Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASKEP AGREGAT PENYAKIT KRONIS

Dosen
Dwi Agustanti, M. Kep., Sp. Kom.

Disusun oleh :
Shinta Windiyasti 2114301105
Yunita Korina 2114301112

Alih Jenjang STR

PRODI ALIH JENJANG STR KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
Tahun Akademik 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
berjudul “Askep Agregat Penyakit Kronis” ini dapat diselesaikan.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Komunitas. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan
tentang askep agregat penyakit kronis. Penulis berterima kasih kepada Ibu Dwi
Agustanti, M. Kep., Sp. Kom selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas
yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang
telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari
semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang
akan datang.

Bandar Lampung, 16 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit Kronik...................................................................... 3
B. Penyakit Kronik pada Anak.................................................................. 3
C. Penyakit Kronik pada Remaja.............................................................. 5
D. Penyakit Kronik pada Lansia................................................................ 6
E. Dampak Penyakit Kronis pada Lingkungan.......................................... 7
F.Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Hipertensi............................. 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya jaman penyakit kronis tidak hanya diderita oleh lansia
saja, penyakit kronik dapat terjadi pada anak-anak, remaja dan lansia. Manusia
seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya
dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia dan penerapan
pola hidup yang tidak sehat dapat menimbulkan berbaai penyakit kronik.
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karlina, 2009).
Penyakit kronis menjadi fenomena yang banyak terjadi dikalangan masyarakat.
Penyakit kronis merupakan penyakit yang tidak menular dari satu orang ke orang
lain, namun memiliki durasi yang lama dan umumnya mengalami perkembangan
yang lambat, diantaranya adalah penyakit jantung, hipertensi, stroke, kanker,
penyakit pernafasan kronis dan diabetes merupakan penyebab utama kematian di
dunia mewakili 60% dari semua jumlah kematian (WHO, 2017). Penyakit kronis
diperkirakan telah menyumbang 46% dari beban penyakit global pada tahun 2001,
dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 57% pada tahun 2020 (WHO,
2016).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit kronik?
2. Bagaimana penyakit kronik pada anak-anak?
3. Bagaimana penyakit kronik pada remaja?
4. Bagaimana penyakit kronik pada lansia?
5. Bagaimana dampak penyakit kronik pada lingkungan?
6. Bagaimana contoh asuhan keperawatan komunitas dengan hipertensi?

C. Tujuan Makalah
1. Diketahui konsep penyakit kronik?
2. Diketahui penyakit kronik pada anak-anak?
3. Diketahui penyakit kronik pada remaja?
4. Diketahui penyakit kronik pada lansia?
5. Diketahui aspek yang harus dikaji?
6. Diketahui dampak penyakit kronik pada lingkungan?
7. Diketahui analisa data dan identifikasi masalah?
8. Diketahui contoh asuhan keperawatan komunitas dengan hipertensi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Kronik


Penyakit kronik Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan
penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan
sering kambuh. (Purwaningsih dan Karlina, 2009). Seiring dengan perkembangan
jaman, seringkali kita menemukan adanya anak dan remaja yang menderita
penyakit kronis yang tadinya hanya ditemukan pada orang dewasa, seperti misalnya
penyakit diabetes mellitus, penyakit hipertensi, dan penyakit jantung non-
kongenital. Adanya penyakit kronis pada anak dan remaja tidak hanya
mempengaruhi kesehatannya, tetapi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dengan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
dapat terjadi penurunan kualitas hidup
B. Penyakit Kronik pada Anak
1. Diabetes Mellitus
Berdasarkan World Diabetes Foundation, seorang anak dapat dikatakan
menderita penyakit diabetes mellitus jika mengalami 3 gejala klinis utama sebagai
berikut:
- Polifagi (peningkatan frekuensi makan karena rasa lapar yang berlebihan dan
berulang)
- Polidipsi (peningkatan frekuensi minum karena rasa haus yang berlebihan dan
berulang)
- Poliuri (peningkatan frekuensi berkemih, terutama pada malam hari)
Selain 3 gejala klinis utama di atas, dapat juga terjadi gejala-gejala lainnya
seperti luka yang sulit sembuh, badan terasa lemas dan cepat lelah, kesemutan, dan
pandangan kabur. Gejala-gejala klinis di atas tentunya didukung dengan adanya
hasil pemeriksaan medis penunjang dari laboratorium, seperti pemeriksaan gula
darah dan analisa urine. Seperti pada dewasa, diabetes pada anak juga dapat
dikelompokan menjadi 2 tipe, yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Diabetes Mellitus
Tipe 2.

