Anda di halaman 1dari 1

Vol.

002/01-HRIR/X/19

Dasar dan Akibat hukum Dititipkannya Ijazah Milik Pekerja kepada perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
Pemberi Kerja. yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.8
Perjanjian Kerja yang dibuat antara pemberi kerja dan pekerja
Penempatan kerja merupakan serangkaian kegiatan/proses merupakan dasar hukum bagi mereka. Terhadap peraturan
penerimaan hingga penempatan tenaga kerja oleh pemberi kerja atau perUndang – undangan jika tidak mengatur sebelumnya terkait
pelaksana penempatan tenaga kerja. Pelaksanaan penempatan tenaga kerja penitipan ijazah kemudian dalam perjanjian kerja mengatur hal itu
wajib memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga maka perjanjian kerja adalah dasar atas ketentuan tersebut. Lain dari
kerja.1 Kedudukan pencari kerja yang kurang diuntungkan dibanding pemberi pada itu karena dititipkannya sementara ijazah oleh pekerja kepada
kerja dalam penempatan kerja maka pencari kerja harus dilindungi hak- pemberi kerja tidak diatur dan tidak ada satupun peraturan
haknya sebagaimana tertuang dalam Pasal 32 ayat (1) Undang - undang No. 13 perUndang – undangan yang melarang hal itu maka perjanjian
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUTK) Penempatan tenaga kerja tersebut tetap dinyatakan sah demi hukum sebagaimana bunyi pasal
dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara “untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: sepakat
tanpa diskriminasi.2 mereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat suatu
Diantara asas – asas yang harus dipenuhi dalam penerimaan tenaga perikatan; suatu hal tertentu; suatu sebab yang halal.”9 Merujuk ke
kerja, salah satu contoh konkret yang selama ini jadi perdebatan adalah bunyi pasal tersebut penitipan ijazah pekerja kepada pemberi kerja
perihal Pemberi kerja mensyaratkan pekerja menitipkan ijazahnya. Tidak telah sesuai dengan syarat sahnya perjanjian. Pekerja dan pemberi
sedikit saat ini prakteknya demikian pemberi pekerja mensyaratkan kepada kerja dapat melakukan perjanjian dengan syarat – syarat apapun
pekerja untuk “menitipkan sementara” surat – surat milik pekerja semisal sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan perUndang –
ijazah, ya saya lebih sepakat dengan kata dititipkan sementara ijazah. Jika undangan hal ini biasa dikenal dengan asas berkebabasan berkontrak.
dengan kata-kata “menahan” ini suatu frasa yang kurang baik seolah-olah
pemberi kerja karena kekuasaannya mempunyai hak yang melekat untuk 2. Akibat Hukum
menahan padahal tidak, yang benar adalah pekerja bersedia untuk dititipkan Perjanjian Kerja yang mengatur tentang perusahaan yang
sementara hingga pada waktu yang disepakati akan dikembalikan kepada mensyaratkan untuk ijazah pekerja dititipkan tidak bertentangan
pekerja. Apakah hal ini bertentangan dengan ketentuan hukum dengan ketentuan. Sesuai dengan Pasal 1320KUHPer maka tidak ada
ketenagakerjaan? Berangkat dari hal ini saya akan membahas perihal dasar masalah terkait dengan syarat objektif tidak dapat dibatalkan
dan akibat hukum dititipkannya ijazah milik pekerja kepada pemberi kerja. (voiddable) dan syarat objektif tidak batal demi hukum (null and void).
Kemudian ijazah yang dititipkan kepada pemberi kerja ketika dapat
A. Pengertian Pekerja dan Pemberi Kerja. diatur dalam perjanjian kerja maka status ijazah tersebut dapat
Dalam proses penempatan kerja saya menjabarkan setidaknya ada 2 dikatakan sebagai jaminan perorangan dengan jaminan akta otentik.
(dua) subyek hukum yaitu pekerja dan pemberi kerja. “Pekerja/buruh adalah Sebagaimana diatur dalam KUHPer suatu akta otentik adalah suatu
setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
lain.”3 Sedangkan “pemberi kerja adalah "orang perseorangan, pengusaha, dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu
badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dan di tempat di mana akta dibuatnya.10 Ijazah yang merupakan
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.”4 Dari pengertian sebagai tanda tamat belajar bagi setiap orang yang menempuh
diatas tidak perlu penjelasan lebih terkait pekerja karena telah jelas, namun pendidikan dikeluarkan oleh badan atau lembaga pendidikan. Lebih
