Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Inovasi Proses, Vol 5. No.

1 (Maret, 2020) ISSN: 2338-6452

PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH SISIK IKAN


(Variabel Konsentrasi Larutan NaOH dan Waktu Ekstraksi)

Novita Susanti, Ani Purwanti


Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Email: novitasusanti37@gmail.com

ABSTRAK

Sisik ikan merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal, selama ini sisik ikan
dimanfaatkan sebagai sumber kolagen. Sisik ikan kering memiliki kadar air 9,00%, kadar protein
25,81% dan kadar lemak 7,64%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sisik ikan sebagai
bahan baku dalam pembuatan kitosan.
Pembuatan kitosan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap deproteinasi untuk
menghilangkan protein yang terkandung dalam sisik ikan, tahap demineralisasi untuk menghilangkan
mineral yang terkandung dalam sisik ikan, dan tahap deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil
yang terdapat dalam kitin dan membentuk kitosan. Bahan baku berupa sisik ikan yang telah
dikeringkan dibawah sinar matahari dan disangrai, ditimbang sebanyak 95,00 g kemudian diekstraksi
dengan menggunakan larutan NaOH 5% selama 2 jam dengan suhu operasi 65°C dan dilanjutkan
proses demineralisasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5N selama 30 menit sehingga diperoleh
kitin. Proses selanjutnya yaitu deasetilasi dengan memvariasikan konsentrasi larutan NaOH dan
waktu ekstraksi. Kitin sebanyak 10 g diekstraksi menggunakan larutan NaOH 10% 50 mL dengan
waktu ekstraksi 2 jam. Dengan menvariasikan konsentrasi larutan NaOH. Proses selanjutnya
dilakukan ekstraksi dengan memvariasikan waktu ekstraksi. Kitosan yang dihasilkan dari proses ini
dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi kitosan tertinggi pada variasi
konsentrasi larutan NaOH 40% sebesar 87,28%, sedangkan pada variasi waktu ekstraksi sebesar
86,31 % yang didapat dari proses deasetilasi menggunakan suhu 90°C dengan waktu pemanasan 2
jam.

Kata kunci: deproteinasi, demineralisasi, deasetilasi, derajat deasetilasi, kitin, kitosan

PENDAHULUAN optimal, selama ini sisik ikan dimanfaatkan


Indonesia merupakan negara maritim sebagai sumber kolagen. Dengan
yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. memanfaatkan limbah sisik ikan sebagai
Berdasarkan wawasan nusantara, segi sosial bahan baku pembuatan kitosan, maka dapat
dan ekonomi, perikanan Indonesia memiliki mengurangi pencemaran air, udara, dan
peran yang penting karena wilayah negaranya tanah.
terdiri dari lautan yang memiliki kekayaan Kitin termasuk golongan polisakarida
potensial berupa sumber daya alam hayati yang mempunya berat molekul tinggi dan
terutama hasil perikanan (Suharjo dan Noor merupakan molekul polimer berantai lurus
Harini, 2005). dengan nama lain β-(1-4)-2 asetamida -2-
Umumnya pencemaran limbah cair dioksi-D-glukosa (N-asetil-D-Glukosamin).
dalam bentuk minyak dan air bekas bilasan Kitin memiliki struktur yang hampir sama
ikan dengan berbagai padatan tersuspensi dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi
seperti sisik ikan. Kurangnya pengelolaan dari antara monomernya terangkai degan ikatan
limbah tersebut menimbulkan berbagai isu di glikosida pada posisi β-(1-4). Perbedaan kitin
bidang lingkungan yang dapat melebar ke dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang
permasalahan sosial dan kesehatan. terikat pada atom karbon yang kedua pada
Akibatnya limbah yang terus-menerus kitin diganti oleh gugus asetamida (NHCOCH2)
menumpuk dapat menimbulkan bebauan tidak sehingga kitin menjadi sebuah polimer berunit
sedap yang dapat mengganggu aktivitas serta N-asetil glukosamin. Unit monomer kitin
penduduk sekitar, menurunnya keindahan memiliki rumus molekul C8H12NO5 dengan
lingkungan, serta menurunnya kualitas air kadar C 47%, H 6%, N 7% dan O 40%.
yang bisa mencemari lingkungan dan
menggangu kesehatan masyarakat yang
berada di area sekitar. Sisik ikan merupakan
limbah yang belum dimanfaatkan dengan

