Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa.

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-


cita yang ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa
maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan proses
mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Indonesia adalah salah satu Negara
berkembang di dunia yang masih mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita
mempunyai tujuan bernegara ”mencerdaskan kehidupan bangsa” yang seharusnya jadi sumbu
perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa. Yang kita rasakan sekarang
adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan
menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan
untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Dalam hal ini kami akan membahas beberapa isu atau pemasalahan di dunia pendidikan
di Indonesia pada tahun 2015-2019.

ISU-ISU TERHADAP PERMASALAHAN PENDIDIKAN DILIHAT DARI ASPEK


KURIKULUM,PEMBELAJARAN,GURU, SISWA, ORANG TUA, MASYARAKAT,
PEMERINTAH DAERAH, DAN PEMERINTAH PUSAT

1.        Isu kritis Aspek Masalah Kurikulum dan Pembelajaran di Indonesia


Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia.
Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan
Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum :
a.       Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang dijalankan di
Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani
dengan segudang materi yang harus dikuasainya. siswa harus berusaha keras untuk memahami
dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan
memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi
dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan
sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.
b.      Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut
hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak
akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama
kurikulum mampu dijadikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab.
Dengan bergantinya nama kurikulum yang ada di Indonesia ternyata banyak tidak
memberikan manfaat pada proses pendidikan yang ada di Indonesia karena dengan melihat
kejadian nyata dilapangan malah menjadi masalah atau menjadi momok bagi sekolah-sekolah
dan guru dalam menjalankan tugasnya.
c.       Kurangnya Pemerataan Pendidikan
Meninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkaitan dengan kurangnya
pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga ditinjau dari segi
Satuan Tingkat Perdidikannya. Hal ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah pada
Tingkat Satuan Pendidikan tertentu.
Pada tingkat Sekolah Dasar, siswa diajarkan seluruh konsep dasar seperti membaca,
menulis, menghitung dan menggambar. Pada tingkat ini siswa cenderung hanya diajarkan saja,
tidak mengena pada pemaknaanya. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas, pelajaran yang diajukan cenderung hanya berkonsep pada tujuan agar anak
mampu mengerjakan soal bukan konsep agar siswa mampu memahami soal.
d.      Pelaksanaan dua kurikulum dalam satu tahun ajaran
 Kurikulum merupakan sebuah acuan yang di buat secara nasional dan menjadi dasar
pijakan setiap sekolah atau lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dengan tujuan agar
terjadinya pemerataan terhadap pengatahuan siswa yang ada di seluruh Indonesia, namun ada
yang lucu di dalam pelaksanaan kurikulum yang ada di Indonesia yaitu menjalankan dua
kurikulum dalam satu tahun ajaran pendidikan, ini merupakan salah satu masalah yang sangat
besar yang harus di perhatikan oleh pemerintah dalam menjalankan roda pendidikan yang ada di
Indonesia.
2.    Isu kritis aspek Pembelajaran
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior
adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Kita percaya bahwa proses adaptasi akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan (reinforcement). Ini berarti bahwa
belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu
belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai
suatu hasil.
Dengan melihat pendapat diatas kita padukan pada kenyataan terhadap hasil pendidikan
yang ada di Indonesia sungguh masih jauh dari harapan, salah satu contoh pembelajaran yang
ada di Indonesia adalah pembelajaran lebih menekan siswanya untuk mengahafal materi
pembelajan, sehingga dalam proses ujian atau tugas siswa cenderung menyontek buku  dari pada
ia mengembangkan idenya, karena sistim penilian yang diberikan oleh guru harus sama dengan
apa yang ada di dalam buku.ini merupakan salah masalah dalam proses pembelajaran.
Berikut  beberapa masalah lain dalam pembelajaran yang terjadi di indonesia:
 Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di dalam
belajar.

 Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai.

 Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian muncul di kalangan
antar mahasiswa.

 Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai.

 Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar

Beberapa masalah pembelajaran di atas sering terjadi dalam proses  bejalannya


pendidikan kita di Indonesia, kejadian- kejadian tersebut murupakan masalah sangat sering
terjadi, maka dari itu guru, kepala sekolah dan oknum-oknum yang terlibat dalam pengembangan
pendidikan di Indonesia harus mampu melihat titik-titik menculnya masalah-masalah tersebut.
3.      Isu kritis aspek guru
a.   Rendahnya Kualitas Guru
         Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39
UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan
melakukan pengabdian masyarakat.
b.   Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru
terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les
pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa
ponsel, dan sebagainya.
4.      Isu kritis aspek Siswa
a)      Faktor intern belajar
Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat menyelesaikannya
maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagai
faktor intern dalam diri siswa, yaitu:
 Sikap Terhadap Belajar

 Motivasi belajar

 Konsentrasi belajar

 Kemampuan mengolah bahan ajar

 Kemampuan menyimpan perolehan hasil ajar

 Menggali hasil belajar yang tersimpan

 Kemampuan berprestasi

 Rasa percaya diri siswa

 Intelegensi dan keberhasilan belajar

 Kebiasaan belajar

b)      Faktor ekstern belajar


Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga
dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata
lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program
pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar.
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
 Guru sebagai pembina siswa dalam belajar

