asasi individual, melainkan juga kewajiban-
kewajiban asasi yang menyertainya.
a) Periode 1908-1945
Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh Bangsa Indonesia terutama sejak tahun
1908 lahirnya Budi Utomo, yakni di tahun mulai timbulnya kesadaran akan
pentingnya pembentukan suatu negara bangsa (nation state) melalui berbagai
tulisan dalam suatu Majalah Goeroe Desa. Konsep HAM yang mengemuka adalah
konsep-konsep mengenai hak atas kemerdekaan, dalam arti hak sebagai bangsa
merdeka yang bebas menentukan nasib sendiri (the rights of self determination).

Namun HAM bidang sipil, seperti hak bebas dari diskriminasi dalam segala
bentuknya dan hak untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat mulai juga
diperbincangkan. Bahkan konsep mengenai hak untuk turut serta dalam
pemerintahan telah dikemukakan oleh Budi Utomo. Perkembangan HAM di
Indonesia selanjutnya tumbuh seiring dengan kemunculan berbagai organisasi
pergerakan yang intinya sebagaimana diperjuangkan oleh Perhimpunan Indonesia
yaitu hak menentukan nasib sendiri. Pada masa-masa selanjutnya, pemikiran
tentang demokrasi asli Bangsa Indonesia yang antara lain dikemukakan Hatta,
makin memperkuat anggapan bahwa HAM telah dikenal dan bukanlah hal baru
bagi Bangsa Indonesia. Perkembangan pemikiran HAM mengalami masa-masa
penting manakala terjadi perdebatan tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI.
b) Periode 1950- 19593
Meskipun usia RIS relatif singkat, yaitu dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17
Agustus 1950, namun baik sistem kepartaian multi partai maupun system

3
Ibid, hal. 32.
6
pemerintahan parlementer yang dicanangkan pada kurun waktu pertama
berlakunya UUD 1945, masih berlanjut. Kedua sistem yang menumbuh
kembangkan sistem politik demokrasi liberal/parlementer tersebut semakin
berlanjut setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan berlakunya
UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959. bahkan pada periode ini
suasana kebebasan yang menjadi semanggat demokrasi liberal sangat ditenggang,
sehingga dapat dikatakan bahwa baik pemikiran maupun aktualisasi HAM pada
periode ini mengalami “pasang” dan menikmati “bulan madu”. Karena :
1) semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan beragam ideologinya
masing-masing
2) kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul menikmati
kebebasannya
3) Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair dan demokratis
4) Parlemen atau Dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari
kedaulatan rakyat menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakilwakil
rakyat dengan melakukan kontrol atau pengawasan
5) Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang kondusif.

c) Periode 1959-1966
Memasuki periode kedua berlakunya UUD 1945 yaitu sejak dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, gagasan atau konsepsi Presiden Soekarno mengenai
demokrasi terpimpin dilihat dari sistem politik yang berlaku yang berada di bawah
kontrol/kendali Presiden. Dalam perspektif pemikiran HAM, terutama hak sipil
dan politik, sistem politik demokrasi terpimpin tidak memberikan keleluasaan
ataupun menenggang adanya kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pikiran dengan tulisan.
Di bawah naungan demokrasi terpimpin, pemikiran tentang HAM dihadapkan
pada restriksi atau pembatasan yang ketat oleh kekuasaan, sehingga mengalami

7
kemunduran (set back) sebagai sesuatu yang berbanding terbalik dengan situasi
pada masa Demokrasi Parlementer.
d) Periode 1966-1998
Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966 yang diikuti dengan situasi
chaos mengantarkan Indonesia kembali mengalami masa kelam kehidupan
berbangsa. Presiden Soekarno mengeluarkan Supersemar yang dijadikan landasan
hukum bagi Soeharto untuk mengamankan Indonesia. Masyarakat Indonesia
dihadapkan kembali pada situasi dan keadaan dimana HAM tidak dilindungi. Hal
ini disebabkan oleh pemikiran para elite kekuasaan terhadap HAM. Umumnya era
ini ditandai oleh pemikiran HAM adalah produk barat. Pada saat yang sama
Indonesia sedang memacu pembangunan ekonomi dengan mengunakan slogan
“pembangunan” sehingga segala upaya pemajuan dan perlindungan HAM
dianggap sebagai penghambat pembangunan. Hal ini tercermin dari berbagai
produk hukum yang dikeluarkan pada periode ini, yang pada umumnya bersifat
restriktif terhadap HAM.