40
Jurnal Inovasi Proses, Vol 5. No. 1 (Maret, 2020) ISSN: 2338-6452

3. Rangkaian Alat Ekstraksi

Gambar 1. Struktur kitin


Chitosan adalah poli 2-amino-2deoksi-
β-D-glukosa, merupakan kitin yang
terdeasetilasi, dimana gugus asetil pada kitin
disubstitusikan oleh hidrogen menjadi gugus
amino dengan penambahan larutan basa kuat
berkonsentrasi tinggi (Fernandez,dkk,2008).

Gambar 2. Struktur kitosan Keterangan :


Suatu molekul dikatakan kitin billa 1. Water bath
mempunyai derajat deasetilasi (DD) sampai 2. Labu leher tiga
10% dan kandungan nitrogennya kurang dari 3. Motor pengaduk
7. Dan dikatakan kitosan bila nitrogen yang 4. Termometer
terkandung pada molekulnya lebih besar dari 5. Pendingin spiral
7% berat dan derajat deasetilasi (DD) lebih 6. Statif
dari 70% (Muzzarelli 1985).
4. Variabel penelitian
Tabel 1. Standard Kitosan Dalam melakukan penelitian ini
Deasetilasi ≥ 70% jenis teknis dan terdapat dua variabel yang digunakan pada
>95% jenis pharmasikal proses pembuatan kitosan yaitu:
Kadar abu Umumnya <1% a. Konsentrasi larutan NaOH (10%, 20%,
Kadar air 2-10% 30%, 35% , dan 40%)
Kelarutan Hanya pada pH ≥ 6 b. Waktu ekstraksi (0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam,
Kadar nitrogen 7-8,4% 2 jam, 2,5 jam)
Warna Putih sampai kuning pucat
Ukuran 5 ASTM Mesh 5. Prosedur Penelitian
partikel a. Persiapan Awal
Viscositas 309 cps Sisik ikan dicuci bersih dan dikeringkan
E coli Negatif dibawah sinar matahari hingga kering.
salmonella Negatif Kemudian sisik di sangrai.
Sumber : Muzzarelli (1985) dan Austin (1988) b. Tahap Pembuatan Kitin
a) Deproteinasi
METODE PENELITIAN Proses ini dilakukan pada suhu 65 °C
1. Bahan dengan menggunakan larutan NaOH
Bahan yang digunakan dalam 5% sebanyak 100 mL dengan
penelitian ini yaitu sisik ikan, HCl 1N, NaOH perbandingan sisik ikan dengan NaOH
5%, NaOH 10%, 20%, 30%, 35% ,40% dan = 1 : 10 (gr sisik/mL NaOH ) dan
aquades. diaduk selama 2 jam. Kemudian
disaring dengan menggunakan kertas
2. Alat saring, dan endapan yang diperoleh
Alat yang digunakan dalam penelitian dicuci dengan menggunakan
ini adalah rangkaian alat ekstraksi, beaker aquadest sampai pH netral, kemudian
glass, neraca analitik, kertas saring, pengaduk dikeringkan dengan oven.
kaca, gelas ukur, labu takar, corong kaca, b) Demineralisasi
oven, desikator, penyaring buchner. Untuk menghilangkan mineralnya
ditambahkan HCl 0,5N sebanyak 100
mL dengan perbandingan sisik ikan
setelah de-proteinasi dengan NaOH =
1 : 10 (gr serbuk/ml NaOH ) kedalam
beaker glass. Kemudian direndam
pada suhu 30°C (suhu kamar) selama