bagi pemberi kerja dimaksud adalah pemberi kerja yang berhubungan lanjut ijazah yang dikeluarkan Sekolah atau Perguruan Tinggi yang
langsung maupun yang tidak langsung dengan pekerja. dibuat oleh pejabat resmi merupakan akta, hal ini sejalan dengan akta
otentik ialah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang
B. Dasar & Akibat Hukum Dititipkannya Ijazah Pekerja Kepada Pemberi untuk itu oleh penguasa menurut ketentuan yag telah ditetapkan,
Kerja. baik dengan atau tanpa bantuan dari pihak-pihak yang
1. Dasar Hukum berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di
Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang dalamnya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.11
Ketenagaakerjaan tidak mengatur terkait dengan dasar hukum
dititipkannya ijazah pekerja oleh pemberi kerja. Peraturan Akta otentik dalam hal ini ijazah hanya sebagai jaminan dalam
ketenagakerjaan lain seperti Peraturan Menteri, Keputusan Menteri hal pekerjaan, karena kedudukan pekerja yang bukan sebagai debitur
hingga Surat Edaran Menteri Ketanagakerjaan juga tidak maka dikualifikasikan bukan sebagai jaminan piutang, beda halnya
mengaturnya. Maka dari itu karena tidak ada peraturan perUndang - dengan jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan ialah jaminan yang
undangan yang mengatur demikian maka dasar hukum yang dapat objeknya berupa baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang
digunakan ialah merujuk kepada Perjanjian Kerja yang dibuat oleh khusus diperuntukan untuk menjamin utang debitur kepada kreditur
pemberi kerja dengan pekerja. Pasal 1233 KUHPer “Perikatan, lahir apabila dikemudian hari debitur tidak dapat membayar utangnya
karena suatu persetujuan atau karena undang-undang.”5 Dapat kepada kreditur.12 Maka dari penitipan ijazah tersebut bukan
ditegaskan pula perjanjian kerja merupakan berisi hak dan kewajiban merupakan jaminan kebendaan melainkan sebatas jaminan
yang harus dipenuhi oleh pemberi kerja dan pekerja “Semua perorangan dalam hal pekerjaan.
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.”6 Maka demikian Perjanjian Kerja C. Kesimpulan
antara pemberi kerja dengan pekerja merupakan Undang – undang Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Penitipan
bagi pekerja dan pemberi kerja. ijazah pekerja kepada pemberi kerja tidak bertentangan dengan peraturan
ketenagakerjan, sepanjang pemberi kerja dan pekerja telah sepakat akan hal
Perjanjian kerja diatur dalam KUHPerdata diatur dalam Buku ke III Bab itu dan dituangkan dalam perjanjian kerja, kedua ijazah yang dititipkan kepada
VI A tentang perjanjian kerja “ialah suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, pemberi kerja hanya bersifat jaminan perorangan bukan jaminan yang bersifat
yaitu buruh, mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak kebendaan. Pekerja setelah menyatakan sepakat terhadap isi perjanjian maka
lain, yaitu majikan, dengan upah selama waktu yang tertentu.”7 Lebih pekerja tunduk kepada perjanjian a quo terlebih jika mengatur tentang
lanjut Pasal 1 angka 14 Jo Pasal 52 ayat 1 Undang- Undang Nomor 13 penitipan ijazah. Disisi lain pemberi kerja harus mengembalikan ijazah
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, definisi perjanjian kerja adalah tersebut kepada pekerja jika batas waktu yang diatur dalam perjanjian telas
selesai. Dalam proses penempatan kerja kedudukan pemberi kerja dan
pekerja adalah sama – sama sebagai subyek hukum yang harus menjalankan
hak dan kewajibannya.
1 Pasal 35 ayat (2) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
2 Pasal 32 ayat (1) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
8
3 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pasal 52 ayat (1) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
4 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 9 Pasal 1320 KUHPerdata.
5 Pasal 1233 KUHPerdata. 10 Pasal 1868 KUHPerdata.
6 Pasal 1338 KUHPerdata. 11 Husni Thamrin, 2011. Pembuatan AktaPertanahan oleh Notaris, Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
7 Pasal 1601a KUHPerdata. 12 Gatot Supramono, 2013. Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mohammad Reza R, SH. HR - Industrial Relationship Specialist.

Anda mungkin juga menyukai