3
Diabetes pada anak dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi
dapat terjadi baik karena penyakit diabetes itu sendiri, maupun akibat pengobatan
dari penyakit diabetes. Umumnya, komplikasi dari penyakit diabetes akan terjadi
pada jantung, otak, mata, ginjal, dan saraf. Jika seseorang menderita penyakit
diabetes pada usia anak-anak dan tidak mendapatkan terapi yang adekuat, maka ada
kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit kronis pada dirinya saat dia berusia
remaja atau dewasa, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, dan lain
sebagainya.
2. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi cukup umum terjadi pada anak dan
remaja. Anak yang menderita hipertensi, dapat mengalami gangguan kesehatan
untuk jangka panjang. Hipertensi pada anak, selain diakibatkan oleh faktor genetik,
juga dapat dikaitkan dengan faktor usia, jenis kelamin, dan etnis. Penegakkan
diagnosis hipertensi pada anak ditegakkan setelah dilakukan pengukuran tekanan
darah sebanyak 3 kali atau lebih.
Berbeda dengan orang dewasa, diagnosis hipertensi pada anak ditegakkan bila
tekanan darah sistolik dan/atau diastolik seorang anak lebih tinggi dari presentil ke-
95 dari tabel tekanan darah berdasarkan golongan jenis kelamin, usia, dan tinggi
badan anak. Sedangkan jika tekanan darah anak berada antara presentil ke-90 dan
presentil ke-95, maka anak tersebut digolongkan sebagai kondisi prahipertensi.
Seperti pada kondisi hipertensi dewasa, kondisi hipertensi pada anak dapat
digolongkan menjadi hipertensi primer/esensial dan hipertensi sekunder.
Penatalaksanaan hipertensi pada anak dapat berupa terapi non-farmakologis dan
terapi farmakologis.
3. Penyakit Jantung Non-Kongenital (Non-Bawaan)
Seperti pada orang dewasa, penyakit jantung non-kongenital pada anak dapat
dilatarbelakangi beberapa kondisi seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas.
Faktor gaya hidup, termasuk di antaranya konsumsi makanan dengan tinggi lemak,
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya gangguan jantung.

4
Semakin tingginya prevalensi terjadinya penyakit-penyakit kronis pada anak-
anak, maka semakin pentingnya diterapkan pola hidup sehat sejak dini, seperti
pengaturan pola makan dengan gizi sehat dan seimbang, mengurangi konsumsi
makanan siap saji (junk food), dan membimbing anak untuk giat melakukan
olahraga secara teratur. Yang tidak kalah penting adalah orang tua dan keluarga
harus menjadi lingkungan yang suportif serta dapat memberi contoh dan inspirasi
bagi anak untuk melakukan pola hidup sehat.
C. Penyakit Kronik pada Remaja
Serangan penyakit kronik semakin tidak kenal usia. Mereka yang berusia
remaja sebenarnya tidak benar-benar terbebas dari risiko penyakit kronis. Data dari
Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa dari 25,8 persen total kasus
hipertensi nasional, kurang lebih 5,3% di antaranya terjadi pada remaja berusia 15-
17 tahun; laki-laki 6% dan perempuan 4,7%. Sementara itu, 5,9% anak Indonesia
berumur 15-24 tahun mengidap asma. Sementara kasus diabetes pada anak di
bawah 18 tahun mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam lima tahun
terakhir, yaitu hingga 500% dari sebelumnya.
Dekade ini merupakan dekade dengan proporsi remaja tertinggi secara global.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan pelayanan kesehatan, akan semakin
banyak penduduk yang memasuki ‘usia risiko’ penyakit. PBB menyadari PTM
tertinggi terkait dengan faktor risiko bersama, yaitu tembakau, alkohol, diet tidak
sehat dan kurang aktivitas fisik berawal dari masa remaja. Maka perilaku pro
kesehatan sejak remaja merupakan point penting agar tercapai status kesehatan yang
baik dalam dekade berikutnya.
Informasi dari Riskesdas 2007 mengenai faktor risiko utama PTM
memberikan sinyalagar dilakukan upaya lebih intensif terhadap pengendaliannya.
Kelainan berat badan seperti overweight dan obese dapat sebagai predisposisi pada
beberapa kelainan yang berhubungandengan metabolisme dan jantung. Dari 11
studi yang dilakukan oleh Reilly dan Kelly 2010 melaporkan kelebihan berat badan
dan obesitas pada masa kecil dan remaja terkait dengan risiko morbiditas kemudian
kardiometabolik seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan stroke
dalam kehidupan dewasa kemudian.