41
Jurnal Inovasi Proses, Vol 5. No. 1 (Maret, 2020) ISSN: 2338-6452

30 menit. Hasil yang didapatkan b. Analisis Rendemen Kitosan


disaring dengan penyaring buchner Kitosan yang telah dihasilkan
yang diberi kertas saring. Lalu dicuci dilakukan analisis untuk mengetahui
dengan aquadest sampai pH netral. rendemen pada kitosan yang dihasilkan.
Padatan yang diperoleh, dikeringkan Analisis Rendemen kitosan dapat dihitung
kembali pada suhu kamar. Hasil dari dengan rumus sebagai berikut:
proses ini disebut kitin.

6. Tahap Pembuatan Kitosan Dengan:


Kitin 10 gram dimasukan ke dalam A= Berat Kitosan kering yang dihasilkan
beaker glass, ditambahkan 50 mL NaOH 10%, bebas air (gram)
0
dipanaskan pada suhu 100 C sambil diaduk B = Berat Kitin kering bebas air (gram)
selama 2 jam. Kemudian diulangi untuk
konsentrasi NaOH 20%, 30%, 35%, dan 40%. c. Analisis Derajat Deasetilasi
Selanjutnya, dilakukan dengan langkah yang Penentuan DD dengan spektroskopi
sama untuk variasi waktu ekstraksi pada IR dilakukan dengan metode base line
proses deasetilasi 0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, 2 Domszy & Robert (Khan dkk., 2002) dengan
jam, 2,5 jam, berat kitin dan lama pengadukan mencatat puncak tertinggi dan mengukur
tetap, Larutan kitin disaring dan dicuci sampai pita dasar yang dipilih. Rumus untuk
0
pH netral. Keringkan pada suhu 30 C (suhu perhitungan base line adalah
kamar). Kitosan yang dihasilkan ditimbang,
dianalisis kadar air, rendemen dan derajat
deasetilasi. Selanjutnya kitosan yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan Dengan:
FTIR untuk mengetahui Derajat Deasetilasi
DD: Derajat Deasetilasi,
(DD) (Trisnawati, E dkk. 2013).
A1655: Absorbansi pada bilangan gelombang
-1
1655 cm yang menunjukkan serapan
7. ANALISIS
karbonil dari amida.
a. Analisis Kadar Air A3450: Absorbansi bilangan gelombang 3450
a) Pada Bahan Baku -1
cm yang menunjukkan serapan hidroksil
Pengujian ini dilakukan dengan dan digunakan sebagai standar internal.
metode gravimetri yaitu dengan cara
menimbang berat sisik ikan yang telah Faktor 1,33: Nilai perbandingan untuk
disangrai sebanyak 10 gram, kitosan yang terdeasetilasi 100%.
kemudian dilakukan proses
pengeringan menggunakan oven pada HASIL DAN PEMBAHASAN
0
suhu 105 C selama 30 menit. 1. Analisis Bahan Baku
Kemudian dimasukkan kedalam Pengujian analisis kadar air pada sisik
desikator selama 5 menit untuk ikan sangria dilakukan di Laboratorium Proses
selanjutnya ditimbang kembali. Kimia Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lakukan pengulangan proses tersebut Yogyakarta. Analisi kadar air dilakukan untuk
hingga diperoleh berat konstan. mengetahui jumlah air yang terkandung dalam
b) Pada Produk Kitosan sisik ikan. Setelah dilakukan pengujian
Produk kitosan dikeringkan diperoleh hasil kadar air pada sisik ikan
0
menggunakan oven pada suhu 105 C sangrai sebesar 9,00. Sedangkan analisis
selama 30 menit. Kemudian kadar protein dan lemak pada di lakukan di
dimasukkan kedalam desikator Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan –
selama 5 menit untuk selanjutnya Universitas Diponegoro Semarang.
ditimbang kembali. Lakukan Didapatkan hasil kadar protein pada bahan
pengulangan proses tersebut hingga baku sebesar 25,811 % dan kadar lemak pada
diperoleh berat konstan. Kadar air bahan baku sebesar 7,644 %.
dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: 2. Analisis kitin
Hasil kitin (padat) dari proses ekstraksi
dinetralkan menggunakan aquades, kemudian
di saring dengan menggunakan kertas saring
dengan berat kertas saring kosong 0,8 g.
Selanjutnya di oven hingga didapatkan berat
konstan untuk dianalisa kadar air. Di peroleh