 Sarana dan prasarana pembelajarn

 Kebijakan penilaian
 Lingkungan sosial siswa di sekolah

 Kurikulum sekolah

5.    Isu kritis aspek masyarakat


Perubahan kurikulum yang mengikuti alur perubahan kepemimpinan telah membawa
pendidikan kita pada kegiatan politik sehingga memberi dampak negatif terhadap pekembangan
pendidikan dan kemampuan siswa di indonesia, tidak hanya siswa dan lembaga pendidikan yang
dikenai dampak perubahan tersebut, namun perubahan kurikulum juga berpengaruh pada
masyarakat terdidik untuk terus mengimbangi perubahan aturan yang terjadi dalam dunia
pendidikan di Indonesia
6.    Isu kritis aspek orang tua
Orang tua merupakan tempat anak menerima pendidikan yang pertama dalam proses
menerima pengetahuan dan tidak hanya itu orang tua juga menjadi ikon terpenting dalam
menentukan masa depan seorang anak, namun perkembangan pendidikan yang semakin pesat
dan semakin rumit membuat orang tua sulit mengendalikan sikap dan menerapkan tanggung
jawab untuk anaknya.
              Partisipasi orang tua besar pengaruhnya terhadap proses belajar anak dan prestasi
belajar yang akan dicapai. Hasil penelitian Baker dan Stevenson menunjukkan bahwa, peran atau
partisipasi orang tua memberikan pengaruh baik terhadap penilaian guru kepada siswa. Orang
tua mempunyai peran serta untuk ikut menentukan inisiatif, aktivitas terstruktur di rumah untuk
melengkapi program-program pendidikan di sekolah sebagaimana yang terjadi di Indonesia.
Selain itu, juga dinyatakan bahwa jaringan komunikasi yang dibangun oleh orang tua sangat
penting dalam menentukan keberhasilan siswa di masyarakat.
Namun mahalnya biaya pendidikan menjadikan alasan orang tua terhalang dalam
mengembangkan kemampuan anak, sebabnya anak tidak bisa menempuh pendidikan yang tinggi
sehingga orang tua memutuskan untuk tidak menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi sehingga menambah jumlah pengangguran
Dengan melihat kejadian diatas pemerintah harus mampu memberikan kontrubisi
terhadap proses perubahan system pendidikan di Indonesia, tidak hanya itu pemerintah juga
harus mampu mempertimbangkan terhadap kebijakan apa yang di keluarkan dan harus
imbangkan dengan letak geografis pendidikan.
7.    Isu kritis aspek pemerintah daerah
Pemberlakuann UU otonomi daerah yang dimulai dengan diterapkannya UU nomor 22
tahun 1999 dan kemudian disempurnakan dengan UU nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, dengan diserahkannya sejumlah kewenangan yang semula menjadi urusan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
berbagai aspek pembangunan di Indonesia, termasuk juga dalam aspek pendidikan.
Dengan adanya peraturan diatas telah banyak memberi dampak negative, salah satu
contoh pemerintah daerah kurang memperhatikan pendidikan dan tidah mau memikirkan tentang
bagai mana menangulangi permasalahan-permasalahan pendidikan, pemerintah seharusnya
mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat-masyarakat terdidik agar bisa
mengembangkan kemampuannya di daerah masing-masing, namun pada kenyataanya
pendidikan menjadi korban politik oleh para pemerintah daerah, kasus tersebut telah membawa
dampak besar bagi perkembangan dunia pendidikan yang ada setiap daerah. Salah satu contoh
ketika pemilihan calon pemimpin daerah berlangsung para guru dan kepala sekolah akan di
ancam dipindahkan daerah pelosoh. Ini persoalan yang wajib muncul di setiap pemilihan ulang
calon pemimpin daerah.
8.    Isu kritis aspek pemerintah pusat
Gema reformasi dikumandangkan oleh para mahasiswa dan pemuda di Indonesia
tepatnya tahun 1998 yang sempat menelan korban jiwa dan tidak sedikit harta benda yang
melayang akibat chaos yang terjadi di sejumlah daerah. Teriakan pembaruan tersebut dilakukan
oleh mahasiswa, pemuda, dan elemen bangsa lainnya karena mereka menganggap bahwa
penguasa tidak lagi konsisten memperjuangkan amanat rakyat.
Namun setelah 19  tahun teriakan reformasi menggelora, Indonesia kini masih memiliki
sejumlah persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan yang tidak mudah untuk diselesaikan, baik
untuk tingkat regional maupun nasional. Salah satu persoalan yang hingga kini masih mendera
bangsa Indonesia adalah isu seputar kebijakan pendidikan. Pendidikan di Indonesia tidak mampu
menghasilkan alumni yang siap kerja, para lulusan tidak memiliki kualitas yang dapat
diandalkan, para tamatan SMU/SMK dan Perguruan Tinggi tidak memiliki kecerdasaan dan
kemampuan kewirausahaan (enterpreneurship), dan para Perguruan Tinggi  gagal merubah
perilaku para mahasiswa.  Lulusan SMU/SMK dan Perguruan Tinggi tidak siap memenuhi
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Untuk mengatasi isu kritis perihal mutu (layanan) pendidikan, maka pihak-pihak terkait
antara lain pemerintah, Civil Society, dan seluruh stakeholder di bidang pendidikan perlu
bersinergi untuk mencari langkah-langkah strategis pencapaian mutu layanan pendidikan seperti
diamanatkan oleh Pasal 31 Amandemen UUD 1945, Pasal 28 Konvensi Hak Anak (KHA), dan
Pasal 12 UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang sekaligus menjadi arah dan dasar
kebijakan pendidikan nasional.
solusi untuk masalah-masalah dalam pendidikan terdapat upaya-upaya praktis untuk
meningkatkan kualitas system. Rendahnya kulaitas guru, misalnya, disamping dberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
materi pelajaran dan sarana dan prasarana belajar mengajar dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan di Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukan, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSumber Daya
Manusia tinggi, berkepribadian Pancasla dan bermartabat.
http://puisisangmagister.blogspot.com/2017/04/isu-isu-kritis-problematika-pendidikan.html
https://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/
https://www.berpendidikan.com/2015/06/masalah-pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya.html

Anda mungkin juga menyukai