5
Pola makan tradisional Indonesia dengan banyak sayur dan buah sudah
tergantikan dengan menu import ‘fast food’, minuman bersoda. Keluarga
memegang peran penting membentuk pola makan anak dan remaja. Indonesia
harus waspada jangan sampai terjadi epidemi obesitas. Pola hidup tinggi aktivitas
fisik, diet sehat harus mulai dijalankan. Kerjasama lintas sektor sangat diperlukan.
Diperlukan ruang terbuka nyaman dengan udara bersih untuk melakukan aktivitas
fisik. Gerakan masyarakat mendukung pola makan tradisional banyak serat buah dan
sayur dapat berkontribusi terhadap pencegahan obesitas.
D. Penyakit Kronik pada Lansia
Penuaan merupakan proses perubahan yang menyeluruh dan spontan yang
dimulai dari masa kanak-kanak, pubertas, dewasa muda dan kemudian menurun
pada pertengahan sampai lanjut usia (lansia).
Pada tahun 1971 jumlah lanjut usia di Indonesia sebanyak 5,3 juta jiwa atau
4,48 persen dari jumlah total penduduk Indonesia, pada tahun 2000 meningkat
menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%), dan pada tahun 2020 diperkirakan 28,8 juta jiwa
(11,34%).
Peningkatan populasi lansia tentunya akan diikuti dengan peningkatan risiko
untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit serebrovaskuler,
penyakit jantung koroner, osteoartritis, penyakit musculoskeletal, dan penyakit
paru. Pada tahun 2000, di Amerika Serikat diperkirakan 57 juta penduduk
menderita berbagai penyakit kronis dan akan meningkat menjadi 81 juta lansia
padatahun 2020.
Sekitar 50-80% lansia yang berusia 65 tahun akan menderita lebih dari satu
penyakit kronis. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan
jarang sembuh sempurna. Walau tidak semua penyakit kronis mengancam jiwa,
tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi individu, keluarga, dan komunitas secara
keseluruhan. Contoh penyakit kronis pada lansia adalah diabetes melitus,
hipertensi, TBC, kanker dan penyakit jantung.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit kronis mengambil
sekitar 8,5 juta jiwa setiap tahunnya dan menyebabkan sekitar 70 persen kematian
dan kecacatan di dunia.

6
E. Dampak Penyakit Kronis pada Lingkungan Masyarakat
Beban penyakit kronis di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Indonesia
dapat berada di ambang epidemi apabila tidak ada kebijakan dan kontrol khusus
untuk penyakit tidak menular (PTM). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun
2018 prevalensi PTM saat ini naik dari tahun survei tahun 2013, yaitu stroke pada
usia >15 (naik 56%), diabetes mellitus (naik 23%), hipertensi pada usia >18 (32%),
dan obesitas (47%).
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya angka kematian sehingga
berdampak negarif pula paa sistem ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan
PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis
PTM adalah penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi
penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya
kecacatan termasuk kecacatan permanen.
F. Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Hipertensi
Pengkajian Tahap 1
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
b. Luas daerah: 8 Ha
c. Batas wilayah: Utara : desa Demakan
Barat : desa Wirun
Selatan: RT 1 RW 2
Timur : desa Demakan
2. Demografi
a. Jumlah KK: 47 KK
b. Jumlah penduduk keseluruhan: 508 jiwa
c. Jumlah Lansia : 100 orang
d. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari
karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah
e. Jumlah keluarga: 47 keluarga
f. Kepadatan penduduk: padat

7
g. Tingkat pendidikan penduduk:
1) Perguruan tinggi: 10 orang
2) TK : 17 – 20 orang
3) SMA : 16 orang
4) SMP : 15 orang
5) SD : 20 orang
6) Lansia tidak bersekolah : 30
7) Lansia tamat SD: 50
8) Lansia tamat SMP : 10
9) Lansia tamat SMA : 5
10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5
h. Pekerjaan:
1) PNS : 10% jumlah penduduk
2) Buruh : 10% jumlah penduduk
3) Pedagang : 70% jumlah penduduk
4) IRT : 10% jumlah penduduk
h. Pendapatan rata-rata:
1) Rp 800.000,- : 20%
2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
3) Rp 2.000.000,- : 30%
i. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga

j. Agama: 100% Islam

Pengkajian Tahap 2

1. Lingkungan fisik
a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi
banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam
warga sekitar tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya
kurang memadahi seperti kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak
antar rumah.