42
Jurnal Inovasi Proses, Vol 5. No. 1 (Maret, 2020) ISSN: 2338-6452

kadar air sebesar 7,57% . serta rendemen kitin Konsentrasi Derajat Deasetilasi
sebesar 15,51%. NaOH (%) (%)
3. Pengaruh Konsentrasi larutan NaOH 10 73,60
terhadap kitosan 20 85,30
a. Pengaruh Konsentrasi larutan NaOH 30 86,00
terhadap Rendemen Kitosan 35 87,07
Pembuatan kitosan dari kitin (kadar air 40 87,28
7,57%), sebanyak 10 g kitin di ekstraksi
dengan konsentrasi larutan NaOH tertentu Hasil penelitian diperoleh derajat
sebanyak 50 mL pada suhu 100ºC selama 2 deasetilasi kitosan berkisar antara 73,60 %
jam. dan 87,28 %. Pengaruh konsentrasi larutan
No Konsentrasi larutan Rendemen NaOH yang digunakan terhadap derajat
NaOH (%) (%) deasetilasi (%) yang dihasilkan dari sisik
1 10 98,55 ikan tercantum pada gambar
2 20 81,22
3 30 73,64
Hubungan Konsentrasi Larutan NaOH
4 35 72,56 dengan Derajat Deasetilasi
5 40 71,47

Derajat Deasetilasi (%)


100
Hasil penelitian diperoleh rendemen 90
kitosan berkisar antara 71,47 % dan 98,55 80
%. Pengaruh konsentrasi larutan NaOH 70
yang digunakan terhadap jumlah rendemen
(%) yang dihasilkan dari sisik ikan tercantum 60
pada gambar. 0 20 40 60
Konsentrasi NaOH (%)

Konsentrasi larutan NaOH vs


Rendemen produk kitosan
Berdasarkan grafik, semakin tinggi
Rendemen Produk

100 konsentrasi NaOH maka nilai Derajat


90
kitosan (%)

Deasetilasinya semakin besar. Derajat


80
70 deasetilasi kitosan dipengaruhi konsentrasi
60 NaOH. Hal ini menunjukan bahwa faktor
50 konsentrasi NaOH berpengaruh dalam
0 10 20 30 40 50 meningkatkan nilai Derajat deasetilasi
Konsentrasi larutan NaOH (%) sesuai dengan pernyataan Mastuti(2005)
yaitu konsentrasi NaOH merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi nilai
derajat deasetilasi kitosan karena NaOH
Berdasarkan grafik, hasil rendemen
dapat memutus ikatan antar karbon pada
yang didapat pada konsentrasi larutan
gugus asetil dengan atom N yang ada pada
NaOH 10% hingga 30% mengalami
kitin.
penurunan yang signifikan, sedangkan pada
konsentrasi larutan NaOH 30% hingga 40%
mendekati konstan. Pada konsentrasi
4. Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap
larutan NaOH 50%, hasil yang didapatkan
Kitosan
sangat sedikit dan kitosan tersebut terjadi
a. Pengaruh lama waktu ekstraksi
koagulasi yang menyebabkan kitosan sulit
terhadap Rendemen Kitosan
diendapkan dan mengalami kerusakan.
Pembuatan kitosan dari kitin (kadar air
Maka pada konsentrasi larutan NaOH 40%,
7,57%), sebanyak 10 g kitin di ekstraksi
proses tersebut berlangsung sempurna.
dengan waktu ekstraksi tertentu dengan
konsentrasi larutan NaOH 40% sebanyak 50
b. Pengaruh Konsentrasi NaOH
mL pada suhu 90ºC.
terhadap Derajat Deasetilasi
Hasil kitosan yang diperoleh dengan No Waktu ekstraksi (jam) Rendemen (%)
variasi konsentrasi larutan NaOH dilakukan 1 0,5 90,968
analisis Derajat Deasetilasi dengan alat 2 1 89,885
spektrofotometri Infra Merah. 3 1,5 86,636
4 2 84,470
5 2,5 76,880