C. Macam-macam Bentuk HAM


Hak asasi pribadi / personal Right4
• Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
• Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
• Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
• Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing
1) Hak asasi politik / Political Right
• Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
• Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
• Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya
• Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
2) Hak azasi hukum / Legal Equality Right
• Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
• Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
• Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum

4
https://www.patikab.go.id/v2/id/2012/12/10/pengertian-dan-macammacam-ham-hak-asasi-manusia/
8
3) Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
• Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
• Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
• Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
• Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
• Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
4) Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
• Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
• Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
5) Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
• Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
• Hak mendapatkan pengajaran
• Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat 

D. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia


1. Instrumen Penegakan HAM di Indonesia
Pemikiran HAM sejak awal pergerakan kemerdekaan hingga saat ini
mendapat pengakuan dalam bentuk hukum tertulis yang dituangkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi sebagai peraturan
perundang-undangan tertinggi di Indonesia.
a) Amandemen UUD 45
Wacana tentang perlunya HAM dimasukkan dalam UUD 45 berkembang ketika
kesadaran akan pentingnya jaminan perlindungan HAM semakin meningkat
menyusul jatuhnya rezim Orde Baru yang represif dan otoriter. Telah diakui bahwa
UUD 45 tidak secara eksplisit mengatur tentang HAM, bahkan beberapa pakar
secara tegas menyatakan bahwa konstitusi negara kita tidak mengenal HAM karena
dirumuskan sebelum adanya Deklarasi Universal HAM. Atas dasar itu amandemen
UUD 45 untuk memasukkan HAM didalamnya merupakan tuntutan reformasi yang
tidak bisa dielakkan. Dan usaha ini diharapkan akan semakin memperkuat
komitmen negara Indonesia untuk menegakkan dan melindungi HAM di Indonesia,
karena dengan menjadi bagian integral UUD 45 HAM itu akan menjadi hak yang
dilindungi secara konstitusional (constitutional right) . Pemikiran ini kemudian
direalisasikan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2000 melalui amandemen II UUD
45.
9
b) Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia
Ketetapan ini disahkan oleh Rapat Paripurna Sidang Istimewa MPR pada tanggal
13 Nopember 1998. Pada masa awal reformasi tuntutan mengenai perlunya suatu
aturan yang memuat ketentuan tentang HAM yang lebih rinci mengemuka dengan
kuat dan menjadi isu sentral yang cukup luas. Untuk mengakomodasi tuntutan
tersebut bentuk hukum yang dipilih untuk mengatur tentang HAM adalah
Ketetapan MPR, karena pada saat itu masih terjadi tarik menarik antara kelompok
yang menghendaki amandemen UUD 45 dan kelompok yang menolaknya.
c) Undang Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 5
Undang Undang ini dipandang sebagai Undang Undang pelaksana dari Ketetapan
MPR No XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia di atas, karena salah satu
dasar hukumnya adalah Ketetapan MPR tersebut. Ketika Undang Undang ini
didiskusikan terdapat dua pendapat yang kontradiktif tentang perlunya Undang
Undang tentang HAM. Oleh karenanya tidak perlu dibuat Undang Undang khusus
tentang HAM.
Undang Undang No.39 Tahun 1999 selain memuat ketentuan ketentuan tentang
HAM juga mengatur tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang fungsi
pokoknya adalah melakukan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan
mediasi tentang HAM.
d) Undang Undang No.26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia6
Undang Undang ini dapat dianggap sebagai tonggak hukum kedua dalam
penegakan HAM dalam level Undang Undang setelah UU. No.39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Undang Undang ini merupakan pengganti dari
Peraturan Pmerintah Pengganti Undang Undang (Perpu) No 1 Tahun 1999 yang
mengatur hal yang sama yang telah ditolak oleh DPR sebelumnya
e) Undang Undang No. 09 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum melalui
Undang Undang ini bertujuan:
1) Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu
pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila dan UUD 45.

5
Ibid. hlm. 89.
6
Ibid. hlm. 93.
10
2) Mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan
dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat.
3) Mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan
kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
dalam kehidupan berdemokrasi.
4) Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau
kelompok.

2. Permasalahan Penegakan HAM di Indonesia


Otoritarianisme rezim Orde Baru antara lain ditandai dengan banyaknya
kasus kasus pelanggaran HAM baik yang terselubung maupun yang terbuka.
Deklarasi Universal Tentang Hak Asasi Manusia yang telah disetujui dan
diumumkan oleh Resolusi Majlis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948,
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasarkan Keppres No 50
Tahun 1993 dan lain lain. Instrumen instrumen di atas ternyata tidak dapat
berfungsi bagi penegakan HAM karena hukum secara umum pada masa Orde Baru
hanya dijadikan alat untuk mempertahankan kekuasaan, bukan untuk mewujudkan
kebenaran dan keadilan, atau dengan kata lain hukum pada masa itu tidak untuk
ditegakkan.7
Keterpurukan hukum di Indonesia sejak masa Orde Baru hingga sekarang
meliputi tiga unsur sistem hukum, sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence Meir
Friedmann, yaitu8 :
a) Struktur, yang dimaksud dengan struktur dalam sistem hukum
Indonesia adalah institusi institusi penegakan hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan
dan Pengadilan, serta hirarki peradilan dari yang terendah (Pengadilan Negeri,
Pengadilan Agama, dan lain-lain), hingga yang tertinggi (Mahkamah Agung),
begitu juga aparat penegak hukum yang bekerja pada institusi institusi penegakan
hukum tersebut. Problem yang terjadi berkenaan dengan struktur ini adalah belum
adanya kemandirian yudisial yang menjamin resistensi institusi institusi penegakan
hukum terhadap intervensi pihak lain

7
Antonius Sujata, Reformasi Dalam Penegakan Hukum, Djambatan, Jakarta, 2000, hlm. 6-7
8
Ahmad Ali, Keterpurukan Hukum Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 7.

11
b) Substansi, yaitu aturan, norma dan pola prilaku nyata manusia yang ada
dalam sistem itu berupa keputusan keputusan yang mereka keluarkan dan
mencakup pula hukum yang hidup (living law) dan bukan hanya aturan aturan yang
ada dalam kitab undang undang (law books). Yang menjadi problem dari substansi
ini adalah kuatnya pengaruh positivisme dalam tatanan hukum di Indonesia

c) Kultur hukum, yaitu suasana pikiran dan kekuatan sosial yang


menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari, dan disalah gunakan. Yang
menjadi problem dari kultur hukum adalah belum kondusifnya praktek budaya
penegakan hukum bagi bekerjanya sistem hukum secara sistemik dan berkeadilan.