8
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
e. Edukasi
f. Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak
2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
a. Perguruan tinggi: 10 orang
b. TK : 17 – 20 orang
c. SMA : 16 orang
d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang
3. Keamanan dan keselamatan
a. Pemadam kebakaran: tidak ada
b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
4. Struktur Pemerintahan
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama
a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
e. Kontak tani: tidak ada
f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun praktik
klinik swasta yang lain.
b. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti sosial: tidak terdapat

9
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang menyediakan
banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar

g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara yang

diadakan oleh lokasi setempat


h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
Sering hadir: 35 % lansia
Jarang hadir : 25 %
LansiaTidak pernah hadir : 40 %
Posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
j. Sumber air bersih: air sumur galian
k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak menggenang
l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing
m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan hampir
tidak ada yang di sungai
n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam
setempat
o. Sumber polusi: air selokan
6. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti
internet, ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa
menggunakan alat-alat komunikasi tersebut. Untuk papan informasi untuk
menyampaikan kabar berita dari desa maupun dari yang disediakan tempat di
dekat rumah pak RW.
7. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori baik
dan diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak ada yang
menganggur di rumah. Rata-rata pekerjaan warga setempat adalah pedagang,
baik di rumah maupun masyarakat. Rata-rata gaji:
a. Rp 800.000,- : 20%
b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
c. Rp 2.000.000,- : 30%

10
8. Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata bersama-
sama ke suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader juga sering
mengadakan rekreasi bersama yang diharapkan dapat mengurangi stresor dan
beban pikiran.
9. Distribusi penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi

Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90 lansia


yang bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 3 penyakit dengan distribusi
terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %
3. DM: 25 orang atau 22,5 %

Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :

1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang


2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %
3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %
4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %

11
Analisa Data

NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. DS : Resiko tinggi Kurangnya
peningkatan pengetahuan
1. Dari hasil wawancara dengan ketua
angka kejadian
RW 1 mengatakan bahwa rata-
hipertensi pada
rata lansia yang menderita
lansia
hipertensi sekitar 50 %
DO :
1. Berdasarkan data dari puskesmas
mojolaban pada bulan Maret
sampai bulan Mei di kelurahan
bekonang dukuh mojosari RW 1
45% Lansia menderita hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia

dalam mengenali secara


dini penyakit hipertensi

kurang baik.
3. 40% warga yang menderita
hipertensi tidak pernah
mendapatkan penyuluhan tentang
hipertensi

Diagnosis Keperawatan

1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan


dengan Kurangnya pengetahuan

12
Intervensi

Data Diagnosa Tujuan Noc Nic


Masalah Kesehatan Domain 1 : Tujuan : Prevensi Primer Prevensi Primer;
Resiko peningkatan Promosi Kesehatan
hipertensi pada lansia Berkurangnya perilaku Domain IV Pengetahuan Domain 3; Perilaku
Hasil angket : Kelas 2; berisiko meningkatnya kesehatan dan perilaku.
Manajemen hipertensi dan Kelas S; Pengetahuan Kelas S; Edukasi klien
1. 85% kemampuan Kesehatan meningkatnya efektifitas kesehatan  5510: Pendidikan
kesehatan (210)
lansia dalam mengenali  Defisiensi kesehatan pemeliharaan kesehatan
komunitas (00215).  5520: Memfasilitasi
secara dini penyakit pada agregat resiko Level 3: Intervensi pembelajaran (244).
 Perilaku kesehatan
hipertensi kurang baik. cenderung berisiko meningkatnya hipertensi  1844: Pengetahuan;  5604: Pengajaran
2. 40% warga yang (00188). manajemen sakit akut. kelompok (372)
 1803: Pengetahuan;  5618: Pengajaran
menderita hipertensi tidak  Ketidakefektifa
proses penyakit. prosedur/tindakan
pemeliharaan
pernah mendapatkan (371).
kesehatan (00099).  1805: Pengetahuan;
penyuluhan tentang perilaku sehat.
hipertensi  1823: Pengetahuan; Domain 4; Keamanan
promosi kesehatan.
3. Berdasarkan data Kelas U; Manajemen
 1854: Pengetahuan;
dari puskesmas diet sehat krisis
 1855: Pengetahuan;  6240: P3K (194)
mojolaban pada bulan
gaya hidup sehat.  6366:Triase; telepon
Maret sampai bulan Mei

13
di kelurahan bekonang (399)
dukuh mojosari RW 1
Domain 7; Komunitas
45% Lansia menderita
Kelas C; Promosi
hipertensi.
kesehatan
komunitas