43
Jurnal Inovasi Proses, Vol 5. No. 1 (Maret, 2020) ISSN: 2338-6452

Hubungan Waktu Ekstraksi dengan


Hasil pengamatan menunjukkan Derajat Deasetilasi
bahwa rata-rata rendemen kitosan yang

Derajat Deasetilasi (%)


diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 100
76,880 % hingga 90,968 %. Pengaruh 90
waktu ekstraksi terhadap jumlah rendemen 80
(%) yang dihasilkan dari sisik ikan tercantum 70
pada gambar 60
0 1 2 3
Waktu Ekstraksi (jam)
Waktu Ekstraksi Kitin vs Rendemen
produk kitosan
Rendemen Produk

100 Berdasarkan grafik, menunjukkan


kitosan (%)

90
80 bahwa semakin lama proses ekstraksi maka
70 semakin besar derajat deasetilasinya.
60
50 Waktu proses yang terlalu singkat
0 1 2 3 menyebabkan proses deasetilasi tidak
berlangsung sempurna, dimana adisi
Waktu Ekstrasi Kitin (jam)
hidroksil dari NaOH tidak memiliki waktu
yang cukup untuk dapat mengeliminasi
gugus asetil, sehingga pembentukan amina
Berdasarkan grafik, hasil rendemen tidak banyak karena masih banyak gugus
yang didapatkan pada waktu ekstraksi 0,5 asetil (-COCH3) pada kitin yang belum
jam hingga 2 jam tidak mengalami tereduksi. Peningkatan waktu pemanasan
penurunan yang signifikan. Sedangkan pada proses deasetilasi menyebabkan
pada waktu ekstraksi 2,5 jam mengalami semakin lama reaksi antara molekul NaOH
penurunan yang signifikan. Semakin lama dengan kitin, maka proses adisi dan
dalam proses ekstraksi maka semakin lama eliminasi dari reaksi juga semakin
proses reaksi NaOH yang menyebabkan meningkat sehingga derajat deasetilasi yang
semakin banyak gugus asetil pada kitin dihasilkan juga semakin besar (Rokhati N,
yang tereduksi. Sehingga rendemen kitosan 2006). Namun pada waktu ekstraksi 2,5 jam
yang diperoleh semakin sedikit, tetapi terjadi penurunan yang disebabkan karena
kualitas kitosan menjadi lebih baik (Suharjo pada proses deasetilasi terjadi pelepasan
dan Harini, 2005). rantai asetilasi yang berlebihan pada
senyawa kitin sehingga kitosan yang
b. Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap dihasilkan larut pada larutan NaOH.
Derajat Deasetilasi
Hasil kitosan yang diperoleh dengan KESIMPULAN
variasi waktu ekstraksi dilakukan analisis Berdasarkan penelitian dan
Derajat Deasetilasi dengan alat pembahasan yang telah dilakukan dapat
spektrofotometri Infra Merah. diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
Waktu ekstraksi Derajat Deasetilasi 1. Pembuatan kitosan dari sisik ikan
(jam) (%) meliputi tiga tahap proses, yaitu tahap
0,5 85,06 de-proteinasi, tahap de-mineralisasi dan
1 85,09 tahap de-asetilasi.
1,5 85,90 2. Semakin besar konsentrasi larutan
2 86,31 NaOH, dan semakin lama proses
2,5 73,38 ekstraksi, maka semakin kecil massa
kitosan yang dihasilkan.
Hasil penelitian diperoleh derajat 3. Semakin besar konsentrasi larutan
deasetilasi kitosan berkisar antara 73,38 % NaOH, dan semakin lama proses
dan 86,31 %. Pengaruh konsentrasi larutan ekstraksi, maka semakin besar nilai
NaOH yang digunakan terhadap derajat derajat deasetilasinya.
deasetilasi (%) yang dihasilkan dari sisik
ikan tercantum pada gambar DAFTAR PUSTAKA
Aji, A dkk.2012. Pembuatan Kitosan dari
Limbah Cangkang Kepiting . Jurnal
Teknologi Kimia Unimal. Hal 81 – 82.

44
Jurnal Inovasi Proses, Vol 5. No. 1 (Maret, 2020) ISSN: 2338-6452

Fernandez,dkk. 2008. Characterization of Pengawet Makanan Reaktor. 10(2):


Antimikrobial Properties on The 54 – 58
Growth of S.aureus of Novel
Renewable Blends of Gliadins and Siregar, E C dkk. 2016. “Pengaruh Suhu dan
Chitosan of Interest in Food Waktu Reaksi pada Pembuatan
Packaging and Coating Aplications, Kitosan dari Tulang Sotong (Sepia
dalam Studi Analisis Antibakteri dari Officinalis)”. Universitas Malikussaleh
Film Gelatin-Chitosan Menggunakan 5:2 . Hal 43.
Staphylococcus aureus oleh Mardian
Darmanto, dkk, Prosiding Skripsi Suharjo dan Noor Harini. 2005. Ekstrak
Semester Genap 2010/2012 ITS Chitosan dari Cangkang Udang Windu
Surabaya. (Penaeus Monodon Sp.) Secara Fisik-
Kimia (Kajian Berdasarkan Ukuran
Khan, T.A., Peh, K.K., dan Chang, H.S. 2002. Partikel Tepung Chitin dan
Reporting Degree of Deacetylation Konsentrasi NaOH). GAMMA Volume
Values of Chitosan; The Influence of 1 No.1, September 2005: Hal. 7-15.
Analytical Methods. J. Pharm. Sci Vol
5(3): 205-212 Tobing, M T L dkk.2011. Peningkatan Derajat
Deasetilasi Kitosan dari Cangkang
Mastuti, E.W . 2005. Pengaruh Konsentrasi Rajungan dengan Variasi Konsentrasi
NaOH dan Suhu pada Proses NaOH dan Lama Perendaman. Jurnal
Deasetilasi Kitin dari Kulit Udang. Kimia Sains dan Aplikasi 14 (3). Hal
Equilibrum, 4 (1): 21 – 25 87

Muzzarelli, R.A.A., (1985), ”Chitin in the Wahyuni, dkk. 2016. “Pengaruh Waktu Proses
Polysaccharides”, vol. 3, pp. 147, Deasetilasi Kitin dari Cangkang
Aspinall (ed) Academic press Inc., Bekicot Terhadap Derajat Deasetilasi”.
Orlando, San Diego. KOVALEN, 2(1): 1-7

Rokhati, N,. 2006. “Pengaruh Derajat Yogaswari, Vanadia. 2009. Karakteristik Kimia
Deasetilasi Kitosan dari Kulit Udang dan Fisik Ikan Gurami (Osphronemus
Terhadap Aplikasinya Sebagai gouramy). Institut Pertanian Bogor.

45

Anda mungkin juga menyukai