E. Contoh Kasus-kasus HAM di Indonesia


1. Pembersihan PKI (1965-1966
Berkaitan dengan dibunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa 30 September
1965 (G30S/PKI), pemerintahan Orde Baru menuding PKI sebagai biang keroknya.
Pada saat itu, pemerintah melakukan operasi pembersihan PKI dan simpatisannya
untuk membubarkan organisasi komunis tersebut. Komnas HAM memperkirakan
ada sekitar 500 ribu hingga 3 juta warga tewas terbunuh dalam operasi tersebut.
2. Penembakan Misterius (1982-1986)
Kasus penembakan misterius (Petrus) alias operasi clurit merupakan
operasi rahasia yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Operasi
tersebut berdalih untuk menekan tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu.
3. Tragedi Talangsari (1989)
Tragedi Talangsari yang terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989. Pada
masa tersebut Soeharto mengadakan program Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila(P-4). Program ini banyak menyasar masyarakat Islam yang
kritis terhadap pemerintahan Orde Baru. Sampai akhirnya hal tersebut memancing
reaksi kelompok Islam di Indonesia, termasuk kelompok Warsidi di Lampung.
Akhirnya kelompok Warsidi dituduh radikal dan mendapat perlakuan represif dari
militer serta polisi yang menyebabkan tragedi pembantaian. Dalam tragedi tersebut,
ada sekitar 130 orang tewas dan 229 dianiaya.
4. Tragedi Rumoh Geudong, Aceh (1989-1998)
Tragedi Rumoh Geudong merupakan sebuah tragedi penyiksaan oleh
aparat TNI terhadap masyarakat Aceh selama masa konflik Aceh.
5. Pembunuhan Marsinah (1993)
12
Marsinah adalah seorang buruh pabrik dan aktivis pada zaman Orde Baru
yang tewas karena penyiksaan. Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-
rekannya melakukan demonstrasi karena pabrik tempatnya bekerja tidak menaikkan
upah sesuai edaran gubernur Jawa Timur.
Pada siang tanggal 5 Mei, 13 teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo atas
tuduhan penghasutan kepada para buruh agar tidak masuk kerja. Rekan-rekannya
mendapat paksaan untuk mengundurkan diri. Marsinah pun datang ke Kodim untuk
menanyakan di mana keberadaan rekan-rekannya. Malamnya, Marsinah menghilang
dan tidak ada yang tahu keberadaannya.
Marsinah baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan
meninggal dan berdasarkan hasil autopsi ia mengalami penyiksaan berat.
6. Tragedi Trisakti (1998) Pada tanggal 3-4 Mei 1998,
Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa penembakan terhadap mahasiswa
demonstran di Trisakti yang menuntut Soeharto turun dari jabatan presiden. Ada
empat orang mahasiswa yang tewas dalam tragedi tersebut, yakni Elang Mulia
Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Hery Hartanto.
7. Penculikan Aktivis 97/98 (1997-1998)
Tragedi Penculikan Aktivis 97/98 merupakan operasi penghilangan orang
secara paksa, khususnya terhadap para aktivis pro-demokrasi menjelang Pemilu
1997 dan Sidang Umum MPR 1998.
Tragedi ini mengakibatkan 1 orang tewas, 11 orang mendapat siksaan
berat, 23 orang hilang, dan 19 orang kehilangan kemerdekaan fisiknya.
8. Tragedi Semanggi I & II (1998-1999)
Tragedi Semanggi yang merupakan dua rangkaian kejadian protes
masyarakat terhadap Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya rakyat
sipil
Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 dan menyebabkan 17 warga
sipil tewas. Sementara itu, Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 dan
menyebabkan 12 orang tewas (1 mahasiswa) serta 217 korban luka-luka.
9. Bom Bali I & II(2002 & 2005)
Aksi pengeboman ini terjadi dua kali, Bom Bali I terjadi pada 12 Oktober
2002 dan Bom Bali II terjadi pada 1 Oktober 2005.
Bom Bali I meledak di Kuta dan menyebabkan 202 orang tewas serta 209
luka-luka. Pada Bom Bali II, terdapat tiga buah bom yang meledak, yakni satu di

13
Kuta dan dua di Jimbaran. Tragedi ke-2 ini menewaskan 23 orang (4 wisatawan
asing dan tiga pelaku) serta 196 orang luka-luka
10. Pembunuhan Munir (2004)
Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis HAM yang membela
keluarga korban Penculikan Aktivis 97/98. Pada tahun 2004, Munir tewas dalam
pesawat tujuan Amsterdam akibat diracun menggunakan senyawa arsenik. 9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai
dengankiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi,
tapi satuhal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM oranglain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melaluihukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM. Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusiayang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harusdihormati,
dijaga dan dilindungi oleh setiap individu.

9
https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-pelanggaran-ham-di-indonesia/

14
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu
halyang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
oranglain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melaluihukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM

DAFTAR PUSTAKA

https://www.sembilanbintang.co.id/perkembangan-ham-di-dunia-internasional-
maupun diindonesia/#:~:text=Sejarah%20HAM%20atau%20Hak%20Asasi,dari
%20dunia%20Barat%20(Eropa).&text=Pada%20masa%20itu%2Chak
%20masih,Revolusi%20Amerika%20da
%20Revolusi%20Prancis.
https://www.patikab.go.id/v2/id/2012/12/10/pengertian-dan-macammacam-ham-hak-
asasi-manusia/

15
Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi
Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-
hak-asasi-manusia
Antonius Sujata, Reformasi Dalam Penegakan Hukum, Djambatan, Jakarta, 2000, hlm.
6-7
Ahmad Ali, Keterpurukan Hukum Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm.
7.
https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-pelanggaran-ham-di-indonesia/
Ibid, hal. 32
Ibid. hlm. 89.
Ibid. hlm. 93

16

Anda mungkin juga menyukai