Level 3: Intervensi
 7320: Manajemen
kasus (113).
 8500: Pengembangan
kesehatan masyarakat
(129).
 8700:Pengembangan
program (313).
 8750: Pemasaran
sosial di masyarakat
(351).
Prevensi sekunder Prevensi sekunder;
Domain IV; Domain 3: Perilaku
Pengetahuan
kesehatan dan perilaku. Kelas O; Terapi perilaku

14
Level 3; Intervensi
Kelas Q; Perilaku sehat  4350:Manajemen
Level 3: Intervensi perilaku (92)
 4360:Modifikasi
 1600:Kepatuhan perilaku (95)
perilaku
 1621:Kepatuhan
Kelas V; Manajemen
perilaku; diet sehat.
 1602:Perilaku resiko
promosi kesehatan . Level 3; Intervensi
 1603:Pencarian
perilaku sehat .  6486:Manajemen
 1606:Partisipasi lingkungan;
dalam pengambilan keamanan (179).
keputusan perawatan
kesehatan . Domain 6; Sistem
 1608:Kontrol gejala .
kesehatan

Kelas R; Health Beliefs Kelas Y; Mediasi


terhadap sistem
 1704:Health beliefs;
perceived Threat kesehatan
 1705:Orientasi  7320:Manajemen
kesehatan kasus (113)
 7400:Panduan sistem
Kelas FF; Manajemen kesehatan

15
kesehatan (212).
 3100:Manajemen
individu; sakit Kelas A; Manajemen
akut .
Kelas T; Kontrol resiko sistem kesehatan
dan keamanan  7620:Pengontrolan
berkala (132).
 1908:Deteksi faktor
 7726:Preceptor;
resiko.
peserta didik (306).
 7890:Transportasi;
Domain V; Kesehatan antar fasilitasi
yang dirasakan kesehatan.
 7880:Manajemen
. teknologi (387).
Kelas U; Kesehatan dan
Kualitas Hidup Domain 6: Sistem

 2008:Status Kesehatan
kenyamanan.
 2006:Status
Kelas D; Manajemen
kesehatan individu .
 2000:Kualitas hidup resiko komunitas.
 2005:Status  6520:Skrining
kesehatan peserta kesehatan (213)
didik .

16
Kelas V; Status gejala
 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
 1306:Nyeri;
Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan
gejala .

Kelas EE; Kepuasan


terhadap perawatan
 3014:Kepuasan
klien.
 3015:Kepuasan
manajemen kasus .
 3012:Kepuasan
terhadap pengajaran
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
 3016: Kepuasan
manajemen nyeri

17
 3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
 3011:Kepuasan klien
; kontrol gejala

Domain VI; Kesehatan


keluarga

Kelas Z; Kualitas hidup


keluarga
 2606:Status
kesehatan keluarga

Kelas X; Family well


being.
 2600: Koping
keluarga
 2602:Fungsional
keluarga .
 2606:Status kesehatan
keluarga .

18
Prevensi Tersier; Prevensi Tersier;
Domain VI; Kesehatan Domain 5; Keluarga
keluarga
Kelas X; Perawatan
Kelas Z; Kualitas hidup siklus kehidupan.
keluarga  7140: Dukungan
keluarga (193).
 2605:Partisipasi tim
kesehatan dalam  7120:Mobilisasi
keluarga . keluarga (190).

Domain 6: Sistem
Kesehatan

Kelas B; Manajemen
informasi
 7910: Konsultasi
(131).
 7920:Dokumentasi
(151).
 7980:Pencatatan

19
insidensi kasus
 8080: Test diagnostic
 8100:Rujukan (320).

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kronis yang terjadi pada seseorang dalam waktu lama akan membuat orang tersebut
menjadi tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya. Beberapa contoh dari penyakit kronik
adalah penyakit jantung, hipertensi, stroke, kanker, penyakit pernafasan kronis dan diabetes.
Penyakit kronik di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini akan berdampak
pada meningkatnya angka kematian sehingga berdampak negarif pula paa sistem ekonomi dan
produktivitas bangsa.
Asuhan keperawatan dibangun berdasarkan kerangka efektif dan efisiensi yang melibatkan
semua unsur yang terdapat di masyarakat; individu, keluarga, kelompok khusus/ peduli dan
masyarakat.

21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-
terbanyak-di-indonesia.html
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa oleh Monica
Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian


Perawatan Pasien, Terjemahan oleh I MadeKassise (ed.I). EGC : Jakarta.
Ganang, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih bahasa oleh Brahm U
Panit (et.al), EGC : Jakarta.Isselbacher, Kurt, 2000, Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2),Terjemahan oleh : Peter Anugrah, EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2), Terjemahan oleh Agung Waluyo, (et,all), EGC :
Jakarta.
Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku Kedokteran EGC :
Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai